Anda di halaman 1dari 20

Judul: RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN

LINGKUNGAN HIDUP (RKL - RPL) Kegiatan Pengusahaan Panas Bumi untuk PLTP Muara Laboh
250 MW di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat

Penulis: PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML)

Publikasi: PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML)

Reviewer: Rahmad Laksamana Pratama (191410037)

Tanggal Review: 2 September 2021

I. Latar Belakang

Sesuai Perturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib memiliki AMDAL, Pemrakarsa merencanakan melakukan
studi AMDAL sebagai bagian dari studi kelayakan lingkungan. Sebagai kelanjutan dari kegiatan
penyusunan AMDAL ini, maka disusunlah sebuah dokumen berdasarkan prakiraan dan evaluasi
dampak penting dalam bentuk RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan RPL (Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup) dalam satu kesatuan laporan. Laporan ini tersusun atas rencana
pengelolaan dampak penting agar dampak yang ditimbulkan proyek dapat memenuhi ketentuan
baku mutu lingkungan dan / atau meminimalisasi kerusakan lingkungan sehingga dapat menghindari
kemungkinan timbulnya dampak penting yang akan dapat berkembang menjadi isu lingkungan atau
isu sosial yang merugikan berbagai pihak yang berkepentingan. Serta rencana pemantauan
dampak penting guna mengetahui efektivitas hasil pengelolaan lingkungan sehingga dapat menjadi
dasar evaluasi dan penyusunan rencana tindak lanjut untuk menyempurnakan pengelolaan
lingkungan secara terus menerus. Dengan adanya RKL dan RPL ini maka setiap dampak penting
yang ditimbulkan oleh kegiatan dapat terkendali dan teredam hingga tidak berkembang menjadi
isu lingkungan regional, nasional atau bahkan menjadi isu lingkungan internasional.

II. Tujuan

 Memastikan bahwa rencana kegiatan pengusahaan panas bumi untuk PLTP Muara Laboh
mengikuti ketentuan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan dengan
mengelola sumberdaya alam untuk dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
pembangunan ekonomi daerah maupun ekonomi nasional.
 Mengelola dampak penting yang timbul dari kegiatan pengusahaan panas bumi untuk PLTP
Muara Laboh sesuai baku mutu lingkungan untuk meminimalisir dampak negative penting
terhadap lingkungan.
 Melaksanakan pengelolaan lingkungan sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam
FS/Feasibility Study maupun DED/Detail Engineering Design (mitigated impact).
 Mengelola lingkungan secara terpadu dengan menyediakan dana sesuai kebutuhan
pengelolaan lingkungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan sesuai dengan
norma, standar, prosedur dan kriteria yang berlaku.
 Memantau dampak negatif penting dari kegiatan proyek guna memastikan bahwa
pelaksanaan pengelolaan lingkungan telah sesuai dengan standar baku mutu lingkungan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
 Menyampaikan informasi hasil pemantauan lingkungan proyek kepada para pemangku
kepentingan sebagai bahan acuan untuk evaluasi dan pengambilan keputusan serta rencana
tindak lanjut terhadap pengelolaan lingkungan.

III. Literature Review:

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian lingkungan hidup yang
digunakan untuk memprakirakan dampak penting terhadap lingkungan dari suatu rencana kegiatan.
Hasil AMDAL dimaksudkan untuk memberi arahan bagi pihak perancang rencana kegiatan untuk
mengendalikan dampak lingkungan yang diperkirakan terjadi. Dengan demikian, rencana kegiatan
akan menjadi lebih ramah lingkungan dan lebih dapat diterima masyarakat sekitar. Hasil AMDAL
juga menjadi dasar bagi pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang tentang suatu rencana
kegiatan dan memberi jaminan kepada pemberi izin bahwa dampak lingkungan dari rencana
kegiatan dapat dan akan ditanggulangi. AMDAL sebaiknya dilakukan pada tahap awal perencanaan
rencana kegiatan, sebelum diselesaikannya rancang-bangun rinci (detailed engineering design),
agar semua hasil AMDAL dapat menjadi masukan bagi rancang-bangun rinci. Proses AMDAL akan
menghasilkan 4 (empat) buah dokumen utama sebagai berikut (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Proses AMDAL

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dikembangkan berdasarkan arahan dalam
ANDAL dan berisi uraian tentang bagaimana dampak penting negatif akan diminimalisasi dan
dampak penting positif akan dioptimalkan pengaruhnya. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup (RPL) berisi uraian tentang bagaimana dampak-dampak penting akan dipantau untuk
memastikan bahwa pengaruhnya pada lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dapat teratasi.

Peraturan dan penyusunan tentang RKL-RPL ini tertuang dalam PP No.27 Tahun 2012, Kepmen LH
No.45 Tahun 2005, Permen LH No.16 Tahun 2012 dan peraturan-peraturan lain tentang dokumen
lingkungan hidup.
Gambar 3.2 Dampak-Dampak Lingkungan yang Tercantum Dalam RKL-RPL Menurut Lampiran III
Permen LH No.16 Tahun 2012

Rona lingkungan hidup adalah objek yang diperkirakan akan mengalami perubahan lingkungan
akibat rencana kegiatan. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen lingkungan hidup
yang berpotensi terkena dampak akibat rencana kegiatan. Pada tahap ini, Pelaksana Kajian harus
dapat mengenal, secara garis besar, karakteristik lingkungan hidup yang ada di dan sekitar lokasi
yang dipilih untuk rencana kegiatan. Setiap lokasi mempunyai karakteristik yang unik. Oleh
karena itu, sangat penting untuk memahami bagaimana komponen lingkungan di lokasi kegiatan
akan berinteraksi dengan kegiatan yang akan dibangun atau dilakukan.

Komponen lingkungan hidup yang berpotensi menjadi penerima dampak terdiri dari:

 komponen geofisik-kimia, yang meliputi air permukaan dan air bawah-permukaan, udara,
lahan, dan lain sebagainya;
 komponen biologis, yang meliputi flora dan fauna;
 komponen sosial ekonomi dan sosial budaya, yang meliputi ketenagakerjaan, perekonomian
lokal, demografi, hubungan sosial, pola hidup, dan sebagainya; dan
 komponen kesehatan masyarakat, yang meliputi prevalensi penyakit, perubahan tingkat
kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

Informasi yang diperlukan tentang komponen lingkungan sekitar harus dapat menggambarkan
kondisi lingkungan secara umum. Pada tahap ini, data primer sifatnya masih terbatas dan tidak
mendalam (rinci). Sumber-sumber informasi yang digunakan untuk mengenal lokasi adalah sebagai
berikut.
 Informasi sekunder, termasuk dari laporan, peta, data Pemerintah Daerah, informasi
tentang peruntukan lahan (RT/RW daerah), makalah, kliping koran atau majalah, dan
sebagainya.
 Tinjauan lapangan singkat yang dilakukan oleh tim Pelaksana Kajian untuk sekilas
mengenal wilayah yang akan menjadi lokasi kegiatan.
 Hasil konsultasi masyarakat yang dilakukan untuk memperoleh masukan dan informasi dari
masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak atau peduli terhadap kondisi
lingkungan

Keterlibatan masyarakat dalam AMDAL diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999 tentang AMDAL dan secara lebih spesifik dalam Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/
2000. Aturan-aturan ini memberi peran bagi masyarakat untuk memberi masukan dalam proses
pelingkupan dan penilaian dokumen-dokuman AMDAL. Pada intinya, upaya melibatkan masyarakat
dalam AMDAL diharapkan mencakup:

• pengumuman di media massa untuk mengundang tanggapan masyarakat;


• konsultasi masyarakat pada tahap penyusunan KA-ANDAL; dan
• keikutsertaan wakil masyarakat dalam proses penilaian dokumen-dokumen AMDAL.

Untuk dapat melakukan identifikasi penerima dampak, pengumpulan informasi harus dapat
menjawab dua pertanyaan inti, yaitu:

 Komponen (features) lingkungan apa saja yang ada di sekitar lokasi?


 Bagaimana kondisi lingkungan secara umum?

Dampak potensial adalah dampak yang berpotensi terjadi akibat adanya rencana kegiatan di
lokasi yang diusulkan. Inti dari langkah ini adalah mengidentifikasi interaksi antara komponen
rencana kegiatan dengan komponen lingkungan di lokasinya. Langkah ini dilakukan oleh tim
Pelaksana Kajian dengan membayangkan suatu situasi di mana semua dampak mungkin saja terjadi
atau situasi terburuk (worst-case scenario). Dengan demikian, segala macam dampak yang
terpikir akan dicatat.

Hasil dari tahap ini adalah sebuah ‘daftar panjang semua dampak yang mungkin terjadi’, berikut
sebuah peta kasar yang menunjukkan letak komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak
tersebut. Dampak-dampak yang masuk daftar panjang ini masih beragam sifatnya, bisa dampak
besar atau kecil, dampak positif atau negatif, dan dampak penting atau tidak. Pada tahap ini,
semua dampak dituliskan sedangkan evaluasi atau pemilahan dampak berdasarkan sifat dilakukan
pada langkah selanjutnya.

Beberapa alat bantu yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi dampak potensial di
antaranya adalah sebagai berikut.

1. Daftar Uji atau checklist;


2. Matriks;
3. Bagan alir.

Mackenzie & David (1991), dalam bukunya menjelaskan beberapa komponen penting yang
dipelajari dalam aspek Enviromental Engineering, yakni:

• Hydrology;
• Water Treatment;
• Water Quality Management;
• Wastewater Treatment;
• Air Pollution;
• Noise Pollution;
• Solid Waste Management;
• Hazardous Waste Management;
• Ionizing Radiation.

IV. Pembahasan:

Pembahasan dalam kajian ini Sebagian besar berupa daftar dan bagan (matriks).

IV.1. RKL

Rencana kegiatan dan komponen kegiatan proyek pengembangan PLTP Muara Laboh dapat
menimbulkan dampak penting apabila tidak dikelola dengan baik. Untuk mencegah kemungkinan
timbulnya dampak penting tersebut maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan. Rencana
pengelolaan lingkungan PT SEML dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan
teknologi, sosial ekonomi, institusi atau dengan kombinasi. Perusahaan memiliki komitmen tinggi
dalam pengelolaan lingkungan. Dalam upaya mencapai kelayakan lingkungan, Perusahaan tetap
memperhatikan kelayakan teknis dan ekonomi. Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
untuk mencegah dan mengatasi dampak penting terhadap komponen lingkungan fisik-kimia,
biologi, sosial, ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat.
IV.2. RPL
V. Simpulan

Dari pembahasan yang telah dikemukakan dalam kajian ini didapatkan beberapa kesimpulan
diantaranya:

• Dalam suatu penyelengaraan Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup diperlukan suatu kajian tentang dampak yang akan ditimbulkan usaha dan/atau
kegiatan tersebut terhadap lingkungan hidup disekitarnya (Di Indonesia dikenal sebagai
AMDAL)
• Pembuatan dokumen lingkungan hidup (AMDAL (termasuk didalamnya RKL-RPL))
merupakan kewajiban bagi pemrakarsa suatu usaha dan/atau kegiatan yang telah diatur
dalam perundang-undangan yang bersangkutan.
• Pembuatan dokumen lingkungan hidup bukan hanya formalitas semata, namun juga berguna
/ berpengaruh untuk keselamatan, kesehatan, kelangsungan, serta keamanan para pelaku
usaha dan/atau kegiatan tersebut serta kehidupan masyarakat disekitarnya.
• Pembuatan RKL-RPL ini merupakan salah satu komitmen PT Supreme Energy Muara Laboh
(SEML) yang tinggi terhadap program K3LL (Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Lindungan Lingkungan).

VI. Saran

Perlu adanya penambahan foto atau dokumentasi lokasi yang dicantumkan guna untuk memberi
agambaran lebih jelas (mendapat visualisasi) terhadap apa yang telah/akan dilakukan disana. Hal
ini sesuai dengan Kepmen LH No.45 Tahun 2005.
VII. Daftar Pustaka

Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007, Panduan pelingkupan dalam AMDAL, Deputi Bidang
Tata Lingkungan dan DANIDA

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005, Deputi MENLH Bidang
Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup

Mackenzie, L.D., and David A.C. 1991. Introduction to Environmental Engineeering. McGraw-Hill
International editions, 2nd ed. New York.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012, Kepala
Biro Hukum dan Humas

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012,

Anda mungkin juga menyukai