Anda di halaman 1dari 31

Konsep Dasar Subnetting

dan Teknik Perhitungan Subnetting

Hey! Satu topik yang menjadi syarat agar kamu bisa memahami jaringan
komputer secara umum, yaitu subnetting. Saat belajar subnetting, kamu diajarkan
caranya memetakan sebuah jaringan, dan alamat-alamat setiap perangkatnya.

Kalau tidak paham subnetting, mustahil bisa paham jaringan komputer.

Secara khusus, topik subnetting lebih dibahas di track routing-switching, karena track
tersebut adalah dasarnya. Bagi kamu yang sedang belajar CCNA, kamu WAJIB ‘paham’
subnetting.

Tingkat pemahaman yang saya maksud, adalah paham sepaham-pahamnya paham. Bisa
luar kepala membayangkan jaringan seperti apa yang bisa dibentuk dengan alokasi
address <sekian> untuk kebutuhan network dan host <sekian>.

Tanpa pakai ip calculator!

Sebelum kita lanjut ke pembahasan subnetting, ada 2 fakta tentang subnetting yang
menarik untuk kamu ketahui:

1. Subnetting merupakan materi paling sulit nomor #1 di jaringan komputer, terutama


CCNA Routing Switching.
2. Belajar subnetting butuh waktu berbulan-bulan, hingga bertahun.

1
#0. Pendahuluan: Subnetting Merupakan Materi Paling Sulit di
CCNA Routing-Switching

Tahun lalu, di channel @belajarnetworking Telegram, ada postingan survey berbentuk


polling (voting) mengenai materi CCNA yang paling sulit menurut subscriber.

Saat diagram diatas diambil, ada 1000 orang yang berpartisipasi di poll tersebut, dan
sebanyak 388 orang menjawab bahwa subnetting adalah materi yang paling sulit di CCNA
routing switching.

Perbedaannya sampai 39% dibanding materi-materi CCNA yang lain. Kalau kamu
penasaran, silakan lihat langsung pollingnya melalui link ini.

Bagi saya pribadi, hasil vote diatas agak menarik. Saya mungkin tidak merasa kesulitan
saat belajar subnetting, sebab ketika kuliah, kami sudah belajar perhitungannya.

Tapi saat sudah belajar CCNA bener-bener, saya baru sadar kalau sebenernya saya juga
belum paham tentang subnetting. Nah loh, padahal.. sudah bisa menghitung subnetting.
Why?

Dah.. intinya. Kalau ini adalah kali pertamanya kamu belajar subnetting. Jangan
khawatir.

2
Disini saya akan membantu kamu belajar subnetting, mulai dari mengenal konsepnya,
tata cara perhitungannya, dan penerapannya di jaringan komputer nyata. InsyaAllah,
sampai mahir.

Tapi, ada tahapannya dan agak lama. Gimana?

Kalau masih tertarik, mari kita mulai.

#1. Tahapan Belajar Subnetting (Dari Nol Sampai Mahir)


Lagi-lagi, saya akan katakan bahwa belajar subnetting itu membutuhkan proses yang
sangat panjang, berbulan-bulan bahkan bisa bertahun. Supaya terbayang gambarannya,
berikut ini tahapan belajar subnetting.

Gambar 2: Tahapan Menguasai Subnetting

a. Prerequisites (prasyarat)
Syarat dasar sebelum belajar subnetting
Karena subnetting termasuk materi yang advance, jadi tidak bisa langsung dipelajari
tanpa memahami dasar-dasar jaringan komputer terlebih dahulu. Intinya, belajarnya
harus berurutan. 3
Kamu harus sudah tahu gambaran dasar jaringan komputer. Jika belum paham, silakan
baca dasar internetworking, disitu akan dibahas perbedaan mendasar mengenai kinerja
switch dan router.

Setelah itu kamu harus sudah paham susunan hirarki perangkat di topologi, dari access,
distribution, core, dan WAN juga remote networknya. Ini bisa kamu lihat gambarannya di
jaringan enterprise.

Kemudian kamu harus sudah paham bagaimana perangkat-perangkat di jaringan


komputer saling bekerja, mengikuti aturan networking model, yaitu TCP/IP model dan
OSI model.

Kalau belum paham materi-materi yang saya sebutkan diatas, tidak usah lanjutkan
membaca tulisan ini. Percuma, cuma buang-buang waktu kamu saja. Karena kamu ga
akan paham.

b. Tahapan awal belajar subnetting #basic

Saat ini kita berada di tahapan awal belajar subnetting, kamu harus sudah paham dasar
IP, jenis-jenis IP address, dan bagaimana struktur alamatnya, dst. Silakan baca
penjelasan tentang IP Address kalau belum paham.

Sekali lagi, kalau belum paham dasar IP address, gausah lanjut baca materi ini. Kamu ga
bakalan paham.

Di materi ini kita akan membahas lagi lebih dalam mengenai porsi network address, dan
host address. Diawali dengan mengenal metode CIDR (classless inter-domain routing).
Dilanjutkan dengan tahapan-tahapan membuat subnet.

Lalu belajar perhitungan subnetting FLSM (fixed length subnet mask). Setelah itu materi
akan dilanjutkan konsep dasar IP routing, dan konfigurasi static routing. Disini kita akan
mempraktikan FLSM untuk lab-lab tersebut.

c. Tahapan lanjutan belajar subnetting #advance


Di tahapan lanjutan belajar subnetting, kamu sudah paham bener konsep routing statis
dan dinamis, juga switching (termasuk VLAN). Disini biasanya kita harus banyak-banyak
latihan dengan lab yang besar.

Lab yang saya rekomendasikan adalah CCNA exploration (di bagian ip routing concepts
and protocol). Ada puluhan lab yang keren-keren, kamu akan disuruh ngitung VLSM dan
route summarization terus-terusan sampai benar-benar terbiasa.

