Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU

DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK

DI
S
U
S
U
N
OLEH:

“KELOMPOK 3”

USWATUN HASANAH

AZWAR ANNAS

M.FAZIL

INTAN SOFIA LISNA

NUZUL RAHMADIANA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MUHAMMADIAH LHOKSEUMAWE

2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa , karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Kehamilan Ektopik” ini tepat pada
waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Ns. Inong Sri Rahayu, M.Kep selaku
guru pembimbing dengan mata kuliah Keperwatan Komunitas III, yang telah
banyak memberikan masukan dalam proses pembuatan makalah ini. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman,serta pihak-pihak yang telah
membantu memberikan informasi sehingga tugas makalah ini dapat kami susun
dengan baik tanpa adanya suatu kendala.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh sebab
itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan untuk perbaikan
makalah berikutnya.
Kami mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kejanggalan baik dari
segi penulisan ataupun dari segi isi materi. Akhir kata semoga makalah ini berguna
bagi semua pihak. Amin.

Lhokseumawe, 20 April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi........................................................................................ 3
2.2. Klasifikasi.................................................................................... 3
2.3. Etiologii....................................................................................... 5
2.4. Manifestasi Klinis........................................................................ 6
2.5. Patofisiologi................................................................................. 6
2.6. Komplikasi.................................................................................. 8
2.7. Diagnosis Banding....................................................................... 8
2.8. Pemeriksaan penunjang............................................................... 10
2.9. Penatalaksanaan medis................................................................ 12
2.10. Pencegahan.................................................................................. 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian................................................................................... 14
3.2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 18
3.3. Intervensi..................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.................................................................................. 24
4.2. Saran............................................................................................ 24
Daftar Pustaka................................................................................................ 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam
endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses
pengakhiran (abortus) maka disebut dengan ke hamilan ektopik terganggu
(KET).
Penelitian Cunningham tahun 2001:berdasarkan data dari Badan
Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2003 terdapat satu dari 250 (0,04%)
kelahiran di dunia mende-rita kehamilan ektopik, dengan jenis ke-hamilan
ektopik adalah kehamilan tuba fallopi, yang sebagian besar (80%) dialami oleh
wanita pada usia 35 tahun keatas serta dilaporkan bahwa 60 % dialami oleh
wanita dengan paritas pertama dan kedua.
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 100 kehamilan. Penyebab
kehamilan ektopik dapat diketahui dan dapat juga tidak, atau bahkan belum
diketahui. Insiden kehamilan ektopik meningkat pada semua wanita terutama
pada mereka yang berumur 20 sampai 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun
begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium (indung telur), rongga
abdomen (perut),atau serviks (leher rahim). (Chyntia, S. Dkk, 2013).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan kehamilan ektopik?
1.2.2. Bagaimana konsep dasar tentang kehamilan ektopik?
1.2.3. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ibu hamil dengan kehamilan
ektopik?
1.2.4. Bagaimana asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
kehamilan ektopik?

1
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar terjadinya kehamilan
ektopik serta dapat melakukan asuhan keperawatan secara tepat terhadap
pasien yang terdiagnosa kehamilan Ektopik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kehamilan ektopik?
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar tentang kehamilan
ektopik?
3. Mahasiswa mampu mengatasi persoalan pada ibu hamil dengan
kasus kehamilan ektopik?
4. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dengan benar
pada Ibu dengan kehamilan ektopik?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Kehamilan Ektopik (hamil diluar kandungan) adalah suatu kehamilan
dimana janin terimplantasi di luar rongga rahim. (Bobak, 2004).
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana ovum yang telah
dibuahi sperma mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak
semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum uteri. (Prawirohardjo,
2005).

Dapat Disimpulkan bahwa kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di


mana ovum yang telah dibuahi sperma tumbuh di tempat lain selain uterus.
2.2. Klasifikasi
a. Berdasarkan tempat
1. Kehamilan Tuba
Kehamilan tuba adalah tempat paling sering terjadinya kehamilan ektopik.
Sering terjadi pendarahan hebat karena pecahnya pembuluh nadi (arteri)
kecil karena saluran nya yang sebesar pangkal lidi tidak mampu menjadi
tempat tumbuh dan berkembangnya janin.
2. Kehamilan leher rahim (servikal) dan tanduk rahim (kornual)
Masih di bagian rahim tetapi di dalam rongga rahim. Leher rahim dan
tanduk (kornu) adalah salah satu bagian rahim yang sempit, bukan tempat
ideal untuk pertumbuhan bayi.
3. Kehamilan indung telur (ovarium)

3
Organ pemroduksi sel telur (ovum) ini kecil, jumlahnya ada 2 di ujung
tuba kanan dan kiri.
4. Kehamilan jaringan ikat rahim (intraligamenter)
5. Kehamilan rongga perut (abdomen)
Rongga perut (abdomen) itu adalah rongga di bagian tengah tubuh yang
berisi hati, lambung dan rangkaian usunya, limpa, sepasang ginjal, lalu
turun ke bawah berisi organ reproduksi. Kehamilan ektopik bisa terjadi ke
rongga perut sekitar wilayah rahim namun presentasinya sangat kecil.
6. Kehamilan kombinasi
Maksudnya ada dua kehamilan, yang satu kehamilan di luar kandungan,
satunya lagi kehamilan dalam rahim secara bersamaan. (Nazriah, 2011).
b. Berdasarkan Penyebabnya
1. Gangguan transport hasil pembuahan
Gangguan ini dapat disebabkan oleh : radang panggul, alat kontrasepsi
dalam rahim, penyempitan tuba, dan lain-lain.
2. Kelainan hormonal
3. Kelainan lain yang masih diperdebatkan
Misalnya : endometriosis (penyimpangan pembentukan jaringan rahim)
cacat bawaan, kualitas sperma dan lain-lain. (Nazriah, 2011).

Gambaran lokasi kehamilan ektopik

4
2.3. Etiologi
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik.
Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa
faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah :
a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar
15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30%
setelah kehamilan ektopik kedua.
b. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkatkat apabila ketika hamil, masih menggunakan
kontrasepsi spiral (3-4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga
meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat menggangu
pergerakan sel rambut silla di saluran tuba yang membawa sel telur yang
sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
c. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut
sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba
diantaranya adalah
1. Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali
dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena
merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari
indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan
penurunan kekebalan tubuh.
2. Penyakit radang panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran
tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena
infeksi kuman TB, klamidia, gonorea.
3. Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran
tuba.
4. Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah
panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung yang semuanya
menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. (Nazirah, 2011).

5
2.4. Manifestasi Klinis
Pada minggu – minggu pertama, kehamilan ektopik memiliki tanda –
tanda seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah,
mudah lelah dan perabaan keras pada payudara. (Nazariah, 2011).
Tanda – tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah :
a. Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam
awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri
bertambah hebat bila bergerak.
b. Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti
menstruasi).
Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala di
atas, maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami kehamilan ektopik
terganggu.
Gejala awal yang harus diperhatikan antara lain terdapat tanda – tanda
kehamilan seperti mual, muntah, tidak menstruasi, dan sebgainya, nyeri yang
dapat dirasakan pada satu sisi atau kedua sisi perut bagian atas, bawah atau
seluruh bagian perut, terdapat bercak darah (spotting) atau perdarahan yang
biasanya berwarna hitam. Gejala yang lebih lanjut antara lain penderita pucat,
kesadaran menurun atau lemah, bahkan syok akibat kehilangan banyak darah,
nyeri bahu dan bagian samping leher, nyeri perut yang disertai perut menegang.
(Nazariah, 2011).
Berikut tanda bahaya selama periode kehamilan :
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang
c. Perubahan visual secara tiba- tiba ( mata berkunang-kunang)
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan
e. Sakit abdomen atau nyeri pada ulu hati yang hebat
f. Pergerakan bayi berkurang tidak seperti biasanya atau bahkan tidak ada
pergerakan. (Nazariah, 2011).
2.5. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar.

6
Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat
nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan
desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus
endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa
faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. (Wibowo,2002).
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat
berubah menjadi desidua . Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel
epitel membesar, nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya
ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi
menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan
dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara
keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. (Rachimhadhi, 2005).
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua
yang degeneratif. (Prawiroharjo, 2005).
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi,
tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa
kemungkinan yang mungkin terjadi adalah:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2. Abortus ke dalam lumen tuba

7
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili
korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah
dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis.
Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap
dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam
keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.
3. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering
terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya
terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-
intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan,
atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan
vagina (Mansjoer, 2001).
2.6. Komplikasi
Komplikasi kehamilan tuba yang biasa terjadi adalah ruptur tuba atau
abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding
tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan
berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat
menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi sekunder
dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang
berkumpul.
2.7. Diagnosis banding
2.7.1. Kehamilan Ektopik
a. Nyeri : Kram unilateral dan nyeri sebelum ruptur
b. Mual dan muntah : Kadang- kadang sebelum ruptur, seringkali setelah
ruptur.
c. Menstruasi : sedikit penyimpangan ; tidak menstruasi, bercak (spotting).
d. Temperatur dan nadi : 37,2 -37,8oC, nadi bervariasi; normalsebelum ruptur,
cepat setelah ruptur.

8
e. Pemeriksaan panggul : Nyeri tekan unilateral, terutama bila serviks
bergerak ; massa dengan krepitasi di satu sisi di dalam kavum douglasi
f. Hasil laboratorium : sel darah putih (SDP) 15.000/mm3, sel darah merah
sangat rendah jika perdarahan banyak ; laju endap darah sedikit meningkat.
2.7.2. Apendisitis
a. Nyeri : epigastrik, periumbilikus, kemudian nyeri kanan bawah ; nyeri
tekan terlokalisasi pada titik McBurney; nyeri lepas
b. Mual dan muntah : sering sebelum nyeri beralih ke kuadran kanan bawah.
c. Menstruasi : tidak berhubungan dengan menstruasi
d. Temperatur : 37,2 -37,8oC, nadi cepat 99-100
e. Pemeriksaan panggul : tidak ada massa ; nyeri tekan pada rektum pada
bagian atas sisi kanan.
f. Hasil Lab : SDP 10.000 -18.000/ mm3 (jarang normal) ; SDM normal ; laju
endap darah sedikit meningkat.
2.7.3. Salpingitis
a. Nyeri : Biasanya di kedua kuadran bawah dengan atau tanpa nyeri lepas.
b. Mual dan muntah : jarang.
c. Menstruasi : hipermenore atau metoragia atau keduanya.
d. Temperature : 37,2 - 40oC ; nadi meningkat sesuai tingkat demam.
e. Pemeriksaan panggul : nyeri tekan bilateral bila serviks bergerak ; teraba
massa hanya bila ada piosalping atau hidrosalping.
f. Hasil Lab : SDP: 15.000-30.000/mm3 , SDM normal : laju endap darah
meningkat bermakna.
2.7.4. Aborsi Uterus
a. Nyeri : Kram digaris tengah
b. Mual dan muntah : hampir tidak ada
c. Menstruasi : Amenorea, kemudian spotting, kemudian perdarahan cepat.
d. Temperature : sampai 37,2oC jika spontan : sampai 40oC jika diinduksi
(terinfeksi).
e. Pemeriksaan panggul : serviks sedikit melebar : rahim sedikit membesar,
melunak secara tidak teratur ; nyeri tekan disertai infeksi.

9
f. Hasil Lab : SDP: 15.000/mm3 jika spontann : mencapai 30.000/mm3 , SDM
normal : laju endap darah meningkat sedikit sampai sedang. (Bobak, 2004).
2.8. Pemeriksaan penunjang
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis
kehamilan ektopik menurut Sarwono Prawirohardjo (2006: 330-331):
a. Pemeriksaan umum. Penderita tampak kesakitan dan pucat; pada perdarahan
dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak
mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
b. Pemeriksaan ginekologi. Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.
Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka
akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping
uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol
dan nyeri raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-
kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
c. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah
merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu,
terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus
janis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia; tetapi harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila
leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi
pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi
20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan
berguna apabila positif. Akan tetapi, tes negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi
dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic
gonadotropin (HCG) menurun dan menyebabkan tes negatif.
d. Dilatasi dan Kuretase .Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang
diagnosis kehamilan ektopik tidak dianjurkan. Berbagai alasan dapat
dikemukakan; a) kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama
kehamilan ektopik; b) hanya 12 sampai 19% kerokan pada kehamilan
ektopik menunjukkan reaksi desidua; c) perubahan endometrium yang

10
berupa reaksi Arias-Stella tidak khas untuk kehamlan ektopik. Namun, jika
jaringan yang dikeluarkan bersama dengan perdarahan terdiri atas desidua
tanpa villi koriales, hal itu dapat memperkuat diagnosis kehamilan ekktopik
terganggu.
e. Kuldosentesis. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna
dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
f. Ultrasonografi. Ultrasonografi berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik.
Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang
di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5%
kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hal ini masih harus diyakini
lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterin pada kasus uternus
bikornis.

g. Laparoskopi. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik


terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik
yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian
dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba,
kavum Douglas, dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis
mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi
indikasi untuk dilakukan laparotomi.
h. Foto Rontgen. Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada
dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi
vertebra Ibu.

11
i. Histerosalpingografi. Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih
besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika
diagnosis kehamilan ektopik terganngu sudah dipastikan dengan USG (Ultra
Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine)). Trias klasik yang
sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan
amenore.
2.9. Penatalaksanaan medis
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi.
Dalam tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan
dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut :
a. Kondisi ibu pada saat itu.
b. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
c. Lokasi kehamilan ektropik.
d. Kondisi anatomis organ pelvis.
e. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
f. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih
baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis
tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi
untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini
dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
a. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
b. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih

12
besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi
laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah
pembedahan :
a. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi
pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi Laparoskopik/ Salfingostomi :
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-
hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung
gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau
diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
2.10. Pencegahan
a. Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang
merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik.
b. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan
mengurangi resiko kehamilan ektopik dalam arti berhubngan seks secara
aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada
akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul
dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan
meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik.
c. Kehamilan ektopik tidak dapat dihindari 100%, namun kita dapat
mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan
tatalaksana secepat mungkin.
d. Jika memiliki riwayat kehamilanektopik sebelumnya, maka kerjasama
antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi
kehamilan ektopik. (Nazirah, 2011).

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Kehamilan Ektopik:
Ny. R yang berusia 35 tahun sedang hamil 8 bulan. Ny.R bersama suaminya datang
ke Rumah sakit dengan keluhan sakit perut sebelah kanan di bagian bawah dan
disertai dengan perdarahan yang keluar dari vaginanya. Ny.R mengatakan sering
kali mual dan muntah . Ny.R tampak lemah dan pucat. Ny.R di diagnosa dengan
kehamilan ektopik .
3.1. Pengkajian
a. Biodata
1. Identitas Ibu
Nama : Ny. R
Umur :  35 tahun
Agama :  Islam
Kebangsaan :  Indonesia
Status Perkawinan :  Kawin\
Pendidikan :  SMA
Pekerjaan :  IRT
Alamat :  Lampaseh
DX :  Kehamilan Ektopik
Tanggal masuk :  13 april 2017
Tanggal pengkajian:  13 April 2017
2. Identas Suami
Nama : Tn. Z
Umur :  32 tahun
Agama :  Islam
Kebangsaan :  Indonesia
Pendidikan :  SMA
Pekerjaan :  Wiraswasta
Alamat :  Lampaseh
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama

14
Nyeri hebat pada perut bagian bawah sebelah kanan dan disertai dengan
perdarahan. Pasien sering kali mual dan muntah serta tampak lemah dan
terlihat pucat.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya Ny.R merasakan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada
perut bagian bawah. Pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke sisi
berikutnya menyebar keseleruh perut, nyeri bertambah hebat bila
bergerak.Adanya perdarahan pervagina :
a. Sering kali disertai mual dan muntah
b. Keadaan umum klien lemah dan pucat
c. Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ny.R memiliki riwayat endomatritis (suatu penyakit pada sistem
reproduksi wanita di mana jaringan dari lapisan dalam dinding rahim atau
endometrium tumbuh di luar rongga rahim. Endapan tersebut akan
mengiritasi jaringan di sekitarnya. Lama-kelamaan, jaringan parut atau
bekas iritasi pun terbentuk)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Ny.R tidak menderita penyakit Dan tidak ada keturunan
kembar.
5. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 th
Siklus : Teratur, 28 hari
Lamanya : ± 6-7 hari
Banyaknya : ± 2-3 kotex / hari
Warna : Merah
Bau : Anyir
Keluhan : Disminorea (-), flor albus (-)
HPHT : Px mengatakan lupa.
HPL : -
6. Riwayat Ginekologi

15
Pasien mengatakan Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti
penggunaan IUD.
7. Pola Kebiasaan
a. Pola nutrisi
Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari, pasien juga
makan bauh-buahan dan cemilan, sejak sakit nafsu makan menurun,
pasien mengatakan ½ porsi yang diberikan, mual (+), muntah (+),
minum sehari 2 gelas aqua kecil = 500 cc.
b. Pola Euminasi
BAB Ny.R mengalami konstipasi (diakibatkan karena penurunan
peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan
cairan yang kurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam
pengeluaran faeces).
Pada BAK Ny.R mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr,
karena intake makanan dan cairan yang kurang.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Ny.R mengatakan terjadi gangguan istirahat, dan nyeri pelvis pada
saat bergerak. Ny. R sering pusing bahkan cepat lelah sejak sakit
d. Pola Kebersihan Diri
Ny.R mengatakan sebelum sakit mandi lebih dari 3 x 4 sehari, sejak
sakit pasien jarang mandi dan hanya seka. Kuku bersih, performa
rapi, rambut disisir.
e. Pola Aktivitas
Sebelum sakit pasien melakukan aktivitas mandiri, sejak sakit
aktivitas dibantu keluarga.
8. Riwayat Psikologis
Ny.R mengatakan cemas dengan kondisinya dan juga kondisi
kehamilannya yang sekarang, karena ini kehamilan pertamanya. Ny.R
takut keguguran karena banyak darah yang keluar, Ny.R tampak cemas,
dan sering menanyakan tentang kondisi kehamilannya.
9. Riwayat Sosial

16
Ny.R mengatakan sebelum sakit akrab dengan masyarakat dan mengikuti
kegiatan sosial, sejak sakit tidak pernah, hanya komunikasi dengan suami
dan perawat, interaksi dengan pasien satu ruangan tidak ada.
10. Riwayat Spiritual
Ny.R mengatakan sebelum sakit menjalankan shalat 5 waktu dan berdoa
agar kehamilannya tidak ada masalah, sejak sakit Ny.R shalat 5 waktu
jarang dan berdoa demi kesembuhannya.
c. Pemerikasan Umum
1. K/U :  Baik
Kesadaran :  compos mentis
TTU : 
Td  :  100/70 mmHg
N :  82 x/i
RR  :  20 x/i
T :  37,2 oC
BB :  50 kg selama dirawat
2. Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis
3. Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan
melalui leher dan thorax, Payudara pada KET, biasanya mengalami
perubahan.
4. Pemeriksaan abdomen
Pada repture tuba perut menegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan
cairan bebas dalam rongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena
darah yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun
pada rupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo
S,1999, hal 257).
5. Pemeriksaan genetalia
Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna
dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina.
6. Pemeriksaan ekstremitas

17
Pada ekstrimitas atas dan bawah ditemukan adanya akraldingin akibat syok
serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Pasien mengatakan nyeri hebat pada Nyeri perut Nyeri akut
perut bagian bawah sebelah kanan,
nyeri bertambah hebat bila bergerak
DO = Mata pasien nampak
sembab karena susah
tidur
Keadaan pasien lemah
Aktivitas dibantu oleh
keluarga
DS 2.
= -  Pasien mengatakan keluar darah Perdarahan Perubahan perfusi
melalui vaginanya jaringan
-    DO = Keluar darah (+)
-   TD        =   100/70 mmHg N         
=   80 x/i
RR        =   20 x/i
T           =   37,2 oC
-    IUFD RL = 20 HS/i
-    HB            = 7,9  9/dl

DS 3.
= -  Pasien mengatakan sering kali mual Output Kekurangan
dan muntah . Pasien sehari hanya berlebihan volume cairan
mampu menghabiskan 1/2 porsi
makanan dan minum 2 gelas aqua
kecil = 500 cc.
DO = pasien nampak lemah dan
pucat
Turgor kulit tidak baik
TTV tidak stabil
DS 4.
= -  Pasien mengatakan cemas dengan Kurangnya Ansietas
kehamilannya sekarang pengetahuan
Pasien mengatakan takut keguguran tentang
karna banyak darah yang keluar kehamilan yang
bermasalah
DO = Pasien tampak cemas
Pasien sering menanyakan
tentang kondisi kehamilannya

3.2. Diagnosa Keperawatan

3.2.1. Nyeri akut

18
3.2.2. Perubahan perfusi jaringan

3.2.3. Kekurangan Volume Cairan

3.2.4. Ansietas

3.3. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah diberikan 1. Tentukan 1. Menentukan tindak
askep selama….x karakteristik dan lanjut intervensi
24jam nyeri yang lokasi nyeri,
dirasakan pasien perhatikan isyarat
dapat berkurang verbal dan
dengan Kriteria nonverba.
hasil : 2. Pantau tekanan 2. Nyeri dapat
 Pasien Mampu darah, nadi dan menyebabkan
mendemonstrasi pernafasan gelisah serta
kan teknik tekanan darah
relaksasi, meningkat, nadi,
 Tanda-tanda pernafasan
vital dalam batas meningkat
normal, 3. Kaji stres 3. Ansietas sebagai
 Pasien dapat psikologis ibu respon terhadap
tidur dan respon situasi dapat
 Pasien tidak emosional memperberat
terlihat meringis terhadap kejadian ketidaknyamanan
karena sindrom
ketegangan dan
nyeri
4. Terapkan teknik 4. Mengalihkan
distraksi perhatian dari rasa
nyeri

5. Ajarkan teknik 5. Relaksasi


relaksasi(napas mengurangi
dalam) dan ketegangan otot-
sarankan ntuk otot sehingga
mengulangi bila mengurangi
merasa nyeri. penekanan dan
nyeri
6. Beri dan biarkan 6. Mengurangi
pasien posisi ketegangan area
yang paling nyeri
nyaman
Kolaborasi:

19
7. pemberian 7. Analgetik akan
analgetik. mencapai pusat
rasa nyeri dan
menimbulkan
penghilangan nyeri
2. Perubahan Setelah diberikan 1. Awasi tanda 1. Menghindari
Perfusi asuhan keperawatan vital, kaji terjadinya syok
Jaringan selama…..x 24jam pengisisn hipovolemik
diharapkan pasien kapiler, warna
mampu kulit atau
mendemonstrasikan membran
perfusi yang mukosa dan
adekuat secara dasar kuku.
individual dengan 2. Kaji respon 2. Mempemudah
Kriteria Hasil: verbal dalam asuhan
melambat, keperawatan
 Kulit hangat dan mudah
kering terangsang,
 Ada nadi perifer agitasi,
kuat gangguan
 Tanda vital dalam memori,
batas normal bingung.
 Pasien 3. Catan keluhan 3. Untuk menentukan
sadar/berorientasi rasa dingin. perdarahan
 Keseimbangan Pertahankan semakin parah atau
pemasukan/penge suhu teratasi
luaran lingkungan dan
 Tak ada edema tubuh hangat
sesuai indikasi

Kolaborasi :

4. Berikan SDM 4. Mengganti SDM


yang yang keluar
lengkap/packed, berlebih
produk darah
sesuai indikasi.
Awasi ketat
untuk
komplikasi
tranfusi.
5. Memberikan 5. Mengurangi rasa
informasi cemas pada pasien
tentang dan mempermudah
derajat/keadeku intervensi
atan perfusi
jaringan dan
membantu

20
menentukan
kebutuhan
intervensi.
6. Dapat 6. Mengetahui
mengindikasika indikasi transfusi
n gangguan darah
funsi serebral
karena hipoksia
atau defisiensi
vitamin B12
7. Fase konstriksi 7. Memberikan rasa
(organ vital) nyaman pada
menurunkan pasien
sirkulasi perifer.
Meningkatkan
jumlah sel
pembawa
oksigen ;
memperbaiki
defisiensi untuk
menurunkan
risiko
perdarahan.
8. Memaksimalka 8. Menghindari
n transfer terjadinya hipoksia
oksigen ke
jaringan.
3. Kekurangan Setelah diberikan 1. Awasi tekanan 1. Perubahan dapat
Volume askep selama …x darah dan menunjukkan efek
Cairan 24 jam diharapkan frekuensi jantung hipovolemik
pasien menunjukkan (perdarahan/dehidr
volume cairan yang asi)
adekuat dengan 2. Evaluasi turgor 2. Indicator langsung
criteria hasil : kulit, pengisian status
 Tanda vital stabil kapiler dan cairan/hidrasi
 Nadi teraba kondisi umum
 Haluaran urine, membran mukosa
berat jenis dan pH 3. Catat respon 3. Simtomatologi
dalam batas fisiologis dapat berguna
normal individual pasien dalam mengukur
terhadap berat/ lamanya
perdarahan episode
misalnya : perdarahan.
perubahan Memburuknya
mental, gejala dapat
kelemahan, menujukkan
gelisa, ansietas, berlanjutnya
pucat, perdarahan atau

21
berkeringat, tidak adekuatnya
tacipnea, penggantian
peningkatan cairan.
suhu.
4. Pertahankan 4. Potensial kelebihan
pencatatan akurat tranfusi cairan
sub total cairan / khususnya bila
darah selama volume tambahan
terapi diberikan sebelum
penggantian tranfusi darah.
Kolaborasi :
5. Berikan cairan Iv
sesuai indikasi
5. Mempertahankan
keseimbangan
6. Memberikan cairan/elektrolit
SDM, trombosit, pada tak adanya
dan factor pemasukan melalui
pembekuan oral; menurunkan
risiko komplikasi
ginjal.
6. Memperbaiki/
menormalkan
jumlah SDM dan
kapasitas pembawa
oksigen untuk
memperbaiki
anemi, berguna
untuk mencegah/
mengobati
perdarahan
4. Ansietas Seteleh diberikan 1. Pertahankan 1. Menjamin bahwa
askep selama …..x hubungan yang pasien tidak akan
24jam diharapkan sering denngan sendiri atau
cemas pasien pasien. Berbicara ditelantarkan:
berkurang dengan dan berhubungan menunjukkan rasa
Kriteria Hasil: dengan pasien menghargai, dan
 Pasien tampak menerima orang
tenang tersebut,
 Pasien tidak 2. Berikan membantu
gelisah informasi akurat meningkatkan rasa
 Menunjukkan dan konsisten percaya.
kemampuan mengenai 2. Dapat mengurangi
untuk prognosis. hindari ansietas dan
menghadapi argumentasi ketidakmampuan
masalah mengenai pasien untuk
persepsi pasien membuat
terhadap situasi keputusan/pilhan

22
tersebut berdasarkan realita
3. Waspada
terhadap tanda- 3. Pasien mungkin
tanda akan menggunakan
penolakan/depres mekanisme
i,mis:menarik bertahan dengan
diri, marah, ucap- penolakan dan
ucapan yang terus berharap
tidak tepat. bahwa
diagnosanya tidak
4. Berikan akurat.
lingkungan 4. Membantu pasien
terbuka dimana untuk merasa
pasien akan diterima pada
merasa aman kondisi sekarang
untuk tanpa persaan
mendiskusikan dihakimi dan
perasaan atau meningkatkan
menahan diri persaan harg diri
untuk berbicara dan kontrol.
5. Izinkan pasien
untuk 5. Penerimaan
merefleksikan perasaan akan
rasa marah,takut, membuat pasien
putus asa tanpa dapat menerima
konfrontasi. situasi
Berikan
informasi bahwa
perasaannya
adalah normal
dan perlu
diekspresikan

23
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana ovum yang telah
dibuahi sperma mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak
semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum uteri. Tuba adalah tempat
yang sering terjadi pada kehamilan ektopik.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Faktor pada lumen tuba, pada dinding tuba, dan
pada luar dinding tuba merupakan faktor yang memegang peranan penyebab
kehamilan ektopik.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah hasil
konsepsi mati dini dan diresorbsi, abortus ke dalam lumen tuba, dan ruptur
dinding tuba.
4.2. Saran
Sebaiknya wanita yang sedang hamil rutin melakukan pemeriksaan
kehamilannya, untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janinnya. Dengan
dilakukannya pemeriksaan kehamilan secara rutin, dapat mencegah risiko
terjadinya kehamilan ektopik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk. (2004). Buku Ajaran keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta:


EGC
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. . (2005). Kehamilan Ektopik. Dalam:
Obstetri William (William’s Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta: EGC.
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Kehamilan Ektopik. (2001). Kapita Selekta
Kedokteran Jilid I. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius.
Nazariah, SKM, M.Pd. (2011). Manajemen Kebidanan (Pada kasus-kasus patologi
Kebidanan. Banda Aceh : Penerbit PeNA.
Prawirohardjo S, Hanifa W. (2005). Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi.
Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. (2005). Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I.Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Sri Cynthia D. Logor, Freddy W. Wagey, dan Maria F.T. Loho. (2013).
TINJAUAN KASUS KEHAMILAN EKTOPIK DI BLU RSUP PROF. Dr. R.
D. KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI 2010 – 31 DESEMBER
2011.. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 40-
44.
Wibowo B, Rachimhadhi T. (2002). Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan.
Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

25

Anda mungkin juga menyukai