Anda di halaman 1dari 21

Pertemuan ke 1 P.

Adji PC
26-11-2020
• Ruang konseling yg dimaksud itu seperti apa?
Saat kondisi covid spt ini, ruang konselingnya disediakan meja & kursi yg menerapkan 3M,
diberi sekat dan jarak agar Apt & px bisa tetap berkomunikasi, bisa juga digunakan aplikasi
sosmed untuk konsultasi antara Apt & px.

• Bagaimana konseling untuk px yg disabilitas (spt pendengaran/penglihatan terganggu)?


Apt bisa meminta kontak pendamping px yg merawat, shg KIE tetap dapat terlaksana dan KIE
yg disampaikan bisa dibantu dilaksanakan oleh yg merawat.
Jika tidak punya pendamping? Apt bisa sesekali melakukan homecare agar tau kondisinya
dan bisa dipraktikkan.

• Masukan dari kel. Melisa:


Penyampaian KIE bisa menggunakan aplikasi juga, shg selain pendamping, px (jika tidak ada
gg pendengaran) masih bisa mendengarkan KIE untuk mengantisipasi apabila ada misscom
antara Apt dg pendamping
• Basis aplikasi mau diterapkan di RS/apotek? Jika untuk apotek,
bagaimana cara dapat data suatu komunitas agar bisa diterapkan di
seluruh Indonesia? Untuk sakit/obat yg tidak ditanggung BPJS lalu
gimana? Untuk px yg tidak punya BPJS?
RS dan apotek. Jadi, setiap px yg beli obat di apotek nanti menunjukkan
kartu BPJS. Di kartu BPJS kan ada nomer, jadinya bakal terlacak identitas
px bagaimana. Jadi kartu BPJS hanya untuk melihat identitas bkn
masalah sakit/obat yg tidak ditanggung BPJS, shg bisa
menyinkronisasikan dg data yg ada di RS seluruh Indonesia. Sekarang di
Indonesia diwajibkan punya BPJS. Jadinya walau anak kecil datanya
masih bisa diakses, kalau pakai KTP kan anak usia <17 tidak bisa.
• Cara menyelesaikan kendala yg akan dialami?
1. Perlu dilakukan kajian lebih dalam terkait aplikasi, pembuatan
aplikasi, uji kelayakan, dll.
2. Perlu dibuat regulasi jika belum ada terkait aplikasi ini kedepannya,
batasannya spt apa.
3. Bisa sosialisasi, promosi, dikenalkan juga ke masyarakat bahwa
aplikasi ini kedepannya bisa membantu masyarakat untuk
mengakses obat.
4. Berdiskusi dg yg sudah ahli apakah ada database atau hal lain untuk
mengecek R/ tsb palsu/tidak. Apt harusnya tau R/ palsu yg
bagaimana
5. Masyarakat sebaiknya memiliki smartphone
• Bagaimana terkait aplikasi obat/kesehatan (halodoc) yg ada saat ini, jika yg memiliki akun
ibunya (dg identitas ibunya) tapi yg sakit anaknya?
Sebaiknya di aplikasi ditambahkan fitur untuk penggalian informasi, shg bisa diputuskan
apakah akan lanjut swamedikasi/rujuk dokter, shg peran Apt tetap ada di sini.

• Jika dlm R/ ada obat narkotika, apakah tetap dilayani?


Dilakukan profesional judgement, dianalisis R/ nya apakah benar sesuai dg kondisi px, dilihat
kerasionalannya. Jika kurang yakin, bisa hubungi dokter yg meresepkan apakah benar yg
ditulis dlm R/ sudah sesuai.

Tambahan dari ervin:


Krn dlm UU belum ada bahas terkait narkotika psikotropika yg dilayani melalui elektronik,
mgkin bisa diterapkan dahulu. Namun jika suatu saat ada UU yg membahas terkait ini, mgkin
R/ narkotika psikotropika tidak boleh dilayani menggunakan aplikasi.

• Terkait 3 prime questions, batasan dokter memberikan info terkait obat yg diresepkan itu
spt apa?
Dokter memiliki kewenangan menulis R/ dan memberikan sedikit info terkait obat.
Batasannya hanya obat” yg digunakan px itu saja.
• Fitur vidcall 24 jam, bagaimana managementnya?
Rancangannya tidak hanya 1 apotek, bisa beberapa apotek yg terdekat dg posisi px.
Jadi ada pengaturan terkait shift apoteker yg bertugas. Jika sewaktu” px ada
pertanyaan bisa menghubungi Apt yg bertugas.

• Secara online, biasanya bisa membeli obat bebas terbatas. Bagaimana penggalian
info pd aplikasi ini?
Sebelum px membeli obat, px akan berkonsultasi dulu (penggalian info dulu) misal
ada fitur chat, tambah gambar, atau vidcall. Jadi Apt bisa memberikan layanan dan
memilihkan obat yg terbaik untuk px.

• Cara monitoring scr berkala pd aplikasi ini bagaimana?


Sebelum masuk aplikasi, ada proses registrasi di mana px menginput data dirinya.
Dari sana, bisa dilanjutkan ke sms/WA untuk Apt memonitoring berkelanjutan.
• Bagaimana cara management apotek dg kurir yg 24 jam tsb? Lalu bagaimana
apotek yg tidak bisa 24 jam? Jika lokasi apotek yg 24 jam terlalu jauh, lalu
bagaimana?
Sebelum perekrutan kurir ada kontrak. Nanti dibagi shift nya. Nanti bisa juga dibagi
shift untuk apotek yg melayani, jika tidak bisa 24 jam nanti diberi shift yg pagi atau
siang. Jika pengiriman malam, mgkin bisa juga dialihkan ke ojek online yg 24 jam.
Atau jika terlalu jauh, Apt punya data lokasi tiap apotek, nanti bisa dipilihkan yg
dekat. Jika sudah tidak ada dan masih terlalu jauh, bisa diarahkan ke UGD.

• Tindakan nyata monitoring berkala spt apa? Akan dilakukan monitoring brp hari
sekali? Krn px jumlahnya banyak dan apoteker juga pasti punya kesibukan lain.
Saat konsultasi awal dg 1 apoteker, apoteker itu yg akan bertanggung jawab hingga
akhir memonitoring px tsb. Monitoring dilihat dari sakit px, disesuaikan dg timescale
pengobatan. Bagaimana kondisinya? Apakah ada gejala lain? Jika belum sembuh bisa
dirujuk ke dokter.
• Bagaimana dg px yg hp nya dinonaktifkan atau mati? Remindernya
bagaimana?
Krn ini untuk keperluan px, harusnya px mau bekerja sama dan
mendukung selama pakai obat agar notif hp nya tetep nyala, shg
kepatuhan/ketepatan wkt minum obat dapat terkontrol.
FEEDBACK PAK ADJI
• Apoteker punya 4 kewenangan khusus dan 1 kewenangan umum
• BPJS wajib untuk semua warga Indonesia dan warga lain yg sudah menetap di Indosia
minim selama 6 bln.
• Inovasi seperti ini bisa dijadikan profesional project, didanai, diuji coba, diaplikasikan.
• Halodoc mengambil alih peran Apt terkait pemilihan obat, KIE, dll. Harusnya Apt
memperjuangkan peran tsb terkait hal itu adalah kewenangan Apt bukan kewenangan
dokter
• Bisa dilakukan seminar terkait pengaturan apotek online dengan kemenkes, IAI, atau yg
lain. Harus benar-benar dibahas regulasinya.
• Boleh tidak apotek melayani R/ di luar wilayahnya?
• Untuk monitoring online, bisa dilakukan dg pertanyaan spt ceklist, akan meringankan
pekerjaan Apt. Jika hasilnya baik tidak apa. Jika ada gejala lain yg ditemukan, bisa dirujuk
ke dokter.
• Menurut UU 36/2014, profesi harus dikerjakan berdasarkan
kewenangan dan kompetensi yg dimiliki
Pasal 57 (b): kewenangan umum nakes
• Menurut UU 36/2009, pasal 108, praktik kefarmasian diatur pd UU ini
sesuai keahlian & kewenangan. Jika tidak sesuai akan mendapat
sanksi berupa pidana dan denda.
Dokter umum boleh menyimpan obat” darurat, tidak sembarangan.

Anda mungkin juga menyukai