Intinya disini kemampuan kamu sudah lebih ke penerapan ip addressing yang lebih
kompleks. Akan lebih menarik jika networknya memiliki VLAN dan kasus-kasus seperti
network summarization, network overlap, dan lain sebagainya.

4
Baiklah, tahapan belajar subnetting diatas sudah saya singkat karena nyatanya akan lebih
panjang. Namun perlu saya sampaikan karena banyak yang belum paham konsep dasar,
belum paham subnetting, udah ngelab jauh jauh ke private VLAN, qinq, BGP, MPLS, dsb.

Serius. Jangan seperti ini. Sayang banget waktunya.

Intinya, belajarlah secara sistematis, jangan ikuti ego dan terburu-buru, sayang waktunya
jika terbuang percuma. Lebih baik sedikit namun dipahami.

Mari kita mulai materinya.

#2. Konsep Dasar Subnetting


Sekedar mencerahkan ingatan, di materi sebelumnya mengenai IP address, kita sudah tau
range IP address berdasarkan kelasnya yakni kelas A, kelas B,dan kelas C.

Ambil range ip address kelas C, yang paling sedikit jumlah hostnya, maka network yang
kita buat jadi seperti ini:

Gambar 3: Network sebelum disubnet

5
Gambar diatas hanya ilustrasi, sebab switch pada umumnya tidak sampai 250-an port.
Jadi sebenarnya ada beberapa switch disitu. Tapi tetap saja, masalahnya… ada sebuah
broadcast domain di network tersebut!

Satu broadcast domain yang luas sangat buruk untuk performa network. Kalau belum
paham tentang broadcast domain dan collision domain, silakan baca dulu penjelasannya
disini dan disini.

Karena itu, network tersebut bisa kita pecah lagi menjadi beberapa network, jadi seperti
ini. (cara perhitungan subnettingnya akan kita pelajari dibawah).

6
(Butuh router untuk memecah broadcast domainnya, ya kan?)

Jadi, dari satu network dengan sebuah broadcast domain yang lebar, kita pecah-pecah
menjadi (contoh) 4 broadcast domain.

Maka subnetting adalah subdivided network, yaitu (yang sebenarnya) adalah sebuah
network, yang dibagi-bagi lagi menjadi beberapa network.

Saya tebali kata ‘sebuah network’, karena pada penerapannya nanti, network yang sudah
disubnet tadi, ketika dirouting dari network yang lain, alamatnya tetap ‘network utama’
nya. Bukan subnetnya.

Maksudnya seperti ini.

Gambar 4: Route ke network yang telah disubnet

Network yang tadi (192.168.100.0/24), saat dirouting dari network lain, tetap saja ke /24,
bukan /26 yang sudah disubnet. Dalam penggunaanya, network utama ini sering disebut
dengan global space address.
7
Kecuali memang yang ingin dirouting hanya subnetnya saja, jadi saat routing di Router B
atau Router C, destination networknya adalah spesifik ke salah satu subnet /26 diatas.

Itu sedikit gambaran saja mengenai route summarization yang akan kita bahas di bab
berikutnya.

Balik lagi ke konsep dasar subnetting tadi, mudah-mudahan sudah paham ya. Jangan
pusingin dulu mengenai perhitung subnetting, dibawah akan saya jelaskan.

#3. Tahapan Membuat Subnet


Sebelum belajar perhitungan subnetting, kamu perlu tahu tahapan-tahapan apa saja yang
perlu dilakukan untuk membuat subnet. Biar engga bingung.

Mungkin.. dari topologi diatas, kamu bertanya-tanya, kenapa topologinya seperti itu? Apa
aturan membuat subnet? Alamat networknya ngasal saja apa gapapa mas?

Sekilas memang ketika melihat orang mensubnet networknya, asal saja. Namun
sebenarnya, ada tahapannya. Secara garis besar, ada 3, yaitu:

1. Ketahui jumlah network address (network ID) yang dibutuhkan.


Satu untuk setiap subnet LAN
Satu untuk setiap subnet WAN
2. Jumlah ip address (host ID) yang dibutuhkan tiap subnet.
Satu untuk setiap TCP/IP host
Satu untuk setiap interface router/switch
3. Tentukan network keseluruhan, subnet, dan range IP tiap subnet.
Subnet mask unik untuk network keseluruhan
Subnet ID unik untuk setiap segmen fisik
Range IP address tiap subnet

Mari kita bahas satu persatu tahapan membuat subnet diatas.

Note: saya akan gunakan contoh yang ‘sedikit kompleks’ bagi pemula. Tujuannya semata-
mata hanya untuk memberi gambaran jaringan yang biasa dikerjakan di lab-lab
subnetting CCNA RS.

a. Pertama: Menentukan Network ID


Jaringan bisa saja agak kompleks yang memiliki beberapa zona misal internet, extranet,
DMZ, intranet, dan lain sebagainya. Tapi sederhananya kita bagi saja atas WAN dan
LAN.

Nah ketika membuat subnet, network LAN dan network WAN ini dipisahkan
pensubnetannya. Seperti ini:

8
Gambar 5: Menentukan ID Network

Lihat link WAN berwarna merah, dan link LAN berwarna ungu. Disamping itu ada juga
link menuju ke ISP, tapi ini tidak kita bahas lebih lanjut. Karena prosedurnya beda lagi,
kamu harus menyewa IP space ke ISP.

Sedangkan untuk private IP address, pemilihan alamatnya terserah kita sendiri.


Patokannya, ukuran IP Address yang sudah kita bahas sebelumnya, ingat 2 hal ini:

Kelas IP address apa yang jumlah network addressnya banyak, namun jumlah host
addressnya sedikit.
Sebaliknya.

Lalu sesuaikan dengan kebutuhan.

Disarankan untuk network LAN dan WAN berbeda kelas IP, namun sama juga tidak apa,
asal… jaraknya atau range IP nya tidak berdekatan sehingga kalau ada pengembangan
kedepannya tidak menjadi masalah (kita skip sejenak bagian ini).

b. Kedua: Banyaknya IP (Host ID) Setiap Subnet

Langkah kedua membuat subnet adalah mengetahui berapa banyak IP address yang
dibutuhkan untuk LAN dan WAN. Nah yang butuh IP address kan perangkat-perangkat
host (ex: client, server, dll) lalu perangkat network (switch, router, dll).

Misalnya di perkantoran atau sekolah, harus dihitung berapa banyak komputer, gadget,
dan perangkat-perangkat network atau server yang ada.

Setelah jumlahnya diketahui, maka gambarkan lagi topologinya kira-kira seperti ini:
9
Gambar 6: Menghitung Kebutuhan IP Address

Sekarang topologinya sudah dilengkapi dengan jumlah kebutuhan IP tiap host di jaringan
LAN dan WAN, serta saya tambahkan notasi interface router dan switch karena akan
dipasangi IP address.

Disini kamu harus sudah paham mengoperasikan Cisco IOS dan sudah memahami
tentang interface cisco IOS router dan switch.

Mari kita coba hitung kebutuhan IP address diatas.

WAN subnet, total 6 ip address


LAN subnet, total 222 ip address
Client butuh total 210 ip address
Interface router dan switch butuh total 12 ip address

Perhatikan topologinya, saya juga mengalokasikan ip untuk switch (virtual) interface atau
SVI atau interface VLAN untuk kebutuhan management. Silakan baca konfigurasi telnet
dan SSH switch cisco IOS pada bagian akhir.

Router dan beberapa perangkat juga ada yang menyediakan interface management.
Biasanya di jaringan yang komplek, network management disegmentasi lagi, dibuat
subnet khusus untuk management.

c. Ketiga: Tentukan Network Keseluruhan, Subnet, dan Range IP Tiap


Subnet

10
Kita sampai pada tahapan terakhir membuat subnet. Dari 2 langkah diatas, kita sudah
bedakan jaringan tadi atas LAN dan WAN. Kita juga sudah menghitung berapa total IP
address yang dibutuhkan.

Nah dari total IP address yang dibutuhkan tersebut, disinilah kita menentukan alamat
network keseluruhan (untuk LAN, dan WAN).

Kira-kira berapa? Tenang saja, dibawah akan kita pelajari cara menghitung subnetting.
Ingat 2 hal ini.

1. Tentukan kelas IP address yang mau digunakan. Ingat materi IP address


sebelumnya.
2. Alokasikan alamat network yang cukup untuk masa mendatang, manakala ada
penambahan.

Gambar 7: Membuat Subnet

Silakan perhatikan gambar dan alamat IP address yang sudah saya alokasikan.

Gimana? Saya yakin kalau kamu benar-benar baru belajar subnetting, pasti pusing
lihatnya. Disini saya tidak bermaksud mempersulit pemikiran kamu, hanya memberi
gambaran saja.

Step by step perhitungannya akan kita bahas pelan-pelan. Materi masih panjang. Silakan
disruput kopinya.

Meski kebutuhan IP address untuk LAN hanya 200 sekian, saya alokasikan
sebanyak 512 ip address space (dengan /23). 11
Begitu juga dengan WAN, saya alokasikan sebanyak 16 space ip address (dengan
/28).

Itu masih network address untuk network keseluruhan.

Kemudian tiap Headquarter dan Branch memiliki masing-masing 2 segment LAN dengan
jumlah host yang berbeda-beda. Paling banyak ada 120 host.

Maka saya alokasikan tiap subnet LAN HQ dan Branch dengan space ip address sebanyak
128 dengan /26. Semuanya saya buat sama besar.

Teknik ini dikenal dengan FLSM (fixed length subnet mask). Di bab berikutnya kita juga
akan belajar mengenai VLSM (variable length subnet mask) yang rangenya menyesuaikan
kebutuhan host.

Dalam penerapannya, skema ip address diatas dibuat dalam bentuk tabel (sheet) dengan
microsoft excel atau librecalc untuk memudahkan pengelolaan.

Okelah. Sampai disini harapan saya kamu sudah memiliki gambaran mengenai
tahapan-tahapan membuat membuat subnetting.

Mari kita lanjutkan materinya.

Pertama: kamu harus paham dulu tentang subnet mask.

#4. Penjelasan Tentang Subnet Mask


Ketika packet dikirim, si pengirim akan memeriksa dulu alamat ip tujuan packet, juga
subnet masknya. Subnet mask dibutuhkan untuk mengetahui alamat tersebut termasuk
ke subnet yang mana.

Alasan lainnya, ada situasi dimana alamat IP sama, namun networknya berbeda, karena
subnet masknya berbeda. Maka di kasus ini kita harus menyertakan subnet mask di
pengaturan ip address.

Jika subnet mask tidak disertakan, maka alamat tersebut diasumsikan menggunakan
default subnet mask, atau kita kenal dengan kaidah classful address.

Kelas IP Format Subnet Mask Default

A network.node.node.node 255.0.0.0

B network.network.node.node 255.255.0.0

C network.network.network.node 255.255.255.0

Contoh: jika subnet mask tidak dispesifikasikan.

12
Gambar 8: Default Subnet Mask

Dari subnet mask kita bisa mengetahui berapa lebar network tersebut, berapa banyak
host yang berada di network tersebut. Dibawah kita akan hitung-hitungan.

Sekarang.. ini yang perlu kamu pahami baik-baik.

Sederhananya, subnet mask adalah banyaknya jumlah bit yang bernilai 1 di porsi
network.

Contoh subnet mask 255.255.255.0 (kelas C) berarti ada 24 network bit yang bernilai 1
(on), di oktet pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan 8 bit sisanya, di oktet keempat,
bernilai 0 (off), untuk host address.

