Anda di halaman 1dari 20

Nama : Apriliani Nuri Kusuma Wardani

NIM : 206151132

Kelas : TBI 3D

Jawaban Tes Tengah Semester

Mata Kuliah : Sastra Anak

Dosen Pengampu : Awla Akbar Ilma, M.A.

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan karya sastra dan karya sastra anak !

(1) Pengertian Karya Sastra

a) Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Rokhmansyah 2014:2), sastra merupakan


ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan
alat bahasa. Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan atau fakta kultural,
sebab merupaka hasil ciptaan manusia (Faruk, 2014:77). Sedangkan menurut Ratna
(2015:342), karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak
langsung.

Referensi : http://repository.um-palembang.ac.id

b) Menurut Ratna (2015, hal 35) “Dalam teori kontemporer karya sastra didefinisikan
sebagai

aktivitas kreatif yang didominasi oleh aspek keindahan dengan memasukan berbagai
masalah kehidupan manusia, baik konkret maupun abstrak, baik jasmaniah maupun
rohaniah”.

Referensi : https://unniba.ac.id

c) Karya sastra adalah seni, di mana banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya,
khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan,
semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur karya sastra sulit dibuat batasannya.
Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat
membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan.

Referensi : https://repository.unimal.ac.id/5007/

Berdasarkan pendapat diatas, saya menyimpulkan bahwa karya sastra merupakan


ungkapan seseorang yang berupa pengalaman, pemikiran, dan ide seseorang yang
digambarkan secara konkret sehingga memberikan pemahaman kepada orang lain.
Sebuah hasil ciptaan manusia yang menggambarkan kehidupan (baik gambaran nyata
maupun tidak nyata). Karya sastra dapat digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan
pemikiran dan perasaan mereka melalui karangan yang memiliki seni, sehingga menjadi
petunjuk atau pembelajaran bagi kita yang membaca hasil karya sastra pengarang.

(2) Pengertian Karya Sastra Anak

a) Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa
tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman
tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa
ataupun anak-anak. Sastra anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan
pengalaman anak-anak melalui pandangan anak-anak (Norton,1993).

Referensi :
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESI
A/196711031993032-
NOVI_RESMINI/SASTRA_ANAK_DAN_PENGAJARANNYA.pdf

b) Sastra anak merupakan ungkapan perasaan seorang anak yang dituangkan kedalam
bentuk tulisan dan dinikmati oleh anak-anak. Sastra anak juga merupakan karya sastra
yang ditulis oleh orang dewasa dan diperuntukkan oleh anak-anak, atau karya sastra yang
ditulis oleh anak-anak dan dinikmati oleh anakanak. Kurniawan (2013:23)
mengemukakan bahwa sastra anak merupakan sebuah karya sastra yang ceritanya
berkolerasi dengan dunia anak-anak dan bahasa yang digunakan sesuai dengan
perkembangan intelektual, dan emosional anak.

Referensi : http://file.upi.edu

Berdasarkan pendapat diatas, saya menyimpulkan bahwa Sastra anak adalah karya sastra
yang dibuat oleh orang dewasa yang ditujukan untuk anak-anak atau sastra yang ditulis
anak-anak untuk kalangan mereka sendiri. Sastra anak berisi tentang gambaran dunia
rekaan anak, yang bertujuan agar anak dapat paham, memiliki gambaran/imajinasi dan
memiliki pengalaman tertentu.

2. Jelaskan fungsi dan manfaat dari membaca karya sastra anak bagi anak !
(a) Manfaat Karya Sastra Anak Bagi Anak

Manfaat yang dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni;
(1) memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak, (2)
mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan
memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara, (3)
memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan dialaminya sendiri, (4)
mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan, (5)
menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal dan (6)
mendekatkan anak dengan orangtua. Selain nilai instrinsik sastra anak juga bernilai
secara ekstrinsik yang bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal (1)
perkembangan bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan kepribadian,
dan (4) perkembangan sosial. Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan
untuk mengembangkan imajinasi, fantasi, dan daya kognisi yang akan mengarahkan
anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada
pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada perasaan
dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain (Nurgiyantoro,2005:35-47).

Referensi : http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=519767&val=10636&title=PEMANFAATAN%20SASTRA%20ANAK
%20SEBAGAI%20MEDIA%20PENUMBUHAN%20BUDI%20PEKERTI

b) Pada pandangan Tarigan (2011:6-8) terdapat enam manfaat sastra terhadap anak-
anak

 Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan kepada anak-


anak.
 Sastra dapat mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka
mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman, atau gagasan
dengan berbagai cara.
 Sastra dapat memberikan pengalaman-pengalaman aneh yang seolah-olah
dialami sendiri oleh para anak.
 Sastra dapat mengembangkan wawasan para anak menjadi perilaku insani.
 Sastra dapat menyajikan serta memperkenalkan kesemestaan pengalaman
kepada para anak.
 Sastra merupakan sumber utama bagi penerusan warisan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.

Referensi : https://bagibagiwebblog.wordpress.com/sastra-anak/

Berdasarkan pendapat diatas, saya menyimpulkan bahwa Sastra anak bermanfaat


untuk perkembangan anak terutama dalam hal (1) perkembangan bahasa, (2)
perkembangan kognitif, (3)perkembangan kepribadian, dan (4) perkembangan sosial.
Salah satu manfaat yang dapat digali dalam sastra anak adalah menumbuhkan budi
pekerti.

(b) Fungsi Karya Sastra Anak Bagi Anak

Sastra anak mempunyai beberapa fungsi khusus berikut ini.

a. Melatih dan memupuk kebiasaan membaca pada anak-anak.bSeperti telah


dikemukakan sebelumnya bahwa anak-anak lebih suka membaca hanya untuk
mencari kesenangan. Niat awal untuk mencari kesenangan dapat dijadikan sebagai
jembatan untuk melatih dan membiasakan anak bergelut dengan dunia buku. Jika
anak-anak telah terbiasa membaca bacaan anak, maka akan merangsang kebiasaan
atau hobinya untuk membaca buku-buku pelajaran dan buku umum lainnya.

b. Membantu perkembangan intelektual dan psikologi anak. Memahami suatu bacaan


bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika anak-anak telah terbiasa membaca, maka
hakikatnya mereka telah terbiasa memahami apa yang dibacanya. Kebiasaan
memahami bacaan tentu akan sangat membantu perkembangan intelektual atau
kognisi anak. Demikian pula sajian cerita atau kisah dan berbagai hal dalam karya
sastra anak akan menumbuhkan rasa simpati atau empati anak-anak terhadap berbagai
kisah tersebut. Dengan demikian, sastra anak dapat membantu perkembangan
psikologi atau kejiwaan anak untuk lebih sensitif terhadap berbagai fenomena
kehidupannya.
c. Mempercepat perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa anak berjalan
secara bertahap seiring dengan perkembangan fisik dan pikirannya. Kematangan
berpikir sangat menentukan perkembangan bahasa anak, demikian pula sebaliknya,
perkembangan bahasa sangat menentukan kematangan berpikir anak. Anak-anak yang
biasa membaca bacaan anak dapat memperoleh bahasa (kosa kata, kalimat) jika anak-
anak cepat perkembangan bahasanya, akan membantu tingkat kematangan
berpikirnya.

d. Membangkitkan daya imajinasi anak. Secara leksikal, kata imajinasi memang dapat
diartikan sebagai ‘khayalan’. Namun, imajinasi dalam karya sastra tidaklah
sepenuhnya berisi khayalan tanpa ada kaitannya dengan realitas. Imajinasi dalam
sastra tidak lain hanyalah sebuah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan
pengarangnya. Oleh sebab itu, esensi dan substansi imajinasi dalam karya sastra
adalah realitas kehidupan manusia. Anak-anak yang biasa membaca sastra (bacaan
anak), akan terbiasa turut merasakan dan melibatkan pikiran (imajinasi) sehingga
seolah-olah dia yang mengalami peristiwa dalam karya yang dibacanya. Dengan
begitu, imajinasi akan menumbuhkan pemikiran yang kritis dan kepekaan emosional
yang tinggi dalam diri anak.

Referensi :
http://conference.unsri.ac.id/index.php/SNBI/article/download/1293/692

Dari beberapa referensi yang saya baca, saya menyimpulkan bahwa fungsi Sastra
anak banyak memberi pendidikan dalam perkembangan anak. Melalui sastra, anak
banyak mendapat informasi tentang sesuatu, memberi banyak pengetahuan,
mengembangkan kreativitas atau keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan
moral kepada anak. Sastra anak juga berfungsi menghibur. Artinya, dengan membaca
sastra anak, anak akan mendapat kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan. Ketika
membaca dan menghayati cerita Asal Usul Nama Surabaya, anak memperoleh
hiburan dari bacaan itu. Si anak akan terhibur dengan perilaku tokoh ikan Hiu dan
Buaya yang saling berebut daerah mangsa. Melalui cerita Anak-anak Bintang Pari,
anak-anak memperoleh kesenangan dengan petualangan-petualangan yang ada dalam
cerita tersebut. Pada sisi lain, dengan membaca sastra anak, anak dapat merefleksikan
pengalaman hidup orang lain yang sebenarnya dan seolah-olah mengalami sendiri di
dalam kehidupannya.
3. Jelaskan manfaat dan urgensi dari dilakukannya penelitian terhadap karya sastra
anak !
Manfaat penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis
dan manfaat praktis. Manfaat teoretis adalah manfaat yang memberikan sumbangsihnya
pada pengetahuan sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat diterapkan
dalam masyarakat terutama dunia pendidikan.
Manfaat dari penelitian karya sastra anak yaitu :
1) Memperkuat teori-teori pemerolehan bahasa yang sudah ada sebelumnya;
2) Dapat menambah khazanah penelitian kesusastraan Indonesia dalam memahami unsur
struktur dalam suatu karya sastra;dan
3) Menambah referensi bagi penelitian sejenis berikutnya.
Penelitian karya sastra anak juga terdapat manfaat dan urgensi lain, seperti dengan
dilakukannya penelitian sastra anak dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
ilmu sastra, khususnya yang berkaitan dengan kajian puisi dalam sastra anak dan
stilistika. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
masyarakat sebagai pembaca berupa informasi tentang kekhasan gaya bahasa, kekayaan
pikiran dan dunia anak dalam puisi–puisi anak, yang kemudian akan membantu
meningkatkan kegiatan apresiasi sastra pada umumnya, serta meningkatkan kreativitas
dan mengembangkan pengetahuan anak dalam menciptakan karya pada khususnya. Selain
itu penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan perkembangan pengkajian sastra
khususnya puisi–puisi anak melalui media massa, sehingga sastra akan lebih dikenal oleh
masyarakat.
Referensi : http://repository.upi.edu
Menurut saya, pnelitian karya sastra anak dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat,
di antaranya:
1. Menambah wawasan pengkajian kesusastraan, khususnya dalam mengkaji
sebuah budaya populer dalam karya sastra anak,
2. Menambah wawasan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian
terhadap sastra anak dan penelitian pada umumnya,
3. Menambah pengetahuan tentang karya sastra,
4. Menambah bahan rujukan bagi masyarakat untuk mengetahui tentang representasi
budaya populer dalam sastra anak,
5. Menambah bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya dalam meneliti ataupun yang
tertarik terhadap kajian tentang sastra anak,
6. Menambah bahan rujukan yang tertulis bagi orang-orang/instansi kemasyarakatan yang
terlibat dalam bidang anak dan permasalahannya.

4. Jelaskan apa saja genre dalam karya sastra anak dan jelaskan masing-masing genre
tersebut!

a) Realisme, karakteristik umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang


menampilkan tokoh dengan karakter yang menarik yang dikemas dalam latar tempat
dan waktu yang dimungkinkan. Ada beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke
dalam realisme dan sekali lagi

pembicaan tentangnya dapat tumpang tindih yaitu cerita realistik, realisme binatang,
realisme historis, dan cerita olah raga.

1) Cerita realisme (realistic stories) biasanya bercerita tentang masalah-masalah sosial


dengan menampilkan tokoh utama protagonis sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah
yang dihadapi tokoh itulah yang menjadi sumber pengembangan konflik dan alur
cerita.

2) Realisme Binatang. Cerita realisme binatang (animal realism) adalah cerita


binatang yang bersifat nonfiksi. Cerita ini tentang binatang, berbicara tentang
binatang, misalnya yang berkaitan dengan bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup,
dan lain-lain. Pendeknya, isi adalah cerita deskripsi tentang binatang yang tidak
mengandung unsur personifikasi, binatang sebagaimana binatang yang tidak dapat
berpikir seperti manusia.

3) Cerita realisme sejarah (historical realism) mengisahkan peristiwa yang terjadi


pada masa lampau . Hal itu menentukan latar yang juga harus bersetting pada masa
lampau lengkap dengan konsekuensi faktual logisnya. Misalnya, deskripsi keadaan
tempat, seperti rumah, jalan, dan kondisi lingkungan alam secara keseluruhan, cara
berpakaian tokoh, peralatan hidup, seperti alat untuk memasak, bekeija, transportasi,
persenjataan, dan lain-lain harus sesuai dengan latar waktu dan tempat. Cerita
biasanya mengambil satu atau beberapa tokoh utama yang dipergunakan sebagai
acuan pengembangan alur.
4) Realisme Olahraga, Cerita realisme olah raga (Sports Stories) adalah cerita tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan dunia olah raga. Realisme olahraga dapat
berkaitan dengan bermacam jenis dan tim olah raga seperti sepakbola, basket, voli,
badminton, dan para olah ragawan yang terkenal, seperti Johan Cruijft, Frans Backen
bauer, Pele, dan David Beckam untuk sepak bola, Magic Johson, Michael Jordan, dan
Kobe Bryant untuk basket, Rudi Hartono, Lim Swie King, dan Susi Susanti untuk
badminton, cars permainan untuk masing-masing jenis olah raga, dan lain-lain. Cerita
tentang olah raga juga dapat berkaitan dengan dan dipakai untuk menanamkan
karakter fairplay, kejujuran, kedisiplinan, kesederajatan, antirasisme, dan lain-lain
yang penting untuk pengembangan diri.

b) Fiksi Formula, Genre ini sengaja disebut sebagai fiksi formula karena memiliki
pola-pola tertentu yang membedakannya dengan dengan jenis yang lain. Walaupun
hal itu tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu
mau-tidak mau merupakan sesuatu yang bersifat membatasi. Jenis sastra anak yang
dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita misted dan detektif, cerita
romantis, dan novel serial.

1) Cerita Misterius dan Detektif, Jenis fiksi formula yang banyak dikenal orang
adalah cerita misteri (mysteries) dan cerita detektif (detectives, thrillers). Cerita
misterius dan detektif biasanya dikemas dalam suatu waktu, lampau, kini, atau
mendatang, dan menyajikan "teror" pada tiap bagian.

2) Cerita Romantis, Cerita romantis (romantic stories) bukan hal baru dalam realisme,
dan kini banyak ditulis untuk pembaca muda. Cerita ini biasanya menampilkan kisah
yang simplisistis dan sentimentalis hubungan laki-perempuan, dan itu seolah-olah
merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja.

3) Novel Serial, Novel serial dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara
terpisah, namun novel-novel itu merupakan saku kesatuan unit. Novel-novel tersebut
memiliki beberapa

cara fokus pengorganisasian walaupun juga dapat bersifat tumpang-tindih.


c) Fantasi, dapat dipahami sebagai the willing suspension ofdisbelief (Coleridge, via
Irukens, 1999:20), canto yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima . Fantasi
sexing juga disebut sebagai cerita Fantasi (literary fantasy) dan perlu dibedakan
dengan cerita rakyat fantasi (folk fantasy) yang tak pemah dikenali siapa penulisnya-
mencoba menghadirkan sebuah dunia lain (other world) disamping dunia realitas.
Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini adalah cerita fantasi,
fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sains.

1) Cerita Fantasi, (fantastic stories) dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan
tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, balk menyangkut
(hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita.

2) Fantasi Tinggi, Cerita fantasi tinggi (high fantasy) dimaksudkan sebagai cerita
yang pertama-tama ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik (good) dan
yang jahat (evil),

antara kebaikan dan kejahatan . Konflik semacam ini sebenamya merupakan tema
umum yang telah mentradisi, dan kebanyakan cerita memenangkan yang baik.

3) Fiksi sains (science fiction) dapat dipahami dalam beberapa pengertian . Robert
Heinlein (via Lukens, 1999 :23), seorang pengarang fiksi sains, misalnya,
mengemukakan bahwa fiksi sains adalah fiksi spekulatif di mana pengarang
mengambil postulat dan dunia nyata sebagaimana yang kita ketahui dan mengaitkan
fakta dengan hukum alam.

d) Sastra Tradisional, Istilah "tradisional" dalam kesastraan (traditional Literature


atau folk literature) menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dan cerita yang telah
mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan
secara turun-temurun secara lisan. Jenis cerita yang dikelompokkan kedalam genre ini
adalah fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos.

1) Fabel (fable), adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi


karakter manusia. Binatang-binatang yang dijadikan tokoh cerita dapat berbicara,
bersikap, dan berperilaku sebagaimana halnya manusia.
2) Dongeng atau dongeng rakyat (folktales,folklore), merupakan salah satu bentuk
dari cerita tradisional . Pada masa lampau dongeng diceritakan oleh, misalnya orang
tua kepada anaknya, secara lisan dan turun temurun sehingga selalu terdapat variasi
penceritaan walau isinya kurang lebih sama .

3) Mitos (myths), merupakan cerita masa lampau yang dimiliki oleh bangsa-bangsa di
dunia. Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa
atau tentang kehidupan supernatural yang lain.

4) Legenda (legends), mempunyai kemiripan dengan mitologi, bahkan sering terjadi


tumpang tindih penamaan di antara keduanya. Keduanya, yang jelas, sama-sama
cerita tradisional yang menarik.

5) Epos, Cerita epos (folk epics, epik, wiracarita) merupakan sebuah cerita panjang
yang berbentuk syair (puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui. Epos
berisi cerita kepahlawan seseorang yang luar biasa hebat balk dalam kesaktian
maupun kisah petualangannya.

6) Puisi, Sebuah bentuk sastra disebut puisi jika di dalamnya terdapat pendayagunaan
ber-

bagai unsur bahasa untuk mencapai efek keindahan . Bahasa puisi tentulah singkat
dan padat, dengan sedikit kata, tetapi dapat mendialogkan sesuatu yang lebih banyak.

e) Nonfiksi Apakah buku nonfiksi dapat dikategorikan sebagai salah satu genre sastra
anak?

Lukens juga mengemukakan sebagian orang yang bersifat purists bisa jadi
menolaknya. Namun, pada kenyataannya terdapat sejumlah buku bacaan nonfiksi
yang ditulis dengan kadar artistik yang tinggi, dengan memperhitungkan pencapaian
efek estetik lewat pemilihan unsur-unsur style secara tepat.

1) Buku informasi, Buku informasi (informational books), yang terdiri atas berbagai
macam buku yang mengandung informasi, biasanya memiliki standar yang hampir
sama . Buku ini memberikan informasi, fakta, konsep, hubungan antarfakta dan
konsep, dan lain-lain yang mampu menstimulasi keingintahuan anak atau pembaca.
2) Biografi adalah buku yang berisi riwayat hidup seseorang, tentu saja tidak semua
aspek kehidupan dan peristiwa dikisahkan, tetapi dibatasi pada hal-hal tertentu yang
dipandang perlu dan menarik untuk diketahui orang lain atau, pada hal-hal tertentu
yang "mempunyai nilai jual". Buku biografi memberikan kejelasan tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan tokoh yang dibiografikan sepanjang hayat atau sampai
saat buku itu ditulis.

Referensi : https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/download/811/653

Menurut pendapat saya, Genre Sastra Anak secara garis besar dikelompokan menjadi
enam macam yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan
nonfiksi dengan masing-masing macam memiliki jenis lagi.

1. Realisme, merupakan cerita yang dikisahkan memang benar-benar ada dan terjadi.
Karakterisrik umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh
dengan karakter yang menarik. Ada beberapa cerita yang dikategorikan ke dalam
realisme yaitu: Cerita Realisme, Realisme Binatang, Realisme Historis, Realisme
Olahraga.

2. Fiksi Formula, Disebut fiksi formula karena memiliki pola-pola tertentu yang
membedakannya dengan jenis yang lain. Namun hal ini tidak mengurangi orisinalitas
cerita yang diceritakan penulis. Jenis sastra anak yang dikategorikan dalam Genre ini
yaitu Cerita Misteri dan Detektif, Cerita Romantis dan Cerita Serial.

3. Fantasi, Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit
diterima. Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan dalam fantasi ini adalah Cerita
Fantasi, Fantasi Tingkat tinggi dan Fiksi Sains.

4. Sastra Tradisional, Kesastraan yang menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari
dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa
penciptanya, dan dikisahkan secara turun temurun. Jenis cerita yang dikelompokkan
ke dalam genre ini yaitu fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda dan epos.

5. Puisi, Genre Puisi anak dapat berwujud puisi, lirik tembang-tembang anak
tradisional, puisi naratif dan puisi personal.
6. Nonfiksi, Nonfiksi dikategorikan sebagai genre sastra anak karena bacaan nonfiksi
ditulis secara artistik sehingga jika dibaca oleh anak, anak akan memperoleh
pemahaman sekaligus kesenangan.

5. Sebutkan dan jelaskan struktur karya sastra anak!

1. Tema, menurut Stanton dan Keny (Nurgiyantoro, 2000 : 67) adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita. Sedangkan tema menurut Hartoko dan Rahmanto
(Nurgiyantoro, 1995 : 67) adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Tema sering juga disebut sebagai
ide atau gagasan yang mendukung tempat utama dalam pikiran pengarang dan
sekaligus menduduki tenpat utama dalam cerita.

2. Plot/Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara
kronologis. Alur dibangun oleh beberapa peristiwa yang biasa disebut unsur alur.
Unsur-unsur alur ialah:

a. Perkenalan

b. Pertikaian/konflik

c. Puncak / klimaks

d. Peleraian

Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu tetapi ada juga yang
dari tengah dulu lalu kembali ke peristiwa awal, kemudian berakhir. Ada juga yang
dari akhir terus menuju ke tengah, sampai ke awal cerita. Karena kedudukan unsur-
unsur inilah, maka ada yang disebut alur maju, alur mundur dan alur maju mundur.

3. Penokohan, adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang


ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Abrams (via Nurgiyantoro, 2000 : 165)
tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang
oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tentang seperti
yang diekspresikan dalam ucapan serta apa yang dilakukan dalam tindakan.
4. Latar, landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan,
(Nurgiyantoro, 2000 :216). Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana tejadinya peistiwa dalam suatu karya
sastra (Sudjiman, 1986 : 46 via Nurgiyantoro). Secara terperinci latar meliputi
penggambaran lokasi geografis termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada
perlengkapan sebuah ruangan: pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu
berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral,
intelektual, sosial dan emosional para tokoh.

5. Sudut Pandang, adalah bentuk persona yang dipergunakan disamping


mempengaruhi perkembangan cerita dan masalah yang diceritakan, juga kebebasan
dan keterbatasan, ketajaman, ketelitian dan keobjektifan terhadap hal-hal yang
diceritakan. Sedangkan menurut Saad (via Rachmat Djoko Pradipo, 1995 :75) sudut
pandang adalah cara bercerita dari titik pandang mana atau siapa cerita itu dikisahkan,
(Nurgiyantoro, 2000 : 246).

6. Moral, menurut Daves (1987 : 7 via Nurgiyantoro) bahwa dalam moral terkandung
nilai kesusilaan yang merupakan aturan-aturan atau hukum yang membentuk
larangan. Penegasan Daves, moral yang berhubungan dengan kesusilaan kaidah atau
hukum lebih spesifik pada tatanan norma yang dibuat dan diciptakan manusia sebagai
norma dalam pergaulan masyarakat. Sebuah karya fiksi ditulis oleh pengarang untuk
menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Fiksi mengandung penerapan
moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang
moral melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh usulan pembaca diharapkan
dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan.

7. Bahasa, merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri. Bahasa dalam sastra dicirikan sebagai bahasa (yang mengandung unsur) emotif
dan bersifat konotatif sebagai kebalikan bahasa nonsastra. (Wellek dan Warren, 1956:
2-3 via Nurgiyantoro). Bahasa dalam sastra anak akan berbeda dengan bahasa sastra
pada umumnya, karena sastra anak diperuntukkan bagi anak maka bahasanya pun
harus disesuaikan dengan bahasa anak sehari-hari, dipergunakan oleh anak-anak pada
umumnya dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat lugas dan mudah dicerna.
Referensi : https://jurnal.unej.ac.id

Saya berpendapat bahwa struktur Cerita Anak sebagai berikut :

a) Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen lain. Alur dapat
membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah
analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya
pemahaman terhadap peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan
keberpengaruhannya.

b) Karakter atau Penokohan, Karakter atau biasa disebut tokoh biasanya dipakai
dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu yang muncul
dalam cerita.

c) Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta
yang berinteraksi dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud
dekor. Latar juga dapat berwujud waktu – waktu tertentu. Latar tekadang berpengaruh
pada karakter – karakter. Latar juga terkadang menjadi tokoh representasi tema.

d) Tema merupakan aspek cerita atau ide pokok yang sejajar dengan „makna‟ dalam
pengalaman manusia. Sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.

e) Sudut pandang merupakan sudut atau bentuk yang mempengaruhi perkembangan


cerita, masalah yang diceritakan dan siapa cerita itu dikisahkan.

f) Moral ialah aturan hukum yang berbentuk larangan. Cerita anak harus mengandung
penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh.

g) Bahasa, merupakan sistem lambang bunyi. Bahasa sastra anak yang diperuntukkam
bagi anak harus disesuaikan dengan bahasa anak sehari-hari.

6. Jelaskan fungsi ilustrasi dalam karya sastra anak ?

Fungsi Ilustrasi dalam Karya Sastra Anak memiliki beberapa fungsi dalam pembuatan
buku. Adapun fungsi-fungsi dari Ilustrasi adalah sebagai berikut (Arifin dan
Kusrianto, 2009:70-

71);

1. Fungsi Deskriptif: Fungi deskriptif dari ilustrasi adalah menggantikan


uraian tentang sesuatu secara verbal dan naratif dengan menggunakan

kalimat panjang. Dengan ilustrasi dapat dimanfaatkan untuk melukiskan

sehingga lebih cepat dan lebih mudah dipahami.

2. Fungsi Ekspresif: Ilustrasi bisa memperlihatkan dan menyatakan sesuatu

gagasan, maksud, perasaan, situasi, atau konsep yang abstrak menjadi

nyata secara tepat dan mengena sehingga mudah dipahami

3. Fungsi Analitis atau Struktura: Ilustrasi dapat menunjukkan rincian bagian

demi bagian dari suatu benda atau sistem atau proses secara detail,

sehingga lebih mudah untuk dipahami.

4. Fungsi kualitatif: Ilustrasi yang biasa digunakan antara lain daftar atau

tabel, grafik, kartun, foto, gambar,sketsa, skema dan simbol.

Referensi : http://repository.dinamika.ac.id

Menurut pendapat saya, Fungsi Ilustrasi dalam Karya Sastra Anak Secara umum
ilustrasi mempunyai fungsi sebagai media untuk memperjelas atau memaparkan
konsep, ide atau cerita. Fungsi ilustrasi secara rinci dijelaskan oleh Kusmiyati (dalam
Muharrar, 2003:3) yang menjelaskan bahwa ilustrasi merupakan suatu cara untuk
menciptakan efek atau memperlihatkan suatu subjek

dengan tujuan:

1. Menggambarkan suatu produk atau ilusi yang belum pernah ada.

2. Menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil.

3. Mencoba menggambarkan ide abstrak.

4. Memperjelas komentar,biasanya komentar editorial.

5. Memperjelas suatu artikel untuk bidang medis atau teknik.

6. Menggambarkan sesuatu secara rinci.

7. Membuat corak tertentu pada tulisan yang menggambarkan masa atau zaman.
Fungsi ilustrasi menurut Muharrar (2003:3) untuk menyajikan gambaran

dari suatu objek. Tugas ilustrator untuk menjalankan fungsi tersebut sehingga

ilustrasi dapat dipahami dan dalam bentuk yang artistik.

7. Bagaimana kondisi dan perkembangan karya sastra anak di Indonesia saat ini ?

Sastra anak merupakan ungkapan perasaan seorang anak yang dituangkan kedalam
bentuk tulisan dan dinikmati oleh anak-anak. Bentuk sastra anak yang terdapat di
Indonesia sangatlah beragam diantaranya seperti puisi, cerpen, novel, dongeng, fabel
dll. Dewasa ini banyak sekali cerita anak yang mengandung unsur kekerasan.
didalamnya. komik merupakan salah satu contoh cerita anak yang digemari di dunia
tak terkecuali juga di Indonesia. Banyak sekali ditemukan buku komik yang memiliki
gambar- gambar dan cerita menyimpang yang tidak layak dikonsumsi oleh pembaca
khususnya anak- anak, dalam hal ini kekerasan mendominasi perkembangan komik di
Indonesia. Cerita rakyat yang diperuntukkan untuk anak-anak tentu ada yang aman
bagi anak dan ada pula yang tidak aman. Meskipun cerita rakyat sebuah cerminan
budaya, beberapanya dalam konteks kini malah berpotensi meninggalkan kesan tidak
baik karena saratnya beberapa cerita mengandung seksualitas, kekerasan, iri dan
dengki. Perlu adanya dekonstruksi sastra untuk mengubah cerita sehinga tidak
terdapat unsur kekerasan dan unsur seksualitas dalam cerita anak. Dekonstruksi sastra
dilakukan dengan mengubah tema-tema yang berkembang selama ini, serta
menghapus adegan yang mengandung unsur kekerasan.

Referensi : http://jurnal.umk.ac.id

Dari referensi dan pandangan saya, saya berpendapat bahwa Perkembangan


kesusastraan saat ini sudah memasuki perkembangan yang cukup memuaskan.
Apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan dan kesenian lokal maupun asing dapat
dijadikan tolok ukur perkembangannya. Memasuki milenium ketiga yang ditandai
dengan perubahan formasi sosial politik masyarakat yang dikenal dengan reformasi,
masyarakat budaya atau masyarakat yang berbudaya serta kegiatannya itu telah
berkembang dalam tatanan yang lebih baik. Begitu pula dengan perkembangan dari
sebuah seni yang menggunakan medium bahasa sebagai alat penyampainya, yang kita
kenal sebagai (karya) sastra, hadir dengan lebih baik kepada para penikmatnya
(pembaca). Perkembangan sastra anak dinilai cukup baik di tanah air kita ini. Dari
karya-karyanya yang telah terbit hingga sekarang itu, dapat dibayangkan bahwa telah
adanya sebuah kreativitas, produktivitas, serta kemauan yang besar dari pengarangnya
(penulis anak) untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Namun, tidak lama ini
pemberitaan media justru menilai dan menyatakan bahwa ada beberapa isi cerita dan
karakteristik tokoh dalam sebuah prosa anak (bacaan anak) tidak sesuai untuk
dikonsumsi oleh anak-anak.

8. Bagaimana kondisi dan perkembangan penelitian terhadap karya sastra anak di


Indonesia saat ini ?

Kondisi perkembangan penelitian karya sastra anak di Indonesia saat ini memang
terus berkembang. Banyak pakar beranggapan bahwa sastra anak bagian dari sastra
dewasa. Banyak data penelitian yang menunjukkan kurang lakunya buku/cerita anak.
Sastra anak didefinisikan sekadar sebagai buku atau cerita anak, maka jawabannya
mungkin lebih positif. Tapi jika sastra anak dimaknai sebagai cerita yang ditulis
BAGI anak-anak dan yang memiliki nilai-nilai sastrawi, maka jawaban terhadap
pertanyaan itu sangatlah pesimistis. Banyak pakar sastra mensinisi istilah sastra anak.
Mereka beranggapan bahwa sastra anak adalah bagian dari sastra (dewasa), dan
memilah-milah sedemikian rupa hanyalah merupakan pemecah-belahan yang
mengada-ada. Mengenai kualitas cuku/cerita anak, bahkan pakar sastra anak sendiri
pun masih menyangsikannya, karena mutu buku-cerita anak kita memang masih
memprihatinkan. Riris Sarumpaet menilai bahwa karya sastra anak Indonesia lemah
dari berbagai segi, baik segi bahasa, penceritaan ataupun penokohan (2002). Tak
heran bila untuk memilih buku-buku terbaik yang akan diberi penghargaan pun kita
masih sering kesulitan. Program besar mempromosikan anak-anak untuk membaca
dan mencintai karya sastra negeri sendiri akhirnya terperangkap pada persoalan
ketersediaan bahan bacaan yang bermutu bagi anak-anak kita. Tapi yang lebih
memprihatinkan dari semuanya itu sesungguhnya adalah fakta pahir bahwa pembaca
buku-buku/cerita anak kita jumlahnya tidak menggembirakan. Data-data
menunjukkan betapa kurang lakunya bukubuku/cerita karya penulis lokal jika
dibanding dengan karya-karya terjemahan. Jika kita pergi ke toko buku besar, hampir
dipastikan bahwa rak yang dikerumuni lebih banyak anak-anak adalah rak buku
karya terjemahan atau komik, yang notabene juga terjemahan. Taman-taman bacaan
lebih suka mengkoleksi dan menyewakan komik daripada bacaan anak semisal novel,
karena memang itulah bacaan yang laris di kalangan anak-anak dan remaja.
Perpustakaan sekolah juga masih tertatih-tatih mengajak murid-murid membaca
buku/cerita anak lokal. Sughastuti (2000) menyatakan bahwa tidak bisa dipungkiri
dari berbagai segi kualitas buku/cerita anak lokal memang masih jauh dibandingkan
dengan buku/cerita anak terjemahan.

Referensi : http://repositori.kemdikbud.go.id

Menurut saya, Gencarnya arus globalisasi disertai dengan hadirnya kecanggihan


teknologi yang menerpa Indonesia, secara tidak langsung mengarahkan Indonesia
untuk berkiblat pada budaya barat. Lahirnya modernisasi di dalam masyarakat telah
sedikit banyak merubah cara pandang dan pola hidup masyarakat. Budaya modern
yang digembar-gemborkan di jejaring media telah mengubah masyarakat menjadi
konsumtif dan hedonis. Masyarakat khususnya generasi muda hingga anak-anak
terkena dampak dan bertekuk lutut meniru secara mentah-mentah tanpa adanya
koreksi diri dari produk di balik tayangan media dari lansiran kaum kapitalis tersebut.
Pemanfaatan sastra anak yang belum maksimal salah satunya disebabkan oleh
minimnya literatur sastra anak di Indonesia yang sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia. Selama ini, sastra anak yang lahir kebanyakan baru sebatas dongeng-
dongeng, mitos, legenda atau cerita rakyat. Sastra anak Indonesia ini akan semakin
tertinggal jika dibandingkan dengan sastra anak terjemahan yang banyak beredar di
masyarakat dewasa ini. Dengan kata lain, pergulatan dunia sastra di Indonesia belum
banyak menyentuh apa yang dinamakan sastra anak. Penelitian mengenai sastra anak
masih tergolong sangat kurang jika dibandingkan dengan penelitian terhadap sastra
orang dewasa. Pembicaraan tentang sastra dalam kaitannya dengan pembentukan
karakter atau pembentukan sikap dan perilaku, telah banyak dilakukan orang. Sastra
anak dapat digunakan sebagai alat yang sangat efektif untuk para pendidik maupun
para orang tua di dalam menanamkan nilai-nilai, norma, perilaku luhur, dan
kepercayaan yang diterima di dalam suatu masyarakat atau budaya.

9. Apa saja kendala-kendala dalam menuliskan cerita anak ?


Kendala kesastraan dapat digolongkan ke dalam kendala ide, fakta cerita, dan sarana
cerita. Umumnya, kendala menulis karya sastra bagi penulis pemula terlihat dari
kedangkalan ide dan pengolahannya. Kendala menggali ide terlihat dari munculnya
ide-ide yang monoton dan tidak baru, bahkan seringkali sama dengan bacaan-bacaan
yang sudah ada. Hal ini terkait dengan ketidakmampuan untuk menangkap hal-hal
menarik di sekitarnya, yang dapat diangkat menjadi ide tulisan. Kendala
mengembangkan ide terlihat dari alur tulisan yang “kurang menggigit” atau datar-
datar saja, tidak tercipta konflik yang beragam, tidak ada klimaks yang menarik, dan
sebagainya. Masuk dalam permasalahan ini juga adalah adanya kesan yang sangat
mekanis dalam menulis, seakan-akan menulis seperti menyusun puzzle dan setelah
menjadi gambar yang diinginkan lalu dianggap cukup. Selain ide, pengembangan
fakta yang terdiri dari alur, tokoh, dan latar juga menjadi kendala tersendiri bagi anak.
Kendala dalam pengembangan alur cerita tampak pada pengembangan bagian
perbagiannya. Menurut Sayuti (2000), bagian-bagian struktur alur dapat dibagi dalam
awal (eksposisi, instabilitas, dan konflik), tengah (klimaks dan komplikasi), dan akhir
(denoument/penyelesaian). Kendala yang paling sering muncul pada penulis pemula
adalah kendala dalam penciptaan dan penggarapan konflik, klimaks, dan akhir cerita.
Terkait dengan alur cerita, penulis pemula juga mengalami kendala dalam hal struktur
cerita, baik dalam hal pembukaan cerita, konflik, klimaks, maupun penyelesaian.
Kendala dalam pengembangan struktur cerita muncul dalam bentuk tidak
proporsionalnya bagian-bagian cerita. Pembukaan cerita sering dibuat bertele-tele.
Untuk sebuah novel atau tulisan dalam bentuk buku, hal ini masih sedikit bisa
tertutupi, tetapi untuk sebuah cerpen, pembukaan yang bertele-tele akan
menghabiskan ruang untuk pengembangan konflik. Sebaliknya, konflik dan klimaks
yang mestinya memerlukan ruang yang lebih luas, justru hanya dimunculkan seperti
percikan yang tidak digarapnya dengan baik. Penulis pemula seringkali hanya
memberi tahu tentang bentuk konflik dan klimaksnya, tetapi belum mampu
menggambarkannya secara terpadu dengan emosi tokoh, latar, dialog, dan sebagainya.
Penyelesaian cerita pun seringkali dilakukan dengan sambil lalu dan biasa-biasa saja
(mudah ditebak). Padahal, penyelesaian cerita perlu digarap dengan baik karena
pembaca akan banyak terkesan dengan akhir cerita yang menarik.

Referensi : http://staffnew.uny.ac.id

Saya mengalami kendala dalam menuliskan cerita anak pertama kali yaitu :
1) Saya takut untuk memulai tulisan, hal ini disebabkan karena saya kurang percaya
diri atas tulisan saya. Selain itu saya juga belum pernah menulis cerita anak, jadi saya
takut jika ada kesalahan dalam menulis.

2) Masalah Bahasa, Hal ini disebabkan karena saya tidak mengetahui esensi
perubahan yang terjadi di dalam bahasa. Di samping itu, saya penulis pemula
umumnya mempunyai pandangan yang remeh terhadap bahasa. Bahasa hanya
dipandang sebagai alat komunikasi bukan dipandang sebagai wahana pokok dalam
berpikir. Nafsu besar tenaga kurang itulah gambaran saya ketika ngotot hendak
menulis sesuatu, namun bingung tentang apa yang hendak ditulis.

3) Membuat Ilustrasi anak menurut saya juga menjadi kendala dalam menulis cerita
anak. Karena saya belum paham untuk membagi bagian cerita dengan baik dan benar.

4) Pemilihan alur, penokohan dan tokoh juga menjadi kendala. Memilih awalan cerita
memang tidak terlalu sulit, tetapi untuk mengakhiri cerita merupakan salah satu
kendala saya.

10. Sebutkan 10 judul cerita anak beserta pengarangnya yang pernah anda baca!

1) Alice’s Adventure in Wonderland (Lewis Caroll).

2) Harry Potter (J. K. Rowling)

3) Beruang Kutub dan Panda (Panda & Polar Bear) (Matthew J. Baek)

4) Jungle Drums, Genderang Hutan (Graeme Base)

5) Malin Kundang pengarang

(Tika Ikanegara)

6) Bawang Merah dan Bawang Putih (Yustitia Angelia)

7) Cinderella : Sepatu Kaca (Giambattista Basile)

8) Putri Salju (Jacob Ludwing Carl Grimm)

9) Kancil Mencuri Timun (M.B Rahimsyah A.R)

10) Timun Mas dan Buto Ijo (Gin Subiharso)

Anda mungkin juga menyukai