Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar...........................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

a. Latar belakang................................................................................................4
b. Rumusan masalah...........................................................................................5
c. Tujuan............................................................................................................5

BAB II Tinjauan Teori

a. Pengertian AKG.............................................................................................6
b. Keguanaan AKG............................................................................................6
c. Tentang menyusui dalam keadaan darurat.....................................................6

BAB III Penutup

a. Kesimpulan....................................................................................................17

Daftar Pustaka............................................................................................................18
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan sehingga
kami dapat menyusun makalah ini dengan materi Kebutuhan Gizi makanan darurat untuk
bayi di bawah 2 tahun (AKG), mata kuliah Gizi Darurat.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini tidak dapat terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan informasi dan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari teman-teman. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia kesehatan terutama
Kesehatan Masyarakat.

Serang, 26 September 2021

Kelompok 6
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang

Makanan pendamping ASI (MP ASI) merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga yang mengandung zat gizi, diberikan pada anak berumur 6–24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan
untuk menggantikan ASI, melainkan untuk melengkapi ASI. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi/anak.

Agar bayi dan anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, orang tua harus
memperhatikan ASI dan makanan yang dikonsumsinya. ASI merupakan satu-satunya
makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan.
Namun dengan bertambahnya usia bayi dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan
zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus mendapat makanan tambahan/
pendamping ASI atau yang biasa disebut dengan MPASI.

Pentingnya ASI dan MP ASI

1. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
2. Sering diistilahkan sebagai periode emas atau masa emas sekaligus masa kritis.
3. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh
asupan nutrisi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.

Sebaliknya apabila asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka periode emas ini
akan berubah menjadi periode kritis.

Oleh karena itu, untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Ibu bisa memberikan ASI
pada bayi usia 0-6 bulan. Dan ibu segera mulai mengenalkan pemberian MPASI kepada
bayinya yang sudah berusia 6 bulan. Inilah makanan bayi kedua yang menyertai pemberian
ASI.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan manajemen nutrisi balita dengan status gizi pada balita?
2. Bagaimanakah persepsi ibu balita tentang gizi seimbang pada balita

C. Tujuan
1. Bagaimanakah persepsi ibu balita tentang gizi seimbang pada balita
2. Mengetahui hubungan nutrisi balita dengan gizi pada balita
3. Mengidentifikasi manajemen nutrisi balita
BAB II
Tinjauan Materi

A. Pengertian AKG

Suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. AKG merupakan kecukupan pada tingkat konsumsi sedangkan pada tingkat
produksi dan penyediaan perlu diperhitungkan kehilangan dan penggunaan lainnya dari
tingkat produksi sampai tingkat konsumsi.

B. Kegunaan AKG

Manfaat AKG adalah pertama sebagai acuan dalam menilai kecukupan gizi; kedua
sebagai acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan di
institusi; ketiga sebagai acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat
regional maupun nasional; keempat sebagai acuan pendidikan gizi serta sebagai acuan label
pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi.

C. Tentang Menyusui Dalam Keadaan Darurat

 Menyusui menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya sarana untuk penyiapan
susu formula, seperti air bersih, bahan bakar dan kesinambungan ketersediaan susu
formula dalam jumlah yang mencukupi.
 Pemberian formula susu akan meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi
dan kematian bayi.
 Sumbangan susu formula dari donor, maka distribusi maupun penggunaannya harus
dipantau oleh tenaga yang ditentukan, sesuai dengan beberapa prinsip di bawah ini:

Susu formula hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas , yaitu:

 Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu, dan relaktasi
tidak mendukung
 Diberikan hanya kepada anak yang tidak dapat menyusu, misalnya: anak piatu
dll
 Bagi bayi piatu dan bayi yang ibunya tidak bisa lagi menyusui, persediaan
susu formula harus dijamin selama bayi membutuhkannya
 Diusahakan agar pemberian susu formula di bawah pengawasan dan
pemantauan yang ketat oleh tenaga kesehatan
 Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi yang memadai dan konseling
tentang cara penyajian susu formula yang aman dan praktik pemberian makan
bayi yang tepat
 Hanya susu formula yang memenuhi standar Codex Alimentarius yang bisa
diterima
 Sedapat mungkin susu formula yang diproduksi oleh pabrik yang melanggar
Kode Internasional Pemasaran Susu Formula jangan/tidak boleh diterima
 Jika ada harapan untuk butir diatas, pabrik tersebut sama sekali tidak
menyarankan untuk mempromosikan susu formulanya
 Susu Kental Manis dan Susu cair tidak boleh diberikan kepada bayi berumur
kurang dari 12 bulan
 Susu formula diberi label dengan petunjuk yang jelas tentang cara penyajian,
masa kadaluwarsa minimal 1 tahun, dalam bahasa yang dipahami oleh ibu,
pengasuh atau keluarga
 Botol dan dot tidak boleh di distribusikan dan tidak disarankan untuk
digunakan . Pemberian susu formula menggunakan cangkir atau gelas
 Untuk mengurangi pemberian susu formula, beberapa hal di bawah ini sebisa
mungkin dipenuhi:
 Gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan, diberikan sabun
untuk cuci
 Alat yang bersih untuk membuat susu dan menyimpannya
 Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan gunakan botol
susu)
 Bahan bakar dan air bersih yang cukup (bila memungkinkan gunakan
air dalam kemasan)
 Kunjungan ulang untuk perawatan tambahan dan konseling
 Lanjutkan promosi untuk menghindari penggunaan susu formula bagi
bayi yang ibunya masih bisa menyusui
 Susu bubuk skim tidak boleh diberikan sebagai komoditas tunggal atau
sebagai bagian dari distribusi makanan umum, karena dikhawatirkan akan
digunakan sebagai pengganti ASI

Rekomendasi tersebut didasarkan pada Kode Internasional Pemasaran Susu


Formula, World Health Assembly (WHA) tahun 1994 dan 1996, Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pemasaran Pengganti ASI, dan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 tentang
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia. WHA ke 47 menyatakan
”Pada operasi penanggulangan bencana, pemberian ASI pada bayi harus terus
ditingkatkan dan didukung. Semua sumbangan susu formula atau produk lain
dalam lingkup Kode, hanya boleh diberikan dalam keadaan terbatas”

Tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

 MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan


 MP-ASI disediakan berdasarkan bahan lokal (bila memungkinkan)
 MP-ASI harus mudah dicerna
 Pemberian MP-ASI yang disesuaikan dengan umur dan kebutuhan gizi bayi
 MP-ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup

Pedoman Depkes lebih lengkap, tahap korban dibagi maksimal sbb: Fase


pertama berlangsung 5 hari, adalah saat:

1. Pengungsi baru terkena bencana


2. Petugas belum sempat mengidentifikasi pengungsi secara lengkap
3. Belum ada perencanaan pemberian makanan terinci sehingga semua golongan umur
menerima bahan makanan yang sama.
4. Khusus untuk bayi dan baduta harus tetap diberikan ASI danMP-ASI

Fase ini bertujuan memberikan makanan kepada masyarakat agar tidak lapar. Sasarannya
adalah seluruh pengungsi, dengan kegiatan:

1. Pemberian makanan jadi dalam waktu sesingkat mungkin


2. