Makalah Al-Qur'an Dan Al-Hadist - Rio Pradana S
Makalah Al-Qur'an Dan Al-Hadist - Rio Pradana S
MAKALAH
Disusun oleh:
Rio Pradana Saputra
NPM: 2121020099
Dosen Pengampu:
Dr.H. Yusika Ismanto, M.Ed
1
PENDAHULUAN
Al-Quran dalam bahasa adalah sumber yang identik dengan membaca, kemudian
dipindahkan dari makna linguistiknya ke makna idiomatiknya yang menunjukkan
mukjizat pidato yang diwahyukan kepada Nabi, semoga Tuhan memberkatinya dan
memberinya kedamaian.
Bahasa yang lain berkata: Al-Qur'an adalah nama yang tidak berasal dari sesuatu,
dan itu adalah nama khusus untuk firman Allah, seperti Taurat dan Injil, dan itu
adalah nama yang tidak diambil, dan itu tidak diambil dari apa yang saya baca. {Saya
membaca} Dan Al-Qur'an tidak berbisik dan mengatakan: Ini adalah nama untuk
Kitab Allah. Al-Wahidi berkata: Perkataan Al-Syafi'i berarti bahwa itu adalah non
-nama ilmu turunan. Dan Al-Asy'ari berpendapat bahwa itu berasal dari
menggabungkan sesuatu dengan sesuatu ketika digabungkan.
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, dan sholawat serta salam atas
junjungan para Rasul dan keluarganya dan semua pengikutnya.
Al-Qur'an adalah sumber pertama hukum Islam, dan itu adalah sumber asli bahwa
kebatilan tidak datang kepadanya dari sebelumnya atau dari belakangnya, dan tidak
diragukan lagi tidak menyentuh ayat-ayatnya. firman Allah, dan tugas manusia adalah
menafsirkannya dan memperjelas apa yang terkandung di dalamnya.
Menafsirkan Al-Quran adalah hak tetap bagi setiap orang yang memiliki
kapasitas untuk menafsirkan, baik dari segi kompetensi mental, integritas perilaku,
dan pengetahuan tentang alat dan persyaratan interpretasi, baik linguistik maupun
hukum.
Dan kata (menghafal Al-Qur'an) berarti salah satu dari dua arti: Arti pertama:
jamak, berarti menghafal di dada. Arti kedua: jamak dalam arti tulisan, baik tulisan
yang dipisahkan maupun yang tersusun. Istilah mengumpulkan Al-Quran biasanya
digunakan untuk menunjuk pada penulisan, penyalinan, dan penyusunan ayat-ayat
dan surat-surat dalam satu Al-Quran. Arti pertama: jamak dalam arti pelestarian:
Tekad Nabi, setelah Al-Qur'an diturunkan kepadanya, cenderung menghafal ayat-
ayatnya dan menghafal mereka karena takut sesuatu yang akan lolos dan dia akan
melupakannya.
Ketika mereka masuk, aku mengetahui rumah mereka dari suara mereka
dengan Al-Qur'an di malam hari, bahkan jika aku tidak melihat rumah mereka ketika
mereka turun di siang hari. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Ibn
Masoud berkata: Rasulullah, sallallahu alaihi wa sallam, bersabda: Bacalah Al-
Quran untukku.
Bahkan jika Anda sampai pada ayat ini: {Jadi bagaimana jika kami membawa saksi
dari setiap umat dan kami membawa Anda sebagai saksi terhadap orang-orang ini}
Dia berkata: Cukuplah Anda sekarang, maka berpalinglah kepadanya dan lihatlah dia
meneteskan air mata.
Dan jika seorang pria berhijrah, Nabi, semoga Allah memberkati dia dan
memberinya kedamaian, mendorongnya ke seorang pria dari antara para sahabat yang
akan mengajarinya Al-Qur'an, dan dia akan mendengar masjid Rasulullah
melantunkan bacaan.
KESIMPULAN
Beberapa ahli tafsir menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dua kali proses.
Pertama, diturunkan secara keseluruhan (jumlatan wahidah). Kedua, diturunkan
secara bertahap (najman najman).
Sebelum diterima Nabi di bumi, Allah Swt terlebih dahulu menurunkannya secara
menyeluruh di Baitul Izzah (rumah langit dunia). Kemudian malaikat Jibril
menurunkannya kepada Nabi Muhammad Saw di bumi secara berangsur, ayat demi
ayat, di waktu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan selama dua puluh tahun,
pendapat lain dua puluh satu tahun.
Adapun lembaran-lembaran atau suhuf, kitab Taurat, Zabur, dan Injil, masing
-masing diturunkan kepada nabi yang bersangkutan secara sekaligus. Lain halnya
dengan Al-Qur'an, diturunkan sekaligus hanya dari Baitul 'Izzah ke langit dunia; hal
ini terjadi pada bulan Ramadan, yaitu di malam Lailatul Qadar.