F Kelompok 6 LAPORAN GEOLISTRIK
F Kelompok 6 LAPORAN GEOLISTRIK
UNTUK PERENCANAAN
PEMANFAATAN POTENSI AIR TANAH
Kelompok – VI
Sakban Arifin Panggabean (25)
SannyPenina Tisera (26)
KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakah hasil akhir dari pekerjaan survey, analisis, dan penyusunan
rekomendasi teknis dari hasil kegiatan survey geolistrik untuk identifikasi lapisan akuifer di
bawah permukaan tanah yang kedepannya bisa dibuat acuan untuk melakukan kegiatan
pengambilan Air Tanah dan Air Baku
Demikianlah Laporan Pengukuran Geolistrik Untuk Identifikasi Lapisan Akuifer ini kami
sampaikan guna memberikan gambaran kemajuan pekerjaan yang akan laksanakan.
i
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Maksud Tujuan ................................................................................................. 1
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 4
2.1 Pengertian ........................................................................................................ 4
2.1.1 Air Tanah ............................................................................................ 4
2.1.2 Sistem Air Bawah Tanah ................................................................... 4
2.1.3 Jenis Akuifer Tanah ........................................................................... 5
2.1.4 Tujuan dan Metode Investigasi Airtanah ........................................... 6
2.1.5 Survei Eksplorasi Geofisika ............................................................... 7
2.1.6 Interpretasi Data Survei Eksplorasi Geofisika ................................... 8
2.1.7 Metode Geolistrik ............................................................................... 9
2.1.8 Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Metode Resistivity) ..................... 9
2.1.9 Self Potential (SP) ............................................................................ 10
2.1.10 Induce Polarization (IP).................................................................... 11
2.1.11 Konfigurasi ....................................................................................... 11
2.2 Uraian Teori .................................................................................................... 11
2.2.1 Wenner ............................................................................................. 11
2.2.2 Schlumberger ................................................................................... 12
2.2.3 Menghitung Nilai Resistivitas Semu ................................................ 13
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 19
3.1 Gambaran Umum Lokus ................................................................................ 19
3.1.1 Lokasi Pekerjaan.............................................................................. 19
3.1.2 Geologi ............................................................................................. 20
3.2 Permasalahan ................................................................................................ 21
3.3 Pemecahan masalah ..................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 41
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 41
4.2 Rekomendasi.................................................................................................. 41
ii
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
iii
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
DAFTAR TABEL
iv
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
DAFTAR GAMBAR
v
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sangat penting dalam kehidupan karena mahluk hidup tidak dapat hidup tanpa
adanya air. Jumlah penduduk yang semakin meningkat, membutukan jumlah air yang
cukup. Suatu daerah yang memiliki air terbatas sulit untuk memenuhi kebutuhan penduduk
yang tinggi apalagi diwaktu musim kemarau. Air tanah merupakan salah satu sumber akan
kebutuhan air bagi kehidupan makhluk di muka bumi (Halik dan Widodo, 2008). Air tanah
tersimpan dalam suatu wadah, yaitu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai
kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis
(Sadjab dkk, 2012).
Untuk itu, pada tahap awal diperlukan informasi dasar mengenai keberadaan air
tanah yang memberikan penjelasan informasi tentang lapisan batuan pembawa air tanah,
letak dan ketebalan lapisan akuifer. Informasi tersebut diperolah dengan melakukan survei
geologi bawah permukaan yaitu dengan melakukan pengukuran geolistrik. Maksud dari
pengukuran geolistrik ini adalah untuk mendeteksi keberadaan akuifer air tanah di daerah
penelitian dengan mengetahui jenis litologi, penyebaran, ketebalan dan kedalaman lapisan
batuan pembawa air tanah (akuifer), baik secara vertikal maupun lateral. Sedangkan tujuan
dari penelitian untuk mengetahui lapisan bawah permukaan serta kemungkinan
keberadaan zona akuifer, apabila nantinya di daerah penelitian akan dimanfaatan potensi
air tanahnya secara lebih maksimal.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan intrepretasi data dengan
menggunakan pemodelan 1 dimensi dan dua dimensi sehinnga dapat mendeteksi
keberadaan akuifer air tanah di daerah penelitian dengan mengetahui jenis litologi,
1
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
penyebaran, ketebalan dan kedalaman lapisan batuan pembawa air tanah (akuifer), baik
secara vertikal maupun lateral. Adapun tujuan dilakukannya penyelidikan geolistrik secara
khusus adalah ;
1. Lokasi Pertama di Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie & Desa Kalut,
Kecamatan Ingin Jaya,Kabupaten Aceh Besar.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari pendugaan ini adalah untuk memperoleh
gambaran umum mengenai ketersediaan potensi sumber air bawah tanah yang bisa
dieksploitasi di Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie dan Desa Kalut, Kecamatan
Ingin Jaya, Kab. Aceh Besar, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif
perencanaan penyediaan air bersih saat ini maupun pada saat mendatang.
2. Lokasi Kedua di Desa. Sirna Rasa, Kec. Tanjungsari, Kab. Bogor, Prop. Jawa Barat
Sedangkan tujuan dari penyelidikan ini adalah guna memenuhi kebutuhan air baku
penduduk untuk berbagai keperluan terutama pada musim kemarau.
2
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1. Lokasi kegiatan penelitian berada di di Desa Lamleupung, Kecamatan Cot Glie &
Desa Kalut, Kecamatan Ingin Jaya,Kabupaten Aceh Besar dan di Desa. Sirna Rasa,
Kec. Tanjungsari, Kab. Bogor, Prop. Jawa Barat.
3
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam keadaan jenuh
(saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.
Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan penutup lahan
serta aktivitas manusia. Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer
adalah suatu lapisan batuan atau formasi geologi yang mempunyai struktur yang
memungkinkan air untuk masuk dan bergerak melaluinya dalam kondisi normal.
Sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk kedalam tanah
dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah (ground water) air yang terdapat pada
suatu lapisan batuan yang menyimpan dan meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah
dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam.
Selain itu dikenal pula air tanah magnetik (Vulkanik) yang mempunyai kedalaman
sekitar 3-5 kilometer, air kosmik yang berasal dari meteorit, serta fosil atau connate yakni
air yang terperangkap dalam suatu cekungan dimana proses terjadinya bersamaan dengan
proses terjadinya proses sedimenasi yang berlangsung secara alami dalam waktu
pembentukan yang cukup lama. Air tanah merupakan salah satu komponen dari suatu
sistem peredaran air di alam yang disebut siklus hidrologi. Siklus hidrologi sendiri adalah
suatu proses sikulasi dan perubahan bentuk dari air dialam yang berlangsung secara terus
menerus, baik air yang berada di laut, di atmosfer maupun yang berada di daratan.
Airtanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi menuju ke daerah yang lebih rendah
dan dengan akhir perjalanannya menuju ke laut. Daerah yang lebih tinggi merupakan
daerah imbuhan atau daerah tangkapan (recharge area) dan daerah yang lebih rendah
merupakan daerah lepasan atau luahan (discharge area), yang merupakan daerah pantai
maupun lembah dengan suatu sistem aliran sungai. Berdasarkan perlakuan batuan
terhadap airtanah (menyimpan dan meloloskan air) batuan dapat dibedakan menjadi:
4
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
a) Akuifer
Ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang dapat
melalukan air (permeable) baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang
tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran
konduktivitas hidraulik (K), sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam
jumlah (kuantitas) yang ekonomis.
b) Akuiklud
Ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang impermable
dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil, sehingga tidak memungkinkan
air melewatinya/ lapisan ini disebut juga lapisan pambatas atas dan atau bawah suatu
akuifer tertekan confined aquifer.
c) Akuitar
Ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang permable
dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih memungkinkan air
melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat/ lapisan ini disebut juga
lapisan pambatas atas dan atau bawah suatu semi confined aquifer.
d) Akuifug
Ialah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan airtanah seperti
batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada lapisan batuan tersebut
hanya terdapat pada kekar atau rekahan batuan saja.
Menurut Krussman dan Ridder (1970), berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang
melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer, yaitu: Akuifer terkungkung (confined
aquifer), akuifer setengah terkungkung (semi confined aquifer), akuifer setengah bebas
(semi unconfined aquifer), dan akuifer bebas (unconfined aquifer).
1. Akuifer terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh
lapisan yang kedap air.
5
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Tujuan utama dari investigasi air tanah dalam geofisika adalah mengetahui lapisan bawah
permukaan bumi, sehingga diketahui kemungkinan keterdapatan air tanah dan mineral pada
kedalaman tertentu. Keterdapatan air tanah di dalam bumi tidak bisa kita lihat langsung di
permukaan tanah, tetapi keberadaan, potensi dan karakteristiknya dapat diketahui dengan
mengaplikasikan beberapa metode investigasi air tanah. Secara garis besar, ada dua jenis
investigasi air tanah yaitu investigasi dari permukaan tanah dan investigasi di bawah
permukaan tanah.
a) Metode Geologi: yaitu penggunaan data geologi dan penelitian lapangan untuk
mengetahui kondisi air tanah.
b) Metode Penginderaan Jauh: yaitu penggunaan citra satelit untuk menginterpretasi
kondisi air tanah.
c) Metode Geofisika: yaitu pengukuran sifat-sifat fisik tanah atau batuan untuk
mengetahui kondisi air tanah. Terdapat beberapa jenis metode geofisika yaitu:
1) Metode Geolistrik: metode ini pada prinsipnya adalah dengan mengidentifikasi
adanya perbedaan tahanan (resistensi) jenis batuan apabila dialiri arus listrik.
Metode ini sangat populer dalam studi air tanah.
2) Metode Refraksi Seismik: yaitu dengan mengalirkan getaran dari permukaan
bumi dan mengukur waktu tempuh getaran pada setiap lapisan batuan.
3) Metode Gravitasi: yaitu dengan mengukur perbedaan kerapatan (density)
permukaan bumi untuk mengetahui struktur geologinya.
4) Metode Magnetik: yaitu dengan mengukur kontras-kontras magnetik yang
berkaitan dengan air tanah
6
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Survei eksplorasi geofisika dapat bermanfaat dalam studi tentang masalah geologi
bawah permukaan bumi serta mengenai potensi kedapatan air tanah di bawah permukaan
bumi. Survei eksplorasi geofisika juga dapat berkontribusi pada banyak penyelidikan
terutama yang terkait dengan geologi permukaan.
Namun, metode survei eksplorasi geofisika tidak selalu yang paling efektif dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Misalnya, di beberapa area lubang pengeboran
mungkin terdapat cara yang lebih efektif untuk memperoleh informasi awal pada survei
geofisika. Dalam beberapa penyelidikan, kombinasi pengeboran dan pengukuran geofisika
dapat memberikan rasio biaya dan manfaat secara optimum. Survei geofisika tidak praktis
dalam semua penyelidikan air tanah, tetapi penentuan ini biasanya dapat dilakukan hanya
oleh seseorang dengan kemampuan pemahaman, batasan, dan biaya survei geofisika.
Pada umumnya, teknik utama yang digunakan dalam eksplorasi geofisika adalah:
Beberapa survei geofisika sederhana dapat dilakukan dan dibuat oleh individu
dengan sedikit pengalaman sebelumnya dan dengan investasi dalam peralatan dengan
biaya terjangkau. Akan tetapi survei lain membutuhkan personil yang sangat terampil dalam
bekerja dengan peralatan yang rumit dan mahal. Peralatan yang baik dan keahlian teknis
sangat penting, terutama untuk survei berkualitas tinggi.Menggunakan metode interpretasi
yang sudah usang dalam survei geofisika sering meningkatkan total biaya survei dan
menghasilkan produk yang lebih rendah.
7
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
mengendalikan biaya, sebagai biaya perancangan survei geofisika terutama dengan detail
dan akurasi yang dibutuhkan.
Interpretasi data geofisika dapat sepenuhnya obyektif atau sangat subjektif. Hal ini
dapat berada pada pemeriksaan peta yang sederhana sampai tingkatan operasi yang
sangat canggih dengan melibatkan tenaga terampil dan peralatan pendukung yang
kompleks. Beberapa interpretasi membutuhkan sedikit pemahaman tentang geologi, tetapi
8
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
kualitas sebagian besar interpretasi dapat ditingkatkan jika tim memiliki pemahaman yang
baik tentang geologi. Meski pun beberapa individu sama-sama ahli geofisika dan ahli
geologi yang berpengalaman, usaha kerja sama antara ahli geologi dan geofisika biasanya
merupakan pendekatan yang paling efektif untuk interpretasi data geofisika.
Pengamat dapat mengontrol tingkat masukan energi ke tanah dan juga mengukur
variasi transmissibility energi selama jarak dan waktu. Interpretasi dari jenis data dapat lebih
kuantitatif.
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui sifat-
sifat kelistrikan lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus
listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika aktif, karena arus
listrik berasal dari luar sistem. Tujuan utama dari metode ini adalah mencari resistivitas atau
tahanan jenis dari batuan. Resistivitas atau tahanan jenis adalah besaran atau
parameteryang menunjukkan tingkat hambatannya terhadap arus listrik. Batuan yang
memiliki resistivitas makin besar, menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk dialiri
oleh aruslistrik. Selain resistivitas batuan, metode geolistrik juga dapat dipakai untuk
menentukan sifat-sifat kelistrikan lain seperti potensial diri dan medan induksi.
Resistivitas batuan dapat diukur dengan memasukkan arus listrik ke dalam tanah
melalui 2 titik elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur beda potensial
di permukaan yang sama. Hasil pengukuran geolistrik dapat berupa peta sebaran tahanan
jenis baik dengan jenis mapping atau horisontal maupun sounding atau kedalaman. Hasil
pengukuran geolistrik mapping maupun sounding disesuaikan dengan kebutuhan
diadakannya akuisisi data serta jenis konfigurasi yang digunakan.
Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok
geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan permukaan dengan mempelajari
sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya
9
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
digunakan untuk eksplorasi dangkal. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus danbeda potensial listrik dapat
diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan dibawah titik ukur.
Metode self potential (SP) adalah metode pasif, karena pengukurannya dilakukan
tanpa menginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan potensial alami tanah
diukur melalui dua titik dipermukaan tanah. Potensial yang dapat diukur berkisar antara
beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt.
Self potential adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang
diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang
dikontrol oleh air tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial elektrokinetik,
sedangkan proses kimia akan menimbulkan potensial elektrokimia (potensial liquidjunction,
potensial nernst) dan potensial mineralisasi.
Komponen rekaman data potensial diri yang diperoleh dari lapangan merupakan
gabungan dari 3 (tiga) komponen dengan panjang gelombang yang berbeda, yaitu
efektopografi (TE), SP noise (SPN), dan SP sisa (SPR). Metode potensial diri (SP)
merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya adalah mengukur tegangan
statisalam (static natural voltage) yang berada di kelompok titik – titik di permukaan tanah.
10
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Pengukuran SP dilakukan pada lintasan tertentu dengan tujuan untuk mengukur beda
potensial antara dua titik yang berbeda sebagai V1 dan V2. Cara untuk melakukan
pengukurannya ialah dengan menggunakan dua buah elektroda yang biasanya
menggunakan ‘phorouspot’ untuk memperoleh kontak yang baik antara elektroda dan
lapisan tanah.
Pada prinsipnya dilakukan dengan cara memutuskan arus listrik yang diinjeksikan ke
dalam permukaan bumi. Selanjutnya tampak bahwa beda potensial antara kedua elektroda
tidak langsung menunjukkan angka nol saat aur tersebut diputuskan tetapi turun secara
perlahan dalam selang waktu tertentu. Sebaliknya apabila dihidupkanmaka beda potensial
akan kembali pada posisi semula dalam waktu yang sama. Gejala polarisasi terimbas
dalam batuan termineralisasikan terutama ditentukan reaksi elektrokimia pada bidang
batas antar mineral – mineral logam danlarutan dalambatuan. Gejala IP dapat dilakukan
dengan mengalirkan arus terkontrol melalui bahanyang akan diselidiki. Metode ini biasa
digunakan untuk mencari mineral seperti emas.
2.1.11 Konfigurasi
2.2.1 Wenner
11
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Tahanan jenis semu yang terukur dalam metode ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
𝜌𝑎 = 2𝜋𝑎𝑅 (1)
Dengan a adalah jarak antar elektroda terdekat dan R adalah nilai hambatan yang
terukur. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan
pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang
relatif dekat dengan elektroda AB. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi
homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil
perhitungan.
Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan
faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.
2.2.2 Schlumberger
Tahanan jenis semu yang terukur dalam metode ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
𝜋(𝐿2 −𝑙2 )
𝜌𝑎 = 𝑅 (2)
4𝑙
𝜋(𝐿2 −𝑙2 )
Faktor geometri K =
4𝑙
12
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Dengan a adalah jarak antara pusat pengukuran dan elektrode arus, b adalah jarak
antar elektrode potensial, dan R adalah nilai hambatan yang terukur. Pada konfigurasi
Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secarateoritis
tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah
relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MNhendaknya tidak lebih
besar dari 1/5 jarak AB.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB
relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak
elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada
voltmeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Nilai tahanan jenis semu (apparent resistivity) diperoleh dari setiap perbedaan
perpindahan elektrode arus adalah perkalian antara faktor K dengan nilai tahanan R.
Variasi dari setiap nilai tahanan jenis semu diperoleh dari penambahan atau perpindahan
elektrode arus sesuai dengan penetrasi arus yang masuk. Keadaan operasional yang sama
dapat dilakukan pada aturan Wenner ataupun offset Wenner.
Untuk lapisan tanah yang homogen tahanan jenis semu adalah tetap dan sama
dengan tahanan jenis sebenarnya (true resistivity). Pada lapisan batuan yang berbeda-
beda (heterogen) terdapat perbedaan nilai tahanan, dimana tahanan jenis yang sebenarnya
sesuai dengan perbedaan elektrode arus. Penentuan kedalaman lapisan tergantung pada
13
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
beda elektrode arus AB dan urut-urutan tahanan di bawah muka tanah. Pada umunya
penetrasi kedalaman adalah antara AB/4 sampai AB/10 ataupun AB/3. Tahanan listrik
antara dua titik dapat diketahui dengan Hukum Ohm yaitu:
R = V/I
Dimana:
R = tahanan dalam ohm
V = perbedaan potensial listrik dalam volt
I = perbedaan arus listrik dalam amper
Tahanan atau resistivity dari suatu bahan adalah tahanan antara dua sisi yang
berlawanan pada suatu tabung, dan mempunyai satuan ohm-meter. Tahanan dari bahan
atau material berbanding terbalik dengan daya hantar listrik (conductivity). Tahanan dari
suatu kawat uniform yang panjang atau contoh inti batuan berbentuk silinder (Gambar 4.1)
adalah:
R = ρ L/A = ρ/K
Dimana:
ρ = tahanan jenis dalam ohm-meter
L = panjang dalam meter
A = luas area dalam m2
K = faktor geografis
14
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Gambar 2. 3 Skema Diagram untuk Mengukur Tahanan Jenis pada Contoh Inti
(M.H. Loke, 2004)
Gambar 2. 4 Aliran Arus Listrik pada Tanah Homogen (M.H. Loke, 2004)
15
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
16
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
17
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
18
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
BAB III
PEMBAHASAN
a) Aceh Besar
Kabupaten Aceh Besar secara geografis terletak pada koordinat 5,5 0 sampai
dengan 5,80 Lintang Utara (LU) dan 95,00 sampai dengan 95,80 Bujur Timur (BT)
dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Utara : Selat Malaka, Kota Sabang dan Kota Banda Aceh
Selatan : Kabupaten Aceh Jaya
Barat : Kabupaten Pidie
Timur : Samudera Indonesia
19
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
b) Lokasi penyelidikan terletak pada batas Kabupaten Bogor dibagian utara dan
Kabupaten di bagian selatan, yaitu Desa Sirna Rasa, Kecamatan Tanjungsari,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, seperti dapat dilihat pada gambar 3.2.
Lokasi penyelidikan terletak sekitar 20 km ke arah utara dari Cianjur. Lokasi
penyelidikan dapat dicapai menggunakan kendaraan roda empat.
20
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
mengandung olivin dan dan ortoklas. Batuan tertua ditempati oleh Satuan batuan sedimen
yang berumur Tersier yaitu Formasi paling tua pada daerah survei merupakan batuan
sedimen yaitu pada Formasi Mttc, Mtts dan Mttb; Formasi Mttc; Formasi Cantayan,
Anggota Batulempung; Batulempung, serpih tufan mengandung belerang, lignit dan
kongkresi batulempung. Formasi Mtts; Formasi Cantayan, Anggota Batulpasir; Batupasir
berlapis baik, serpih pasiran dan lempung pasiran. Formasi Mttb; Formasi Cantayan,
Anggota Breksi; Breksi polemik mengandung komponen besifat basal, andesit dan
batugamping koral. Sisipan batupasir andesit pada bagian atas.
3.2 Permasalahan
1. Belum diketahuinya lokasi akuifer terbaik dan paling efektif untuk mendapatkan air
tanah dan air baku di lokasi penelitian.
2. Diperlukan intrepretasi dan analisis satu dimensi terkait potensi akuifer yang ada di
2 (dua) kecamatan berbeda, yaitu Kecamatan Cot Glie pada Desa Lamleupung dan
Kecamatan Ingin Jaya pada Desa Kalut.
3. Diperlukan intrepretasi dan analisis satu dimensi terkait potensi akuifer yang ada di
Desa Sirna Rasa, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Pemodelan 1 Dimensi di Desa Kalut dan Desa Lamleupung Kabupaten Aceh Besar
Untuk mengatasi permasalahan diatas diperlukan analisis 1 dimensi dan 2 dimensi untuk
mengetahui resistivitas pada kedalaman tertentu sehingga setelah itu dapat diplotkan dan
dilakukan interpretasi terhadap pemodelan yang dilakukan. Pemodelan menggunakan
perangkat lunak PROGRESS dan setelah itu Litologi di interpretasikan dengan
menggunakan perangkat lunak Rockware. Dengan menggunakan perangkat lunak
Rockware analisis 1 dimensi pada masing-masing titik dapat dianalogikan menjadi model
2D dan 3D yang sangat membantu dalam melakukan interpretasi.
21
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Nilai yang direkomendasikan untuk lokasi pengambilan akuifer adalah pada tanah lanau
dan pasiran. Adapun hasil dari analisis yang dilakukan dibuat dalam bentuk tabel
kedalaman dan jenis litologi tanah/batuan yang ada pada masing-masing titik koordinat
penyelidikan geolistrik pada sumur-sumur rencana pengeboran. Pemodelan 1 dimensi
dimodelkan pada KLT-1 sampai dengan KLT-5 dan LLP-1 sampai dengan LLP-5.
Hasil Analisis Litologi pada berbagai Kedalaman pada Titik KLT-1 sampai dengan KLT-5
Bore Depht1 Depht2 LITO Lithology Resistivity
KLT-1 0 0.98 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 1.94
KLT-1 0.98 2.49 TLP Tanah Lanau, Pasiran 64.51
KLT-1 2.49 7.92 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.77
KLT-1 7.92 11.96 TLP Tanah Lanau, Pasiran 76.21
KLT-1 11.96 111.42 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 6.58
KLT-1 111.42 160 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 12.16
KLT-3 0 0.39 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 7.1
KLT-3 0.39 1.15 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 1.56
KLT-3 1.15 2.24 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 10.66
KLT-3 2.24 3.46 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 1.14
KLT-3 3.46 5.38 TLP Tanah Lanau, Pasiran 20.35
KLT-3 5.38 8.77 AL Air Laut 0.3
KLT-3 8.77 17.74 TLP Tanah Lanau, Pasiran 110.3
KLT-3 17.74 73.34 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 1.73
KLT-3 73.34 192.45 TLP Tanah Lanau, Pasiran 146.97
KLT-3 192.45 275 BDTTK Batuan Dasar Terisi Tanah Kering 606.71
KLT-5 0 0.5 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 4.34
KLT-5 0.5 1.33 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 13.22
KLT-5 1.33 2.48 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.83
22
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Hasil Analisis Litologi pada berbagai Kedalaman pada Titik LLP-1 sampai dengan LLP-5
Bore Depht1 Depht2 LITO Lithology Resistivity
LLP-1 0 1.08 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 13.15
LLP-1 1.08 1.59 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 3.69
LLP-1 1.59 18.99 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 10.79
LLP-1 18.99 28.87 TLP Tanah Lanau, Pasiran 52.26
LLP-1 28.87 238 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 7.76
LLP-1 238 350 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 4.16
LLP-2 0 0.27 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 155.82
LLP-2 0.27 1.57 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 11.07
LLP-2 1.57 2.44 TLP Tanah Lanau, Pasiran 43.61
LLP-2 2.44 4.12 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 6.63
LLP-2 4.12 6.7 TLP Tanah Lanau, Pasiran 40.83
LLP-2 6.7 18.03 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 5.85
LLP-2 18.03 26.84 TLP Tanah Lanau, Pasiran 140.63
LLP-2 26.84 98.02 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.55
LLP-2 98.02 239.89 TLP Tanah Lanau, Pasiran 16.65
LLP-2 239.89 350 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 3.06
LLP-3 0 0.4 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 52.23
LLP-3 0.4 2.54 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 9
LLP-3 2.54 5.06 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 198.55
LLP-3 5.06 9.78 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 4.91
LLP-3 9.78 22.34 TLP Tanah Lanau, Pasiran 80.9
LLP-3 22.34 55.75 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 2.38
LLP-3 55.75 129.35 TLP Tanah Lanau, Pasiran 23.18
LLP-3 129.35 320.26 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.23
LLP-3 320.26 250 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 3.06
23
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
LLP-5 0 0.04 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 3.5
LLP-5 0.04 3.91 TLP Tanah Lanau, Pasiran 18.83
LLP-5 3.91 6.71 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 227.52
LLP-5 6.71 12.77 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 3.53
LLP-5 12.77 28.11 TLP Tanah Lanau, Pasiran 31.14
LLP-5 28.11 53.58 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 5.16
LLP-5 53.58 104.07 TLP Tanah Lanau, Pasiran 18.08
LLP-5 104.07 250 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 1.62
24
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
25
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
26
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
27
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
28
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
29
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
30
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
31
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
32
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
33
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
34
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Berdasarkan analisis pemodelan 1 dimensi diatas pada lokasi Desa Kalut dan Desa
Lamleupung memiliki nilai resistivitas yang beragam, dimana masing-masing terdiri dari
berbagai kategori mulai dari tanah lempung, pasir, dan batuan. Untuk mempermudah
analisis maka pada masing-masing penampang tersebut akan dibuatkan potongan cross
section nya agar mampu melihat bagaimana litologi batuan dan tanah yang ada dibawah
permukaan.
Gambar 3. 13 Hasil Analisis pada Cross Section Borehole KLT-1 sampai dengan KLT-5
Pada gambar diatas kita dapat melihat litologi masing-masing dibawah permukaan yang
ada. Cross Section A-A diatas merupakan hasil simplifikasi dari tabel yang ada
sebelumnya. Dengan melihat profil potongan secara memanjang kita dapat melihat bahwa
ddesa Kalut didominasi oleh tanah lanau dan pasiran dimana jenis tanah tersebut
merupakan lokasi akuifer yang baik untuk pengeboran air tanah. Nilai resistivitas untuk
tanah lanau, pasiran sekitar 15-150 Ωm. Tanah lanau, pasiran disimbolkan dengan huruf
TLP dengan warna kuning diatas. Menurut kami lokasi pengeboran untuk air tanah di desa
Kelut sebaiknya pada STA 150 m sampai dengan STA 280 m dengan kedalaman
pengambilan berkisar antara 80-180 meter.
35
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Gambar 3. 14 Hasil Analisis pada Cross Section Borehole LLP-1 sampai dengan LLP-5
Pada gambar diatas kita dapat melihat litologi masing-masing dibawah permukaan yang
ada. Cross Section A-A diatas merupakan hasil simplifikasi dari tabel yang ada
sebelumnya. Dengan melihat profil potongan secara memanjang kita dapat melihat bahwa
ddesa Kalut didominasi oleh tanah lanau dan pasiran dimana jenis tanah tersebut
merupakan lokasi akuifer yang baik untuk pengeboran air tanah. Nilai resistivitas untuk
tanah lanau, pasiran sekitar 15-150 Ωm. Tanah lanau, pasiran disimbolkan dengan huruf
TLP dengan warna kuning diatas. Menurut kami lokasi pengeboran untuk air tanah di desa
Lamleupung sebaiknya pada STA 100 m sampai dengan STA 200 m dengan kedalaman
pengambilan berkisar antara 80-205 meter. Jika dilakukan perbandingan antara Desa Kalut
dengan Desa Lamleupung dapat disimpulkan bahwa Potensi Akuifer yang ada di Desa
Kalut jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi akuifer yang ada di desa Lamleupung.
Untuk melakukan validasi terhadap hasil analisis maka akan dibandingkan dengan peta
hidrogeologi Indonesia yang ada di Kabupaten Aceh.
36
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Dari peta hidrogeologi tersebut dapat dilihat bahwa untuk desa Kalut merupakan area
akuifer dengan penyebaran luas (ekstensif, produktif akuifer). Akuifer berlapis banyak
dengan keterusan sedang, muka air tanah atau tinggi psimoteri air tanah dekat di atas muka
tanah, debit sumur dapat mencapai 10 liter/detik. Sedangkan di desa Lamleupung
merukapan zona akuifer produktif sedang, dengan debit sumur mencapai 5 liter/detik.
Sehingga selain melakukan pengeboran pada zona akuifer sebaiknya ditambahkan dari air
permukaan untuk menambah debit untuk kebutuhan air baku di desa tersebut.
Pemodelan Dua Dimensi di Ds. Sirna Rasa, Kec. Tanjungsari, Kab. Bogor
Pemodelan Dua Dimensi untuk penyelidikan geolistrik bawah permukaan di Desa Sirna
Rasa digunakan untuk mencari bahan galian dan sumber air baku untuk masyarakat
37
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
sekitar. Hasil pemodelan yang dilakukan dilakukan dua kali iterasi dengan menggunakan
dua komputer yang berbeda. Dimana dengan melakukan perhitungan sampai 5x iterasi
mendapatkan dua hasil yaitu nilai RMS =4.8% dan nilai RMS=4.0%. Pada analisis yang
pertama hasil dibandingkan dengan analisis yang ada pada risalah dapat disimpulkan hasil
pemodelan tidak berbeda jauh.
Berdasarkan analisis diatas pengambilan pada zona akuifer dapat diambil pada STA 110
– 320 meter namun kedalaman hanya diperbolehkan sedalam 30 meter karena dibagian
bawah permukaan terdapat batuan keras.
38
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Berdasarkan pemodelan diatas dapat informasi bawah batuan didomininasi oleh batuan
keras dapat dilihat dengan nilai resistivitas maksimum mencapai 18757 Ωm. Sementara
lokasi yang cocok untuk pengambilan air tanah adalah lokasi dengan nilai resistivitas
berkisar antara 15-150 Ωm. Berdasarkan data diatas lokasi yang cocok untuk pengambilan
39
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
air tanah berada pada STA 100 meter – 120 meter dan STA 320 – 340 meter dengan
kedalaman sumur maksimum mencapai 60 meter. Untuk itu kami melakukan validasi
dengan menggunakan peta hidrogeologi di sekitar Kabupaten Bogor pada zona akuifer
tinggi dan luas penyebarannya dimana umumnya sumur memiliki debit sekitar 5 liter/detik
sehingga diperlukan bantuan air permukaan untuk memenuhi kebutuhan air baku yang
lebih besar.
40
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada Lokasi Penyelidikan Geolistrik Desa Kalut merupakan zona akuifer dengan
penyebaran luas (ekstensif, produktif akuifer). Akuifer berlapis banyak dengan
keterusan sedang, muka air tanah atau tinggi psimoteri air tanah deka tata di atas
muka tanah, debit sumur dapat mencapai 10 liter/detik. Lokasi pengeboran untuk
air tanah di desa Kelut sebaiknya pada STA 150 m sampai dengan STA 280 m
dengan kedalaman pengambilan berkisar antara 80-180 meter.
3. Pada Lokasi Penyelidikan Geolistrik di Desa Sirna Rasa termasuk zona akuifer
tinggi dan luas penyebarannya dimana umumnya sumur memiliki debit sekitar 5
liter/detik sehingga diperlukan bantuan air permukaan untuk memenuhi kebutuhan
air baku yang lebih besar. Lokasi yang cocok untuk pengambilan air tanah berada
pada STA 100 meter – 120 meter dan STA 320 – 340 meter dengan kedalaman
sumur maksimum mencapai 60 meter.
4.2 Rekomendasi
Untuk memenuhi kebutuhan air baku dari masyarakat tersebut sebaiknya dilakukan
pertimbangan terkait penggunaan air permukaan dari run-off hujan sehingga masyarakat
dapat mencari alternatif lain selain pengeboran air tanah bawah permukaan.
41
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
DAFTAR PUSTAKA
Jati, Bambang Murdaka Eka, Priyambodo, Tri Kuntoro. 2010. Fisika Dasar Listrik-Magnet
Lilik, Hendrajaya dan Idam Arif. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Bandung: Laboratorium
Telford, W.M., Geldart, L.P., dan Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics 2nd Edition. New
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys, D.A. 1976. Applied Geophysics: Edisi 1.
Tata cara pengukuran geolistrik Schlumberger untuk eksplorasi air tanah (SNI 03-2818-1992)
Tata cara pengukuran geolistrik Schlumberger untuk eksplorasi air tanah (SNI-2818-2021)
42
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Lampiran
43
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
44
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
45
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
46
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
47
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
48
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
49
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Hasil Analisis Litologi pada berbagai Kedalaman pada Titik LLP-1 sampai dengan LLP-5
Bore Depht1 Depht2 LITO Lithology Resistivity
LLP-1 0 1.08 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 13.15
LLP-1 1.08 1.59 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 3.69
LLP-1 1.59 18.99 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 10.79
LLP-1 18.99 28.87 TLP Tanah Lanau, Pasiran 52.26
LLP-1 28.87 238 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 7.76
LLP-1 238 350 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 4.16
LLP-2 0 0.27 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 155.82
LLP-2 0.27 1.57 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 11.07
LLP-2 1.57 2.44 TLP Tanah Lanau, Pasiran 43.61
LLP-2 2.44 4.12 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 6.63
LLP-2 4.12 6.7 TLP Tanah Lanau, Pasiran 40.83
LLP-2 6.7 18.03 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 5.85
LLP-2 18.03 26.84 TLP Tanah Lanau, Pasiran 140.63
LLP-2 26.84 98.02 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.55
LLP-2 98.02 239.89 TLP Tanah Lanau, Pasiran 16.65
LLP-2 239.89 350 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 3.06
LLP-3 0 0.4 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 52.23
LLP-3 0.4 2.54 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 9
LLP-3 2.54 5.06 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 198.55
LLP-3 5.06 9.78 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 4.91
LLP-3 9.78 22.34 TLP Tanah Lanau, Pasiran 80.9
LLP-3 22.34 55.75 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 2.38
LLP-3 55.75 129.35 TLP Tanah Lanau, Pasiran 23.18
LLP-3 129.35 320.26 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.23
LLP-3 320.26 250 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 3.06
LLP-5 0 0.04 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 3.5
LLP-5 0.04 3.91 TLP Tanah Lanau, Pasiran 18.83
LLP-5 3.91 6.71 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 227.52
LLP-5 6.71 12.77 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 3.53
LLP-5 12.77 28.11 TLP Tanah Lanau, Pasiran 31.14
LLP-5 28.11 53.58 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 5.16
50
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
51
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
52
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
53
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
54
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
55
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
56
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
1000
App. Resistivity
100
10
1
1 10 100 1000
AB/2 (meter)
57
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
Hasil Analisis Litologi pada berbagai Kedalaman pada Titik KLT-1 sampai dengan KLT-5
Bore Depht1 Depht2 LITO Lithology Resistivity
KLT-1 0 0.98 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 1.94
KLT-1 0.98 2.49 TLP Tanah Lanau, Pasiran 64.51
KLT-1 2.49 7.92 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.77
KLT-1 7.92 11.96 TLP Tanah Lanau, Pasiran 76.21
KLT-1 11.96 111.42 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 6.58
KLT-1 111.42 160 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 12.16
KLT-3 0 0.39 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 7.1
KLT-3 0.39 1.15 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 1.56
KLT-3 1.15 2.24 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 10.66
KLT-3 2.24 3.46 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 1.14
KLT-3 3.46 5.38 TLP Tanah Lanau, Pasiran 20.35
KLT-3 5.38 8.77 AL Air Laut 0.3
KLT-3 8.77 17.74 TLP Tanah Lanau, Pasiran 110.3
KLT-3 17.74 73.34 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 1.73
KLT-3 73.34 192.45 TLP Tanah Lanau, Pasiran 146.97
KLT-3 192.45 275 BDTTK Batuan Dasar Terisi Tanah Kering 606.71
KLT-5 0 0.5 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 4.34
KLT-5 0.5 1.33 TLTLBL Tanah Lanau dan Tanah Lanau Basah Lembek 13.22
KLT-5 1.33 2.48 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.83
KLT-5 2.48 4.49 TLP Tanah Lanau, Pasiran 60.92
KLT-5 4.49 6.34 AL Air Laut 0.72
KLT-5 6.34 23.39 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 13.86
KLT-5 23.39 36.4 AL Air Laut 0.4
KLT-5 36.4 125.94 BDTL Batuan Dasar Tak Lapuk 1362.32
KLT-5 125.94 146.1 BDBTTL Batuan Dasar Berkekar Terisi Tanah Lembab 168.78
KLT-5 146.1 250 TLBL Tanah Lempung, Basah Lembek 2.2
58
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
59
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
60
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
61
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
62
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
63
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
64
Analisis Data Dan Interpretasi Data Hasil Geolistrik 2d Untuk Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Air Tanah Dan Air Baku
65