4/Apr/2019
TINJAUAN HUKUM TENTANG KEJAHATAN kejahatan tentunya ada pelaku atau penjahat
PERANG DALAM KONFLIK BERSENJATA kususnya dalam konflik bersenjata, maka
MENURUT HUKUM INTERNASIONAL1 daripada itu hukum pidana internasional
Oleh: Yosua Kereh2 mempunayi tanggung jawab dengan para
penjahat perang untuk diadili seadil-adil
ABSTRAK mungkin karena penjahat perang tidak
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mementingkan aspek-aspek kemanusiaan
mengetahui bagaimana pengaturan kejahatan dalam peperangan. Untuk itu (ICC)
perang dalam konflik bersenjata menurut internasional kriminal court menjadi pedoman
hukum internasional dan bagaimana utama sebagi pengadilan utama dalam
pengaturan konflik bersenjata menurut hukum menangani kejahatan perang dimasa kini.
humaniter internasional dan hukum pidana Karena pengadilan internasional ini memiliki
internasional. Dengan menggunakan metode sifat permanen berbeda dengan ICTY dan ICTR.
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. Kata kunci: Tinjauan Hukum, Kejahatan Perang,
Pengaturan tentang kejahatan perang dalam Konflik Bersenjata, Hukum Internasional
konflik bersenjata menurut hukum humaniter
dan hukum pidana internasional yang berlaku PENDAHULUAN
serta melanggar ketentuan Pasal 3 konvensi A. Latar Belakang
jenewa 1949. Pada dasarnya perang tidak Perang adalah suatu tindakan atau aksi fisik
dilarang dalam hukum humaniter internasional maupun non fisik di dalam usaha
dan hukum pidana internasional, tetapi memperebutkan suatu hal yang tentunya
bagaimana perang itu diatur oleh karna bernilai penting di mata peserta perang. Dalam
mementingkan faktor-faktor kemanusiaan. Dan arti sempit berada di dalam kondisi
pada dasarnya kejahatan perang tidak diakui permusuhan antara dua kelompok manusia
serta tidak di dukung dengan dasar apapun yang memiliki pendapat berbeda sehingga
oleh karena kejahatan perang melanggar menimbulkan konflik, sehingga di antara dua
aturan-aturan serta perjanjian yang menjadi kelompok manusia ini menyatakan perang yang
dasar cabang ilmu pengetahuan hukum bertujuan untuk menyelesaikan masalah atau
humaniter internasional serta yuridiksi hukum konflik sekaligus menyisakan rasa sakit dan
pidana internasional. 2. Pengaturan konflik kerugian besar anatara dua kelompok ini yang
bersenjata menurut Hukum Humaniter dan berperang.
hukum pidana internasional. Kedua cabang Berbeda halnya dengan kata kejahatan dari
ilmu ini memiliki peran yang berbeda dalam sudut pandang hukum menilai bahwa
cakupan hukum internasional (internasional kejahatan yaitu setiap tingkah laku manusia
law). Dibenarkan untuk tujuan suatu negara yang melanggar aturan hukum yang
yang terlibat dalam perang perjanjian dimana menyebabkan dampak hukum. Suatu
hal Konvensi tidak bertujuan untuk mendukung perbuatan dianggap bukan kejahatan apabila
kejahatan perang dalam konflik bersenjata perbuatan tersebut tidak dilarang didalam
tetapi bertujuan untuk mementingkan aspek suatu aturan hukum yang berlaku.
