Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH DAN ASUHAN

KEPERAWATAN MENJADI ORANG TUA


DI MASA REMAJA

DOSEN PEMBIMNBING
Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kep

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK IV

 DAHLUL

 YUSNITA

 TAUFIK HERMAWAN

 HESTI AULIYA

 MALIDA

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KELAS DOMISILI SELAYAR
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan MAKALAH DAN ASKEP yang
berjudul MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN MENJADI ORANG TUA DI
MASA REMAJAPenulisan MAKALAH dan ASKEP ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS II di
Stikes Panrita Husada Bulukumba Jurusan SI KEPERAWATAN
Dalam penulisan MAKALAH DAN ASKEP ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan askep ini, khususnya kepada Dosen yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada, sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini.
Dalam Penulisan askep ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan askep ini.
selayar, 03 Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................
BAB I..........................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................
D. Manfaat penulisan...................................................................................................................

BAB II..........................................................................................................................................................
TREND DAN ISSU HIV/AIDS......................................................................................................................
A. Definisi orang tua............................................................................................................................
B. Faktor faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja........................................
C. Dampak yang muncul menjadi orang tua pada masa remaja......................................................
D. Peran Perawat ...............................................................................................................................
E. Penanganan yang dilakukan .........................................................................................................
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN.........................................................................................................
A. PENGKAJIAN................................................................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................................................................
C. INTERVENSI..................................................................................................................................
BAB V......................................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................................
DAPTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena pernikahan di usia muda masih sangat tinggi. Hal tersebut terlihat
dari maraknya pernikahan usia muda pada kalangan remaja, yang kini tidak hanya
terjadi di pedesaan tetapi juga kota-kota besar di Indonesia. Fenomena pernikahan
usia muda ini tampaknya merupakan “mode” yang terulang. Dahulu, pernikahan
usia muda dianggaplumrah. Tahun berganti, makin banyak yang menentang
pernikahan usia muda namun fenomena ini kembali lagi. Jika dahulu orang tua
ingin agar anaknya menikah muda dengan berbagai alasan, maka kini tidak sedikit
remaja sendiri, bukan hanya remaja pedesaan tetapi juga remaja di kota besar, yang
ingin menikah muda.
Pernikahan di usia muda hanyalah sepenggal realitas sosial yang dihadapi
masyarakat saat ini. Pada kalangan remaja, pernikahan di usia muda ini dianggap
sebagai jalan keluar untuk menghindari seks bebas. Ada juga yang melakukannya
karena terpaksa dan karena hamil di luar nikah. Pendapat tersebut mungkin ada
benarnya, namun pernikahan tentunya bukan hanya sekedar menyatukan diri dalam
suatu perkawinan sebagai jawaban atas permasalahan hidup yang sedang dihadapi.
Pernikahan merupakan suatu bekal hidup yang harus dipersiapkan dengan matang.
Dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan
pergaulan remaja yang mulai permisif (suka memperbolehkan/mengizinkan) dan
nyaris tanpa batas. Pada akhirnya, secara fisik anak bisa terlihat lebih cepat matang
dan dewasa, namun psikis, ekonomi, agama, sosial, maupun bentuk kemandirian
lainnya belum tentu mampu membangun komunitas baru bernama keluarga. Untuk
membentuk suatu keluarga, pasangan suami istri memerlukan kesiapan moril dan
materil untuk mengarungi dan berbagi apapun kepada pasangan tercinta, harus
cukup dewasa, sehat jasmani rohani dan serta sudah mempunyai kemampuan untuk
mencari nafkah
Pernikahan di usia muda sangat rentan ditimpa masalah karena tingkat
pengendalian emosi belum stabil. Dalam sebuah perkawinan akan dijumpai
berbagai permasalahan yang menuntut kedewasaan dalam penanganannya
sehingga sebuah perkawinan tidak dipandang sebagai kesiapan materi belaka,
tetapi juga kesiapan mental dan kedewasaan untuk mengarunginya. Biasanya
kondisi dimana pasangan yang tidak sanggup menyelesaikan serta menanggulangi
permasalahan yang terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah lainnya yang
dapat mengarah pada perceraian keluarga. Sehingga banyaknya perkawinan usia
muda.
ini juga berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian. Banyaknya
kasus perceraian ini merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai
ketika memutuskan untuk menikah.  Namun dalam alasan perceraian tentu saja
bukan karena alasan menikah muda, melainkan masalah ekonomi dan sebagainya,
tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai dampak dari  perkawinan yang dilakukan
tanpa kematangan diri dari segala aspek. Hal ini disebabkan oleh  pengambilan
keputusan menikah yang terlalu ringkas dan kurang pertimbangan demi efisiensi
waktu sehingga bukan menyelesaikan masalah tetapi menumpuk masalah dengan
masalah lainnya.
Contoh kasus yang sering kita lihat adalah menikah muda karena
keterlanjuran hubungan seks akibatnya terpaksa dikawinkan karena telanjur hamil
dan orangtua tidak memberi pilihan pada anak itu selain menikah dengan sang
pacar padahal sebenarnya tidak ingin menikah, tetapi juga tidak ingin
mengugurkan kandungan. Kasus-kasus seperti ini merupakan fenomena di kota-
kota besar. Hal ini juga akan mengakibatkan penolakan dari keluarga karena malu.
Selain itu, fenomena menikah di usia muda ini akan beruntut pada masalah
sosial lainnya seperti tindak kriminal aborsi, risiko penyakit menular seks (PMS),
serta perilaku asosial lainnya dan juga tidak menutup kemungkinan pekerja seksual
juga muncul dari “budaya kebablasan” ini.

1.2 Rumusan masalah


Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah tentang
Menjadi Orang Tua Pada Masa Remaja

1.3 Tujuan Masalah


1. Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi dari orang tua dan remaja?
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Faktor-faktor yang menyebabkan menjadi
orang tua  pada masa remaja?
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Dampak yang muncul setelah menjadi
orang tua  pada masa remaja?
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Peran perawat dalam menghadapi bahaya
pasien yang menjadi orang tua pada masa remaja?
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Penanganan yang dilakukan untuk
menghadapi dampak menjadi orang tua pada usia remaja?
6. Mahasiswa mampu menyebutkan diagnosa yang muncul ?

1.4 Manfaat Penulisan


Penulis berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat kebanyak  pihak diantaranya sbb :
1. Bagi penulis, memberikan penjelasan mengenai Menjadi orang tua pada
masa remaja.
2. Bagi mahasiswa keperawatan , dapat di manfaatkan dan digunakan oleh
teman-teman sebagai bahan referensi terkait masalah dampak menjadi orang
tua pada masa remaja dan penerapannya pada bidang ilmu Kesehatan, selain
itu juga dapat  bermanfaat sebagai bahan referensi untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan  benar.
3. Pihak umum, sebagai bahan bacaan, sumber informasi dan referensi terkait
masalah menjadi orang tua pada masa remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005: 802) pengertian orang tua
adalah ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb).
Sejalan dengan  pendapat tersebut, Soelaeman (1994:179) menganggap
bahwa“...istilah orang tua hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai orang
yang tua, melainkan sebagai orang yang dituakan, karenanya diberi tanggung
jawab untuk merawat dan mendidik anaknya menjadi manusia dewasa”.
Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
kematangan sosial dan  psikologis (Yani Widyastuti,2009)
Remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat-alat
kelamin manusia mencapai kemantangannya.Secara anatomis berarti alat-alat
kelamin khususnya dan keadan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang
sempurna dan alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna
pula.pada akhir dari peran  perkembangan fisik ini aknan terjadi seorang pria yang
berotot dan berkumis /berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta
sel mani (spermatozoa) setiap kali  berejakulasi (memancarkan air mani), atau
seorang wanita yang berpayudara dan  berpinggul besar yang setiap bulannya
mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya (Sarlito W. Sarwono, 2010)
2.2 Faktor faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja
Selama ini perkawinan di bawah umur terjadi dari dua aspek:
1. Sebab dari Anak.
a. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika
seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu
dengan  bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga
merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur.
Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan
hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan
lawan  jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah
melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini,
orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena menurut
orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini
menjadi aib.
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, saya
menganggap ini sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan
menyesatkan anak-anak. Ibarat anak kita sudah melakukan suatu kesalahan yang
besar, bukan memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru membawa
anak pada suatu kondisi yang rentan terhadap masalah. Karena sangat besar di
kemudian hari perkawinan anak-anak tersebut akan dipenuhi konflik.
c. Hamil sebelum menikah
Ini saya pisahkan dari faktor penyebab di atas, karena jika kondisi anak
perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang tua cenderung menikahkan
anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa kasus, walau pada dasarnya orang tua
anak gadis ini tidak setuju dengan calon menantunya, tapi karena kondisi
kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa orang tua menikahkan anak gadis
tersebut.
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak mencintai
calon suaminya, tapi karena terlanjur hamil, maka dengan sangat terpaksa
mengajukan permohonan dispensasi kawin. Ini semua tentu menjadi hal yang
sangat dilematis. Baik bagi anak gadis, orang tua bahkan hakim yang
menyidangkan.
Karena dengan kondisi seperti ini, jelas-jelas perkawinan yang akan
dilaksanakan bukan lagi sebagaimana perkawinan sebagaimana yang diamanatkan
UU bahkan agama. Karena sudah terbayang di hadapan mata, kelak rona
perkawinan anak gadis ini kelak. Perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan rasa
cinta saja kemungkinan di kemudian hari bias goyah,apalagi jika perkawinan
tersebut didasarkan keterpaksaan

2. Sebab dari luar Anak 


a. Faktor Pemahaman Agama.
Saya menyebutkan ini sebagai pemahaman agama, karena ini bukanlah
sebagai doktrin. Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika
anak menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan
sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan
anak-anak tersebut.
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika anak
menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan satu: “perzinahan”. Oleh karena
itu sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan segera menikahkan. Saat
mejelishakim menanyakan anak wanita yang belum berusia 16 tahun tersebut, anak
tersebut pada dasarnya tidak keberatan jika menunggu dampai usia 16 tahun yang
tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang tua yang tetap bersikukuh bahwa
pernikahan harus segera dilaksanaka. Bahwa perbuatan anak yang saling sms
dengan anak laki-laki adalah merupakan “zina”. Dan sebagai orang tua sangat
takut dengan azab membiarkan anak tetap berzin
 b. Faktor ekonomi.
Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang tua terlilit hutang
yang sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua yang terlilit hutang tadi
mempunyai anak gadis, maka anak gadis tersebut akan diserahkan sebagai “alat
pembayaran” kepada si piutang. Dan setelah anak tersebut dikawini, maka lunaslah
hutang-hutang yang melilit orang tua si anak.
Kasus ini baru-baru ini mencuat terjadi di Maros (Sulawesi Selatan). Dimana
seorang kakek erusia 60 tahun menikah dengan anak berusia 12 tahun. Orang tua
anak tersebut sudah cuup senang, karena selain hutang-hutangnya bisa terbayarkan
juga karena anaknya tersebut telah diberikan HP. Sebuah kisah yang sangat ironiS.
c. Faktor adat dan budaya.
Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa
pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah
dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut
mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak perempuan mulai
menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan
pada usia 12 tahun,  jauh di bawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang
diamanatkan UU.
Dari kedua penyebab pernikahan dini, maka pernikahan dini yang terjadi
bukan karena n si anak, yang menjadi korban adalah anak-anak perempuan.

Budaya ini harus kita kikis, demi terwujudnya kesaaan hak antara anak laki-laki
dan anambangan Remaja dk perempuan. Dan wajib kita syukuri juga, budaya ini
terjadi di daerah, bukan di daerah yang sudah maju.
Perkembangan Remaja dan Tugasnya sesuai dengan tumbuh dan
berkembangnya suatu individu , dari masa anak-anak sampai dewasa , individu
memiliki tugas masing-masing pada setiap tahap perkembangannya . Yang
dimaksud tugas pada setiap tahap perkembangan adalah bahwa setiap tahapan
usia , individu tersebut mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian .
2.3 Dampak yang muncul menjadi orang tua pada masa remaja
1. Rusaknya Organ Reproduksi
Banyak pihak medis mengatakan bahwa organ reproduksi terutama organ
reproduksi anak gadis remaja belum siap untuk melakukan hubungan intim dan
juga belum siap untuk mengandung. Jika hal itu terjadi, medis mengatakan
kemungkinan buruknya adalah bisa terjadi keguguran secara berulang-ulang
karena kondisi rahim yang belum siap. Tidak hanya itu saja, keguguran yang
berulang bisa menyebabkan rusaknya organ reproduksi wanita sehingga
kemungkinan untuk bisa menggandung kembali sangat nihil.
2. Keguguran
Hal nyata yang bisa dialami oleh wanita yang hamil di usia muda adalah
akan mengalami keguguran. Penyebab keguguran hamil muda adalah rahim wanita
yang masih muda belum siap dan belum matang untuk menerima kehamilan.
Akibatnya adalah keguguran akan dialami oleh wanita tersebut.
3. Cacat Fisik
Salah satu hal yang menjadi bahaya hamil di usia muda adalah bayi yang
dilahirkannya akan mengalami cacat fisik. Alasannya adalah sel telur wanita muda
di usia bawah 20 tahun  belum terbentuk dengan sempurna sehingga ketika sel
telur dibuahi akan menimbulkan kecacatan terutama cacat fisik bagi janinnya
kelak.
4. Kanker Serviks
Salah satu bahaya akibat hamil muda adalah bisa terkena kanker serviks.
Hal itu dikarenakan berhubungan seksual saat masih muda bisa menyebabkan leher
rahim terkena virus. Virus tersebut bisa berubah menjadi kanker serviks terutama
virus yang tidak segera diobati.

5. Mudah Terkena Infeksi


Organ reproduksi yang masih belum siap untuk melakukan hubungan
seksual bisa menyebabkan organ reproduksi tersebut mudah terkena infeksi.
Terlebih lagi ditunjang dengan faktor rendahnya ekonomi, stress dan perawatan
organ reproduksi yang belum banyak dipahami bisa menyebabkan wanita mudah
terkena infeksi apalagi saat wanita tersebut terkena nifas. Banyak bakteri bisa
masuk ke dalam organ reproduksinya dan menimbulkan infeksi.
6. Kurangnya Perawatan Kehamilan
Tingkat pendidikan yang rendah bisa menyebabkan gadis muda yang sedang
hamil kurang dalam merawat kehamilannya. Tidak hanya itu saja, masyarakat
terpencil juga belum tahu bagaimana caranya merawat kehamilan dengan benar,
hal itu semakin memperparah kondisi ibu muda yang sedang hamil. Kehamilan
pun menjadi rawan terutama di saat awalawal kehamilannya.
7. Hipertensi
Wanita muda yang hamil akan memiliki terkena hipertensi dalam kehamilan
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang hamil di usia cukup. Kondisi itu
dalam dunia medis dikenal dengan pregnancy induced hypertension. Tekanan
darah tinggi adalah pemicu timbulnya pre eklamsia, sehingga remaja muda yang
hamil sangat rentan untuk bisa terkena  pre eklamsia. Pre eklamsia bisa disebut
kombinasi dari penyakit darah tinggi,darah tinggi  juga bisa menyebabkan
terjadinya komplikasi kehamilan. Misalnya saja ibu muda mengalami gangguan
jantung, kolesterol dan masih banyak lagi penyakit lainnya.
8. Prematur
Remaja yang mengalami kehamilan di usia muda bisa membuat remaja
tersebut mengalami kelahiran prematur. Usia kehamilan yang matang adalah antara
38 minggu sampai9 dengan 40 minggu, sedangkan remaja yang mengalami
kehamilan sangat rentan untuk melahirkan di usia sebelum 37 minggu.
Penyebabnya adalah kondisi rahim yang masih belum siap untuk mengandung
membuat bayi tersebut dilahirkan premature.
Bayi yang dilahirkan secara prematur akan memiliki berbagai macam
masalah kesehatan diantaranya adalah masalah di sistem pencernaan, masalah di
pernafasan karena paru-paru yang belum berkembang, syaraf mata yang belum
berkembang secara sempurna sehingga  penglihatan tergenggu juga masalah
kesehatan yang lainnya.
9. Bayi Memiliki Berat Badan Rendah
Bahaya kehamilan di usia muda adalah ibu bisa melahirkan bayi dengan
berat badan yang rendah. Alasannya adalah bayi tidak bisa mendapatkan energi
dan gizi yang cukup selama di dalam rahim. Kelahiran prematur juga bisa
menyebabkan bayi yang dilahirkan memiliki berat  badan yang rendah. Bayi yang
dilahirkan kurang dari usia 37 minggu bisa membuat berat  badan bayi kurang dari
2.500 gram.
10. Terkena PMS
Hamil dengan usia yang masih sangat muda bisa menyebabkan ibu dan
bayinya terkena PMS. Penyakit yang akan mengintai remaja adalah penyakit
kelamin yang disebabkan oleh  bakteri klamidia dan juga HIV. PMS ini bisa
menular melalui mulut rahim setelah virus itu sampai ke dalam rahim, bakteri atau
virus tersebut akan menganggu pertumbuhan dan juga kesehatan bayi yang ada di
dalam rahim.
11. Depresi
Remaja yang belum siap mental dan belum siap fisik untuk hamil bisa
mengalami depresi. Depresi itu bisa menyerang remaja sehabis melahirkan
bayinya. Depresi itu ditandai dengan perasaan rendah diri, sedih dan juga tidak
mau mengurus bayinya setelah dilahirkan. Depresi tersebut bisa berubah menjadi
sindrom baby blues. Jika sudah terkena baby blues maka diperlukan perawatan
khusus dari pihak medis terutama untuk mengobati psikologis remaja tersebut.
12. Tekanan Psikologis
Remaja yang hamil muda dan melahirkan di usia yang sangat muda akan
mendapatkan tekanan psikologis dari masyarakat. Remaja tersebut mendapatkan
tekanan psikologis berupa rasa sendirian dan juga rasa dikucilkan oleh orang-orang
di sekitarnya. Dari pihak keluarga sendiri, khusus kasus MBA remaja tersebut
merasa terkucilkan di lingkungan keluarga. Merasa malu karena tidak bisa menjaga
diri dan masih banyak lagi lainnya.
13. Anemia
Remaja yang mengalami hamil di usia muda bisa menyebabkan dirinya
terkena anemia atau kekurangan darah. Kurangnya pengetahuan remaja dan
keluarga akan kebutuhan zat besi / gizi saat kehamilan bisa menyebabkan remaja
tersebut terkena anemia. Anemia sangat  berbahaya bagi ibu hamil karena bisa
menyebabkan pendarahan saat kehamilan.
14. Keracunan Kehamilan
Gangguan kehamilan seperti keracunan mungkin saja bisa terjadi. Gabungan
antara organ reproduksi yang belum matang dan juga resiko terkena anemia bisa
menyebabkan remaja tersebut terkena keracunan kehamilan.
2.4 Peran Perawat dalam menghadapi bahaya pasien yang menjadi orang tua
pada masa remaja
1. Conselor
Membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik antar
keluarga.Sehingga pasien mempunyai panadangan yang lebih baik dari
sebelumnya dan dapat menerima peran sebagai orang tua diusia remaja.
2. Client Advocate (Pembela Klien).
a. membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai  pemberi pelayanan kesehatan  
b. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
3. Care Giver
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien mengenai hal-hal yang
dibutuhkan  pasien dan juga memberikan dorongan semangat untuk menjalani
peran sebagai orang tua diusia remaja.
4. Perawat memberikan eduksi tentang dampak menjadi orang tua diusia
remaja,sehingga klien dapat mempunyai wawasan tentang bahanya menjadi orang
tua diusia remaja misalnya tentang belum matangnya sistem reproduksi.
2.5 Penanganan yang dilakukan untuk mengadapi dampak menjadi orang tua
pada usia remaja
1. Memberikan penyuluhan atau bimbingan kepada remaja mengenai berbagai
permasalahan sosial terutama tentang risiko pernikahan di usia muda melalui
pendidikan seks dini, konseling kesehatan reproduksi juga memberikan
kesadaran kepada para remaja untuk menghindari seks pranikah yang bisa
mengakibatkan kehamilan.
2. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada dan pengembangan potensi
dan skill yang lebih baik.
3. Keluarga harus mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai yang baik sejak
dini kepada remaja, serta memberikan bimbingan, perlindungan, dan
pengawasan agar remaja tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang dapat
mengarah pada menjadi orang tua pada masa remaja.
4. Pemerintah maupun kalangan masyarakat harus terus mengembangkan
pendidikan dan membuka lapangan kerja agar perempuan dan laki-laki
mempunyai alternatif kegiatan lain sehingga menikah muda bukan satu-
satunya pilihan hidup. Misalnya mengembangkan  program pemberdayaan
orang muda agar meneruskan sekolah, dan bagi yang terpaksa putus sekolah
diberikan pendidikan keterampikan agar tidak segera memasuki jenjang
pernikahan.
5. mengupayakan sosialisasi kepada keluarga untuk menyekolahkan anak-anak
mereka hingga tamat SMA /SMK.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
 Data umum
 Riwayat dan tahap
 Perkembangan keluarga
 Data lingkungan
 Struktur lingkungan
 Fungsi keluarga
 Stres dan koping keluarga
 Pemeriksaan kesehatan tiap individu angguta keluarga
 Harapan keluarga
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
2. Ansietas
3. Penampilan peran tidak efektif
3.3 INTERVENSI
1. kesiapan peningkatan menjadi orang tua
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan klien mampu
menjadi orang tua dan mampu meningkatkan perannya menjadi orang tua
Kriteria hasil :Kebutuhan fisik dan emosional terpenuhi
Intervensi utama : promosi pengasuhan
Observasi
 identifikasi keluarga risiko tinggi dalam program tindak lanjut
 monitor status kesehatan anak dan status imunisasi anak
Terapeutik
 dukung ibu menerima dan melakukan perawatan pre natal Secara teratur
dan sedini mungkin
 lakukan kunjungan rumah sesuai dengan tingkat resiko
 fsilitasi orang tua dalam memiliki harapan yang realistis sesuai tingkat
kemampuan dan perkembangan anak
 fasilitasi orang tua dalam menerima transisi peran
 berikan bimbingan antisipasi yang diperlukan sesuai dengan tahapan usia
perkembangan anak
 fasilitasi orang tua dalam mengidentifikasi temperamen unik bayi
