LP Hipertensi
LP Hipertensi
HIPERTENSI
RSUD Dr.LOEKMONO HADI KUDUS
Disusun oleh:
Nama : Dino Mahardika I P
NIM : 920173061
Kelas : III B
D. PATHOFISIOLOGI
Menurut Triyanto (2014), meningkatnya tekanan darah dapat terjadi dengan
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat dari biasanya sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan.
Hal inilah yang terjadi pada usia lanjut dan obesitas, dimana dinding arteri
lebih tebal dan kaku karena arterosklerasis. Penyelidikan ini dapat membuktikan
obesitas dapat meningkatkan lemak di pembuluh darah sehingga daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah meningkat dan terjadi hipertensi
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga akan meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (artenola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak dapat membuang sejumlah garam
dan air dalam tubuh volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah
juga meningkat.
E. PATOFISILOGI/PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan :
1. penatalaksanaan non farmakologis.
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a.Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulakn intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
H. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
oedem paru
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload,
vasokontriksi pembuluh darah.
4. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral dan iskemia miokard
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
7. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf
optikus
8. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran , penglihatan ganda
( diplopia )
9. PK : Gagal Jantung
6 Intoleransi Setelah diberikan asuhan 6.1 Kaji respon pasien terhadap aktivitas,
aktivitas keperawatan diharapkan perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20
berhubungan pasien dapat berpartisipasi kali per menit di atas frekuensi istirahat,
dengan Kelemahan dalam aktivitas yang peningkatan tekanan darah yang nyata
umum dan diinginkan/diperukan dengan selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau
ketidakseimbanga kriteria hasil : nyeri dada, keletihan dan kelemahan
n antara suplai dan1. Melaporkan peningkatan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau
kebutuhan oksigen dalam toleransi aktivitas pingsan
yang dapat diukur 6.2 Instruksikan pasien tentang teknik
2. Menunjukkan penurunan penghematan energi , misalnya
dalam tanda-tanda intoleransi menggunakan kursi saat mandi, duduk
fisiologi saat menyisir rambut atau menggosok
gigi, melakukan aktivitas dengan
perlahan
6.3 Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat
ditoleransi
6.4 Mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas
7 Gangguan persepsi Setelah diberikan tindakan 7.1 Kaji kemampuan melihat pasien
sensori : keperawatan, diharapkan 7.2 Berikan kompres hangat pada mata
penglihatan pengelihatan pasien semakin 7.3 Bantu kebutuhan pasien dalam rentang
berhubungan membaik, dengan criteria : pasien mengalami penurunan
dengan penekanan Menyatakan pengelihatan pengelihatan
saraf optikus semakin membaik 7.4 Kolaborasi dalam pemeriksaan mata
Visus normal ( 6/6 ) dan penggunaan alat bantu pengelihatan
Refraksi mata baik
Tidak ada disorientasi
waktu, orang dan tempat
8 Risiko cedera Setelah diberikan asuhan 8.1 Jauhkan dari benda-benda tajam
berhubungan keperawatan diharapkan 8.2 Berikan penerangan yg cukup
dengan penurunan pasien tidak mengalami 8.3 Usahakan lantai tidak licin dan basah
kesadaran , cidera dengan kriteria hasil8.4
: Pasang side rail
penglihatan ganda1. Pasien tidak mengalami 8.5 Anjurkan pada keluarga klien untuk
( diplopia ) cedera. selalu menemani klien dalam
2. Tidak beraktivitas
9 PK : Gagal Setelah diberikan tindakan 1.1 Pantau adanya tanda – tanda gagal
Jantung keperawatan, diharapkan jantung
pasien tidak mengalami 1.2 Kolaborasi dengan dokter bagian dalam
gagal jantung ( jantung)
1. Nadi 70 – 80 x/mnt
2. Nyeri tidak ada
3. Sianosis tidak ada
K. PENGUNAAN REFERENSI
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.