Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STUDI KEISLAMAN


Diajukan untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah studi keislaman

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Jevi prasetyo 2120203030

Gusti Randa 2120203028

Erika Abelia 2120203032

Nuralisa Apika 2120203034

Dosen pengampu : Dumyati, S.Sos.I, M.Si

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG 2021


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telahmemberikan kita
karunia serta nikmatnya hingga pada saat ini kita masih bisa melaksanakan proses belajar di perkuliahan
ini

Shalawat beriringan salam, mari kita sampaikan ke Rasul Allah SAW yang telah membawa tangan
umatnya dari alam kegelapan hingga menuju alam yang terang dengan iman dan taqwa.Apabila
nantinya dalam penyusunan makalah kami ini ada kekurangan dan ketidak sempurnaan kami terlebih
dahulu memohon maaf.

Terimakasih untuk teman-teman, terutama dosen pengampu serta teman dalam satu kelompok yang
sudah sama-sama menyelesaikan tugas makalah ini mata kuliah studi keislaman

Palembang, 04 September 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan ppenulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. pengertian dan ruang lingkup studi keislaman

B. Ruang lingkup studi keislaman

BAB III PENUTUP

A. kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada, islam
merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat.Islam itu dibawakan oleh nabiMuhammad
SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Untuk mengetahui islam lebih mendalammak muncullah ilmu
yang dinamakan Studi Islam akan tetapi Studi Islam itu sendiri merupakan bidang kajian yang cukup
lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam maka dari ituStudi Islam menimbulkan berbagai
permasalahn yang umum diantaranya : apa penertian StudiIslam, apa ruang lingkup, atau objek Studi
Islam, apa tujuan Studi Islam, bagaimana pendekatandan metodologi dalam Studi Islam.Seiring dinamika
dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari Studi Islamdapat melalui segala hal,
berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari Studi Islam, islammemberikan kesempatan secara luas
kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secaramaksimal untuk mempelajarinya, namun
jangan sampai penggunaannya melampaui batas dankeluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian ruang lingkup studi keislaman ?

2. Bagaimanakah ruang lingkup studi keislaman ?

3. Dapat dilihat dari berapa segi sisi agama sebagai obyek studi ?

C. Tujuan Penulis

1. Dapat megetahui tentang pengertian studi keislaman

2. Menambah wawasan ilmu studi keislaman

3. Mengetahui tentang ruang lingkup studi keislaman


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Islam

Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan
Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka studiIslam secara harfiah adalah kajian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Makna inisangat umum sehingga perlu ada spesifikasi
pengertian terminologis tentang studi Islam dalamkajian yang sistematis dan terpadu. Dengan perkataan
lain, Studi Islam adalah usaha sadar dansistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas
secara mendalam tentang seluk- beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik
berhubungan dengan ajaran,sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari,sepanjang sejarahnya.

Islam secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti selamat, sentosa dandamai. Arti
pokok Islam adalah ketundukan, keselamatan dan kedamaian. Maka studi Islamdiarahkan pada kajian
keislaman yang mengarah pada 3 hal :1. Islam yang bermuara pada ketundukan/berserah diri, berserah
diri artinya pengakuan yangtulus bahwa Tuhan satu-satunya sumber ntoritas yang serba mutlak.
Keadaan ini membawatimbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai
wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri.2. Islam dapat dimaknai yang mengarah kepada
keselamatan dunia dan akhirat sebab ajaranIslam pada hakekatnya membina dan membimbing manusia
untuk berbuat kebajikan danmenjauhi semua larangan dalam kehidupan di dunia termasuk kehidupan
akhirat.

slam bermuara pada kedamaian manusia harus hidup berdampingan dengan makhluk hidupyang lain
bahkan berdampingan dengan alam raya. Dengan demikian kedamaian harus dilakukansecara utuh dan
multi dimensi.Dari 3 dimensi di atas studi Islam mencerminkan gagasan tentang pemikiran dan
praktisyang berrnuara pada kedudukan Tuhan, selamat di dunia dakhirat dan berdamai dengan makhluk
lain. Dengan demikian studi Islam tidak hanya bermuara pada wacana pemikiran tetapi juga pada praktis
kehidupan yang berdasarkan pada perilaku baik dan benar dalam kehidupan.Usaha mempelajari agama
Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakanoleh kalangan umat Islam saja, melainkan
juga dilaksanakan oleh orang-orang di luar kalanganumat Islam. Studi keislaman di kalangan umat Islam
sendiri tentunya sangat berbeda tujuan dammotivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang di luar
kalangan umat Islam. Di kalanganumat Islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan
mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan
mengamalkannya dengan benar. Sedangkan diluar kalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan
untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku di kalangan mat
Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan (Islamologi). Namun sebagaimana halnya dengan
ilmu-ilmu pengetahuan padaumumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-
praktik keagamaanIslam tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik
yang bersifat positif maupun negative.Para ahli studi keislaman di luar kalangan umat Islam tersebut
dikenal dengan kaumorientalis (istisyroqy), yaitu orang-orang Barat yang mengadakan studi tentang
dunia Timur,termasuk di kalangan dunia orang Islam. Dalam praktiknya, studi Islam yang dilaukan
olehmereka, terutama pada masa-masa awal mereka melakukan studi tentang dunia Timur,
lebihmengarahkan dan menekankan pada pengetahuan tentang kekurangan-kekurangandankelemahan-
kelemahan ajaran agama Islam dan praktik-praktik pemgalaman ajaran agama Islamdalam kehidupan
sehari-hari uamat Islam. Namun, pada masa akhir-akhir ini banyak juga diantara para orientalis yang
memberikan pandangan-pandangan yang objektif dan bersifat ilmiahterhadap Islam dan umatnya.
Tentu saja pandangan-pandangan yang demikian itu kan bisa bermanfaat bagi pengembangan studi-
studi keislaman di kalangan umat Islam sendiri.Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah masa
keemasan Islam dan umat Islamsudah memasuki masa kemundurannya) bahwa pendekatan studi Islam
yang mendominasikalangan umat Islam lebih cenderung bersifat subjektif, apologi, dan doktriner, serta
menutupdiri terhadap pendekatan yang dilakukan orang luar yang bersifat objektif dan rasional. Dengan
pendekatan yang bersifat subjektif apologi dan doktriner tersebut, ajaran agama Islam yang bersumber
dari al-Qur’an dan hadits – yang pada dasarnya bersifat rasional dan adaptif terhadaptuntutan
perkembangan zaman- telah berkembang menjadi ajaran-ajaran yang baku dan kaku serta tabu
terhadap sentuhan-sebtuhan rasional, tuntutan perubahan, dan perkembangan zaman.Bahkan
kehidupan serta keagamaan serta budaya umat Islam terkesan mandek, membeku danketinggalan
zaman. Ironisnya, keadaan yang demikian inilah yang menjadi sasaran objek studidari kaum orientalis
dalam studi keislamannya.

B. Ruang Lingkup Studi Islam

Pembahasan kajian keislaman mengikuti wawasan dan keahlian para pengkajinya,sehingga terkesan
ada nuansa kajian mengikuti selera pengkajinya, secara material, ruanglingkup studi islam dalam tradisi
sarjana barat, meliputi pembahasan mengenai ajaran, doktrin,teks sejarah dan instusi-instusi keislaman
pada awalnya ketertarikan sarjana barat terhadap pemikiran islam lebih karena kebutuhan akan
penguasaan daerah koloni. Mengingat daerahkoloni pada umumnya adalah Negara-negara yang banyak
didomisili warga Negara yang beragama islam, sehingga mau tidak mau mereka harus faham budaya
lokal. Kasus ini dapatdilihat pada perang aceh sarjana belanda telah mempelajari islam terlebih dahulu
sebelumditerjunkan dilokasi dengan asumsi ia telah memahami budaya dan peradapan massyarakat
aceh yang mayoritas beragama islam.Ruang lingkup Islam juga merupakan produk sejarah misalnya
tentang fiqh/mazhab,tasawuf/sufi, filsafat/kalam, seni/arsitektur Islam, budaya/tradisi Islam. Dalam
beberapadasawarsa terakhir ini kita melihat semakin tumbuh dan maraknya kesadaran dikalangan
kaummuslim untuk lebih patuh kepada ketentuan-ketentuan hukum Islam. Gejala ini untuk konteks
indonesia misalnya, terlihat pada kebangkitan Jilbab, busana muslim, tuntunan pencantuman label halal-
haram pada makanan, penerapan sistem ekonomi dan perbankan Islam dansebagainya. Bangunan
pengetahuan kita pada wilayah Islam tersebut adalah produk sejarah yangdapat dijadikan sasaran
penelitian.

Sejak tahun 1970-an penelitian agama mulai diperkenalkan oleh beberapa pakar danilmuan
kepermukaan Indonesia. Mukti Ali misalnya, mengemukakan bahwa pentingnya sebuah penelitian
terhadap masalah-masalah keagamaan. merupakan bagian yang memperkukuh dasar dan pondasi
agama itu sendiri. Tanpa upayademikian, agama hanya akan menjadi urusan yang bersifat individual,
eksklusif dan komunal.Islam dipahami dari sisi ajaran, doktrin dan pemahaman masyarakat debngan
asumsidapat diketahui tradisi dan kekuatan masyarakat setempat. Setaelah itu pemahaman yang
telahmenjadi input bagi kaum orentalis diambil sebagai dasar kebijakan oleh penguasa colonial
yangtentunya lebih menguntungkan mereka ketimbang rakyat banyak diwilayah jajahanya. Hasilstudi ini
sesungguhnya lebih menguntungkan kaum penjajah tatas dasar masukan ini para penjajah colonial
dapat mengambil kebijakan didaerah koloni dengan mempertimbangkan budaya lokal. Atas masukkan
ini, para penjajah mampu membuat kekuatan social, masyarakatterjajah sesuai dengan kepentingan dan
keutunganya. Setelah mengalami keterpurukan, duniaislam mulai bangkit memalui para pembaru yang
telah dicerahkan. Dari kelompok ini munculahgagasan agar umat islam mengejar ketertinggalanya dari
umat lain.

Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari segi sisi:

1. Agama Sebagai doktrin dari Tuhan

Agama Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti
absolute, dan diterima apa adanya. Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran.
Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktina;, yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau
bersifat ajaran.Selain kata doctrine sebgaimana disebut diatas, terdapat kata doctrinaire yang
berartiyang bersifat teoritis yang tidak praktis. Contoh dalam hal ini misalnya doctrainare ideas ini
berrati gagasan yang tidak praktis.Studi doktinal ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau
studi tentang sesuatuyang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis. Mengapa tidak praktis? Jawabannya
adalah karenaajaran itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadikan dasar dalam berbuat
ataumengerjakan sesuatu.Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doctrinal
tersebut.Ini berarti dalam studi doctrinal kali yang di maksud adalah studi tentang ajaran Islam atau
studiIslam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam.Islam di definisikan oleh sebagian ulama
sebagai berikut:“al -Islamu wahyun ilahiyununzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam
lisa`adati al-dunya wa al-akhirah” (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai pedoman untukkebahagiaan hidup di dunia dan akhirat). Berdasarkan pada definisi Islam
sebagaimana di kemukakan di atas, maka inti dari Islamadalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud
di atas adalah al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri
tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas, yang jumlahnya 114
surah.Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga ratus hijrah. Sekarang ini kalaukita ingin
lihat al-Sunnah atau al-Hadist, kita dapat lihat di berbagai kitab hadist. Misalnya kitabhadist Muslim yang
disusun oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imamal-Bukhari, dan lain-lain.Dari
kedua sumber itulah, al-Qur`an dan al-Sunnah, ajaran Islam diambil. Namun meskikita mempunyai dua
sumber, sebagaimana disebut diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaranIslam yang digali dari dua
sumber tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentukijtihad.Dengan ijtihad ini, maka ajaran
berkembang. Karena ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci,
banyak yang diajarkan secara garis besar atau global.Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang
tidak secara terang disebut di dalam duasumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad.Dengan demikian,
maka ajaran Islam selain termaktub pula di dalam penjelasan atautafsiran-tafsiran para ulama melalui
ijtihad itu.Hasil ijtihad selama tersebar dalam semua bidang, bidang yang lain. Semua itu dalam bentuk
buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab fiqih, itab ilmu kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain.Sampai disini
jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam itu selain langsung diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah, ada yang
diambil melalui ijtihad. Bahkan kalau persoalan hidup ini berkembang dan ijtihad terus dilakukan untuk
mencari jawaban agama Islam terhadap persoalanhidup yang belum jelas jawabannya di dalam suatu
sumber yang pertama itu. Maka ajaran yang di ambil dari ijtihad ini semakin banyak. Studi Islam dari sisi
doctrinal itu kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaranIslam baik yang ada di dalam al-
Qur`an maupun yang ada di dalam al-Sunnah serta ada yangmenjadi penjelasan kedua sember tersebut
dengan melalui ijtihad.Jadi sasaran studi Islam doctrinal ini sangat luas. Persoalannya adalah apa yang
kemudiandi pelajari dari sumber ajaran Islam itu.

2. Sebagai gejala budaya

yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama,termasuk
pemahaman orang terhadap doktrin agamanya. Pada awalnya ilmu hanya ada duaSuatu penemuan yang
dihasilkan seseorang pada suaktu-waktu mengenai suatu gejala sifat alam.Agama merupakan kenyataan
yang dapat dihayati. Sebagai kenyataan, berbagai aspek perwujudan agama bermacam-macam,
tergantung pada aspek yang dijadikan sasaran studi dantujuan yang hendak dicapai oleh orang yang
melakukan studi.Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama dapat dibagi ke dalam dua golongan
besar, yaitu model studi ilmu-ilmu social dan model studi budaya.Tujuan mempelajari agama Islam juga
dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yang pertama, untuk mengetahui, memahami, menghayati
dan mengamalkan. Kedua, untuk obyek penelitian. Artinya, kalau yang pertama berlaku khusus bagi
umat Islam saja, baik yang masihawam, atau yang sudah sarjana. Akan tetapi yang kedua berlaku umum
bagi siapa saja, termasuksarjana-sarjana bukan Isalam, yaitu memahami. Akan tetapi realitasnya ada
yang sekedar sebagaiobyek penelitian saja.Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang
harus melalui dua model, yaitutekstual dan konstektual. Tekstual, artinya memahami Islam melalui
wahyu yang berupa kitabsuci. Sedangkan kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas social, yang
berupa perilakumasyarakat yang memeluk agama bersangkutan.Studi budaya di selenggarakan dengan
penggunaan cara-cara penelitian yang diatur olehaturan-aturan kebudayaan yang
bersangkutan.Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia
sebagaimahkluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang
secaraselektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan yang di hadapi, dan
untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan Islam merupakan agama yang
diwahyukan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW.sebagai jalan hidup untuk meraih kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Agama islam disebut juga agama samawi

. selain agama Islam, Yahudi dan Nasrani juga termasuk ke dalam kategori agama samawi

. Sebab keduanya merupakan agama wahyu yang diterima Nabi Musa dab NabiIsa sebagai utusan Allah
yang menerima pewahyuan agama Yahudi dan Nasrani.Agama wahyu bukan merupakan bagian dari
kebudayaan. Demikian pendapat EndangSaifuddin Anshari yang mengatakan dalam suatu tulisannya
bahwa:
“agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak

merupakan bagian dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu sajadapat
saling hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupanmanusia sehari-
hari. Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan istri, yangdapat melahirkan
putra, namun suami bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pulasebaliknya.Atas dasar
pandangan di atas, maka agama Islam sebagai agama samawi bukanmerupakan bagian dari kebudayaan
(Islam), demikian pula sebaliknya kebudayaan Islam bukanmerupakan bagian dari agama Islam. Masing-
masing berdiri sendiri, namun terdapat kaitan eratantara keduanya. Menurut Faisal Ismail, hubungan
erat itu adalah bahwa Islam merupakan dasar,asas pengendali, pemberi arah, dan sekaligus merupakan
sumber nilai-nilai budaya dalam pengembangan dan perkembangan cultural. Agama (Islam)lah yang
menjadi pengawal, pembimbing, dan pelestari seluruh rangsangan dan gerak budaya, sehingga ia
menjadikebudayaan yang bercorak dan beridentitas Islam.Lebih jauh Faisal menjelaskan bahwa
walaupun memiliki keterkaitan, Islam dankebudayaan merupakan dua entitas yang berbeda, sehingga
keduanya bisa dilihat dengan jelasdan tegas. Shalat misalnya adalah unsure (ajaran) agama, selain
berfungsi untuk melestarikanhubungan manusia dengan Tuhan, juga dapat melestarikan hubungan
manusia dengan manusia juga menjadi pendorong dan penggerak bagi terciptanya kebudayaan. Untuk
tempat sholat orangmembangun masjid dengan gaya arsitektur yang megah dan indah, membuat
sajadah alas untuk bersujud dengan berbagai disain, membuat tutup kepala, pakaian, dan lain-lain.
Itulah yangtermasuk aspek kebudayaan.Proses interaksi Islam dengan budaya dapat terjadi dalam dua
kemungkinan.

Pertama, adalah Islam mewarnai, mengubah, mengolah, an memperbaharui budaya. Kedua, justru
Islam yang diwarnai oleh kebudayaan. Masalahnya adalah tergantung dari kekuatan dari dua
entitaskebudayaan atau entitas keislaman. Jika entitas kebudayaan yang kuat maka akan
munculmuatan-muatan local dalam agama, seperti Islam Jawa. Sebaliknya, jika entitas Islam yang
kuatmempengaruhi budaya maka akan muncul kebudayaan Islam.Agama sebagai budaya, juga dapat
diihat sebagai mekanisme control, karena agamaadalah pranata social dan gejala social, yang berfungsi
sebagai kontro, terhadap institus-institusyang ada.Dalam kebudayaan dan peradaban dikenal umat
Islam berpegang pada kaidah: Al- Muhafadhatu ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al jaded alashlah,
artinya: memelihara pada produk budaya lama yang baik dan mengambil produk budaya baru yang lebih
baik.Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil pemikiran manusia yang berupainterprestasi
terhadap teks suci itu disebut kebudayaan, maka sisitem pertahanan Islam, sistem keuangan Islam, dan
sebagainya yang timbul sebagai hasil pemikiran manusia adalahkebudayaan pula. Kalaupun ada
perbedaannya dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan ituterletak pada keadaan institusi-institusi
kemasyarakatan dalam Islam, yang disusun atas dasar prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur`an.

3. Sebagai interaksi social

Yaitu realitas umat Islam.Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islamdapat dibatasi
pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan ataskebenaran teks wahyu,
maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.Melalui pendekatan antropologi hubungan agama
dengan berbagai masalh kehidupanmanusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional
dan berbagai fenomenakehidupan manusia. Yang menjadi fenomena adalah Islam yang sudah menjadi
dasar dari sebuah perilaku dari para pemeluknya.M. Atho Mudzhar, menulis dalam bukunya,
pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, bahwa ada lima bentuk gejala agama yang perlu
diperhatikan dalam mempelajari ataumenstudi suatu agama. Pertama, scripture atau naskah-naskah
atau sumber ajaran dan symbol-simbol agama. Kedua, para penganut atau pemimpin atau pemuka
agama, yaitu yang berkenaandengan perilaku dan penghayatan para penganutnya, Ketiga,ritus-ritus,
lembaga-lembaga danibadat-ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan warisan,Keempat, alat-
alat, organisasi-organisasi keagamaan tempat penganut agama berkumpul, seperti NU dan lain-lain.
Masih menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala social, pada dasarnya bertumpu pada konsep
sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agamadan masyarakat.
Masyarakat mempengaruhi agam, dan agama mempengaruhi masyarakat. Tetapimenurutnya, sosiologi
sekarang ini mempelajari bukan masalah timbal balik itu, melainkan lebihkepada pengaruh agama
terhadap tingkah laku masyarakat. Bagaimana agama sebagai systemnilai mempengaruhi masyarakat
Meskipun kecenderungan sosiologi agama. Beliau memberi contoh teologi yangdibangun oleh orang-
orang syi`ah, orang-orang khawarij, orang-orang ahli al-Sunnah wa al- jannah dan lain-lain. Teologi-
teologi yang dibangun oleh para penganut masing-masing itu tidaklepas dari pengaruh pergeseran
perkembangan masyarakat terhadap agama.Persoalan berikutnya adalah bagaimana kita melihat
masalah Islam sebagai sasaran studisocial. Dalam menjawab persoalan ini tentu kita berangkat dari
penggunaan ilmu yang dekatdengan ilmu kealaman, karena sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang
terjadi mengalamiketerulangan yang hampir sama atau dekat dengan ilmu kealaman, oleh karena itu
dapat diuji. jadi dengan demikian metodologi studi Islam dengan mengadakan penelitian
social.Penelitian social berada diantara ilmu budaya mencoba memahami gejala-gejala yang tidak
berulang tetapi dengan cara memahami keterulangan.Sedangkan ilmu kealaman itu sendiri
paradigmanya positivisme. Paragdima positivismedalam ilmu ini adalah sesuatu itu baru dianggap
sebagai ilmu kalau dapat dimati (observable),dapat diukur (measurable), dan dapat dibuktikan
(verifiable). Sedangkan ilmu budaya hanya dapat diamati. Kadang-kadang tidak dapat diukur atau
diverifikasi. Sedangkan ilmu social yangdianggap dekat dengan ilmu kealaman berarti juga dapat
diamati, diukur, dan diverifikasi.Melihat uraian di atas, maka jika Islam dijadikan sebagai sasaran studi
social, maka harusmengikuti paragdima positivism itu, yaitu dapat diamati gejalanya, dapat diukur, dan
dapatdiverifikasi.Hanya saja sekarang ini juga berkembang penelitian kualitatif yang tidak menggunakan
paragdima positivisme. Ini berarti ilmu social itu dianggap tidak dekat kepada ilmu kealaman.Jika halnya
demikian, maka berarti dekat kepada ilmu budaya ini berarti sifatnya unik.Lima hal sebagai gejala agama
yang telah disebut di atas kemudian dapat dijadikan obyekdari kajian Islam dengan menggunakan
pendekatan ilmu social sebagaimana juga telah dungkapdiatas.Masalahnya tokoh agama Islam,
penganut agama Islam, interaksi antar umat beragama,dan lain-lain dapat diangkat menjadi sasaran
studi Islam.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari agama islam yangdipraktekkan
dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang
sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan rosul-Nya secara murnitanpa dipengaruhi sejarah,
seperti ajaran tentang akidah,ibadah, membaca al-qur’an dan akhlak. studi islam juga memiliki tujuan
yaitu untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagaiaspek kehidupan manusia, menjelaskan
spirit( jiwa ) berupa pesan moral dan value yangterkandung di dalam berbagai cabang studi islam,
respons islam terhadap berbagai paradigm baru dalam kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi sertamunculnya filsafat dan ideologi baru serta hubungan islam dengan
visi, misi dan tujuan ajaranislam.

DAFTAR PUSTAKA

Azra,Azyumardi,Konteks Berteologi di Indonesia, (Jakarta: Paramadina,1999) Muhaimin, et.al. Kawasan


dan Wawasan Studi iSlam,(Jakarta: Kencana,2005)Mudzhar, Atho ,Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta:
pustaka pelajar,2007Mundzirin,Yusuf, dkk. 2005. Islam dan Budaya Lokal . Yogyakarta:Pokja Akademik
UINSunan KalijagaNata, Abuddin, Metodologi studi islam(Jakarta: Rajawali pres, 2012)

Anda mungkin juga menyukai