 tingkatkan interaksi tua-anak dan berikan contoh
 fasilitasi orang tua dalam mendapatkan dukungan,dan berpartisipasi dalam
parent group programs
 fasilitasi orang tua dalam mengembangkan dan memelihara sistem
dukungan sosial
 sediakan media untuk mengembangkan keterampilan pengasuhan
 fasilitasi orang tua mengembangkan keterampilan sosial dan koping
 fasilitasi mengatur penitipan anak ,jika perlu
 fasilitasi penggunaan kontrasepsi
Edukasi
 ajarkan orang tua untuk menanggapi isyarat bayi
2.ansietas
Tujuan : Klien dapat mengurangi ansietasnya dari tingkat yang ringan hingga
panik
Kriteria hasilnya :
1. Mampu mengekspresikan dan mengidentifikasi kecemasannya dengan baik
2. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
3.Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
4.Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat
Intervensi utama : Reduksi Ansietas
Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melkukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan menggunakan perasaan dan presepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
3.Penampilan peran tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan penampilan peran membaik
Kriteria hasil :
1. Harapan terpenuhi
2. Kepuasan dalam menjalankan peran
Intervensi utama : Dukungan Penampilan Peran
Observasi
 Identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai tingkat perkembangan
 Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
 Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
Terapeutik
 Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan peran yang tidak
diinginkan
 Fasilitasi bermain peran dalam mengantisipasi reaksi orang lain terhadap
perilaku
 Fasilitasi diskusi perubahan peran anak terhadap bayi lahir, jika perlu
 Fasilitasi diskusi tentang peran orang tua, jika perlu
 Fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran saat anak meninggalkan rumah, ,
jika perlu
 Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran timbal balik
Edukasi
 Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk mengembangkan peran
 Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau ketidak
mampuan
 Diskusikan perubahan peran dalam menerima ketergantungan orang tua
 Diskusikan strategi positif untuk mengelolah perubahan peran
 Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan pasien/orang tua memenuhi peran
Kolaborasi
 Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran baru
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005: 802) pengertian orang tua
adalah ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb).
Sejalan dengan  pendapat tersebut, Soelaeman (1994:179) menganggap
bahwa“...istilah orang tua hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai orang
yang tua, melainkan sebagai orang yang dituakan, karenanya diberi tanggung
jawab untuk merawat dan mendidik anaknya menjadi manusia dewasa”.
Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
kematangan sosial dan  psikologis (Yani Widyastuti,2009). Sedangkan Faktor
faktor yang menyebabkan menjadi orang tua pada masa remaja
1. Sebab dari Anak.
a. Faktor Pendidikan  
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis
c. Hamil sebelum menikah
2. Sebab dari luar Anak 
a. Faktor Pemahaman Agama.  
b. Faktor ekonomi
c. Faktor adat dan budaya
Dampak yang muncul menjadi orang tua pada masa remaja
a. Rusaknya Organ Reproduksi  
b. Keguguran
c. Cacat Fisik
d. Kanker Serviks
e. Mudah Terkena Infeksi
f. Kurangnya Perawatan Kehamilan
g. Hipertensi
h. Prematur
i. Bayi Memiliki Berat Badan Rendah  
j. Terkena PMS
k. Depresi
l. Tekanan Psikologis
m. Anemia
n. Keracunan Kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN.2002.Program dan pelayanan kesehatan reproduksi. Jakarta: BKKBN.
2005.Panduan praktis konseling kesehatan reproduksi remaja. Bandung BKKBN .
2008.Kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan pemberian informasi kesehatan
reproduksi remaja oleh pendidik sebaya. Jakarta. : BKKBN

Anda mungkin juga menyukai