Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

ASKEP IKTERUS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. ADJIE MAHLIANSYAH (F0H020038)


2. NAJAH FEBIANA (F0H020034)
3. VANISYA DEWI .T (F0H020028)
4. FERDI HARYANTO (F0H020030)
5. ELMA SAVITRI UTAMI (F0H020014)
6. DINDA MEI SITA SARI (F0H020024)
7. OLIN DESTA (F0H020040)

DOSEN PENGAMPU:

SARDANIAH,SST., M.Kes

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TA.2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah
kepada kita semua,sehingga berkat karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan Ikterus” . Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah mengajarkan kami
dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri
maupun kepada pembaca umumnya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan selamat membaca.

Kota Bengkulu,27 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 2

BAB II KONSEP TEORI

A. Definisi.............................................................................................. 3
B. Klarifikasi.......................................................................................... 3
C. Etiologi.............................................................................................. 4
D. Manifestasi Klinis............................................................................. 5
E. Pathway............................................................................................. 6
F. Penatalaksanaan................................................................................ 6
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................... 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian................................................................................... 8
2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 9
3. Intervensi Keperawatan............................................................... 9
4. Implementasi Keperawatan......................................................... 11
5. Evaluasi Keperawatan................................................................. 11

ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperbilirubinemia merupakan berlebihnya kadar bilirubin dalam darah lebih dari
10 mg % pada minggu pertama yang mengakibatkan jaundice, warna kuning yang terlihat
jelas pada kulit, mukosa, sklera dan urin, serta organ lain, sedangkan pada bayi normal
kadar bilirubin serum totalnya adalah 5 mg% (Sembiring, 2019).
Bilirubin merupakan senyawa pigmen kuning yang merupakan produk
katabolisme enzimatik biliverdin oleh biliverdin reduktase. Bilirubin di produksi sebagian
besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak
terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk
(terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi memiliki
usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah, sehingga pemecahan
bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam
aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Manggiasih & jaya, 2016). Kadar
bilirubin akan meningkat setelah lahir, lalu menetap dan selanjutnya menurun setelah usia
7 hari. Meskipun demikian, 3%-5% neonatus yang mengalami hiperbilirubinemia
merupakan proses patologis yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kernikterus
(Rohsiswatmo & Amandito,2018).
Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015) penyebab kematian
bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah gangguan pernafasan 36,9%, prematuritas
32,4%, sepsis 12%, hipotermi 6,8%, kelainan darah/ikterus 6,6% dan lain-lain. Data
tersebut menunjukkan bahwa kelainan darah/ikterus sebanyak 6,6 % berpotensi menjadi
ensolopati bilirubin (lebih dikenal Kern Ikterus). Insiden ikterus pada bayi cukup bulan di
beberapa Rumah Sakit (RS) Pendidikan, antara lain, RSCM, RS. Dr. Sardjito, RS Dr.
Soetomo, RS. Dr. Kariadi bervariasi antara 13,7% hingga 85%. Berdasarkan data
registrasi neonatologi bulan Desember 2014 sampai November 2015 di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah kota Denpasar Bali, diantara 1093 kasus neonatus yang dirawat,
didapatkan 165 (15,09 %) kasus dengan ikterus neonatorum (Surya Dewi, Kardana, &
Suarta, 2016).

1
B. Rumusan Masalah
1. Konsep ikterus
2. Asuhan keperawatan ikterus
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep ikterus
2. Agar memahami asuhan keperawatan ikterus

2
BAB II
KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Ikterus adalah gejala kuning pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin yang berlebihan
di dalam darah dan jaringan. Normalnya bilirubin serum kurang dari 0,5 mg%. Ikterus nyata
secara klinis jika kadar bilirubin meningkat diatas 2mg%. (Nurarif dan Kusuma, 2015).

B. KLASIFIKASI
(Vidya dan Jaya, 2016), membagi ikterus menjadi 2 : 1.
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah, dan
biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilangsetelah minggu kedua. Ikterus
fisiologis muncul pada hari keduadan ketiga.Bayi aterm yang mengalami hiperbilirubin
memilikikadar bilirubin yang tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR 10mg/dl, dan dapat
hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karnabayi kekurangan protein Y, dan enzim
glukoronil transferase
2. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timbul segera dalam 24 jam pertama,
dan terus bertambah 5mg/dl setiap harinya, kadar bilirubin untuk bayi matur diatas 10
mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayiprematur, kemudian menetap selama seminggu kelahiran.
Ikteruspatologis sangat butuh penanganan dan perawatan khusus, hal inidisebabkan
karna ikterus patologis sangat berhubungan denganpenyakit sepsis.
Tanda-tandanya ialah :
a.Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadar melebihi 12mg/dl.
b.Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam 24jam.
c.Ikterus yang disertai dengan hemolisis.
d.Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayiaterm dan 14 hari pada
bayi BBLR.

3
Derajat Ikterus pada neonates menurut Kramer :
zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek
1 Kepala dan leher 100
2 Pusat – leher 150
3 Pusat – paha 200
4 Lengan – tungkai 250
5 Tangan – kaki >250
Nurarif dan Kusuma, 2015).

C. ETIOLOGI
Penyebab icterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Secara garis besar etiologi icterus neonatorum dapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihan Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan
darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2.Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar Gangguan ini dapat disebabkan oleh
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu
defisiensi protein.Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin
ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole.Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek
yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau
diluar hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi
dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain. (Nurarif dan
Kusuma, 2015).

4
D. MANIFESTASI KLINIS
Pengamatan dan penelitian RSCM Jakarta menunjukkan bahwa dianggap
hiperbillirubinemia jika :
1. Ikterus terjadi 24 jam pertama
2.Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
3.Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonates kurang bulan dan 12,5 mg%
pada neonates cukup bulan
4.Icterus yang disertai proses hemolysis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD dan
sepsis)
5.Icterus yang disertai keadaan sebagai berikut :
a.Berat lahir < 2000 gram
b.Masa gestasi < 36 minggu
c.Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan
d. Infeksi
e. Trauma lahir pada kepala
f.Hipoglikemia, hiperkarbia
g.Hiperosmolalitas darah (Nurarif dan Kusuma, 2015)

5
E. PATHWAY

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara terapeutik :
1. Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg% dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin dengan oksidasi foto pada
bilirubin dari biliverdin.
2. Fenoforbital

6
Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.Meningkatkan
sintesis hepatis glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan bilirubin konjugasi
dan clearance hepatik pada pigmen dalam empedu, sintesis protein dimana dapat
meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin.Fenobarbital tidak begitu sering
dianjurkan.
3. Transfusi Tukar
Apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi atau kadarbilirubin indirek lebih
dari 20 mg%.
Pelaksanaan hiperbilirubinemia secara alami :
1. Bilirubin Indirek
Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan sinar ultraviolet ringan yaitu dari
jam 7.00 – 9.00 pagi. Karena bilirubin fisiologis jenis ini tidak larut dalam air.
2. Bilirubin Direk Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang adekuat.
Hal ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut dalam air, dan akan dikeluarkan
melalui sistem pencernaan.
(Vidya dan Jaya, 2016).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG, radiologi.
2. Kadar bilirubin serum (total).
3. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi.
4. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi.
5. Pada icterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap
galaktosemia
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan
pemeriksaan C reaktif protein (CRP) (Nurarif dan Kusuma, 2015)

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, nomer registrasi, tanggal masuk
RS, dan diagnose medis.
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, hubungan, alamat, agama, dan pekerjaan.

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Bayiterlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas menyusu, tampak lemah, dan bab
berwarna pucat.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi, refleks hisap kurang, pada
kondisi bilirubin indirek yang sudah 20mg/dl dan sudah sampai ke jaringan
serebralmaka bayi akan mengalami kejang dan peningkatantekanan intrakranial yang
ditandai dengan tangisanmelengking.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat gangguan hemolisis darah
(ketidaksesuaian golongan Rhatau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma,
gangguanmetabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibumenderita DM.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit menurun pada keluarga seperti hipertensi, DM dll.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher.
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
b. Dada
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan terlihat pergerakan dada
yang abnormal.

8
c. Perut
Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkanoleh gangguan
metabolisme bilirubin enterohepatik.
d. Ekstremitas
Kelemahan pada otot.
e. Kulit
Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerahkepala dan leher termasuk ke
grade satu, dst.
f. Neurologis
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah mencapai jaringan serebral, maka
akan menyebabkan kejang-kejang dan penurunan kesadaran.
4. Pola Fungsi Kesehatan Meliputi pola persepsi, pola nutrisi dan metabolic, pola eliminasi,
pola tidur, pola toleransi dan koping stress, pola seksual dan reproduksi, pola
kepercayaan.
5. Program Therapy Berbagai terapi yang diberikan untuk mempercepat proses
penyembuhan seperti perawatan dengan fototerapi.
6. Pemeriksaan Penunjang Berbagai pemeriksaan laboratorium untuk mendukung tindakan
medis seperti pemeriksaan bilirubin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ikterik Neonatus b.d bilirubin takterkonjugasi didalam sirkulasi.
2. Ketidakefektifan termoregulasi b.d efek fototerapi.
3. Kerusakan inetgritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. TUJUAN DAN INTERVENSI (NIC) RASIONAL


DX KRITERIA HASIL
(NOC)
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Amati tanda-tanda 1. Mengetahui
keperawatan maka icterus. perkembangan pasien.
didapatkan kriteria : 2. Monitor tanda-
1. Dapat memanajemen tandavital 2. Mengetahui
dan mencegah 3. Instruksikan perkembangan pasien
penyakit semakin keluarga pada
parah prosedur fototerapi 3. Agar keluarga paham

9
2. Pertumbuhan dan dan perawatan tentang apa yang akan
perkembangan bayi 4. Ubah posisi bayi dilakukan
dalam batas normal setiap 4 jam
5. Memantau 4. Agar Mendapatkan
bilirubin serum sinar lampu yang merata
tingkat
6. Instruksikan 5. Untuk mengetahui
keluarga pada perkembangan dari hasil
fototerapi di rumah bilirubin
yang sesuai
6. Untuk mencegah
terjadinya icterus
kembali
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu 1. memantau apakah
keperawatan maka minimal tiap 2 jam adanya
didapatkan kriteria : 2. Monitor tanda- peningkatan atau
1. Temperature stabil: tanda hipertermi penurunan suhu
36,5-37°C dan hipotermi tubuh.
2. Tidak ada kejang 3. Tingkatkan intake 2. Untuk
3. Pengendalian risiko : cairan dan nutrisi mengetahui
hipertermia dan 4. Lakukan tepid apakah suhu
hypotermia sponge meningkat atau
menurun
3. Agar tidak terjadi
dehidrasi
4. Untuk
menurunkan suhu
agar kembali
dalam batas
normal.
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kulit akan 1. Untuk
keperawatan maka adanya kemerahan mengetahui
didapatkan kriteria : 2. Memandikan apakah ada lesi
1. Integritas kulit yang pasien dengan 2. Untuk menjaga
baik bisa sabun dan air kulit pasien tetap
dipertahankan hangat bersih
2. Perfusi jaringan baik 3. Mobilisasi pasien 3. Agar kulit
3. Tidak ada luka/lesi (ubah posisi pasien mengalami
setiap 2 jam sekali) bengkak
4. Monitor status 4. Untuk
nutrisi pasien mengetahuibturg
or kulit dan
mukosa bibir

10
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Melakukan intervensi seperti rencana keperawatan yang telah dibuat
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi perkembangan pasien:
1. Tidak di dapati icterus kembali lagi
2. Termoregulasi dalam batas normal
3. Integritas kulit dalam keadaan baik

11
DAFTAR PUSTAKA

Atikah, Vidya dan Pongki Jaya. 2016. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,

Balita dan Anak Pra Sekolah.Jakarta: Trans Info Media

Nurarif, A. H dan Kusuma, Hardi. 2015. NANDA NIC NOC.Yogyakarta:

MediAction

12

Anda mungkin juga menyukai