Jika kita konversikan menjadi bilangan biner, jadinya seperti ini:


11111111.11111111.11111111.00000000. Silakan dihitung berapa jumlah bit yang bernilai 1
atau “on”.

Ada 24, ya kan? Maka ini juga disebut dengan /24 (notasi cidr), kita bahas dibawah.
Dengan bilangan desimal maka tertulis subnet masknya adalah 255.255.255.0.

Silakan kamu konversikan subnet mask kelas B dan kelas C diatas menjadi nilai biner.
13
Di awal belajar subnetting, kamu perlu membiasakan mengkonversi subnet mask menjadi
bilangan biner, lalu hitung nilai bitnya dengan metode perpangkatan.

So, kamu harus mengingat nilai perpangkatan 2. Ini akan kamu butuhkan terus menerus
untuk mengetahui porsi network dan porsi host dari sebuah alamat IP.

2^1 = 2 2^9 = 512

2^2 = 4 2^10 = 1,024

2^3 = 8 2^11 = 2,048

2^4 = 16 2^12 = 4,096

2^5 = 32 2^13 = 8,192

2^6 = 64 2^14 = 16,384

2^7 = 128 2^15 = 32,768

2^8 = 256 ..dst

Misal tadi 192.168.100.0 subnet mask 255.255.255.0, ada 8 bit porsi host yang tersedia,
berarti 2^8. Maka lebar hostnya adalah 256. Ini juga kadang disebut dengan block size.

Saya yakin ini tidak sulit dipahami, kamu cuma perlu ingat kelipatan 2 saja. Misalnya
kamu sudah ingat kalau 2^8 adalah 256, tentunya kamu tahu kalau 2^9 adalah 512 atau
2^7 adalah 128.

Tinggal kali 2, atau bagi 2, seterusnya seperti itu.

Nilai bit host dan bit network ini selalu saling berkaitan, jika ada 24 bit network, pasti ada
8 bit host. Jika ada 27 network bit, maka 5 bit sisanya adalah bit host. Gitu terus. Karena
lebar totalnya adalah 32 bit.

Biar makin nyambung perhitungannya, mari kita bahas CIDR.

#5. Memahami Metode CIDR (Classless Inter-Domain Routing)


Jika dulu, semua pengalamatan IP berdasarkan kaidah classful (kelas A, kelas B, dan
kelas C), sekarang tidak lagi.

Tahun 1992, IETF mengganti metode alokasi ip address diatas dengan Classless Inter-
Domain Routing (CIDR), bisa kamu lihat di RFC 1338 dan RF 1519.

CIDR dalam penerapannya diawali dengan case ISP dalam mengalokasikan IP public ke
pelanggan mereka. Nah karena jika semuanya bersifat classful, tentu ip address akan
cepat habisnya. (Bisa digunakan untuk ip private).

Dengan CIDR, alamat network tidak lagi harus classful, bisa menggunakan subnet mask
manapun (ada ketentuannya dibawah). Kemudian di CIDR kita mengenal notasi slash (/).
14
Contohnya 192.168.100.0/24, artinya ada 24 bit porsi network. Jika 192.168.100.0/29
berarti ada 29 bit porsi network, dan seterusnya.

Berikut tabel CIDR beserta jumlah host di setiap nilai subnet-mask / cidr nya.

Tabel tersebut kita sebut juga dengan “Classless IPv4 Address Allocation”. Ingat yang
sudah saya jelaskan diatas, CIDR tidak lagi mengikuti kaidah classfull address.

Tapi, ada ketentuannya. Berikut ketentuan penggunaan CIDR.

/8 sampai dengan /15 hanya bisa digunakan oleh kelas A


/16 sampai dengan /23 hanya bisa digunakan oleh kelas A dan kelas B
/24 sampai /30 bisa digunakan oleh kelas A, kelas B, dan kelas C

15
Gambar 9: Penggunan CIDR

Perusahaan-perusahaan besar lebih memilih menggunakan ip address kelas A. Karena


dengan kelas A, semua subnet mask bisa digunakan. Network yang bisa dibuat juga lebih
banyak.

Di cisco IOS, umumnya kita tidak bisa mengkonfigurasi IP address dengan notasi slash
(/), jadi harus menggunakan subnet mask. Tidak masalah, toh sama saja kan, yang
penting kamu paham /sekian subnet mask nya berapa.

Sampai disini, sudah paham kan mengenai penjelasan tentang subnet mask? Agar lebih
matang lagi, mari kita lanjut ke hitung-hitungan.

#6. Perhitungan Subnetting


Akhirnya.. setelah panjang membahas konsep subnetting, subnet mask, dan CIDR,
sekarang mari kita belajar cara menghitung subnetting.

Menghitung subnetting adalah kemampuan dalam menentukan kelas IP dan subnet mask
yang dibutuhkan.

Ingat lagi tahapan diatas. Intinya kan, kita harus tahu dulu network yang ingin dibangun
seperti apa. Totalnya ada berapa perangkat dan berapa user yang butuh ip address. 16
Jika kebutuhan network sudah diketahui, maka kita tinggal menentukan subnet mask
nya. Selesai. Nah jika network tersebut ingin disubnet atau dibagi-bagi lagi, 5 hal berikut
perlu kamu pahami:

1. Berapa subnet yang bisa disediakan dari subnet mask tersebut?


2. Berapa host yang valid dari setiap subnet?
3. Berapa block size tiap subnet?
4. Apa alamat broadcast dari setiap subnet?
5. Berapa range host yang valid dari setiap subnet?

“Materi perhitungan subnetting berikut sebagian besar bersumber dari buku ‘Todd
Lammle – CCNA Routing Switching Complete Study Guide’ karena menurut saya paling
lengkap dan simpel”.

# Rumus Dasar Menghitung Subnetting

Oh ya, cara menghitung subnetting setiap orang bisa saja berbeda. Tapi dasarnya adalah 5
diatas, nanti ketika sudah lancar, kamu bahkan lupa sendiri rumusnya. Sudah luar
kepala.

Ada berapa subnet? » 2^x


x adalah jumlah bit 1 di subnet mask. Misalnya 1100000, yang bernilai 1 ada 2, berarti
2^2 = ada 4 subnet yang bisa dibentuk.

Berapa host per subnet? » 2^y – 2


y adalah jumlah bit 0 di subnet mask. Misal 11000000, yang bernilai 0 ada 6, berarti 2^6
– 2 = ada 62 host setiap subnet. Dikurang 2 untuk alamat subnet (network) dan alamat
broadcast.

Block size tiap subnet? » Subnet mask – 256


Misal subnet masknya 255.255.255.192 maka 192 – 256 = besarnya block size tiap subnet
adalah 64. Kita sebut juga increment size, atau besar intervalnya adalah 64, menjadi 0,
64, 128, 192.

Alamat broadcast tiap subnet?


Gampang ini mah. Kan sudah tahu tadi alamat subnet-subnetnya 0, 64, 128, 192. Alamat
broadcast subnet 0, adalah 64-1= 63. Tinggal dikurang 1 dari alamat subnet berikutnya.
Gitu juga subnet 64, alamat broadcastnya adalah 127, dan seterusnya dan seterusnya.

Range host yang valid tiap subnet?


Alamat valid yang bisa digunakan di tiap subnet. Misal, jika 64 adalah subnet address
(network address)nya, 127 adalah broadcast addressnya. Maka range host addressnya
yang valid adalah dari 61 (first host/lower address) sampai dengan 63 (last host/highest
address).

Dah.. kalau kamu masih terbata-bata disini, tidak perlu khawatir. Seperti saya katakan
diawal, belajar subneting butuh dedikasi waktu. Harus sering-sering latihan menghitung
subnetting juga.
17
Mari kita lanjut dengan menghitung subnetting kelas C, kelas B, dan kelas A sampai
terbiasa.

a. Menghitung Subnetting Kelas C


Bit subnet kita hitung dari kiri ke kanan. Di kelas C, hanya ada 8 bit porsi host, diambil
dari oktet ke 4. Seperti berikut.

Biner Desimal CIDR

00000000 255.255.255.0 /24

10000000 255.255.255.128 /25

11000000 255.255.255.192 /26

11100000 255.255.255.224 /27

11110000 255.255.255.240 /28

11111000 255.255.255.248 /29

11111100 255.255.255.252 /30

Kita tidak bisa menggunakan /31 dan /32, karena setidaknya kita membutuhkan minimal
2 untuk host, 1 untuk alamat network dan 1 untuk alamat broadcast.

Berdasarkan RFC 3021, /31 bisa digunakan untuk p2p, tapi ini diluar scope bahasan kita
kali ini.

Ingat ya, class C memiliki lebar 256 bit host. Bisa kita pakai 254 ip address untuk
dialokasikan, 2 diantaranya digunakan untuk alamat network dan alamat broadcast.

Itu.. dengan catatan 1 network. Nah kalau mau dipecah-pecah lagi menjadi beberapa
network, mari kita hitung subnet yang bisa kita buat.

#1C: Subnetting 255.255.255.128 (/25)

Contoh alamat networknya adalah 192.168.100.0/25 atau dengan subnet mask


255.255.255.128. Lihat oktet terakhir (128), jika diubah menjadi binari maka hasilnya
adalah 1000000.

Mari kita hitung sesuai rumus menghitung subnetting diatas:

Berapa subnet yang bisa dibentuk? 2^X(nilai bit yang on), dari 1000000, hanya 1
yang on. Berarti 2^1 = 2 subnet (ingat angka ini baik-baik).
Jumlah host tiap subnet? 2^Y(nilai bit yang off)-2. Dari 1000000 ada 7 bit yang
off, berarti 2^7-2 = 126 host setiap subnetnya.
Block size atau alamat-alamat subnet dibentuk = 256 – 128(subnet-mask), hasilnya
adalah 128. Ingat ya, subnet pertama dimulai dari 0, maka subnet kedua adalah 128.
Cuma itu, 0 dan 128. Totalnya 2 subnet, ya kan? 18
Alamat broadcastnya: subnet 0 adalah 127, dan alamat broadcast subnet 128 adalah
255. Inget lagi rumus diatas ‫ق‬
Host yang valid: subnet 0 adalah dari 1 sampai 127, dan host yang valid subnet 128
adalah dari 129 sampai 254.

Selesai, hanya ada 2 subnet. (Kalau diteruskan dari alamat broadcast subnet 128, maka
jadi network selanjutnya, yaitu 192.168.101.0). Biasanya yang baru belajar akan bingung
dimana angka 256.

Ingat ya, nilai 256 tidak ada di ip address v4. Menghitungnya dari 0, sampai 255. Jika
sampai 256, maka dia akan menambahkan nilai di subnet sebelah kirinya.

Agar lebih terbayang, kira-kira seperti ini topologi subnet yang barusan kita hitung. Ada 2
subnet yang bisa dibuat dari total /24, menggunakan /25.

Gambar 10: Subnetting dengan /25 – 255.255.255.128

Nice! Dari kelas C (total 256 porsi host) tadi, kita sudah bisa membaginya menjadi 2
subnet, dengan menggunakan /25. Mari, dilanjut. 19
#2C: Subnetting 255.255.255.192 (/26)

Sekarang, mari kita hitung subnetting dengan alamat network 192.168.100.0 subnet mask
255.255.255.192 atau /26. Binarinya adalah 110000.