kemanusiaan, serta apa saja yang dapat Begitupun dengan halnya, konflik bersenjata
digunakan dalam perang atau konflik adalah suatu peristiwa penuh dengan
bersenjata. Hal ini bertujuan untuk melindungi kekerasan dan permusuhan antara pihak-pihak
segenap manusia yang terlibat bahkan tidak yang bertikai. Dalam sejarah konflik bersenjata
terlibat dalam perang agar supaya mengurangi telah terbukti bahwa konflik tidak saja
penderitaan yang tidak semestinya dirasakan dilakukan secara adil, tetapi juga menimbulkan
manusia oleh akibat kejahatan perang. Berbeda kekejaman.3 Berbicara mengenai konflik
dengan hukum pidana internasional yaitu bersenjata tentunya harus terdapat beberapa
secara garis besar dapat dikatakan dimana ada pihak atau 2 (dua) negara yang memiliki
1 3
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Natalia L. Asep Darmawan, Prinsip Pertanggungjawaban Pidana
Lengkong, S.H., M.H; Dr. Deicy N. Karamoy, S.H., M.H Komandan Dalam Hukum Humaniter Kumpulan Tulisan,
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat,NIM. Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM Fakultas Hukum
15071101137 Universitas Trisakti, Jakarta, 2005, hlm. 51
95
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 4/Apr/2019
96
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 4/Apr/2019
Bahkan, tidaklah berlebihan untuk mengatakan konflik bersenjata, terdapat dua jenis konflik
bahwa pada awal kemunculannya konsep bersenjata yaitu bersenjata internasional dan
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan konflik bersenjata noninternasional yang akan
(crimes against humanity) bersumber pada dijelaskan lebih lanjut.13
konsep kejahatan perang.9 Hukum Actus reus dalam sebuah kejahatan
internasional yang secara langsung mencakup mempunyai dua bentuk. Yang pertama adalah
hukum humaniter internasional dan hukum actus reus dimana tindakan yang dilakukan oleh
pidana internasional yang mengatur tentang si pelaku adalah tindakan yang dilarang oleh
perang serta pelaku kejahatan perang. hukum. Sedangkan yang kedua adalah actus
Kejahatan perang merupakan suatu reus dimana yang dilarang oleh hukum
tindakan yang berdasar pada suatu tindakan bukanlah tindakannya tetapi akibat yang
yang melanggar hukum dan kebiasaan tersebut ditimbulkan oleh tindakan tersebut.14
ada didalam suatu konflik bersenjata. Adapun Unsur Mens Rea, pada dasarnya tidak ada
istilah “kejahatan perang” lebih tepat dipahami definisi yang pasti yang diterima sebagai hukum
bukan sebagai pelanggaran serius terhadap kebiasaan internasional dari Mens Rea. Satu
hukum perang (dalam arti sempit), melainkan pengecualian adalah Pasal 30 dari Statuta
pelanggaran serius terhadap hukum Roma International Criminal Court, namun
humaniter.10 Pasal ini cenderung memberikan definisi mens
Kejahatan merupakan pelanggaran terhadap rea yang khusus untuk kejahatan dalam juridiksi
hukum-hukum perang atau hukum humaniter International Criminal Court dibanding menjadi
internasional yang mendatangkan tanggung suatu definisi yang sudah diakui sebagai hukum
jawab kriminal individu. Pengadilan Militer kebiasaan internasional.15
Internasional di Nuremberg mendefinisikan Mengacu terhadap ketentuan pasal 8 ayat 2
kejahatan perang sebagi “pelanggaran (c) dan (e) Statuta Roma yang mana pasal
terhadap hukum atau kebiasaan hukum”, tersebut tunduk pada ketentuan pembatasan
termasuk pembunuhan, perlakuan buruk, atau yang ditetapkan pada pasal 8 ayat 2 (d) dan (f)
deportasi penduduk sipil dalam wilayah yang yang bukan merupakan unsur kejahatan.
telah diduduki, pembunuhan atau perlakuan Unsur-Unsur kejahatan perang dibawah pasal 8
buruk terhadap tahanan perang, pembunuhan ayat 2 dari Statuta Roma harusditafsirkan
sandera, perampasan barang-barang publik dengan memperhatikan kerangka yang sudah
atau harta milik pribadi; perusakan tanpa dikembangkan dalam hukum internasional
alasan atas kota-kota; dan penghancuran tanpa tentang konflik bersenjata yang mencakupi
kepentingan militer.11 sebagaimana mestinya.
Kejahatan perang juga memiliki unsur-unsur, Berkaitan dengan 2 unsur terakhir yang
antara lain adalah unsur kontekstual, unsur terdapat dalam masing-masing kejahatan
actus reus, dan mens rea.12 didapatkan tiga poin utama :
Didalam konflik bersenjata (armed conflict) a) Tidak memerlukan persyaratan untuk
tak dapat dipungkiri lagi, tentunya terdapat evaluasi hukum oleh pelaku tentang
suatu kejahatan perang. Keadaan tersebut tak eksistensiatau status konflik bersenjata
dapat dipungkiri lagi bahwa telah diakui dan atau karakternya sebagai bersfat nasional
dinyatakan dalam berbagai kasus yang telah atauinternasional;
terjadi dan sudah mendapatkan suatu putusan b) Dalam konteks tersebut, tidak
maupun yang sementara dalam proses di diperlukan persyaratan soal kesadaran
pengadilan internasional. Berbicara mengenai dari pelaku untukfakta-fakta yang
9 13
Arie Siswanto, Op.Cit., Hlm.146. Sylvain Vite, “Typology of Armed Conflicts in
10
Arie Siswanto, Op.Cit, hlm.166 International Humanitarian Law: Legal Concepts and
11
Steven R.Ratner, Kategori Kejahatan Perang, dalam Roy Actual Situations”, International Review of the Red Cross,
Gutman dan David Reff, ed., Kejahatan Perang yang Harus 2009, hlm 90
14
Diketahui Publik, t.t., Program Pelatihan Jurnalistik “Actus Reus Lecture” dimuat dalam
Televisi, 2004, hal 426. http://www.lawteacher.net/PDF/Actus%, diakses tanggal
12
Knut Dormann, “Elements of Crimes under the Rome 19 Maret 2019, pukul 09.31
15
Statute of the International Criminal Court”, : Cambridge Antonio Cassese, “International Criminal Law”, Oxford
University Press, Cambridge, 2003, hal.10 University Press, Oxford, 2003, hlm.160
97
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 4/Apr/2019
98
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 4/Apr/2019
3) Tujuan atau maksud dari dilakukan oleh negara, kelompok yang berbasis
eksperimen tersebut tidak untuk militer dalam konflik bersenjata atau perang,
terapi atau pengobatan dan juga yang dimana perbuatan atau tindakannya
tidak dibenarkan baik berdasarkan memenuhi kriteria dari beberapa unsur
alasan alasan medis maupun kejahatan perang diatas maka, dapat dikatakan
berdasarkan kepentingan orang instansi, individu, atau negara yang terlibat
atau orang-orang itu; dalam konflik bersenjata itu sendiri mempunyai
4) Orang atau orang-orang itu julukan sebagai penjahat dalam perang
dilindungi oleh satu atau lebih (penjahat perang).
Konvensi Jenewa 1949;
5) Pelaku menyadari atau tahu soal B. Pengaturan Konflik Bersenjata Menurut
keadaan-keadaan faktual yang Hukum Humaniter dan Hukum Pidana
menentukan statusdilindungi itu; Internasional
6) Tindakan atau perbuatan tersebut 1. Menurut Hukum Humaniter
terjadi dalam konteks dan dalam Dengan di tanda tanganinnya Kongres wina
kaitan dengankonflik bersenjata tahun 1815, perang berlangsung menurut jeda
internasional; waktu tertentu, dimana intensitasnya rendah
7) Pelaku menyadari atau tahu soal dan rakyat tidak banyak terlibat. Pada era ini
keadaan atau situasi faktual yang praktik-praktik kebiasaan perang mulai di
menentukan eksistensi konflik terapkan sebagai aturan bagi pihak-pihak yang
bersenjata itu. berperang. Pada prinsipnya, praktik-praktik
e) Pasal 8 (2) (a) (iv) tersebut dimotivasi oleh keinginan negara dan
Kejahatan perang berupa perusakan pemerintah pihak-pihak yang berperang untuk
dan perampasan hak milik. Unsur unsurnya: mendapatkan hak-hak resipositasnya, atau di
1) Pelaku menghancurkan atau sebut if you and I at war, and if you don’t kill
merampas hak milik tertentu dari and tortur your prisoner of war, I will not kill
orang lain; and torture my prisoner of war either.16 Dengan
2) Penghancuran atau perampasan demikian, perang menurut aliran positivism
tersebut tidak dibenarkan demi perang berlangsung secara terkendali, bisa
kepentingan militer; diprediksi, dan cukup beradap”.17
3) Penghancuran atau perampasan Disebutkan beberapa peraturan pada masa
itu bersifat ekstensif atau besar- itu :18
besaran dan dilakukansecara tidak a. Perang harus diumukan lebih dahulu
berperikemanusiaan; sebelum dimulai.
4) Hak milik semacam itu dilindungi b. Combatan harus memakai seragam yang
oleh satu atau lebih Konvensi berbeda supaya bisa dibedakan dari yang
Jenewa 1949 non kombatan.
5) Pelaku menyadari atau tahu soal c. Pengrusakan, pembunuhan, dan
keadaan-keadaan faktual yang penghancuran harus dibedakan sesuai
menentukan status dilindungi dengan kebutuhan militer (military
tersebut; niccessty).
6) Tindakan atau perbuatan tersebut d. Hanya sasaran militer yang dapat dibom
terjadi dalam konteks dan dalam atau dihancurkan.
kaitan dengan konflik bersenjata e. Tawanan perang tidak boleh di bunuh
internasional; atau dianiaya, harus diberi makan dan
7) Pelaku menyadari atau tahu soal pakaian dan harus dijaga kesehatannya
keadaan atau situasu faktual yang selama ditahan.
menentukaneksistensi konflik
bersenjata itu. 16
T.A Coloumbis and james H. wolfe, Intruduction to
Dari sekian unsur-unsur diatas tentang international relation: Power and justice, New Jersey:
kejahatan perang maka dapat di dilihat bahwa, Partice Hall Inc., 1990, hlm 262.
17
setiap perbuatan ataupun tindakan yang Ibid., hlm 262.
18
Ibid., hlm 262.
99
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 4/Apr/2019
f. Perawat-perawat rumah sakit, Palang keepat konvensi jenewa 1949. Statuta Roma
Merah, dan kendaraan-kendaraan yang (ICC) juga mendefinisikan kejahatan perang
bertanda bulan sabit Merah harus sebagai pelanggaran berat terhadap hukum dan
dibebaskan dari serangan militer. kebiasaan yang berlaku dalam pertikaian
g. Museum, gedung-gedung sejarah, dan bersenjata. Karena hukum pidana internasional
tempat-tempat suci termasuk kota-kota bersumber dari:
yang tidak dijaga dan atau tidak a. Hukum Internasional Mengenai Masalah-
dipertahankan tidak boleh dibom. Masalah Pidana/ Kejahatan.
h. Penduduk di wilayah yang diduduki harus b. Hukum Pidana Nasional Yang
dijaga dan dipimpin dengan baik; wanita Mengandung Dimensi-Dimensi
dan anak-anak tidak boleh di perkosa. Internasional.
i. Hak milik pribadi boleh diambil dengan Dikarena pidana internasional bersumber
ganti rugi setimpal atau pantas. dari hukum internasional, dan hukum
j. Dan sebagainya. internasional mempunyai badan legislatif yang
Dari uraian diatas dapat simpulkan dapat mengeluarkan undang-undang yang
pengaturan tentang berperang menurut hukum mengikat semua negara, sehingga hukum
humaniter. Karena hukum humaniter internasional dibuat berdasarkan tindakan dan
internasional mengambil dasar perjanjian- kebiasaan negara-negara sebagai
perjanjian atau traktat yang merukan kibiasaan pemegang kedaulatan. Pasal 38.1
hingga sampai sekarang menjadi hukum yang Piagam Mahkamah Internasional menyebutkan
berlaku mengenai pengaturan perang atau lima sumber hukum internasional, yaitu:
bagaimana perang itu dimulai, harus kiranya a. Perjanjian internasional
pihak yang akan melakukannya memenuhi b. Kebiasaan internasional
unsur-unsur traktat tersebut. Sehingga bisa c. Asas hukum yang "diakui oleh negara-
tercipta suatu peperangan yang beradap negara beradab".
dimata manusia terlebih khusus dimata d. Putusan-putusan pengadilan dan (5)
kalangan internasional. ajaran-ajaran para ahli sebagai sumber
tambahan untuk menentukan aturan
2. Menurut Hukum Pidana Internasional hukum.
Lahirlah Statuta Roma 1998 yang menjadi Dari beberapa keterangan sumber hukum
dasar hukum berdirinya Mahkamah Pidana maka dapat disimpulkan bahwa, kejahatan
Internasional (International Criminal Court) perang yang dilakukan dalam konflik bersenjata
dengan kewenangan dan yurisdiksi dalam dikategorikan sebagai pelanggaran berat
mengadili kejahatan-kejahatan berupa terhadap konvensi jenewa 1949 atau hukum
pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat (Grave jenewa sebagai cukupan dari hukum pidana
Breaches) dan menjadi lembaga pengadilan internasional yang mengatur sebagai berikut:
yang permanen. Kejahatan yang tergolong a. Pembunuhan yang di sengaja: Art.50 KJ I,
dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat Art.51 KJ II, Art. 130 KJ III, Art. 147 KJ IV.
(Grave Breaches) yang berada dalam yurisdiksi b. Penyiksaan atau perlakuan tidak
Mahkamah Pidana Internasional (International manusiawi, termasuk, percobaan
Criminal Court) berdasarkan Statuta Roma 1998 biologis: Art.50 KJ I, Art.51 KJ II, Art. 130
yang menyebutkan kejahatan paling serius yang KJ III, Art. 147 KJ IV.
menyangkut masyarakat internasional secara c. Secara sengaja menyebabkan
keseluruhan meliputi : Kejahatan Genosida (The penderitaan atau luka-luka serius
Crime of Genocide); Kejahatan Kemanusiaan terhadap tubuh atau kesehatan: Art.50 KJ
(Crimes Against Humanity); Kejahatan Perang I, Art. 51 KJ II, Art. 130 KJ III, Art. 147 KJ
(War Crime); dan Kejahatan Agresi (The Crime IV.
of Agression). d. Penghancuran berat dan perampasan
Konferensi jenewa yang menjadi landasan harta benda yang tidak dapat dibenarkan
hukum pidana internasional juga menurut prinsip kepentingan militer,
mengemukakan bahwa kejahatan perang yang dilakukan secara melawan hukum
diartikan sebagai pelanggaran berat terhadap
100
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 4/Apr/2019
101
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 4/Apr/2019
datang melanda dalam kehidupan kita Power and Justice, New Jersey: Partice
yang dimana kehidupan kita termasuk Hall Inc.
dalan golongan masyarakat internasional Cryer Robert, et al, 2010, An Introduction to
dan Indonesia sudah di akui dimata dunia International Criminal Law and
sebagai negara yang merdeka dan Procedure, Cambridge University Press,
berdaulat. Oleh karena itu kita perlu Cambridge.
melihat, meneliti, serta, mengetahui, dan Darmawan Asep, 2005, Prinsip
mengelolah tinjauan Hukum tentang Pertanggungjawaban Pidana
kejahatan perang dalam konflik Komandan Dalam Hukum Humaniter
bersenjata menurut hukum humaniter Kumpulan Tulisan, Pusat Studi Hukum
dan pidana internasional. Agar disatu Humaniter dan HAM Fakultas Hukum
waktu jikan terjadi peperangan terhadap Universitas Trisakti, Jakarta.
lingkungan kita atau di lingkungan Dinstein Yoram, 2004 War, Agression and Self-
internasional, kita dapat membedakan Defense, 3rd ed., Cambridge University
mana perang atau konflik yang Press, Cambridge.
dibenarkan menurut hukum humaniter Dormann Knut, 2003, “Elements of Crimes
internasional dan hukum pidana under the Rome Statute of the
internasional dan mana perang yang International Criminal Court”, :
tidak di benarkan menurut kedua cabang Cambridge University Press,
ilmu pengetahuan ini. Cambridge.
2. Pengaturan konflik bersenjata menurut Evans Malcolm D, 2003, Internasional Law,
hukum humaniter dan pidana Oxford University Press, Oxford.
internasional perlu juga kita utamakan Haryomataram, 2005, Pengantar Hukum
dalam hal mementingkan aspek-aspek Humaniter, PT. RajaGrafindo Persada,
kemanusiaan. Karena tidak semua Jakarta.
pengaturan tentang konflik bersenjata ___________, 1994, Hukum Humaniter, C.V.
menurut hukum humaniter internasional Radjawali, Jakarta.
dan hukum pidana internasional dapat di ICC CASE – No,: ICC-01/04-01/06: THE
praktekkan didalam situasi konflik atau PROSECUTOR v .THOMAS LUBANGA
perang. Agar supaya disatu saat kita DYILO (SENTENCE).
terlibat atau berada dalam suatu konflik International Criminal Court (23 May
bersenjata atau perang yang terjadi 2008). Urgent: Warrant of arrest for
dilungkungan kita, kiranya dapat Jean-Pierre Bemba GomboPDF.
berpeganggan pada prinsip-prinsip kedua Retrieved on 3 July 2008.
ilmu ini. Agar kita dapat mementingkan International Criminal Court (24 May
aspek-aspek kemanusiaan, perlindungan 2008). Jean-Pierre Bemba Gombo
pada korban perang, serta peralatan arrested for Crimes Allegedly
yang digunakan, serta bagaimana kita Committed in the Central African
terhindar dari sanksi hukum pidana Republic. Retrieved on 25 May 2008.
internasional yang berhak mengadili Kadam Umesh, 11-12 Juli 2006,”Political and
penjahat perang. Sosial Sciences and International
Humanitarian Law”, Makalah di
DAFTAR PUSTAKA persiapkan dalam seminar Hukum
Ambarwati, Ramdhany Denny, Rusman Rina, Humaniter Internasional, Universitas
2012, Hukum Humaniter Internasional Gadjah Mada, Yogyakarta.
dalam Studi Hubungan Internasional, Kepala Pembina hukum ABRI MAYOR JENDRAL
Rajawali Pers, Jakarta. TNI, E.Y KENTER,SH, 1982, Pokok-pokok
Cassese Antonio, 2003, International Criminal Hukum Humaniter, Jakarta, Oktober.
Law, Oxford University Press, Oxford. Legality of the Threat or Use of Nuclear
Coloumbis T.A and Wolfe James H., Weapons, Advisory Opinion July 8,
Intruduction to International Relation: 1996, ICJ Rep. 1996.
102
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 4/Apr/2019
Sumber-sumber Lain :
103