A. JUDUL PENELITIAN
Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam Di
Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun
Pelajaran 2010/2011.
B. LATAR BELAKANG
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari
pemikiran efisisensi dan efektifitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga
masyarakat. Lembaga pendidikan formal atau persekolahan, kelahiran dan
pertumbuhannya dari dan untuk masyarakat bersangkutan. Artinya, sekolah
sebagai pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi
kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal,
mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukan. Haluan tersebut bercermin di
dalam falsafah dan tujuan perjenjangan, kurikulum pengadministrasian serta
pengelolaannya.1
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami
oleh siswa sebagai anak didik.2
Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan
reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi yang dipelopori oleh
Thorndike aliran koneksionisme. Menurut ajaran koneksionisme orang belajar
karena menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Masalah itu merupakan
perangsang atau stimulus terhadap individu. Kemudian individu itu mengadakan
reaksi terhadap rangsang, dan bila reaksi itu berhasil, maka terjadilah hubungan
perangsang dan reaksi dan terjadi pula peristiwa belajar.3
Menurut pandangan konstruktifistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia
harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi
1
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,
2003, 146.
2
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 125.
3
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, 208.
2
makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil
prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya
belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar
adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa
hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.4
Tidak mungkin kegiatan belajar dapat terjadi tanpa adanya perhatian
motivasi dari siswa. Pikiran mungkin membutuhkan tingkat perubahan masukan
sensoris yang agak tinggi untuk membuat situasi tinggi untuk senantiasa waspada
jika stimulus pengajaran tidak memberikan kebutuhan tingkat masukan sensoris,
mungkin siswa akan mengadakan proses internal informasi lain (berpaling ke
masalah lain), bahkan mungkin menutup diri dari seluruh proses belajar.5
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran yang
wajib diberikan kepada seluruh siswa di lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari kurikulum, meskipun sepanjang
tahun kurikulum diubah, Pendidikan Agama Islam tidak akan dihilangkan.6
Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan
pendidikan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT., serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi.7
Proses belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting di arus era
global ini. oleh karena itu, upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses
belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting, karena dengan
4
Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, 58-59.
5
Ahmadi, Psikologi Belajar, 158.
6
Herabudin, Administrasi & Supervisi Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009, 243
7
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, 22
3
peningkatan tersebut, siswa dapat belajar dengan optimal, dan dapat diterapkan
dikehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Motivasi dan belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus di ingat, kedua
faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seorang
berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.8
Thomas M. Risk memberikan motivasi sebagai berikut: We may definen
motivation, in a pedagogical sense, as the students motives leading to sustained
activity to ward the learning goals (Motivasi adalah usaha yang disadari oleh
pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik atau pelajar
yang menunjang kegiatan kearah tujuan belajar).9
Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong
(driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam
peserta didik untuk belejar secara aktif, kreatif, afektif, inovatif, dan
menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik.10
Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam
belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya dapat tumbuh
dan berkembang. Berikut ini merupakan beberapa cara atau upaya untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa: Pertama, siswa memperoleh pemahaman
(comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran. Kedua, siswa
memperoleh kesadaran diri (self consciousness) terhadap pembelajaran. Ketiga,
menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan siswa secara link and
match. Keempat, memberi sentuhan lembut (soft touch). Kelima, memberi hadiah
(reward). Keenam, memberika pujian dan penghormatan. Ketujuh, siswa
mengetahui prestasi belajarnya. Kedelapan, adanya iklim belajar yang kompetitif
secara sehat. Kesembilan, belajar menggunakan multi media. Kesepuluh, belajar
8
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, 23.
9
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 11.
10
Nanang Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama, 2010, 26.
4
mengunakan multi metode. Kesebelas, guru yang kompeten dan humoris. Kedua
belas, suasana lingkungan sekolah yang sehat.11
Baru-baru ini, di kelas VIII SMPI Al-Magrobi pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) siswa banyak yang kurang serius dalam proses belajar. Itu
disebabkan karena kurangnya motivasi dalam diri siswa. Akibatnya, dalam proses
belajar sebagian siswa ada yang main handphone (HP), bicara sendiri, dan lain
sebagainya.
Seorang anak yang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar,
maka ia tidak akan tahan lama dalam belajar maupun dalam proses pembelajaran,
dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Sebaliknya,
seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang
baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi belajar menyebabkan seorang tekun
belajar, lebih-lebih terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Padahal tanpa disadari, agama adalah sebagai bentuk kenyakinan manusia
terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supernatural) ternyata seakan menyertai
manusia, orang-perorang atau dalam hubungannya dengan masyarakat. Selain itu
agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik dalam rangka menangkis bahaya
negatif arus era global. Dan motif yang didorong keyakinan sulit ditandingi oleh
keyakinan non agama, baik doktrin maupun ideologi yang bersifat profan.12
Sebagaimana telah di ketemukan bahwa sebenarnya proses pendidikan,
dalam arti proses pemeliharaan, pengasuhan dan pendewasaan anak, itu
merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari proses penciptaan alam semesta
dalam kaitannya dalam proses penciptaan manusia ini. Oleh karena itu untuk
memahami hakikat pendidikan islam harus difahami dari sumber pangkalnya,
yaitu “hakikat dari proses penciptaan alam dan hubungannya dengan penciptaan
manusia serta kehidupannya di muka bumi ini”.13
Berpijak dari uraian diatas penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang
"Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam
11
Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, 28
12
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2008, 133.
13
Muhaimin, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Karya Abditama, t.t., 59.
5
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan dokumentasi di dunia Pendidikan
Akademik yang di pakai sebagai dasar
perbandingan terhadap penelitian-penelitian
selanjutnya
b. Sebagai tambahan referensi Perpustakaan STAI
Syarifuddin Wonorejo Lumajang, guna
memperlancar kegiatan studi mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Peneliti
1) Dapat memberi tambahan pengetahuan tentang pentingnya
motivasi belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
2) Dapat mengetahui bagaimana upaya guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI).
b. Untuk SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon
1) Dapat memberi masukan untuk lebih meningkatkan motivasi
belajar siswa terhadap pembelejaran Pendidikan Agama Islam (PAI),
supaya anak didik menjadi anak yang memiliki IMTAQ dan IPTEK
yang seimbang.
2) Menambah khazanah keilmuan tentang pentingnya motivasi belajar
siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
c. Untuk STAI Syarifuddin Wonorejo Lumajang
1) Menambah atau memperkaya informasi tentang pentingnya
motivasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).
2) Memberikan sumbangan pemikiran mengenai berbagai macam
upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
F. DEFINISI KONSEP
7
bidang yang akan diteliti. Adapun beberapa studi yang peneliti temukan dan
memiliki relevansi dengan permasalahan yang dikembangkan penelitian ini
antara lain diuraikan sebagai berikut:
Imam Budaeri Subkhi, dengan judul Pengaruh Profesionalisme Guru
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Tingkat Pertama
(SMP) Terbuka Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006, Skripsi STAIN Jember. Fokus
penelitian, Adakah pengaruh profesionalisme guru terhadap motivasi belajar
siswa di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Nahdlatuth
Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2005/2006. Jika ada pengaruh, sejauhmana pengaruh tersebut?.20
Dengan kesimpulan, ada pengaruh profesionalisme guru terhadap motivasi
belajar siswa di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Negeri
02 Wuluhan Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006 dengan pengaruh rendah.21
Asnawi, dengan judul Peranan Motivasi Belajar Terhadap Aktifitas
Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Nurul Hasan Dadapan Kecamatan
Grujukan Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2004-2005, skripsi STAIN
Jember. Fokus penelitian, bagaimana peranan motivasi belajar terhadap
aktifitas belajar siswa di MA Nurul Hasan Dadapan Kecamatan Grujukan
Kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2004-2005?.22 Dengan kesimpulan,
peranan motivasi terhadap aktifitas belajar siswa dalam penelitian ini
menunjukkan hasil yang baik. Dengan perolehan angka prosentasi 79.25 yang
berarti baik.23
Titin Sri Agustin, dengan judul Pengaruh Metode Mengajar Guru
Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTS Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember
20
Imam Budaeri subkhi, “Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di
Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir
Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006”, Skripsi, STAIN Jember,
Jember, 2005, 10.
21
Subkhi, “Pengaruh Profesonalisme Guru”, 126.
22
Asnawi, “Peranan Motivasi Belajar Terhadap Aktifitas Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah
Nurul Hasan Dadapan Kecamatan Grujukan Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2004-2005”,
Skripsi, STAIN Jember, Jember, 2004, 10.
23
Asnawi, “Peranan Motivasi Belajar”, 81.
9
24
Titin Sri Agustin, “Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTS Al-
Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran 2005/2006”, Skripsi, STAIN Jember, Jember,
2006, 8.
25
Agustin, “Pengaruh Metode Mengajar Guru”, 101.
26
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 23.
10
27
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 23.
28
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 3-4.
12
dari luar ini tidak dapat bertahan lama. Ia tidak akan aktif belajar lagi
jika ternyata tujuannya gagal.29
Diatas telah dibicarakan, bahwa perbuatan individu muncul
karena motif yang asali yang telah dibentuk oleh pengaruh faktor
lingkungan. Namun demikian, masih dijumpai perbuatan individu
yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan yang tidak diketahui
secara jelas, tetapi bukan karena insting, artinya bersumber pada suatu
motif yang tidak dipengaruhi lingkungan itu. Perilaku yang yang
disebabkan oleh motif semacam itu muncul tanpa perlu adanya
ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak
melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik.
Sebaliknya, ada pula perilaku individu yang hanya muncul karena
adanya hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang
menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau
hukuman). Motif seperti itu disebut motif ekstrinsik. Ganjaran atas
suatu perbuatan, menguatkan motif yang melatar belakangi perbuatan
itu, sedangkan hukuman memperlemahnya.30
Motivasi ekstrinsik sangat berkaitan erat dengan reinforcement
atau penguatan. Ada dua macam penguatan atau reinforcement:
pertama, reinforcement positif, sesuatu yang memperkuat hubungan
stimulus respon atau sesuatu yang dapat memperbesar kemungkinan
timbulnya sesuatu respon. Kedua, reinforcement negatif, sesuatu yang
dapat memperlemah timbulnya respon atau memperkecil kemungkinan
hubungan stimulus-respon.31
Formulasi dasar teori Skinner menetapkan perbedaan antara
penguatan motivasi positif dengan penguatan motivasi negatif. Dalam
penguatan motivasi positif, beberapa bentuk pengahargaan, obyek atau
peristiwa yang diinginkan, diberikan sebagai konsekuensi dari operant
yang dilakukan. Dalam eksperimen awal yang dilakukan Skinner
29
Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, 110.
30
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 33.
31
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, 13-14.
13
32
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan, jogjakarta: IRCISod, 2007,
33-34.
14
bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian kepuasan, ada pula yang
bertitik tolak pada asas kebutuhan. Motivasi menurut asas kebutuhan
saat ini banyak diminati.33
Secara umum, teori motivasi dibagi dalam dua kategori, yaitu
teori kandungan (content), yang memusatkan perhatian pada
kebutuhan dan sasaran tujuan, dan teori proses, yang banyak berkaitan
dengan bagaimana orang berprilaku dan mengapa mereka berprilaku
dengan cara tertentu. Hal paling penting dari kedua teori seperti terurai
dibawah ini.
a) F. W. Taylor dan Manajemen Ilmiah
F. W. Taylor adalah seorang tokoh angkatan “manajemen
ilmiah”, manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Pendekatan itu
memusatkan perhatian membuat pekerjaan seefektif mungkin
dengan merampingkan metode kerja, pembagian tenaga kerja, dan
penilaian pekerjaan. Pekerjaan dibagi-bagi ke dalam berbagai
komponen, diukur dengan menggunakan tehnik-tehnik penelitian
pekerjaan dan diberi imbalan sesuai dengan produktivitas. Dengan
pendekatan itu, motivasi yang disebabkan imbalan keuangan dapat
dicapai dengan memenuhi sasaran-sasaran keluaran. Pemikiran
inilah yang melatarbelakangi sebagian besar penelitian pekerjaan
yang didasarkan skema imbalan (insentif).34
b) Teori Kebutuhan
Manusia adalah mahluk rasional yang akan mengalami
proses kognitif sebelum terjadi respons. Perilaku manusia dikuasai
oleh actualizing tendency, yaitu kecenderungan intern manusia
untuk mengembangkan diri. Kecenderungan tersebut dipengaruhi
oleh tingkat dan kriteria kebutuhannya. Teori ini beranggapan,
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya
33
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 5.
34
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 39
15
35
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008, 190
16
38
Samani, Panduan Menejemen Sekolah, 147-148.
19
39
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 34-37.
40
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: LKiS, 2009, 13.
20
41
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, 27-28.
21
42
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997, 157-158.
43
Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, 13.
44
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, 45-46.
22
45
Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, 32-33.
46
Samani, Panduan Menejemen Sekolah, 145.
24
apa. Orang terutama tertarik pada diri mereka sendiri, bukan tertarik pada
anda. Dengan kata lain, orang lain itu sepuluh ribu kali lebih tertarik pada
dirinya sendiri daripada tertarik pada anda.47
Manusia hidup bukan hanya makan nasi saja. Manusia
membutuhkan santapan untuk jiwa seperti halnya untuk tubuh. Ingat
bagaimana rasanya ketika sebuah kata yang manis atau pujian diberikan
kepada anda? Ingat bagaimana sepanjang hari atau malam anda menjadi
bersinar oleh kata manis atau pujian itu? Ingat berapa lama perasaan manis
itu bertahan? Orang lain pun bereaksi persis seperti anda. Jadi, katakan
hal-hal yang ingin di dengar orang. Mereka akan menyukai anda karena
mengatakan hal-hal yang baik dan anda akan merasa enak karena telah
mengatakan hal-hal itu.48
H. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian disini menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda, kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden dan ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pada umumnya penelitian
kualitatif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah
penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.
Sedangkan jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
study kasus. Penelitian study kasus ini dilakukan karena kebenaran itu dapat
diperoleh dari lapangan, yaitu merefleksikan kondisi sebenarnya yang ada
dilapangan tersebut.
2. Lokasi Penelitian
47
Les Giblin, Skill With Poeple, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007, 1-2.
48
Giblin, Skill With Poeple, 47-48,
25
49
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, 218-219
26
didapat dari Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul, Kepala Sekolah SMPI Al-
Magrobi, Guru PAI beserta beberapa guru dan beberapa siswa maupun
masyarakat di sekitar SMPI Al-Magrobi yang dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan mewawancarai, mengobservasi,
serta melalui dokumentasi.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif lebih banyak
menggunakan tehnik wawancara, observasi, dan metode library research
(study perpustakaan).50
a. Metode interview atau wawancara
Interview yang sering juga di sebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewer).51
Jika peneliti menggunakan metode interview atau wawancara
dalam penelitiannya, perlu diketahui lebih dulu maksud, sasaran dan
masalah apa yang dibutuhkan sipeneliti, sebab dalam suatu wawancara
dapat diperoleh keterangan yang berlainan dan adakalanya tidak sesuai
dengan maksud peneliti.
Metode ini di gunakan untuk mengetahui secara mendalam,
mendetail atau intensif terhadap pengalaman-pengalaman informan dari
topik tertentu atau situasi spesifik yang di kaji. Oleh karena itu, dalam
pelaksanan wawancara, peneliti ingin mendapatkan data dan informasi
tentang sejarah berdiri dan perkembangan SMPI Al-Magrobi Sawaran
Kulon dan bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam
proses belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi
Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.
b. Metode Observasi
50
Afifuddin, metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009, 131.
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 155.
27
52
Arikunto, Prosedur Penelitian, 156.
53
Arikunto, Prosedur Penelitian, 155.
28
54
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009, 334.
55
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 3.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Pend. Dan Kebudayaan. 1089. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Giblin, Les. 2007. Skill With Poeple. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137403-pengertian-pendidikan-
agama-islam/html (April, 2011).
LP3M. 2011. Panduan Penulisan Karya Ilmiah Program Sarjana S-1 Program
Studi Pendidikan Agama Islam. Wonorejo Lumajang: STAI Syarifuddin.
Shaleh, Abdul Rahman. 2008. Psikologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Agustin, Titin Sri. 2006. “Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Motivasi
Belajar Siswa MTs Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran
2005/2006”. Skripsi. Jember: STAIN Jember.