Jumlah subnet: 2^2 = 4 subnet yang bisa dibentuk. Ada 2 bit yang on, dari
11000000.
Jumlah host tiap subnet: 2^y-2 = 62 host. Ada 6 bit yang off dari 11000000 maka
2^6 = 64 – 2 (untuk network dan broadcast), berarti 62.
Block size dan alamat-alamat subnet yaitu 256-192 = 64. Kelipatan 64. Berarti 0, 64,
128, 192. Total ada 4 subnet.
Alamat broadcast masing-masing subnet: 63, 127, 191, dan 255.
Host subnet yang valid: 1-62, 65-126, 129-190, dan 193-254.

Perhatikan pola alamatnya. Tinggal kurang 1 atau tambah 1 dari subnet selanjutnya atau
dari broadcast, terserahh… yang mana kamu suka. Gampang kan? Gampang kok!

Kalau kita buat topologi networknya, kira-kira jadi seperti ini.

20
Gambar 11: Subnetting dengan /26 – 255.255.255.192

Misal, kamu hanya butuh 3 network, karena memang cuma ada 3 departement. Maka
penggunaan /26 sudah cocok. Karena pakai /25 akan kurang.

Masih lebih 1 subnet kan? Tidak masalah sebab ketika melakukan subneting disarankan
memang ada spare/cadangan network yang kosong.

#3C: Subnetting 255.255.255.224 (/27)

Selanjutnya alamat network 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.224 atau


/27. Binari porsi hostnya adalah 11100000.

Jumlah subnet: 2^3 = 8 subnet. Ada 3 bit yang bernilai 1 atau on: 11100000.
Jumlah host tiap subnet: 2^5-2= 30 host. Ada 5 bit yang bernilai 0 atau off:
11100000.
Block size, atau interval tiap subnet: 256-224=32. Berarti subnet-subnetnya adalah
0, 32, 64, 96, 128, 160, 192, 224. Total ada 8 subnet.
21
!!Challenge
Sekarang giliran kamu, coba silakan gambarkan topologi yang bisa dibentuk dengan tabel
subnet diatas. Jumlah router, switch, terserah.

Begitu juga jumlah subnetnya, terserah (asal tidak kurang). Hasilnya bisa submit di
komentar bawah.

#4C: Subnetting 255.255.255.240 (/28)

Alamat 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.240 atau /28. Dengan nilai biner
porsi hostnya 11110000.

Jumlah subnet: 2^4 = 64 subnet.


Host tiap subnet: 2^4-2 = 14 host.
Block size/ interval/ nilai kelipatan subnet: 256 – 240 = 16.

Biasanya orang jarang berurusan dengan subnet 112, 144, dllnya (cari sendiri), karena itu,
jarang yang terbiasa. Silakan kamu buat tabel subnettingnya di sheet app (excel, calc, etc),
minimal 1 atau 2x.

#5C: Subnetting 255.255.255.248 (/29)

Banyak yaah. Kita bahas satu persatu. Sekarang network 192.168.100.0 dengan subnet
mask 255.255.255.248 atau /29. Binari porsi hostnya adalah 11111000.

Jumlah subnet: 2^5 = 32 subnet


Host tiap subnet: 2^3-2 = 6 host.
Block size: 256 – 248 = kelipatan 8. Dari subnet 0, 8, 16, 24, 32, 40, dst.
22
Jangan bingung menghitung binari hostnya. Ingat, kalau /29, kan ada 29 bit yang on.
Tapi karena kita bermain di class C, sampai oktet ketiga sudah on. Berarti sudah ada 24
binari.

Agar sampai ke 29, tinggal on-kan 5 binari di oktet ke empat. Oh ya, silakan buat
subneting tabel dan topologi yang bisa dibentuk.

#6C: Subnetting 255.255.255.252 (/30)

Terakhir, alamat 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.252 atau /30. Binari di
porsi hostnya: 11111100.

Jumlah host tiap subnet: 2^6 = 64 subnet


Host tiap subnet: 2^2-2 = (hanya) 2 host.
Interval subnet: 256 – 252 = kelipatan 4. Subnet 0, 4, 8, …, 240, 248, dan 252.

Sekarang muncul pertanyaan.

Siapa pula yang mau mensubnet network kelas C dengan /30. Ada banyak network
(subnet) hingga 64, sementara hostnya cuma ada 2. Ya kan?

Jawabannya, ada. Tapi tidak untuk koneksi LAN, melainkan WAN, yang biasanya
digunakan ISP untuk memberi koneksi point-to-point ke client mereka. Jadi .. jauh lebih
hemat.

Selesai dengan kelas C. Berikut rangkumannya.

23
Ingat yah, kamu harus terbiasa dengan CIDR yang barusan kita hitung diatas. Sangat
sering digunakan untuk lab-lab CCNA dan network small to medium di lapangan.

b. Menghitung Subnetting Kelas B


Dengan kelas B, subnet yang bisa dibuat lebih banyak dibanding kelas C. Kita bisa
menggunakan sebanyak 14 bit untuk subneting di kelas B.

… atau 14 buah cidr, seperti berikut.

Subnet Mask CIDR Subnet Mask CIDR

255.255.0.0 (/16) 255.255.255.0 (/24)

255.255.128.0 (/17) 255.255.255.128 (/25)

255.255.192.0 (/18) 255.255.255.192 (/26)

255.255.224.0 (/19) 255.255.255.224 (/27)

255.255.240.0 (/20) 255.255.255.240 (/28)

255.255.248.0 (/21) 255.255.255.248 (/29)

255.255.252.0 (/22) 255.255.255.252 (/30)

255.255.254.0 (/23)

Kita bisa pakai cidr dari /16 sampai dengan /30, ada 14, ya kan? Dari /16 ke /23, adanya
di oktet ke tiga. Dari /24 sampai /30, adanya di oktet ke 4 (seperti kelas C sebelumnya).

Oh iya, saat kita mensubnet kelas B, artinya kita memiliki space address /16, lalu dipecah
(disubnet). Bukan masing-masing networknya /16.

Sama seperti kelas C diatas, berarti kita punya space address /24, totalnya. Mau dibuat
menjadi 2 subnet, berarti pakai /25. Mau dibuat 4 subnet, berarti pakai /26. Gitu
seterusnya.

… bingung? Di konsep subneting awal sudah saya jelaskan dengan topologi.

Ayo kita mulai latihan hitung subnetting kelas B.

#1B: Subnetting 255.255.128.0 (/17)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.128.0. Nilai binari (dari oktet ke 3
sampai dengan oktet ke 4): 1000000.000000.

Jumlah subnet: 2^1 = 2 subnet. (Sama seperti /25 di kelas C).


Host tiap subnet: 2^15-2 = 32,776 host. (7 bit di oktet 3, 8 bit di oktet 4).
Interval subnet: 256-128 = 128. Subnet 0.0 dan subnet 128.0. Total ada 2 subnet, ya
kan? Lihat tabelnya.
24
Subnet 0.0 128.0

First host 0.1 128.1

Last host 127.254 255.254

Broadcast 127.255 255.255

Contoh kali ini agak berbeda. Seperti saya katakan diatas, jika sudah sampai 256, maka
dia akan pindah ke oktet sebelah kiri.

Perhatikan nilai 127.255 broadcast. Jika diteruskan kan maka jadi subnet selanjutnya
yaitu 128.0 (ingat, bukan 127.256). Mirip sih dengan /25. Cuma karena pindah oktet saja.

Biasanya orang terbiasa dari hitungan /24 sampai /30. Jika sudah dibawah itu, kita
bingung

Tips:
Gunakan cara mengingat dengan penambahan nilai 8. Misal, /17 kelipatannya mirip
dengan /25. (Ingat: 17+8). Cuma pindah oktet.

#2B: Subnetting 255.255.192.0 (/18)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.192.0 atau /18. Binarinya


11000000.000000.

Jumlah subnet: 2^2 = 4 subnet.


Host tiap subnet: 2^14-2 = 16,382 host tiap subnet.
Interval subnet: 256-192 = kelipatan 64, di oktet ke 3.

Subnet 0.0 64.0 128.0 192.0

First host 0.1 64.1 128.1 192.1

Last host 63.254 127.254 191.254 255.254

Broadcast 63.255 127.255 191.255 255.255

Ingat, interval /18 sama dengan interval /26, yaitu 64. Hanya beda di posisi oktetnya saja.

#3B: Subnetting 255.255.224.0 (/19)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.224.0 atau /19. Binarinya


11100000.00000000.

Jumlah subnet: 2^3 = 8 subnet.


Host tiap subnet: 2^13 -2 = 8,190 host tiap subnet.
Interval subnet: 256-224 = kelipatan 32, di oktet ke 3.

25
#4B: Subnetting 255.255.240.0 (/20)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.240.0 atau /20. Binarinya


11110000.00000000.

Jumlah subnet: 2^4 = 16 subnet.


Host tiap subnet: 2^13-2 = 4094 host tiap subnet.
Interval subnet: 256-240 = kelipatan 16.

Silakan kamu buat tabel versi lengkapnya.

#5B: Subnetting 255.255.255.248.0 (/21)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.24080 atau /21. Binarinya


11111000.00000000.

Jumlah subnet: 2^5 = 32 subnet.


Host tiap subnet: 2^11-2 = 2046 host.
Interval subnet: 256-248 = kelipatan 8, dari 0, 8, 16, … sampai dengan 248.

#6B: Subnetting 255.255.255.252.0 (/22)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.252.0 atau /22. Binarinya


11111100.00000000.

Jumlah subnet: 2^6 = 64 subnet.


Host tiap subnet: 2^10-2 = 1022 host.
Interval subnet: 256-252 = kelipatan 4. Dari 0, 4, 8, 16, 20, … sampai dengan 252.
26
#7B: Subnetting 255.255.255.254.0 (/23)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.254.0 atau /23. Binarinya


11111110.00000000.

Jumlah subnet: 2^7 = 128 subnet.


Host tiap subnet: 2^9-2 = 510 host.
Interval Subnet: 256-254 = kelipatan 2. Dari 0, 2, 4, 6, 8, 10, hingga 254.

#8B: Subnetting 255.255.255.0 (/24)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.240.0 atau /24. Binarinya


11111111.00000000.

Jumlah subnet: 2^8 = 256 subnet.


Host tiap subnet: 2^8-2 = 254 host.
Interval subnet: 256-255 = block sizenya 1. Dari subnet 0, 1, dan seterusnya hingga
255.

Ya, kamu bisa subnet network kelas B hingga sampai /30. Diatas sudah kita bahas
ketentuannya. Kelas B bisa menggunakan cidr dari /30 hingga /16.

Sampai sini, dengan /24 di kelas B, kamu bisa punya 256 network subnet yang bisa
dibentuk. Masing-masing subnetnya bisa diisi sebanyak 254 host.

Mari kita lanjut ke perhitungan subnetting ip address kelas A.

c. Menghitung Subnetting Kelas A

Dari contoh-contoh subnetting kelas B dan kelas C diatas, tidak jauh berbeda dengan
subnetting di kelas A. Hanya saja perhitungan subnetting kelas A bisa sampai oktet ke 2.
27
Karena dengan kelas A, kita bisa menggunakan cidr /15 hingga /8.

Kalau kamu mau mensubnet kelas A di oktet ke 3, gunakan cidr /16 sampai /23. Kalau
mau mensubnet di oktet ke 4, gunakan cidr /24 sampai dengan /30. Ini yang sering
digunakan di jaringan medium to high.

Saya juga tidak akan menjabarkan perhitungan subnetting di cidr /8 hingga /16. Nanti
panjang banget, lagian kan, sama saja.

Jumlah subnet, dan intervalnya sama. Secara pattern. Namun jumlah hostnya berbeda.

Contoh: alamat 10.0.0.0 dengan subnet mask 255.192.0.0 atau /10. Berarti binarinya
adalah 11000000.00000000.00000000. Jumlah subnet dan interval atau block sizenya
sama dengan /18 atau /25. Hanya saja dia di oktet kedua. Paham kan sampai disini?

Kemudian perhitungan hostnya juga berbeda, sebab nilai bit yang off, lebih panjang, yaitu
22 bit. Berarti 2^22-2 = 4,194,304 host setiap subnetnya.

#7. Tips Mudah Menghitung Subnetting


Cara-cara perhitungan subnetting yang sudah saya jelaskan diatas adalah cara umum
yang biasa digunakan orang ketika beru belajar subnetting. Setelah itu, caranya bisa saja
berubah.

Biasanya.. tiap masing-masing orang memiliki teknik sendiri dalam menghitung


subnetting. Saya pribadi, menggunakan ‘tabel sakti subnetting’. Seperti ini:
28
Gambar 12: Tabel Subnetting

Kalau kamu perhatikan, ada kesamaan block size dan subnet mask di tabel tersebut.
Hanya beda peletakan oktetnya saja. (Ingat hukum + dan – angka 8 yang diatas saya
singgung).

Tabel diatas, suka saya sebut dengan tabel sakti, atau tabel malas, atau tabel bodoh-
bodoh. Tapi.. ampuh kok. Mendinglah daripada pake ip calculator!

Kamu hanya perlu terbiasa dengan /24 hingga /30. Dibawah itu, tinggal kurangkan
dengan angka 8. Block size dan masknya akan sama.

Tips: saat ujian CCNA


Karena CCNA cukup sulit bagi mayoritas orang, saat memasuki ruang ujian, kamu boleh
membuat tabel subneting sendiri. Biar nanti tidak lagi repot menghitung ulang.

Tips lainnya, tergantung kamu. Bisa ikutin tabel diatas, atau bikin tabel sendiri yang lebih
nyaman. Selanjutnya biar lebih paham, mari kita quis subnetting.

Terserah, intinya. jangan sekali-kali bergantung dengan ip calculator kalau masih belajar
subnetting!

#8. Mengetahui Network Dari Sebuah IP Address


Saat belajar subnetting, banyak sekali contoh-contoh pertanyaan subnetting. Gitu juga
saat ujian. Sebagai bahan latihan, kamu bisa kunjungi website ini. Sangat bagus untuk
melatih kemampuan subnetting.

Disini saya hanya membahas satu saja, yaitu cara mengetahui alamat network dari
sebuah ip address.

Karena ini sangat sering di lapangan. Ketika troubleshoot atau assesment, kita kadang
harus mencari tau, IP sekian, adanya di network mana ya. Terhubung ke perangkat mana
ya, dll.
29
a. Soal #1: ip address 172.17.199.20/18
Diketahui ada ip 172.17.199.20/18, sekarang coba kita cari tahu berapa alamat network
dari ip tersebut. Interval networknya berapa, subnet masknya, serta range ip nya.

Pertama: ketahui subnet masknya. Jika tidak ada subnet mask, asumsi network
tersebut adalah classful.
Dari /18, kita ketahui subnet masknya adalah 255.255.192.0 (lihat tabel subneting
diats kalau masih bingung).
Kedua: setelah mengetahui masknya, otomatis kamu tahu block sizenya. Yaitu 64.
Maka dari kelipatan 64, temukan lokasi subnet ip tersebut. Dari 0, 64, 128, 192.
Berarti ada di subnet 192.
Sudah ketemu alamat networknya, ya kan? 172.17.192.0/18.
Bingung? Inget! Oktet ke tiga.

b. Soal #2: ip address 192.168.400.682/70


Engga ada ip address seperti ini mas ‫ف‬

Serius, engga ada!

#9. Latihan Membuat Subnet


Sebagai materi penutup. Alangkah eloknya materi yang panjang ini berakhir dengan
feedback dari para pembaca. Sebagai uji pemahaman juga, silakan kerjakan soal berikut
(dah kayak sekolah ya).

a. Latihan Subnetting #1
Kamu punya project untuk membangun network ruang kantor, totalnya ada 129 orang.
Dari 129 orang tersebut, terbagi atas 3 bidang departement, yaitu IT, Marketing, dan
Direksi.

Tim marketing lebih banyak diantara yang lain, setidaknya kamu harus menyediakan
sebuah network yang berkapasitas 50 orang untuk mereka.

Perangkat switch, dan router, terserah design yang kamu inginkan, asal efektif. Silakan
tentukan network utama untuk kantor tersebut beserta subnet untuk department-
departemennya.

b. Latihan Subnetting #2
Startup yang sedang kamu bangun (ih mantep ini). Ternyata berkembang pesat dan harus
menyewa sebuah gedung perkantoran baru. Ada 40 orang karyawan setiapnya memiliki 1
PC. Selain itu masing-masing mereka punya 2 gadget yang terhubung secara wireless.

Disamping itu, ada juga server-server local untuk development dan file server yang
membutuhkan sekitar 8 ip address.
30
Silakan tentukan network utama untuk akses internet karyawan dan server local. Juga
tentukan apakah kamu ingin memisahkan network wired dengan wireless atau tidak, dan
bagaimana designnya.

Jawaban dari soal-soal diatas bisa kamu submit dan diskusikan di kolom komentar di
bawah ini — atau silakan bergabung ke group @belajarnetworking Telegram.

Kesimpulan

Materi ini tergolong paling lama selesai. Namun saya harap pembaca dapat mengertinya
dengan mudah. Jika sulit dipahami, jangan sungkan-sungkan untuk terus latihan dan
berdiskusi.

Sebab materi subnetting manapun juga memang seperti ini bentuknya. Kuncinya hanya
ketekunan latihan dan praktik (saya sarankan dengan ccna exploration lab).

Department of Computer and Networks


SMK Informatika Wonosobo
www.smkinka-wsb.sch.id

31

Anda mungkin juga menyukai