KEGAWATDARURATAN KELAUTAN
DISUSUN OLEH:
1
1. DEFINISI
Pengertian tenggelam sangat luas. Sebelumnya, tenggelam didefiniskan
sebagai kematian sekunder akibat asfiksia ketika di dalam cairan, biasanya air,
dalam 24 jam. Hasil konsensus dari World Congress on Drowning tahun 2002,
tenggelam diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kerusakan
respirasi primer di dalam media cair. Sementara World Health Organization
mendefinisikan tenggelam sebagai suatu proses kerusakan pernapasan akibat
masuknya sebagian atau seluruhnya air ke dalam sistem pernapasan. Hampir
tenggelam (near drowning) adalah keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat
tenggelam tetapi tidak terjadi kematian (Onyekwelu, 2008).
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi tenggelam menurut Levin (dalam Arovah, 2009) adalah :
2.1 Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
A. Typical Drowning
Kondisi ketika cairan masuk ke dalam saluran pernapasan saat korban
tenggelam.
B. Atypical Drowning
a. Dry Drowning
Cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan hanya sedikit
bahkan tidak ada.
b. Immersion Syndrom
Terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air
dingin (suhu < 20 °C), menyebabkan terpicunya reflex vagal
sehingga mengakibatkan apneu, bradikardia, dan
2
vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan mengarah ke
terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral. c)
Submersion of the Unconscious
c. Delayed Dead
Kondisi ketika seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24
jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
3. ETIOLOGI
Tenggelam bisa merupakan kejadian utama atau sekunder dari beberapa
kejadian, misalnya kejang, trauma kepala atau spinal, aritmia jantung,
hipotermia, konsumsi obat atau alkohol, pingsan, apneu, hiperventilasi,
bunuh diri atau hipoglikemia.
3
• Kemampuan fisik yang terganggu akibat pengaruh obat
• Ketidakmampuan fisik akibat hipotermia, syok, cedera, atau
kelelahan
• Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
4. PATOFISIOLOGI
Pada semua runtutuan peristiwa tenggelam di mulai dengan kepanikan
dan keinginan bernapas karena terlalu lama menahan napas. Refleks
keinginan bernapas menyebabkan air tertelan dan sebagian kecil air masuk
ke paru. Aspirasi air menyebabkan spasme laring yang menyebabkan
asfiksia, diikuti dengan henti nafas (apnea) volunter dan laringospasme.
Kehilangan kesadaran menyebabkan relaksasi otot dan membiarkan air
masuk ke paru-paru. Adanya air di dalam paru menyebabkan
berkembangnya ketidakcocokan ventilasi/perfusi yang menyebabkan
hipoksemia sistemik. Hipoksemia dan asidosis yang persisten dapat
menyebabkan korban beresiko terhadap henti jantung dan kerusakan sistem
syaraf pusat. Laringospasme menyebabkan keadaan paru yang kering,
namun karena asfiksia membuat relaksi otot polos, air dapat masuk ke
dalam paru dan menyebabkan edema paru.
4
4.1 Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90%
pada korban hamper tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat
mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism
pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat memberi
cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
5
4.3 Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ
tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi
otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi
dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran
korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya
penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia.
Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia
dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit
anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi
kemudian bangun dalam.
5. MANIFESTASI KLINIK
6
Tanda dan gejala yang sering muncul ialah tanda dan gejala sistem
kardiorespiratori dan neurologi. Distres respiratori awalnya tidak
terlihat, hanya terlihat adanya perpanjangan nilai RR tanpa hipoksemia.
Pasien yang lebih parah biasanya menunjukkan tanda hipoksemia,
retraksi dinding dada, dan suara paru abnormal. Manifestasi neurologi
yang muncul seperti penurunan kesadaran, pasien mulai meracau,
iskemik-hipoksia pada sistem saraf pusat sehingga menunjukkan tanda
peningkatan ICP (Elzouki, 2012).
• Syanosis
• Peningkatan edema paru
• Kolaps sirkulasi
• Hipoksemia
• Asidosis
• Timbulnya hiperkapnia
• Lunglai
• Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
• Koma dengan cedera otak yang irreversible
Tanda dan gejala neardrowning berbeda-beda pada setiap individu
tergantung pada durasi dari tenggelamnya. Manifestasi klinis yang biasa
muncul antara lain (Raoof, 2008) :
a. Asimtomatik
b. Simtomatik
c. Pasien sadar namun gelisah dan sesak nafas.Insufisiensi pulmonar dapat
berkembang cepat bersamaan dengan takipnea, takikardia, batuk dengan
sputum berwana pink serta berbusa, dan sianosis.
7
d. Cardiopulmonary arrest : Pasien mengalami apnea, bradikardi, ventricular
tachycardia/fibrilation, asistole, dan nampak seperti tidak sadar. Tanda-
tanda yang memperkuat diagnosis mati tenggelam (drowning) , yaitu :
a) Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah
b) Lebam mayat biasanya sianotrik kecuali mati tenggelam di air dingin
berwarna merah muda
c) Kulit telapak tangan/telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput
(washer woman’s hands/feet)
d) Kadang terdapat cutis anserine/goose skin pada lengan, paha dan bahu
mayat
e) Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz
froth) yang bersifat melekat
f) Bila mayat dimiringkan, cairan akan keluar dari mulut/hidung
g) Bila terdapat cadaveric spasme maka kotoran air/bahan setempat berada
dalam genggaman tangan mayat
h) Paru-paru mayat membesar dan mengalami kongesti
i) Saluran napas mayat berisi buih, kadang berisi lumpur, pasir.
j) Lambung mayat berisi banyak cairan
k) Benda asing dalam saluran napas masuk sampai ke alveoli
l) Organ dalam mayat mengalami kongesti
8
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pasien dengan drowning harus melakukan X-ray dada dan monitoring
saturasi oksigen.Radiografi dada mungkin menunjukkan perubahan akut,
seperti infiltrasi alveolar bilateral.Selain itu, pemeriksaan sistem saraf pusat,
EKG, dan analisis gas darah juga diperlukan (Elzouki, 2012). Berikut
pemeriksaan diagnostic lainnya yaitu:
• Laboratorium
• ABG + oksimetri, methemoglobinemia dan carboxyhemoglobinemia
CBC prothrombin time, partial thromboplastin time, fibrinogen, D-dimer,
fibrin Serum elektrolit, glukosa, laktat, factor koagulasi
• Liver enzymes :
• Aspartate aminotransferase dan alanine minotransferase,
• Renal function tests (BUN, creatinine)
• Drug screen and ethanol level
• Continuous pulse oximetry and cardiorespiratory monitoring
• Cardiac troponin I testing
• Urinalisis Imaging:
9
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaannya sebagai berikut :
oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM
(Bag Valve Mask) atau tabung oksigen. Oksigen yang diberikan memiliki
saturasi 100%. Jika setelah pemberian oksigen ini keadaan korban belum
membaik maka dapat dilakukan intubasi trakeal.
10
Dalam Raoof (2008), penatalaksanaan pasien dengan neardrowning
umumnya terbagi menjadi tiga fase, antara lain perawatan prehospital,
perawatan unit gawat darurat, penatalaksanaan rawat inap.
11
air.Kadangkadang peritoneal lavage dan pleural lavagedengan larutan
hangat juga digunakan.
8. KOMPLIKASI
Menurut Flags (2008) dan Szpilman (2012), setelah kejadian near-
drowning, seorang pasien beresiko terjadinya komplikasi seperti :
12
i. Infeksi Sistemik dan intravaskuler koagulasi juga dapat terjadi selama 72 jam
pertama setelah resusitasi.
9. ASUHAN KEPERAWATAN
9.1 Pengkajian
a. Primary Survey
1) Airway : Kaji adanya sumbatan jalan nafas akibat paru-paru yang
terisi cairan. Manajemen : Kontrol servikal, bebaskan jalan nafas
2) Breathing : Periksa adanya peningkatan frekuensi nafas, nafas
dangkal dan cepat, klien sulit bernafas. Manajemen : Berikan bantuan
ventilasi
3) Circulation : Kaji penurunan curah jantung. Manajemen : Lakukan
kompresi dada
4) Disability : Cek kesadaran klien, apakah terjadi penurunan kesadaran.
Manajemen : Kaji GCS, periksa pupil dan gerakan ektremitas
5) Exposure : Kaji apakah terdapat jejas.
b. Secondary Survey
1. Identitas Klien : meliputi nama, umur, pekerjaan, jenis
kelamin, alamat
2. Keluhan Utama : Kaji hal yang dirasakan klien saat itu,
biasanya klien mengeluh sesak nafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Bagaimana awal mula klien
dibawa ke pelayanan kesehatan sampai munculnya keluhan
yang dirasakan klien
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Kaji apakah sebelumnya klien
pernah tenggelam, dan kaji apakah klien mempunyai penyakit
asma
5. Pengkajian Fisik
13
Keadaan Umum : Klien biasanya tampak lemah, pucat, sesak,
dan kesulitan bernafas.
Pemeriksaan per – system B1-B6 :
14
9.2 Analisa Data
15
9.3 Diagnosa keperawatan
16
rentang Dokumentasi hasil pemantauan sianosis perifer
normal seperti pada
EDUKASI: kuku dan
Jelaskan tujuan dan prosedur ekstremitas
pemanatuan vasookontriksi
Informasi hasil pemantauan 3. Hipoksemia
dapat
,enyebabkan
iritabilitas dari
miokardium
4.
Memaksimalkan
pertukaran
oksigen secara
terus menerus
dengan tekanan
yang sesuai
Penurunan Tujuan : OBSERVASI: 1.Perbedaan
curah frekuensi,
jantung b.d
Setelah Idetifikasi tanda/gejala primer kesamaan dan
dilakukan penurunan jantung
ketidak keteraturan nadi
tindakan Idetifikasi tanda/gejala sekunder
mampuan menunjukkan
keperawatan penurunan jantung
jantung efek gangguan
selama 1×24 Monitor tekanan darah
memompa curah jantung
jam, tidak terjadi Monitor intake dan autput cairan pada sirkulasi
penurunan curah Monitor keluhan nyerri dada sistemik/perifer
jantung Monitor aritmia
2. Pendengaran
Kriteria TERAPEUTIK: terhadap bunyi
Hasil
jantung ekstra
:meningkat Posisikan pasien dengan semi-fowler
atau penurunan
dan fawler dengan kaki kebawah
nadi membantu
atau posisi nyaman
mengidentifikasi
KOLABORASI: disritmua pada
pasien tak
Rujuk ke program rehabilitas terpantau
jantung
3. Meskipun
tidak semua
disritmia
mengancam
hidup,
penanganan
cepat untuk
mengakhiri
disritmia
17
diperlukan pada
adanya
gangguan curah
jantung dan
perfusi jaringan
4. Penurunan
rangsang dan
penghilangan
stress akibat
katekolamin
yang
menyebabkan
atau
meningkatkan
disritmia dan
vasokontriksi
serta
meningkatkan
kerja miokard
Risiko Tujuan : OBSERVASI: 1.Tingkat
perfusi kesadaran
cerebral
Setelah Identifikasi penyebab peningkatan merupakan
dilakukan TIK
tidak indikator terbaik
tindakan Monitor tanda dan gejala
efektif b.d adanya
keperawatan peningkatan TIK
kurangnya perubahan
1×24 jam tidak Monitor MAP(mean arterial perssur)
suplai neurologi
terjadi gangguan Monitor gelombong ICP
oksigen
perfusi serebral Monitor status pernapasan 2. Indikasi
Kriteria Monitor intake dan output cairan adanya fraktur
Hasil basilar
:meningkat TERAPEUTIK:
3. Pada keadaan
a. Klien Minimalkan stimulus denagan normal
menunjukka menyediakan lingkungan yang autoregulasi
n perhatian, tenang mempertahankan
konsentrasi Berikan posisi semi fowler aliran darah otak
dan orientasi Hindari maneuver valsava yang konstan
b. Klien Cegah terjadinya kejang pada saat
menunjukka Pertahankan suhu tubuh normal fluktuasi tekanan
n memori darah sistemik
jangka lama KOLABORASI:
4.Adanya
dan saat ini, Kolaborasi pemberian sedasi dan perubahan tanda
membuat anti kunvulsan,jika perlu vital seperti
keputusan
Kolaborasi pemberian diuretic respirasi
yang benar
osmosis,jika perlu menunukkan
kerusakan pada
18
Kolaborsi pemberian pelunak batang otak
tinja,jika perlu
Pola nafas Tujuan : OBSERVASI: 1.Pucat dan
tidak sianosis
efektif b.d
Setelah Monitor pla napas merupakan
dilakukan Monitor bunyi napas tambahan
masuknya tanda hipoksia
tindakan Monitor sputum
benda cair
keperawatan 2. Posisi untuk
selama 1×24 TERAPEUTIK: memperoleh
jam, pola nafas Pertahankan kepatenan jalan napas ventilasi
klien adekuat dengan head-tilt dan chin-lift maksimum
dan efektif. Posisika semi fowler atau fowler 3. Untuk
Kriteria Berikan minum hangat membebaskan
Hasil :membaik Lakukan fisioterapi dada jalan nafas
Berikan oksigen
a. RR 4. Untuk
dalam KOLABORASI: memberi jalan
batas nafas pada klien
normal Kolaborasi pemberian
16- bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,
22x/meni jika perlu
t
b. Nafas
regular
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21