Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI
RSUD Dr.LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun oleh:
Nama : Dino Mahardika I P
NIM : 920173061
Kelas : III B

PRODI S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
A. PENGERTIAN
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
(Kodim Nasrin, 2011).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2010).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

KATEGORI SISTOL (mmHg) DIASTOL (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130
Tingkat 1(hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 <90


B. ETIOLOGI
Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
 Hipertensi Esensial (Primer) Penyebab tidak diketahui namun banyak
factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na,
obesitas, merokok dan stress.
 Hipertensi Sekunder
Dapat di akibatkan karena penyakit parenkim renal / vaskuler
renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenas.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut Rokhaeni ( 2011 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala
b. Pusing
c. Lemas
d. Kelelahan
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Mual Muntah
h. Epistaksis
i. Kesadaran menurun

D. PATHOFISIOLOGI
Menurut Triyanto (2014), meningkatnya tekanan darah dapat terjadi dengan
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat dari biasanya sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan.
Hal inilah yang terjadi pada usia lanjut dan obesitas, dimana dinding arteri
lebih tebal dan kaku karena arterosklerasis. Penyelidikan ini dapat membuktikan
obesitas dapat meningkatkan lemak di pembuluh darah sehingga daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah meningkat dan terjadi hipertensi
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga akan meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (artenola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak dapat membuang sejumlah garam
dan air dalam tubuh volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah
juga meningkat.
E. PATOFISILOGI/PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama

G.  PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan :
1. penatalaksanaan non farmakologis.
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a.Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulakn intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.

H. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan


dengan pekerjaan)
Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian tangisan
yang meledak

2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata),


gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan


menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
4) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit


jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol
(Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
oedem paru
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload,
vasokontriksi pembuluh darah.
4. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral dan iskemia miokard
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
7. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf
optikus
8. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran , penglihatan ganda
( diplopia )
9. PK : Gagal Jantung

J. Diagnosa dan Rencana Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan asuhan 1.1.      Kaji frekwensi kedalamam pernafasan
efektif keperawatan diharapkan pola dan ekspansi dada. Catat upaya
berhubungan nafas pasien kembali efektif, pernafasan termasuk penggunaan otot-
dengan penurunan dengan kriteria hasil : otot bantu
ekspansi paru a.   RR 16-20 x/mnt 1.2.      Askultasi bunyi nafas dan catat adanya
akibat oedem paru b.   Tidak ada pernafasan cuping bunyi nafas adventisius, spt
hidung, dan retraksi dada :krekels,mengi, gesekan pleural
c.   Bunyi nafas normal
1.3.      Berikan posisi semi fowler bila tidak
(vesikuler) tidak ada bunyi ada kontra indikasi
nafas tambahan spt : krakels,
1.4.      Kolaborasi pemberian oksigen
ronchi
d.  Ekspansi dada simetris
e.   Secara verbal tidak ada
keluhan sesak
2 Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 2.1.   Pantau TD, catat adanya hipertensi
serebral keperawatan diharapkan sistolik secara terus menerus dan
berhubungan Perfusi jaringan serebral tekanan nadi yang semakin berat.
dengan penurunan pasien kembali efektif, 2.2.   Pantau frekuensi jantung, catat adanya
suplai oksigen dengan kriteria hasil : Bradikardi, Tacikardia atau bentuk
otak         GCS normal ( 15 ) Disritmia lainnya.
        Nilai TIK dalam batas 2.3.   Pantau pernapasan meliputi pola dan
normal ( 0-15 mmHg ) iramanya
        TTV normal ( RR 16-20 ) 2.4.   Catat status neurologis dengan teratur
dan bandingkan dengan keadaan
normalnya
2.5.   Berikan obat anti hipertensi
3 Penurunan curah Setelah diberikan asuhan 3.1     Pantau TD. Ukur pada kedua tangan
jantung keperawatan diharapkan untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran
berhubungan curah jantung pasien mulai manset yang tepat dan teknik yang
dengan normal dengan criteria hasil : akurat.
Peningkatan 1.      tidak adanya sianosis 3.2     Catat keberadaan, kualitas denyutan
afterload, 2.      CRT < 2 dtk sentral dan perifer
vasokontriksi 3.      Akral hangat 3.3     Auskultasi tonus jantung dan bunyi
pembuluh darah. 4.      RR Normal ( 16-20 x/mnt) nafas
5.      Tidak ada bunyi jantung 3.4     Amati warna kulit, kelembaban, suhu
tambahan dan masa pengisian kapiler
6.      GCS normal (E,V,M = 15)3.5     Pertahankan pembatasan aktivitas
7.      Haluaran urine dalam batas seperti istirahat di tempat tidur/ kursi,
normal (400 ml / 24 jam) jadwal periode istirahat tanpa gangguan,
warna kuning jernih. bantu pasien melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan
3.6     Berikan lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktivitas / keributan
lingkungan. Batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal.
3.7     Kolaborasi :
Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti
Diuretik dan tiazid
4 Nyeri akut / kronis Setelah diberikan asuhan 4.1     Kaji derajat nyeri
berhubungan keperawatan diharapkan 4.2     Pertahankan tirah baring selama fase
dengan Nyeri pasien berkurang akut
peningkatan dengan kriteria hasil : 4.3     Berikan tindakan nonfarmakologi untuk
tekanan vascular         Mengungkapkan metode menghilangkan sakit kepala atau nyeri
serebral dan yang memberikan dada misal, kompres dingin pada dahi,
iskemia miokard pengurangan pijat punggung dan leher, teknik
        Mengikuti regimen relaksasi (panduan imajinasi, distraksi)
farmakologi yang diresepkan dan aktivitas waktu senggang.
        Skala nyeri 0-1 4.4     Minimalkan aktivitas vasokontriksi
        Wajah tidak meringis / yang dapat meningkatkan sakit kepala
wajah nampak rileks misalnya, mengejan saat BAB, batuk
        Menyatakan nyeri berkurang panjang, membungkuk.
4.5     Kaji tanda-tanda vital
4.6     Kolaborasi :
Analgesik,Antiansietas mis, lorazepam,
diazepam
5 Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan 5.1     Awasi denyut jantung, TD, CVP
cairan keperawatan diharapkan 5.2     Catat pemasukan dan pengeluaran
berhubungan pasien menunjukkan secara akurat.
dengan edema keseimbangan volume cairan 5.3     Awasi berat jenis urine
dengan kriteria : 5.4     Timbang tiap hari dengan alat dan
        Masukan dan haluaran pakaian yang sama
seimbang 5.5     Kaji kulit, wajah area tergantung untuk
        BB stabil edema
        Tanda vital dalam rentang 5.6     Berikan obat sesuai indikasi (diuretik)
normal ( N : 70 – 80 x mnt,
R : 16 – 20 x /mnt, S : 36 –
37,2, T : 120 / 80 mmHg)
        Oedema tidak ada

6 Intoleransi Setelah diberikan asuhan 6.1     Kaji respon pasien terhadap aktivitas,
aktivitas keperawatan diharapkan perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20
berhubungan pasien dapat berpartisipasi kali per menit di atas frekuensi istirahat,
dengan Kelemahan dalam aktivitas yang peningkatan tekanan darah yang nyata
umum dan diinginkan/diperukan dengan selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau
ketidakseimbanga kriteria hasil : nyeri dada, keletihan dan kelemahan
n antara suplai dan1.      Melaporkan peningkatan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau
kebutuhan oksigen dalam toleransi aktivitas pingsan
yang dapat diukur 6.2     Instruksikan pasien tentang teknik
2.      Menunjukkan penurunan penghematan energi , misalnya
dalam tanda-tanda intoleransi menggunakan kursi saat mandi, duduk
fisiologi saat menyisir rambut atau menggosok
gigi, melakukan aktivitas dengan
perlahan
6.3     Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat
ditoleransi
6.4     Mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas
7 Gangguan persepsi Setelah diberikan tindakan 7.1     Kaji kemampuan melihat pasien
sensori : keperawatan, diharapkan 7.2     Berikan kompres hangat pada mata
penglihatan pengelihatan pasien semakin 7.3     Bantu kebutuhan pasien dalam rentang
berhubungan membaik, dengan criteria : pasien mengalami penurunan
dengan penekanan         Menyatakan pengelihatan pengelihatan
saraf optikus semakin membaik 7.4     Kolaborasi dalam pemeriksaan mata
        Visus normal ( 6/6 ) dan penggunaan alat bantu pengelihatan
        Refraksi mata baik
        Tidak ada disorientasi
waktu, orang dan tempat
8 Risiko cedera Setelah diberikan asuhan 8.1     Jauhkan dari benda-benda tajam
berhubungan keperawatan diharapkan 8.2     Berikan penerangan yg cukup
dengan penurunan pasien tidak mengalami 8.3     Usahakan lantai tidak licin dan basah
kesadaran , cidera dengan kriteria hasil8.4
:      Pasang side rail
penglihatan ganda1.      Pasien tidak mengalami 8.5     Anjurkan pada keluarga klien untuk
( diplopia ) cedera. selalu menemani klien dalam
2.      Tidak beraktivitas
9 PK : Gagal Setelah diberikan tindakan 1.1     Pantau adanya tanda – tanda gagal
Jantung keperawatan, diharapkan jantung
pasien tidak mengalami 1.2     Kolaborasi dengan dokter bagian dalam
gagal jantung ( jantung)
1.      Nadi 70 – 80 x/mnt
2.      Nyeri tidak ada
3.      Sianosis tidak ada
K. PENGUNAAN REFERENSI

Adib, M. (2011). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung


dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2015). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, A. (2014). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Ruhyanudin, F. (2015). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai