Anda di halaman 1dari 19

ANGGOTA KELOMPOK 1:

1. Teresa Regina Larasati (142200074)


2. Elriska Tiffani (142200111)
3. Olivia Costa Vera (142200235)
4. Sabela Rahma Jaya (142200266)

BAB 2
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

A. PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM KETENTUAN UMUM DAN TATA


CARA PERPAJAKAN

1. Pajak : kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Wajib pajak : orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Badan : sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah.
4. Pengusaha : orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha menghasilkan barang.
5. Pengusaha Kena Pajak: pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak
dan/atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak
6. Nomor Pokok Wajib Pajak : nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri.
7. Masa Pajak : jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melapor pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.
8. Tahun Paja: jangka waktu 1 tahun kalender, kecuali bia wajib pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
9. Bagian Tahun Pajak : bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak.
10. Pajak yang terutang : pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam masa pajak,
dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahu pajak sesuai ketentuan perarturan
perundang-undangan perpajakan.
11. Surat Pemberitahuan : surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan pembayaran pajak.
12. Surat Pemberitahuan Masa: surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
13. Surat Pemberitahuan Tahunan : surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau
bagian tahun pajak.
14. Surat Setoran Pajak: bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke
kas negara melalui tempat pembayaran.
15. Surat Ketetapan Pajak : surat ketetapan yang meliputi surat ketetapan pajak
kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak
nihil, atau surat ketetapan pajak lebih bayar
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar: surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekuranga pembayaran
pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan: surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil : surat ketetapan yang menentukan jumlah pokok
pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar: surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
20. Surat Tagihan Pajak: surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa: surat perintah membayar utang pajak dan iaya penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan: pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak
ditambah dengan pokok pajak yang terutang
23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai: pajak masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalianpendahuluan kelebihan pajak.
24. Pekerja bebas : pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terkait
oleh suatu hubungan kerja.
25. Pemeriksaan: serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data secara
objektif dan professional sesai standar pemeriksaan.
26. Bukti Permulaan: keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keteranfan, tulisan,
atau benda yang dapat memberikan petunjuk.
27. Pemeriksaan Bukti Permulaan : pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan
bukti permulaan tentang adanyadengan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.
28. Penanggung Pajak: orang pribadi atau badan yang bertanggung jawabatas
pembayaran pajak
29. Pembukuan : suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan.
30. Penelitian: serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian surat pemberitahuan dan lampiran-lampiran
31. Penyidik Tindak Pidana di Bidang Perpajakan: serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti tindak pidana.
32. Penyidik: pejabat pegawai negri sip[il tertentu di lingkungan direktorat jendral
pajak yang diberi wewenangkhusus sebagai penyidik.
33. Surat Keputusan Pembetulan: surat keputusan yang membetulkan kesalahan
tulisan, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan.
34. Surat Keputusan KeberTn: surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak.
35. Putusan Banding: putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap surat
keputusan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.
36. Putusan Gugatan: putusan badan peradilan pajak atas gugatan.
37. Putusan Peninjauan Kembali: putusan MA atas permohonan peninjauan kembali.
38. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak: surat keputusan
yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk wajib
pajak.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bungan: surat keputusan yang menentukan
jumlah imbalan bunga.
40. Tanggal Dikirim: tanggal stempel pos pengiriman, tanggal facsimile atau dalam
hal disampaikan secara langsung.
41. Tanggal Diterima: tanggal stempel pos pengiriman, tanggal facsimile atau dalam
hal diterima secara langsung

B. KEWAJIBAN DAN HAK WAJIB PAJAK


 Kewajiban wajib pajak:
- Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak
- Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak
- Mengisi surat pemberitahuan dengan benar lengkap dan jelas
- Menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar
- Membayar pajak yang terutang dengan Surat Setoran Pajak ke kas negara
- Membayar pajak seduai dengan undang-undang perpajakan
- Menyelenggarakan pembukuan bagi wajib pajak
- Memperlihatkan buku dokumen, memberikan kesempatan untuk memasuki
tempat pemeriksaan, dan memberikan keterangan.
 Hak-hak Wajib Pajak:
- Melaporkan beberapa masa pajak
- Mengajukan surat keberatan
- Memperpanjang jangka waktu
- Membetulkan surat pemberitahuan
- Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
- Mengajukan keberatan
- Mengajukan permohonan banding
- Menunjuk seorang kuasa
- Memperoleh pengurangan sanksi administrasi

C. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA


PAJAK
 Pengertian dan fungsi NPWP dan PKP
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : suatu sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri wajib pajak. Fungsi pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak diguanakan untuk mengetahui identitas Pengusaha Kena
Pajak yang sebenarnya digunakan untuk melaksanakan hak dan kewajiban di
bidang Pajak Pertambahan Nilai.

 Tempat pendaftaran NPWP dan pengukuhaan PKP


- Tempat pendaftaran NPWP:
1. Wajib Pajak Pribadi = Direktorat Jendral Pajak di wilayah kerja
2. Wajib Pajak Badan = tempat/kedudukan usaha wajib pajak
- Tempat pelaporan PKP:
1. Bagi pengusaha orang pribadi = kantor Direktorat Jendral Pajak di wilayah
kerja
2. Pengusa badan = kantor Direktorat Jendral Pajak di wilayah kedudukan
pengusaha
3. Bagi pengusaha badan = kantor Direktorat Jendral Pajak
4. Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu = kantor Direktorat Jendral
Pajak wilayah kerja
5. Bagi pengusaha kena pajak = menentukan kantor Direktorat Jendral Pajak.

 Tata Cara:
1. Untuk WP Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :
KTP bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi orang asing;
2. Untuk WP Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas: KTP
bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi orang asing;
3. Untuk WP Badan:
 Akte pendirian dan perubahan atau surat keterangan penunjukkan dari
kantor pusat bagi BUT (Bentuk Usaha Tetap);
 KTP bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi orang asing sebagai
penanggung jawab;
 NPWP pimpinan/penanggung jawab Badan.
4. Untuk Bendahara sebagai Pemungut/ Pemotong:
 KTP bendahara
 Surat penunjukan sebagai bendahara.
5. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemotong/pemungut :
 Perjanjian kerja sama sebagai joint operation;
 NPWP masing-masing anggota joint operation;
 KTP bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi orang asing sebagai
penanggung jawab Joint Operation.
6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau
wanita kawin harus melampirkan surat keterangan terdaftar Kantor
Pusat/domisili/suami.
7. Untuk WP Orang pribadi dan WP Badan yang melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, persyaratan tambahan yang
diminta antara lain SIUP dan keterangan domisili dari pengelola
gedung/kelurahan.

 Pendaftaran NPWP dan PKP melaui elektronik


1. Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di Internet dengan
alamat www.pajak.go.id;
2. elanjutnya anda memilih menu e-Registration (ereg.pajak.go.id);
3. Pilih menu “buat account baru” dan isilah kolom sesuai yang diminta;
4. Setelah itu anda akan masuk ke menu “Formulir Registrasi Wajib Pajak
Orang Pribadi”. Isilah sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang anda
miliki;
5. Anda akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Sementara yang
berlaku selama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran dilakukan.
6. SKT Sementara tersebut beserta Formulir Registrasi Wajib Pajak Orang
Pribadi sebagai bukti anda sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak.
7. Tanda tangani formulir registrasi, kemudian dapat dikirimkan/disampaikan
langsung bersama SKT Sementara serta persyaratan lainnya ke Kantor
Pelayanan Pajak seperti yang tertera pada SKT Sementara tersebut. Setelah itu
Anda akan menerima kartu NPWP dan SKT asli.

 Wajib Pajak Pindah:


1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan : pindah tempat tinggal atau tempat
kegiatan usaha.
2. Wajib Pajak Orang Proibadi Non Usaha : surat keterangan tempat tinggal
baru.
3. Wajib Pajak Badan : pindah tempat kedudukan kegiatan usaha.

 Pengahpusan NPWP:
1. Wajib pajak tidak memenuhi persyaratan
2. Wajib pajak badan dilikuidasi
3. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan usaha di Indonesia
4. Wajib pajak wanita menikah
5. Wajib pajak yang piutangnya dihapus

 Pencabutan Pengukuhan PKP:


1. Pengusaha kena pajak pindah alamat
2. Pengusaha kena pajak menyalahkangunakan pengukuhan
3. Peredaran bruto pengusah kena pajak tidak melebihi Batasan pengusaha kecil
4. Kewajiban PPN pengusaha kena pajak dipusatkan di tempat lain.
 Tata cara pendaftran dan penghapusan NPWP serta pengukuha pencabutan
NPPKP dengan sistem e-registration:
1. Wajib pajak mengajukan peermohonan untuk mendaftarkan diri untuk
dikukuhkan sebagai PKP
2. Surat keterangan terdaftar sementara hanya berlaku 3o hari sejak pendaftaran
dilakukan
3. Formulir registrasi Wajib Pajak sudah ditandatangano beserta persyaratanyya.
4. Jika belum diterima oleh kantor pelayanan pajak, proses permohonan
dibatalkan oleh system
5. Kantor pelayanan pajak menerbitkan NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar
palling lam 1 hari.
6. Proses approvel melaliui system e-registration akan mengirimkan surat
melalui Pos
7. Wajib pajak telah terdaftar dan belum mempuyai akses system daoat melapor
pada Kantor Pelayanan Pajak

D. PEMBAYARAN, PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN, DAN PELAPORAN


● Cara Pembayaran Pajak
1. Membayar sendiri pajak yang terutang. Pembayaran angsuran setiap
bulan (PPh Pasal 25) atau pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir
tahun.
2. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 4 (2),
PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta PPh Pasal 26)
3. Melalui pembayaran pajak luar negeri (PPh Pasal 24)
4. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah
5. Pembayaran pajak pajak lainnya
■ Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PPBnB)
■ Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(PBPHTB)
■ Pembayaran Bea Materai
● Tempat dan Sarana Pembayaran Pajak
Pelaksanaan pembayaran/penyetoran pajak dilakukan ke kas negara melalui:
1. Layanan pada loket/teller, dan/atau
2. Layanan dengan menggunakan sistem elektronik lainnya pada Bank
Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang
Asing.
● Surat Setoran Pajak (SSP)
SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
negara melalui tempat pembayaran yang ditunjukan oleh Menteri Keuangan.
Formulir SSP dibuat dalam rangkap 4 dengan peruntukan:
1. Lembar ke-1: untuk arsip Wajib Pajak.
2. Lembar ke-2: untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).
3. Lembar ke-3: untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan
Pajak.
4. Lembar ke-4 untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran.

Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dalam mata uang rupiah. Wajib
pajak yang telah mendapat izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat melakukan pembayaran PPh
Pasal 25, PPh Pasal 29, dan PPh Final yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
serta Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan pajak yang diterbitkan dalam
mata uang dolar Amerika Serikat.

Pengangsuran atau penundaan pajak merupakan pembayaran pajak akibat:


1. Surat Tagihan Pajak;
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan;
3. Surat Keputusan Pembetulan dan Keberatan;
4. Putus Banding
5. PPh Pasal 29

Adapun syarat pengajuan permohonan pengangsuran dan penundaan


pembayaran adalah:
1. Diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak
2. Diajukan maksimal 9 hari sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran
kecuali Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaannya;
3. Disertai alasan dan jumlah pembayaran yang dimohonkan angsuran
atau penundaan keputusan diberikan maksimal 7 hari sejak
permohonan diterima lengkap. Jika jangka waktu melewati maka
permohonan dianggap diterima.

● Pemotongan/Pemungutan
Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri oleh Wajib pajak, ada
pembayaran bulanan yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan/
pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga. Jenis pajak penghasilan yang
pembayarannya melalui pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal, 21, 22,
23, 26, PPN, dan PPnBM.
● Pelaporan
Surat keterangan (SPT) merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan
hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan.

1. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah untuk melaporkan


penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan perpajakan.
2. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak adalah untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
sebenarnya tentang terutang.
3. Fungsi SPT bagi pemotong dan pemungut pajak adalah sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dibedakan sebagai berikut:


● SPT masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas
pembayaran pajak bulanan.
● SPT tahunan, yaitu SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan.

Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan

No Jenis SPT Masa Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu Pelaporan

1. PPh Pasal 21/26 tanggal 10 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa
pajak

2. PPh Pasal 25 tanggal 15 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak

3. PPN dan PPnBM- akhir bulan berikutnya akhir masa pajak berikutnya
PKP sebelum penyampaian SPT

4. PPh wajib pajak tanggal 25 bulan ketiga paling lama 3 bulan setelah
pribadi setelah berakhirnya tahun akhir tahun pajak atau bagian
atau bagian tahun pajak tahun pajak

5. PPh wajib pajak tanggal 25 bulan keempat paling lama 4 bulan setelah
badan setelah berakhirnya tahun akhir tahun pajak atau bagian
atau bagian tahun pajak tahun pajak

Bentuk dan Isi SPT


Secara umum, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sekurang
kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlah penghasilan, jumlah penghasilan
kena pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan atau kelebihan pajak, serta harta dan kewajiban di luar kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak orang pribadi.

Tata Cara Pengisian dan Penyampaian SPT


1. Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan surat pemberitahuan
dengan lengkap, jelas, dan menandatanganinya.
2. Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh
pengurus atau direksi.
3. Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa
khusus untuk mengisi dan menandatangani surat pemberitahuan.
4. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang
wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain
yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
5. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik, tetapi tidak
dilampirkan pada surat pemberitahuan, surat pemberitahuan dianggap
tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga surat pemberitahuan dianggap
tidak disampaikan.

Pelaporan SPT secara Elektronik (e-Filing)


Penyampaian SPT tahunan dapat dilakukan secara elektronik atau secara
online dan realtime melalui internet pada website DJP
www.djponline.pajak.go.id atau Penyedia Jasa Aplikasi. Langkah langkah
pengisian SPT secara online pada dasarnya sama dengan isian SPT secara
manual yang diisi dalam bentuk pertanyaan atau upload file SPT yang telah
diisi secara manual.

Pembetulan SPT
Wajib pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan pemeriksaan.
E. SURAT KETETAPAN PAJAK
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditertibatkan oleh Direktur Jenderal
Pajak dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak.

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud nomor 1 dan 5 ditambah dengan sanksi
administrasi sebesar 2% perbulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat
terutangnnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
ditemukan data baru yang pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan tidak akan mungkin diterbitkan sebelum didahului dengan
penerbitan surat ketetapan pajak.
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat Ketetapan Pajak Nihil ditetapkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan,
ditemukan adanya jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak. Surat Ketetapan Pajak Nihil
diterbitkan untuk pajak penghasilan, pajak penambahan nilai, pajak penjualan
atas barang mewah.
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

SKPLN diterbitkan jika ada permohonan tertulis untuk Pajak Penghasilan,


Pajak Pertambahan Nilai, atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang lebih
besar dari pajak yang terutang, atau melakukan pembayaran pajak yang tidak
seharusnya terutang.

F. KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK


Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dengan
jumlah kredit pajak menunjukkan jumlah selisih lebih atau telah dilakukan
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, Wajib Pajak berhak untuk
meminta kembali kelebihan pembayaran pajak dengan catatan Wajib Pajak tersebut
tidak mempunyai utang pajak.

Apabila Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak yang meliputi semua jenis pajak
baik di pusat maupun cabang cabang, kelebihan pembayaran tersebut harus
diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak tersebut dan jika masih terdapat sisa
lebih maka dikembalikan kepada Wajib Pajak.

Batas waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak ditetapkan paling lama satu
bulan untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan
Pembatalan Ketetapan Pajak atau surat Keputusan Pemberian Imbalan Putusan
Banding, Putusan Peninjauan Kembali.
● Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu adalah Wajib Pajak yang:
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
2. Tidak Mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak
3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3
tahun berturut turut
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir
● Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak yang Memenuhi
Persyaratan Tertentu
1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas
2. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dengan jumlah jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu;
3. Wajib pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu; atau
4. Pengusaha kena pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah
tertentu.
5.
● Kelebihan Pembayaran Pajak bagi Orang Pribadi Bukan Subjek Pajak
Dalam Negeri
Orang pribadi yang bukan subjek pajak dalam negeri yang melakukan pembelian
barang kena pajak di dalam daerah pabean yang tidak dikonsumsi di daerah
pabean dapat diberikan pengembalian pajak pertambahan nilai yang telah dibayar,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
● Tata Cara Pembayaran Kelebihan Pajak
Tata cara pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak diatur sebagai
berikut:
1. Pengembalian Pembayaran pajak yang masih tersisa tersebut dilakukan
dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
2. Kelebihan pembayaran pajak dikembalikan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak dengan menerbitkan Surat
Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
3. Atas dasar SKPKPP tersebut, Kantor Pelayanan Pajak atas nama Menteri
Keuangan menerbitkan SPMKP per jenis pajak dan per masa/tahun pajak.
4. SPMKP dibuat dalam rangkap 4.
5. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara mengembalikan lembar ke 2
SPMKP setelah dibubuhi cap tunggal dan nomor penerbitan SP2D.
6. SPMKP beserta SKPKPP wajib disampaikan Kantor Pelayanan Pajak ke
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara paling lambat 2 hari kerja
sebelum jangka waktu 1 bulan

G. SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)


Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi
administrasi berupa bunga dan atau denda. Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila:
1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
2. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung.
3. Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
5. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap, selain:
a. Identitas pembeli
b. Identitas pembeli serta nama dan tanda tangan, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran
6. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak.
7. Pengusaha Kena Pajak gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian
Pajak Masukan.
Surat tagihan pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan
Pajak. Pengenaan sanksi berkaitan dengan surat tagihan pajak diuraikan sebagai
berikut:
1. Sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) per bulan paling lama
24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak sampai
yang diterbitkannya Surat Tagihan Pajak atas Surat Tagihan Pajak yang
diterbitkan.
2. Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari dasar
pengenaan pajak.
3. Sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) dari jumlah
pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat
Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan
tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak terhadap Pengusaha Kena Pajak
yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan.

H. SURAT PAKSA
Surat Paksa merupakan salah satu sarana penagihan pajak. Surat Paksa diterbitkan
karena jumlah pajak yang masih harus dibayar ternyata belum dibayar oleh
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

I. KEBARATAN, BANDING, DAN PENINJAUAN KEMBALI


 Keberatan
Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan
pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya maka dapat
mengajukan keberatan. Keberatan hanya ditunjukkan kepada Direktur Jenderal
Pajak. Keberatan tersebut diajukan atas suatu:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
5. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
 Banding
Apabila Wajib Pajak Masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas
keberatan yang diajukannya, Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding
kepada Badan Peradilan Pajak.

 Peninjauan Kembali (PK)


Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung Atas permohonan
peninjauan kembali yang diajukan oleh wajib pajak atau oleh direktur jenderal
pajak terhadap putusan banding atau putusan gugatan dari badan peradilan pajak.
Apabila wajib pajak masih belum puas dengan putusan banding Wajib Pajak
masih memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung
permohonan. Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan satu kali kepada
Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.

 Kelebihan Pembayaran Pajak karena Keberatan, Banding, dan


Peninjauan Kembali
Kelebihan pembayaran pajak ditambah imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan diberikan kepada wajib pajak apabila :
1. Pengajuan keberatan, permohonan banding, dan permohonan pengajuan
kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama pajak yang masih
harus dibayar telah dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran
pajak dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk Surat Ketetapan Pajak kurang bayar dan Surat Ketetapan
Pajak kurang bayar tambahan dihitung sejak tanggal
pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak
sampai dengan diterbitkannya surat keputusan keberatan,
putusan banding, dan putusan peninjauan kembali.
b. Untuk Surat Ketetapan Pajak nihil dan Surat ketetapan pajak
lebih bayar dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan
Pajak sampai dengan diterbitkannya surat keputusan keberatan,
putusan banding, atau putusan peninjauan kembali

2. Surat keputusan pembetulan, surat keputusan pengurangan Ketetapan


Pajak, atau surat keputusan pembatalan Ketetapan Pajak yang
dikabulkan sebagian atau seluruhnya menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk Surat Ketetapan Pajak kurang bayar dan Surat Ketetapan
Pajak kurang bayar tambahan dihitung sejak tanggal
pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak
sampai dengan diterbitkannya surat keputusan pembetulan, surat
keputusan pengurangan Ketetapan Pajak, atau surat keputusan
pembatalan Ketetapan Pajak.
b. Untuk Surat Ketetapan Pajak nihil dan Surat ketetapan pajak
lebih bayar dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan
Pajak sampai dengan diterbitkannya surat keputusan
pembetulan surat keputusan pengurangan Ketetapan Pajak atau
surat keputusan pembatalan Ketetapan Pajak.
c. Untuk surat tagihan pajak dihitung sejak tanggal Pembayaran
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya surat keputusan pembetulan, surat keputusan
pengurangan Ketetapan Pajak, atau surat keputusan pembatalan
Ketetapan Pajak

J. PEMBUKUAN, PEMERIKSAAN, DAN PENYIDIKAN


Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan. Wajib Pajak yang wajib
menyelenggarakan pembukuan adalah :
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
di Indonesia;
2. Wajib Pajak badan di Indonesia.
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan tapi wajib melakukan
pencatatan adalah:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Neto;
2. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembukuan atau pencatatan
adalah :
1. Pembukuan atau pencatatan harus dilakukan dengan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesiadengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pembukuan diselenggarakan dengan taat asa dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas.
4. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.
5. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan.

Pemeriksaan
Direktorat Jenderal Pajak berwenangan melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan tujuan lain, antara lain :
1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
4. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
5. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
7. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil;
8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
10. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan;
dan/atau
11. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pemeriksaan:
1. Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor (Pemeriksaan Keuangan) atau di tempat
Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkup pemeriksaannya dapat
meliputi satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk
tahun-tahun yang lalu maupun untuk tahun berjalan.
2. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap instansi
pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.
3. Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengan menulusuri kebenaran Surat
Pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan kewajiban
perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya
dari Wajib Pajak.
4. Petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi
dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak
yang diperiksa.
5. Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku catatn, dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerja bebas Wajib Pajak, atau objek yang
terutang pajak;
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang
perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan baik secara tertulis dan/atau
lisan, misalnya surat pernyataan tidak audit oleh Kantor Akuntan Publik,
keterangan bahwa fotokopi dokumen yang dipinjamkan sesuai dengan aslinya,
surat pernyataan tentang kepemilikan harta, surat pernyataan tentang perkiraan
biaya hidup, wawancara tentang proses pembukuan Wajib Pajak , wawancara
tentang proses produksi Wajib Pajak, wawancara dengan manajemen tentang
transaksi-transaksi yang bersifat khusus.
6. Buku, catatan, dokumen, data, informasi dan keterangan lain yang diminta oleh
Pemeriksa dalam rangka pemeriksaan, wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak paling
lama satu bulan sejak permintaan disampaikan.

Penyidikan
Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta menumpulkan bukti yang dengan bukti
itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
Wewenang penyidik tersebut adalah:
1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana dibidang perpajakan;
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan;
4. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
dibidang perpajakan;
5. Melakukan penggeledehan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dibidang perpajakan;
7. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang,
benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
8. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang perpajakan;
9. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
10. Menghentikan penyidikan; dan/ atau
11. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tindakan pidana di bidang perpajakan dapat berupa kealpaan atau kesengajaan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak. Kealpaan dapat diartikan tidak sengaja, lalai, tidak hati-
hati, atau kurang mengindahkan kewajibannya. Berikut kriteria kesengajaan tersebut:
1. Tidak mendaftarkan diri, atau penyalahgunaan NPWP atau NPPKP;
2. Tidak menyampaikan SPT
3. Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap;
4. Menolak untuk melakukan pemeriksaan;
5. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu;
6. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau
tidak meminjamkan buku, cacatan, atau dokumen lainnya;atau
7. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

K. KETENTUAN BAGI PETUGAS PAJAK


1. Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung atau
menetapkan pajak tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di luar
kewenangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dapat diadukan ke unit internal Departeman Keuangan yang
berwenang melakukan pemeriksaan dan investigasi, dan apabila terbukti
melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan
dan pengancaman kepada Wajib Pajak agar menguntungkan diri sendiri secara
melawan hukum diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
4. Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan
huku, dengan menyalahgunakan kekuasannya memaksa seseorang untuk
memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri diancam dengan pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan perubahannya.
5. Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila
dalam melakukan tugasnya didasarkan pada itikad baik dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

L. SANKSI PAJAK
Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak
berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Sanksi Pidana
Sanksi pidana sehubungan dengan pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan perpajakan khususnya dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai