Anda di halaman 1dari 11

p-ISSN : 2303-307X, e-ISSN 2541-5468 128

PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN


AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN
LUAS PERSEGI, PERSEGI PANJANG, DAN SEGITIGA

Farisia Pratiwi Umami1, Titik Sugiarti2, Fajar Surya Hutama3


Universitas Negeri Jember

ABSTRACT
The purpose of this study was to improve the activity and learning outcomes of fourth grade students
of SDN Kepatihan 05 Jember through the application of van Hiele's learning theory. The type of
research used is Classroom Action Research (CAR). This research was conducted in two cycles.
Each action includes planning, implementation, observation, and reflection. Data collection
techniques used were observation, interviews, learning outcomes tests, and documentation. The
subjects of this study were all students of class IVA SDN Kepatihan 05 Jember, totaling 28 students.
The results of this study indicate that the percentage of student learning activities has increased. In
the first cycle the results were 56.29 percent with sufficient criteria, while in the second cycle it was
76.66 percent with good criteria. The average student learning outcomes also increase. In the first
cycle the results were 55.74 with sufficient criteria, while in the second cycle 75.71 with good
criteria. Based on the results of the study, it can be concluded that the application of van Hiele's
learning theory can improve the activity and learning outcomes of class IVA students of SDN
Kepatihan 05 Jember.

Keywords: van Hiele's theory. Learning activities, learning outcomes

ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Kepatihan 05 Jember melalui penerapan teori belajar van Hiele. Jenis penelitian yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua
siklus. Setiap tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes hasil belajar, dan
dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IVA SDN Kepatihan 05 Jember
yang berjumlah 28 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase aktivitas belajar
siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I menunjukkan hasil sebesar 56,29 persen dengan
kriteria cukup, sedangkan pada siklus II sebesar 76,66 persen dengan kriteria baik. Rata-rata
hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I menunjukkan hasil sebesar 55,74
dengan kriteria cukup, sedangkan pada siklus II sebesar 75,71 dengan kriteria baik. Berdasarkan
hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan teori belajar van Hiele dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kepatihan 05 Jember.

Kata Kunci: teori van Hiele. Aktivitas belajar, hasil belajar.

Korespondensi :
1)Farisia Pratiwi Umami, Universitas Negeri Jember. Email: farisiamustafa97@gmail.com
2)Titik Sugiarti, Universitas Negeri Jember
3)Fajar Surya Hutama, Universitas Negeri Jember
129 Widyagogik, Vol. 7. No. 2 Januari-Juli 2020

PENDAHULUAN dibangun oleh guru untuk

Pendidikan dalam Undang- undang mengembangkan kreativitas berpikir

No.20 tahun 2003 tentang sistem siswa yang dapat meningkatkan

Pendidikan Nasional pasal 1 kemampuan berpikkir siswa, serta dapat

(Kemendikbud) diartikan sebgai usaha meningkatkan kemampuan berpikir siswa,

sadar dan terencana untuk mewujudkan serta dapat meningkatkan kemampuan

suasana belajar dan proses pembelajaran mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai

agar peserta didik secara aktif upaya meningkatkan penguasaan yang

mengembangkan potensi dirinya untuk baik terhadap matematika (Susanto,

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 2013:186). Kegiatan pembelajaran terdiri

akhlak mulia, pengendalian diri, dari kegiatan belajar dan mengajar. Kedua

kepribadian, kecerdasan, serta kegiatan tersebut akan berkolaborasi

keterampilan yang diperlukan oleh menjadi suatu kegiatan yang

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. menimbulkan interaksi antara siswa

Pendidikan sebagai usaha sadar, dengan guru, siswa dengan siswa, dan

artinya bahwa tindakan yang dilakukan siswa dengan lingkungannya.

merupakan tindkan sengaja atau Menurut Hutama (2014:75),

direncanakan dan bukan tindakan rifleks pendidikan di SD memegang peranan

atau spontan yang tidak memiliki tujuan yang sangat penting dalam keberhasilan

(Taufiq et al, 2010). Selain itu, tindakan penidikan secara keseluruhan, sehingga

ini harus mampu mengikutsertakan semua pihak yang menjadi aktor dalam

keterlibatan siswa secara aktif sehingga proses pembelajaran di SD harus benar-

siswa dapat mengembangkan potensi yang benar serius dalam menjalankan setiap

dimilikinya. Dengan kata lain, pendidika perannya. Guru dan siswa sama-sama

bukanlah proses memaksakan kehendak menjadi pelaku aktif untuk mencapai

orang dewasa (guru) kepada siswa, tujuan pembelajaran matematika.

melainkan upaya menciptakan kondisi Matematika merupakan ilmu

yang kondusif yang memberikan pengetahuan yang diperoleh dengan

kesempatan kepada siswa untuk bernalar, yaitu berfikir sistematis, logis,

mengembangkan dirinya. dan kritis dalam mengkomunikasikan

Pembelajaran matematika adalah gagasan atau pemecahan masalah

suatu proses belajar mengajar yang (Depdiknas, 2006). Secara garis besar,
130 Widyagogik, Vol. 7. No. 2 Januari-Juli 2020

matematika dibagi dalam 4 macam ilmu pelaksanannya masih banyak guru yang
geometri, ilmu aritmatika, ilmu musika, dalam proses belajar dan mengajar masih
dan ilmu astronomi. Salah satu menerapkan kurikulum lama yaitu KTSP
pembelajaran dalam matematika adalah 2006 terutama di SD. Pada umumnya
tentang geometri. Geometri merupakan metode pembelajaran yang digunakan di
ilmu pengetahuan dalam matematika yang sekolah cenderung lebih berpusat pada
mempelajari tentang bentuk-bentuk benda. guru. Metode tersebut masih banyak
Menurut Retnaning, Sugiarti, dan Yuliati digunakan oleh guru terutama di SD,
(2013:1), geometri merupakan salah satu sehingga kurang memberdayakan siswa.
topik penting dalam matematika sekolah Hal tersebut mengakibatkan rendahnya
termasuk di SD (Sekolah Dasar) baik tingkat keberhasilan pada siswa
sebagai topik yang berdiri sendiri maupun khususnya pelajaran matematika.
sebagai pendukung topik yang lain. Berdasarkan hasil wawancara
Tujuan pembelajaran geometri di SD agar dengan guru kelas IV di SDN Kepatihan
siswa dapat menganalisis benda- benda 05 Jember pada tanggal 08 november
geometri di lingkungannya 2018 diketahui bahwa pembelajaran
dan untuk meningkatkan hasil matematika guru masih menggunakan
belajar siswa pada pembelajaran geometri. metode ceramah. Saat pembelajaran
Kondisi pendidikan yang ada pada matematika khususnya materi geometri,
suatu negara merupakan faktor yang guru tidak memanfaatkan media yang ada
mempengaruhi maju tidaknya suatu dalam kelas. Guru lebih cenderung dengan
bangsa. Oleh karena itu, sering terjadi menggunakan papan sebagai media
pembaharuan dalam bidang pendidikan pembelajaran.
yang merupakan salah satu bentuk upaya Hutama (2014:75) menjelaskan
memperbaiki kualitas pendidikan yang bahwa salah satu usaha yang dapat
merupakan salah satu bentuk upaya dilakukan untuk menciptakan proses
memperbaiki kualitas pendidikan. Salah pendidikan yang berkualitas adalah
satunya yaituu adanya pembaharuan melalui proses pembelajaran di sekolah.
metode pembelajaran yang ada di sekolah. Seseorang yang berperan penting dalam
Saat ini kurikulum yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
proses pembelajaran yaitu menggunakan adalah guru. Guru dapat menciptakan
kurikulum 2013, namun dalam suatu pembelajaran yang ideal.
Umami, Sugiarti, Hutama, Penerapan Teori Belajar Van Hiele Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Pokok Bahasan Luas Persegi, Persegi Panjang, Dan Segitiga 131

Pembelajaran yang ideal adalah suatu Terdapat 14 siswa dari 28 siswa yang
pembelajaran yang nilainya ≤70 yaitu siswa yang tidak
berkesinmabungan antara teori, memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum
model, metode, hingga media (KKM) SDN Kepatihan 05 Jember. Dari
pembelajaran. Hal tersebut diharapkan data tersebut, hasil belajar siswa kelas
dapat menjadikan pembelajaran lebih IVA perlu ditingkatkan.
bermakna dan meningkatkan hasil belajar Berdasarkan hasil observasi awal
siswa. Salah satu upaya yang dapat yang dilakukan saat pembelajaran
dilakukan oleh guru adalah dengan matematika di kelas, guru memulai
memilih teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran dengan langsung
materi yang diajarkan. Dari berbagai teori menjelaskan konsep. Menurut tahap-tahap
matematika yang ada salah satu teori teori pembelajaran van Hiele, kegiatan
belajar yangg cocok untuk mengajarkan tersebut berada pada fase penjelasan.
materi geometri kepada siswa adalah teori Setelah menjelaskan konsep, guru
belajar van Hiele. memberikan tugas individukepada siswa.
Teori belajar van Hiele terdiri dari Kegiatan pembelajaran tugas tersebut
5 fase (Sunardi, 2012:42), yaitu: (1) fase berada pada fase orientasi bebas. Dari
informasi; (2) orientasi terarah; (3) hasil observasi tersebut, dapat
penjelasan; (4) orientasi bebas; dan (5) disimpulkan bahwa pembelajaran
integrasi. Fase-fase dalam teori belajar matematika pada materi luas persegi,
van Hiele ini terdapat kegiatan-kegiatan persegi panjang, dan segitiga di SDN
yang dapat meningkatkan keaktifan siswa Kepatihan 05 Jember tidak melalui fase-
dalam proses pembelajaran. Menurut van fase dalam teori belajar van Hiele.
Hiele (dalam Sunardi, 2015:204) terdapat
lima tingkat pembelajaran geometri pada
siswa yaitu tingkat 0 (visualisasi), tingkat
1 (analisis), tingkat 2 (deduksi informal),
tingkat 3 (deduksi), dan tingkat 4 (rigor).
Hasil belajar matematika siswa
kelas IVA SDN Kepatihan 05 Jember
masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai METODE PENELITIAN
ulangan harian matematika siswa.
132 Widyagogik, Vol. 7. No. 2 Januari-Juli 2020

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Teori belajar van Hiele terdiri dari
Kepatihan 05 Jember. Subjek penelitian 5 fase (Sunardi, 2012:42), yaitu: (1) fase
adalah seluruh siswa kelas IVA SDN informasi; (2) orientasi terarah; (3)
Kepatihan 05 Jember tahun pelajaran penjelasan; (4) orientasi bebas; dan (5)
2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak integrasi. Fase-fase dalam teori belajar
28 orang. van Hiele ini terdapat kegiatan-kegiatan
Jenis penelitian ini adalah yang dapat meningkatkan keaktifan siswa
penelitian tindakan kelas. Penelitian dalam proses pembelajaran. Menurut van
dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap Hiele (dalam Sunardi, 2015:204) terdapat
tindakan terdiri dari empat tahap meliputi: lima tingkat pembelajaran geometri pada
persencanaan, pelaksanaan, pengamatan, siswa yaitu tingkat 0 (visualisasi), tingkat
dan refleksi. Metode yang digunakan 1 (analisis), tingkat 2 (deduksi informal),
untuk mengumpulkan data adalah tingkat 3 (deduksi), dan tingkat 4 (rigor).
observasi, wawancara, tes hasil belajar, Pengertian tingkat pembelajaran geometri
dan dokumentasi. tersebut sebagai berikut.
Aktivitas belajar yang diamati 1. Tingkat 0 Visualisasi (pengenalan).
dalam penerapan teori belajar van Hiele Tingkat ini disebut tingkat
yaitu: (1) mengamati bentuk bangun datar, pengenalan. Pada tngkat ini siswa
menata kertas lipat, mengerjakan contoh sudah mengenal bentuk-bentuk
soal luas persegi, persegi panjag, dan geometri, misalnya persegi, persegi
segitiga, mengerjakan tugas kelompok, panjang, segitiga. Bentuk- bentuk
membuat kesimpulan. geometri yang dikenal siswa semata-
Hasil belajar yang dinilai dalam mata didasarkan pada karakteristik
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif visual atau penmapakan bentuknya
pada jenjang kemampuan mengingat (C1), scara keseluruhan, bukan sebagian
memahami (C2), menerapkan (C3), dan dalam mengidentifikasi bangun.
menganalisa (C4) yang diperoleh dari Mereka seringkali menggunakan
kegiatan tes akhir siklus setelah prototipe visual. Sebagai contoh,
menerapkan teori belajar van Hiele pada mereka mengatakan bahwa bangunn
pokok bahasan luas persegi, persegi yang diketahui adalah persegi panjang,
panjang, dan segitiga. karena seperti daun pintu. Sswa belum
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umami, Sugiarti, Hutama, Penerapan Teori Belajar Van Hiele Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Pokok Bahasan Luas Persegi, Persegi Panjang, Dan Segitiga 133

menyadari adanya sifat-sifat dari dengan tingkat abstraksi atau tingkat


bangun geometri. pengurutan. Pada tingkat ini siswa
2. Tingkat 1 (analisis). Tingkat ini disebut dapat melihat hubungan antara sifat-
juga dengan tingkat deskripsi. Ada sifat dalam satu bangun misal, dalam
tingkat ini siswa sudah mengenal sifat- belah ketupat sisi yang berhadapan
sifat bangun geometri yang didasarkan sejajar mengharuskan sudut-sudut yang
pada analisis informal tentang bagian- berhadapan sama besar. Siswa juga
bagian bangun dan atribut- atribut dapat melihat hubungan sifat di antara
komponennya. Pada tingkat ini mulai beberapa bangun. Suatu contoh, belah
banyak adanya analisis terhadap ketupat adalah jajar genjang karena
konsep-konsep geometri. Siswa dapat sifat-sifat jajar genjang juga dimiliki
mengenali dan menentukan oleh belah ketupat. Siswa dapat
karakteristik bangun berdasarkan sifat- mengurutkan secara logis sifat-sifat
sifatnya. Melalui pengamatan, bangun. Misalnya, siswa menyatakan
eksperimen, mengukur, menggambar, bahwa persegi juga merupakan belah
dan membuat model. Siswa dapat ketupat dan belah ketupat juga
mengenali dan membedakan merupakan jajar genjang. Siswa dapat
karakteristik suatu bangun. Siswa menyusun definisi dan menemukan
melihat bahwa suatu bangun sifat-sifat bangun melalui induktif
mempunyai bagian-bagian tertentu (deduksi informal). Definisi yang
yang dapat dikenali. Namun demikian dibangun tidak hanya berbentuk
siswa belum sepenuhnya dapat deskripsi tetapi merupakan hasil dari
menjelaskan hubungan antara sifat pengaturan secara logis dari sifat- sifat
yang satu dengan sifat yang lain, siswa konsep yang didefinisikan. Sebagai
sama sekali belum bisa melihat contoh, siswa dapat menunjukkan
hubungan antara beberapa bangun, dan bahwa jumlah ukuran sudut-sudut
definisi abstrak belum atau tidak dapat segiempat adalah 3600 sebab setiap
dimengerti. Suatu contoh, siswa belum segiempat dapat didekomposisi
bisa menyatakan bahwa persegi menjadi dua segitiga yang masing-
panjang juga merupakan jajar genjang. masing 1800, tetapi siswa tidak bisa
3. Tingkat 2 Deduksi informal menjelaskan secara deduktif.
(pengurutan). Tingkat ini sering disebut
134 Widyagogik, Vol. 7. No. 2 Januari-Juli 2020

4. Tingkat 3 (Deduksi). Pada tingkat ini perlu dan cukup dipahami. Pada tingkat
berpikir deduktif siswa sudah mulai ini siswa belum mengerti mengapa
berkembang dan penalaran deduksi sesuatu itu dijadikan teorema, aksioma
sebagai cara untuk membangun dalam atau definisi.
sistem aksiomatik telah dipahami. Hal 5. Tingkat 4 (Rigor). Dalam tingkat siswa
ini telah ditunjukkan siswa dengan dapat bekerja dalam berbagai struktur
membuktikan suatu pernyataan tentang deduksi aksiomatik. Siswa dapat
geometri menggunakan alasan yang menemukan perbedaan di antara dua
logis dan deduktif. Suatu contoh, siswa struktur. Siswa memahami perbedaan
telah dapat menyusun bukti jika sisi- di antara geometri Euclides dan non-
sisi berhadapan suatu segiempat saling Euclides. Geometri Euclides
sejajar, maka sudut-sudut yang merupakan geometri yang telah
berhadapan sama besar. Struktur ditemukan setelah Euclides, sedangkan
deduktif aksiomatik yang lengkap geometri nin-Euclides adalah geometri
dengan pengertian pangkal, yang ditemukan setelah geometri
postulat/aksioma, definisi, teorema, dan Euclides. Pada tahap ini, postulat,
akibat yang secara implisit ada pada aksioma, definisi dan teorema menjadi
tingkat deduksi informal, menjadi objek pemikirannya.
objek yang eksplisit dalam pemikiran Berdasarkan hasil penelian, di
siswa pada tingkat ini. Siswa telah dapatkan presentase Aktivitas Belajar
dapat mengembangkan bukti lebih dari Siswa yang berdasarkan indikator
satu cara. Timbal balik antara syarat penelitian, dapat dilihat pada Gambar 1
Umami, Sugiarti, Hutama, Penerapan Teori Belajar Van Hiele Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Pokok Bahasan Luas Persegi, Persegi Panjang, Dan Segitiga 135

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Mengamati menata mengerjakan Mengerjakan membuat
bentuk Kertas Lipat Contoh soal tugas kesimpulan
bangun datar kelompok
Siklus I 58.02 74.07 43.02 60.49 45.67
Siklus II 71.42 88.09 75 80.95 67.85

Gambar 1. Grafik Aktivitas Belajar Siswa tiap Aktivitas pada Siklus I dan II

Setelah diperoleh penilaian


Berdasarkan peningkatan aktivitas aktivitas belajar siswa, maka selanjutnya
siswa pada tiap aktivitas membuat rata- dilakukan penilaian hasil belajar pada tiap
rata aktivitas belajar siswa mengalami siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil
peningkatan. Persentase aktivitas belajar belajar siswa setiap kriteria juga
siswa pada siklus I sebesar 56,29%, meningkat. Peningkatan tersebut dapat
sedangkan pada siklus II sebesar 76,66%. dilihat gambar berikut.
136 Widyagogik, Vol. 7. No. 2 Januari-Juli 2020

80 75.71

70

60 55.74

50

40

30

20

10

Siklus I Siklus II

Gambar 2. Grafik perbandingan siklus I dan siklus II


Setelah diterapkannya teori belajar
1. Penerapan teori belajar van Hiele
van Hiele pada pembelajaran matematika
dalam pembelajaran matematika
pokok bahasan luas persegi, persegi
dilaksanakan sesuai dengan fase-fase
panjang, dan segitiga, mengalami
teori van Hiele, yaitu fase informasi,
peningkatan.
orientasi terarah, penegasan, orientasi
Hasil belajar siswa pada siklus I
bebas, dan integrasi. Dari lima fase
yaitu 55,74. Hasil belajar pada siklus II
tersebut, fase integrasi adalah fase
sebesar 75,71.
yang paling sulit diterapkan karena
siswa malu untuk mempresentasikan
SIMPULAN DAN SARAN
hasil dari tugas kelompok sehingga
Simpulan
guru harus memilih salah satu
Berdasarkan penerapan teori perwakilan kelompok untuk ke depan
belajar van Hiele yang dilaksanakan kelas mempresentasikan hasil
selama dua siklus pada siswa kelas IVA kerjanya, sedangkan fase orientasi
SDN Kepatihan 05 Jember dapat terarah adalah fase dimana siswa
disimpulkan sebagai berikut. sangat aktif dalam pembelajaran
karena siswa dapat belajar sambil
Umami, Sugiarti, Hutama, Penerapan Teori Belajar Van Hiele Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Pokok Bahasan Luas Persegi, Persegi Panjang, Dan Segitiga 137

bermain media yang tersedia dan yaitu (a) Bagi guru, agar dapat
dapat terlaksana dengan lancar. melanjutkan dan memaksimalkan
2. Penerapan teori belajar van Hiele penerapan teori belajar van Hiele untuk
pada pembelajaran matematika pook materi selanjutnya agar aktivitas dan
bahasan luas persegi, persegi panjang hasil belajar siswa lebih meningkat,
dan segitiga di kelas IVA SDN serta level pemahaman geometri siswa
Kepatihan 05 Jember tahun pelajaran dapat meningkat. Guru sebaiknya
2018/2019 mengalami peningkatan. memberikan lebih banyak pertanyaan-
Persentase rata-rata aktivitas belajar pertanyaan yang dapat menggali
siswa mengalami peningkatan pada pemahaman awal siswa pada fase
siklus I sebesar 56,29% dengan informasi. (b) Bagi siswa, dengan
kriteria cukup dan pada siklus II adanya penelitian ini membuat siswa
meningkat menjadi 76,66% dengan lebih aktif dan tidak cepat bosan selama
kriteria baik. proses pembelajaran. Peningkatan
3. Penerapan teori belajar van Hiele pada aktivitas dan hasil belajar dengan
pembelajaran matematika pokok menerapkan teori belajar van Hiele
bahasan luas persegi, persegi panjang dapat tercapai dengan baik jika siswa
dan segitiga di kelas IVA SDN mampu berperan aktif dalam belajar
Kepatihan 05 Jember tahun pelajaran bersama. (c) Bagi peneliti lain, melalui
2018/2019 mengalami peningkatan. hasil penelitian penerapan teori belajar
Rata-rata hasil belajar siswa pada van Hiele diharapkan dapat dijadikan
siklus I sebesar 55,74 dengan kriteria referensi dalam melakukan penelitian
cukup meningkat menjadi 76,66 pada selanjutnya, dan lebih baik lagi dalam
siklus II dengan kriteria baik. menerapkan fase-fase teori belajar van
Saran Hiele khususnya pada fase informasi
Saran yang perlu dipertimbangkan dimana dalam penelitian ini guru kurang
untuk penerapan teori belajar van Hiele maksimal dalam memberikan contoh
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil materi bangun datar.
belajar siswa pada pokok bahasan luas
persegi, persegi panjang, dan segitiga,
138 Widyagogik, Vol. 7. No. 2 Januari-Juli 2020

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Standar Isi SD. Jakarta: Depdiknas.

Diasti, L. C. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele untuk Meningkatkan


Aktivitas dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Luas Trapesium dan Layang-layang
Siswa Kelas VA SDN Maesan. Tidak diterbitkan. Skripsi. Jember: Universitas
Jember. https://bit.ly/2XtmKLS. [Diakses pada 19 September 2018].

Hutama, F. S. 2014. Pengaruh Model PBL melalui Pendekatan CTL terhadap Hasil
Belajar IPS. Jurnal Pendidikan Humaniora. 2(1): 75-83. https://jurnal.unej.ac.id.
[Diakses pada 8 Agustus 2018].

Retnaning, O., T. Sugiarti, dan N. Yuliati. 2013. Analisis Penyajian Pembelajaran


Geometri pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) SD berdasarkan Teori Van Hiele.
http://repository.unej.ac.id. [Diakses pada 8 Agustus 2018].

Sunardi. 2012. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Universitas Jember.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Media Grup.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.


8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai