WUDHU
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Zakaria (19310573)
Bakri (19310576)
BANJARMASIN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, dan shalawat serta
salam yang kita panjatkan kepada baginda kita yakni Nabi Muhammad saw beserta
keluarga dan kerabatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Fiqih
ini yang berjudul tentang “ Wudhu”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan salah satu
tugas mata kuliah kami yaitu Fiqih. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada dosen mata kuliah
Fiqih yaitu Bapak Akhamd Hulaify, SHI, M, Si yang telah memberikan bimbingannya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini juga
bertujuan untuk membantu dalam proses belajar mengajar antar mahasiswa
maupun mahasiswi serta menambah wawasan yang luas tentang wudhu.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah fiqih yang kami lakukan, serta kami selaku
penyusun juga sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah
yang akan datang. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, terimakasih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Imam Ibnu Maudud al-Maushili (wafat 683 H), seorang ulama bermazhab Hanafi,
dalam kitab matan-nya "Mukhtar al-Fatwa", yang menjadi rujukan mazhab
Hanafi, menetapkan praktik wudhu dari sisi rukun dan sunnahnnya.
Fardhu wudhu yaitu: (1) Membasuh Wajah, (2) Membasuh Tangan dan Juga
Kedua Siku, (3) Mengusap Seperempat Kepala, dan (4) Membasuh Kaki dan Juga
Kedua Mata Kaki.
Sedangkan sunnah-sunnah wudhu yaitu: (1) Membasuh kedua tangan sampai ke
pergelangan tangan sebanyak tiga kali sebelum mencelupkan tangannya ke dalam
wadah air bagi yang baru bangun dari tidur, (2) Membaca tasmiyyah di awal
wudhu, (3) Bersiwak, (4) Madhmadhah, (5) Istinsyaq, (6) Mengusap seluruh
kepala dan kedua telinga dengan satu usapan air, (7) Takhlil jenggot dan ruas jari,
(8) Membasuh tiga kali.
2. Mazhab Maliki
Imam Abu an-Naja al-'Asymawi (wafat sebelum Abad 10 H), seorang ulama
bermazhab Maliki dalam kitab matan-nya "Matan al-'Asymawiyyah" menetapkan
praktik wudhu dari sisi rukun dan sunnahnnya.
Adapun fardhu wudhu ada 7 yaitu:
(1 dan 2) Niat saat membasuh wajah, (3) Membasuh kedua tangan sampai kedua
siku, (4) Mengusap seluruh kepala, (5) Membasuh kedua kaki sampai kedua mata
kaki, (6) Faur/muwalah, (7) Tadlik/menggosok. Namun wajib atasmu saat
membasuh wajah melakukan takhlil pada jenggotmu yang tipis, di mana kulitnya
tampak terlihat. Adapun jika jenggotmu tebal, maka tidak wajib takhlil. Begitu
juga wajib atasmu melakukan takhlil pada ruas-ruas jari, sebagaimana pendapat
yang masyhur.
Sedangkan sunnah-sunnah wudhu ada 8:
(1) Membasuh kedua tangan sampai pergelangan, (2) Madhmadhah, (3) Istinsyaq,
(4) Istintsar; yaitu membuang air yang dimasukkan ke dalam hidup, (5) Mengusap
kepala dengan membalikkannya dari belakang, (6) Mengusap sisi luar dan dalam
telinga, (7) Mengusap telinga dengan air yang baru, dan (8) Tertib.
Adapun fadhilahnya (anjuran di bawah kualitas sunnah), ada 7:
(1) Tasmiyyah, (2) Berwudhu di tempat yang suci, (3) Meminimalkan penggunaan
air, (4) Meletakkan wadah air di atas tangan kanan, (5) Basuhan kedua dan ketiga,
jika telah sempurna pada basuhan pertama, (6) Memulai usapan kepada dari arah
depan, (7) Bersiwak.
3. Mazhab Syafi’i
Imam Abu Syuja' al-Ashfahani (wafat 593 H), seorang ulama bermazhab Syafi'i,
dalam kitab matan-nya "Al-Ghayah wa at-Taqrib" menetapkan praktik wudhu dari
sisi rukun dan sunnahnnya.
Fardhu wudhu ada 6:
(1) Niat saat membasuh wajah, (2) Membasuh wajah, (3) Membasuh kedua tangan
dan juga kedua siku, (4) Mengusap sebagian kepala, (5) Membasuh kedua kaki
dan juga kedua mata kaki, (6) Tertib anggota wudhu sebagaimana telah
disebutkan.
Adapun sunnah-sunnahnya ada 10:
(1) Tasmiyyah, (2) Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke
dalam wadah air, (3) Madhamadhah, (4) Istinsyaq, (5) Membasuh sisi dalam dan
luar telingan dengan air yang baru, (6) Takhlil jenggot yang tebal, (7) Takhlil
3
ruas-ruas jari tangan dan kaki, (8) Mendahulukan anggota tubuh yang kanan atas
yang kiri, (9) Melakukan wudhu tiga kali-tiga kali, dan (10) Muwalah.
4. Mazhab Hanbali
Imam Mar'i bin Yusuf al-Karmi (wafat 1033 H), seorang ulama bermazhab
Hanbali, dalam kitab matan-nya "Dalil ath-Thalib li Nail al-Mathalib" menetapkan
praktik wudhu dari sisi rukun dan sunnahnnya.
Fardhu wudhu ada 6:
(1) Membasuh wajah termasuk madhamadhah dan istinsyaq, (2) Membasuh kedua
tangan dan juga kedua siku, (3) Mengusap seluruh kepala termasuk kedua telinga,
(4) Membasuh kedua kaki dan juga kedua mata kaki, (5) Tertib, dan (6) Muwalah.
Adapun sunnah wudhu ada 18:
(1) Menghadap kiblat, (2) Bersiwak, (3) Membasuh telapak tangan 3 kali, (4)
Mendahulukan madhmadhah dan istinsyaq sebelum membasuh wajah, (5)
Memperbanyak hirupan air dalam madhmadah dan istinsyaq, kecuali bagi orang
yang berpuasa, (6) Menekan anggota wudhu yang dibasuh (dalk), (7)
Memperbanyak basuhan di wajah –hingga ke sisi luar dan dalam-, (8) Takhlil
jenggot yang tebal, (9) Takhlil ruas-ruas jari, (10) Membasuh telinga dengan air
yang baru, (11) Mendahulukan anggota wudhu yang kanan atas kiri, (12)
Melebihkan wilayah basuhan (tahjil), (13) Basuhan kedua dan ketiga, (14)
Senantiasa berniat hingga wudhu selesai, (15) Berniat saat membasuh telapak
tangan, (16) Membaca niat secara sirr, (17) Membaca dua kalimat syahadat
setelah berwudhu dengan menghadapkan wajah ke langit, (18) Mandiri dalam
berwudhu, tanpa bantuan orang lain.
4
Artinya : “ aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil , fardhu karena
Allah Ta’ala”.
2. Membasuh muka atau wajah.
3. Membasuh kedua tangan sampai siku.
4. Mengusap sebagian kepala.
5. Mencuci kedua kaki hingga mata kaki.
6. Tertib (berurutan) yang artinya mendahulukan anggota wudhu yang seharusnya
didahulukan dan mengakhiri yang seharusnya diakhiri.
5
- Air hujan
- Air laut
- Air sungai
- Air sumur
- Air mata air (sumber)
- Air es (salju)
- Air embun
2. Air yang digunakan adalah air halal bukan hasil ghasab (air curian).
3. Membersihkan benda-benda yang dapat menghalangi air menyentuh kulit, seperti
cat kuku, dan sebagainya. Dalam sebuah riwayat diceritakan : “ ada seseorang
yang berwudhu dan meninggalkan satu tempat dikakinya (tidak dibasuh),
kemudian Nabi saw melihatnya, maka beliau bersabda : “kembali dan perbaiki
wudhumu, maka dia kembali kemudian dia shalat.
Untuk sahnya wudhu diisyaratkan adanya waktu yang cukup untuk wudhu
dan shalat, dalam artian bahwa setelah berwudhu yang bersangkutan
memungkinkan untuk melaksanakan sholat dengan waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan jika waktunya sempit, dimana jika ia berwudhu maka keseluruhan atau
sebagian shalatnya berada diluar waktu sholat yang telah ditentukan.
6
Dalam kitab berjudul Fiqhul Manhaji ala Madzhabil Imamis Syafi’I telah dijelaskan
beberapa hal yang dapat memakhruhkan dalam wudhu. Berikut adalah hal-hal yang
dimakhruhkan ketika kita sedang berwudhu, diantaranya :
1. Boros dalam menggunakan air atau terlalu sedikit menggunakan air. Hal tersebut
dimakhruhkan karena bertentangan dengan sunah.
2. Mendahulukan basuhan tangan kiri dari pada tangan kanan, atau mendahulukan
membasuh kaki kiri dari pada kaki kanan.
3. Menambah jumlah basuhan lebih dari tiga kali dengan yakin (yakni bukan karena
ragu karena telah membasuh sebanyak tiga kali atau tidak) atau sebaliknya malah
mengurangi dengan yakin. Rasulullah saw bersabda : “beginilah cara berwudhu,
barangsiapa yang menambah atau mengurangi (jumlah tiga kali setiap basuhan)
maka dia telah berbuat zhalim”. (HR Abu Dawud).
4. Meminta tolong orang lain untuk membasuh anggota wudhu tanpa uzur juga
dimakhruhkan.
5. Bagi orang yang sedang berpuasa dimakhruhkan terlalu banyak atau berlebihan
dalam berkumur, karena hal itu dikhawatirkan air akan masuk ke dalam rongga
tenggorokan dan membatalkan puasanya.
6. Memukul wajah dengan air atau tidak mengusapnya dengan lembut.
7. Ketika berwudhu juga makhruh mengusap anggota wudhu dengan handuk kecuali
karena ada udzur.
7
menimbulkan syahwat. Kecuali, menyentuh dengan mahram, anak kecil yang
belum baligh, rambut, gigi, dan kuku.
6. Menyentuh aurat (kemaluan)
Menyentuh kemaluan tanpa ada batas, baik itu kemaluan sendiri atau kemaluan
orang lain. Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban, Rasulullah SAW
bersabda "Siapa yang membawa tangannya ke kemaluannya, tanpa ada yang
membatasi, maka wajib berwudhu”.
7. Ragu dengan adanya wudhu
Dalam madzhab Maliki, barang siapa yang merasa yakin bahwa dirinya suci
kemudian dia ragu tentang terjadinya hadats, maka dia wajib berwudhu. Hal ini
juga berlaku ketika dia yakin berhadas dan ragu masih suci.
8. Tertawa terbahak bahak
Tertawa terbahak-bahak ketika sholat. Menurut madzhab Hanafi, tertawa dalam
sholat dapat membatalkan wudhu. Pasalnya, perbuatan ini bertentangan dengan
keadaan sedang bermunajat kepada Allah SWT.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jika kita hendak melaksanakan sholat, maka berwudhulah dengan syarat sah
yang telah dianjurkan oleh nabi, karena syarat sah sholat adalah suci dari hadats
besar maupun hadats kecil. Pengertian wudhu sendiri menurut syara’ adalah,
membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil. Fardhu Whudu
ada 6 yakni :
1. Niat, hendaknya berniat menghilangkan hadast kecil, dan cara melakukannya
tepat pada waktu membasuh muka, sesuai dengan pengertian niat itu sendiri.
2. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah
dagu, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri).
3. Membasuh kedua tangan sampai siku.
4. Mengusap sebagian rambut kepala.
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
6. Tertib (berurutan).
Sedangkan syarat wudhu yaitu beragama islam, tidak sedang berhadats besar,
mengginakan air yang suci menyucikan, dan tidak ada yang menghalangi sampainya
air ke kulit.
Adapun hal yang membatalkan wudhu keluarnya sesuatu dari kemaluan yaitu dari
qubul dan dubur, menyentuh kemaluan, hilangnya akal, dan bersentuhan yang bukan
mahramnya.
9
Daftar Pustaka
https://www.fiqihmuslim.com/2014/09/hal-hal-yang-membatalkan-wudhu.html?m=1
https://carakus.com/tata-cara-wudhu-doa-setelah-wudhu/
https://kabarnyleneh.wordpress.com/2017/12/18/wudhu-menurut-4-mazhab/
10