Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang beijudul “FOREIGN
DIRECTINVESTMENT (FDI) ” Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan
kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat, dan kita
mendapat syafa’atnya pada hari akhir nanti.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................
DAFTAR ISI..............................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebij akan pemerintah dengan melaksanakan penbangunan di segala bidang yang tentunya
memerlukan dana yang sangat besar untuk membiayai pembangunan sesuai tujuan yang hendak
dicapai. Sumber pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri merupakan langkah yang harus dilakukan pemerintah untuk mendorong penrtumbuhan
ekonomi. Salah satu sumber pembiayaan dapat berupa Foreign Direct Investment (FDI) dan
peningkatan ekspor.
Pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,50% dan terus naik sampai
tahun 2005 menjadi 5,69%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi pada tahun 2007
sebesar 6,34%, tahun 2009 teijadi krisis ekonomi global menjadi 4,63% pada tahun 2010
mulai membaik sebesar 6,22% namun mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai 2015.
Pada tahun 2011 sebesar 6,17% turun pada tahun 2012 menjadi 6,03% sampai pada tahun
2015 menjadi 4,79%.
Foreign Direct Investment (FDI) sebagai salah satu aliran modal yang masuk ke suatu
negara dianggap sebagai aliran modal yang relatif stabil dan mempunyai risiko yang kecil
dibandingkan aliran modal lainnya, seperti investasi portofolio ataupun utang luar negeri. Hal
ini dikarenakan FDI tidak begitu mudah terkena gejolak fluktuasi mata uang (investasi
portofolio) ataupun beban bunga yang berat (utang luar negeri) dan juga karena pergerakan
yang dialami dalam arus modal jangka pendek maka negara berkembang mulai mengalihkan
fokus mereka dari arus modal jangka pendek ke FDI karena efek jangka panjangnya. Namun,
dampak jangka panjang dan manfaat dari FDI di setiap negara tidak sama, hal ini yang
membuat sulit untuk mengindentifikasikan dampak FDI terhadap pertumbuhan ekonomi
(Miankhel, Thangavelu dan Kalirajan, 2009). Meskipun demikian, Foreign Direct Investment
(FDI) secara umum diterima memiliki peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara.
Penanaman modal asing yang diinvestasikan untuk membuat industri baru mempunyai
peranan yang besar dalam menciptakan lapangan pekeijaan baru, di mana dapat mengurangi
jumlah pengangguran yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kemudian akan teijadi penambahan output dan pendapatan baru pada faktor produksi tersebut,
yang selanjutnya berarti akan menambah output nasional sehingga teijadi pertumbuhan
ekonomi.
Perdagangan internasional, yaitu ekspor yang dilakukan oleh setiap negara bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu negara yang pada gilirannya menaikkan
jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007: 448). Ekspor merupakan
kegiatan yang dapat memicu para produsen termotivasi untuk terus meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksinya agar permintaan dalam negeri dan luar negeri dapat terpenuhi. Variabel
Ekspor yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satuan USD. Perkembangan variabel
Ekspor Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2015 dijelaskan melalui Gambar 1.2
ini:
Sesuai dengan keadaan yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini akan
mengambil judul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Foreign
Direct Investment (FDI) tehadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2002-2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
C. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Teori Rostow
Menurut Rostow proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan ke dalam lima tahap
yang merupakan karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial dan politik yang teijadi,
yaitu sebagai berikut:
1) Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang fungsi produksinya terbatas yang
ditandai oleh cara produksi yang relatif masih primitif. Tingkat produktivitas per pekeija
masih rendah dan sebagian besar sumber daya masyarakatnya digunakan untuk kegiatan
sektor pertanian.
Pada tahap tinggal landas, pertumbuhan ekonomi selalu teijadi. Serta adanya
perubahan dalam masyarakat seperti revolusi politik terciptanya kemajuan yang pesat
dalam inovasi atau berupa terbukanya pasar-pasar baru sehingga adanya peningkatan
investasi
Investasi yang tinggi akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan
melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
Menurut Rostow 3 ciri utama negara-negara yang sudah mencapai tahap tinggal
landas, yaitu teijadinya kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang dari 10
persen dari Produk Nasional Bersih (Net National Product = NNP), berkembangnya
beberapa sektor industri unggulan dengan tingkat pertumbuhan tinggi. Terciptanya suatu
kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang bisa menciptakan perkembangan
sektor modem dan eksternalitas ekonomi yang bisa meyebabkan pertumbuhan ekonomi
terus teijadi.
c. Teori NeoKlasik
Menurut Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh
Robert Sol o w dan Trevor S wan, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan
penyediaan faktor produksi seperti penduduk, tenaga keija, akumulasi modal dan tingkat
kemajuan teknologi.
Pandangan teori ini didasari oleh anggapan klasik, yaitu perekonomian akan tetap
mengalami tingkat pengeijaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan
tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.
Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya
substitusi antara kapital (K) dan tenaga keija
(L). Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah ouput tertentu, bisa digunakan jumlah
modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga
keija yang jumlahnya berbeda-beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan.
Jika modal yang digunakan lebih banyak maka tenaga keija yang dibutuhkan lebih
sedikit. Begitu sebaliknya, jika modal yang digunakan lebih sedikit maka lebih banyak
tenaga keija yang digunakan. Hal ini berarti ada fleksibilitas di suatu perkonomian dalam
menghasilkan output tertentu melalui rasio modal-tenaga keija (capital-output ratio =
COR).
d. Teori Harrod-Domar
1) Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal yang terdiri
dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2) Perekonomian terdiri dari 2 sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, di
mana tidak terdapat pemerintahan dan perdagangan luar negeri.
3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan
nasional, di mana fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save =
MPS) besarnya tetap, dengan demikian ratio antara modal-output
Dalam teori ini juga disebutkan bahwa jika ingin tumbuh, perekonomian harus
menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin
banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan maka semakin cepat perekonomian itu akan
tumbuh.
e. Teori Schumpeter
Schumpeter menggambarkan teorinya lebih lanjut tentang proses pembangunan dan
faktor utama yang menentukan pembangunan. Schumpeter berkeyakinan bahwa sistem
kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi
yang pesat. Namun, dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami stagnasi.
Faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah kemajuan suatu
masyarakat dalam menerapkan inovasi oleh
para pengusaha. Kondisi di mana masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan
pembukaan usaha baru dan perluasan usaha tersebut maka tersedia lapangan keija
tambahan untuk menyerap angkatan keija yang bertambah setiap tahunnya.
Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas
kemungkinan untuk mengadakan inovasi maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi
bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak
berkembang”. Keadaan tidak berkembang ini dicapai pada tingkat pertumbuhan yang
tinggi.
f. Pertumbuhan Endogen
Teori pertumbuhan endogen diperkenalkan oleh Romer (1986) dan Lucas (1988)
memberikan dasar teori yang lebih lugas mengenai hubungan positif antara perdagangan
internasional dengan pertumbuhan dan pembangunan jangka panjang. Teori pertumbuhan
endogen merumusakan bahwa penurunan hambatan perdagangan akan mempercepat
tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dalam jangka panjang dengan cara
sebagai berikut (Salvatore, 2014: 348):
1) Memperkenankan negara berkembang untuk menyerap teknologi yang dikembangkan
oleh negara maju pada taraf yang lebih cepat dibandingkan dengan keterbukaan yang
lebih rendah.
2) Meningkatkan manfaat yang mengalir melalui penelitian dan pengembangan.
3) Mendorong skala ekonomi produksi yang lebih besar.
4) Mengurangi distorsi harga dan mendorong penggunaan sumber daya lebih efisien.
5) Mendorong spesialisasi yang lebih besar dan produksi bahan baku setengah jadi yang
lebih efisien.
6) Mendorong pengenalan barang dan j asa baru dengan lebih cepat.
Teori pertumbuhan endogen mendalami dan mencoba menjelaskan dengan lebih teliti
mengenai saluran atau cara di mana hambatan perdagangan lebih sedikit sehingga dapat
memicu pertumbuhan dalam j angka panjang. Dengan kata lain, teori pertumbuhan
endogen mecoba menjelaskan secara teoritis melalui perdagangan bebas dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan pembangunan dalam jangka panjang.
4. Ekspor
Ekspor adalah kegiatan memproduksi berbagai macam barang dan jasa di dalam negeri
lalu dijual di luar negeri (Mankiw, 2006: 230). Pengertian ekspor di Indonesia, menurut Biro
Pusat Statistik (BPS), “Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari
dalam negeri ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku”.
Pengertian ekspor lainnya menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag),
sebagai berikut:
Ekspor ialah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Sedangkan yang
dimaksud dengan pabean sendiri adalah wilayah RI yang meliputi daerah daratan,
perairan dan ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu dari Zone Ekonomi
Eksklusif (ZEE) dan landasan kontinen yang di dalamnya berlaku UU No. 10 tahun
1995 tentang Kepabeanan.
Teori klasik, Adam Smith dan David Ricardo, berpendapat bahwa perdagangan
internasional memainkan peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi, dan terdapat
keuntungan ekonomi dari spesialisasi. Dengan adanya kegiatan ekspor maka para produsen
akan terus meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan
permintaan luar negeri. Perdagangan internasional, yaitu ekspor yang dilakukan oleh setiap
negara bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu negara yang pada gilirannya
menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2002: 448).
Selain itu, menurut Deliarnov (1995) hal ini disebabkan karena kegiatan ekspor
merupakan salah satu komponen pengeluaran agregat karena ekspor dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai. Apabila ekspor bertambah maka pengeluaran
agregat bertambah tinggi dan selanjutnya akan merangsang pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Dengan demikian, suatu negara akan memperoleh manfaat langsung bilamana tingkat
output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan
ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2002: 448). Namun, sebaliknya belum tentu teijadi
demikian karena terdapat kasus di mana pendapatan nasional yang tinggi tidak menjamin
bahwa ekspor akan tinggi pula.
Ekspor juga menghasilkan devisa yang diperlukan untuk impor yang tidak dapat
diproduksi di dalam negeri. Dengan demikian, hubungan antara ekspor dan pertumbuhan
ekonomi secara teoritis berakar pada hipotesis export-led-growth (ELG). Menurut Elbeydi,
(2010) hipotesis ini pemerintah melibatkan pembatasan terhadap perdagangan impor dan
dorongan strategi yang mendukung sektor manufaktur dengan maksud untuk mempromosikan
keunggulan komparatif yang berpotensi. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa perdagangan
internasional bisa mempromosikan spesialisasi dalam produksi produk ekspor dan realokasi
sumber daya dari yang relatif tidak efisien dalam sektor pedagangan non- ekspor ke sektor
perdagangan ekspor yang lebih produktif sehingga menyebabkan pertumbuhan meningkat
(Edwards, 1992).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa time series dengan periode tahun
2002 sampai dengan tahun 2015. Data yang diperoleh sebanyak 14 data time series. Data-data
tersebut penulis peroleh dari publikasiresmi beberapa badan pemerintah dan swasta seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), World Bank, dan beberapa penelitian terdahulu. Seluruh data
dalam penelitian ini diolah menggunakan software program E-Views versi 8.
Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini ada tiga variabel, yaitu:
1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan
Ekonomi berdasarkan World Bank Database 2017 dengan nama data GDP (current US$).
2. Ekspor Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspor secara
keseluruhan baik migas maupun non migas berdasarkan World Bank Database 2017
dengan nama data Merchandise exports (current US$).
Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Foreign Direct Investment (FDI) berdasarkan World Bank Database 2017 dengan nama data
Foreign direct investment, net inflows (BoP, current USS).
Produk domestik bruto atau PDB merupakan alat ukur untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Peningkatkan jumlah pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari
waktu ke waktu menjelaskan bahwa perekonomian dinyatakan tumbuh dan sebagai salah
satu indikator yang menunjukkan keberhasilan pembangunan ekonomi yang dicapai oleh
suatu negara. Sebaliknya, penurunan jumlah pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan
mengindikasi menurunnya kineija perekonomian suatu negara. Variabel pertumbuhan
ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satuan USD. Perkembangan
variabel pertumbuhan ekonomi.
2. Perkembangan Variabel Ekspor Indonesia
Perdagangan internasional, yaitu ekspor yang dilakukan oleh setiap negara bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu negara yang pada gilirannya menaikkan
jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007: 448). Karena dengan adanya
ekspor, para produsen termotivasi untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksinya agar permintaan dalam negeri dan luar negeri dapat terpenuhi. Variabel Ekspor
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satuan USD. Perkembangan variabel Ekspor
Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2015.
Foreign Direct Investment (FDI) merupakan salah satu cara bagi negara berkembang
untuk dapat mengembangkan perekonomian dengan menerima tambahan dana dari luar
negeri dan diinvestasikan secara riil, atau lebih dari 10% saham yang dibeli maka dapat
dikatakan investasi langsung. Masuknya FDI di negara berkambang maka teijadi transfer
ilmu pengetahuan, modal, dan teknologi dari negara maju. Variabel Foreign Direct
Investment (FDI) yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satuan USD. Perkembangan
variabel Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun
2015.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasrkan hasil penelitian tentang pengaruh ekspor dan Foreign Direct Investment
(FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002-2015 dengan menggunakan
analisis Ordinary Least Square (OLS) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: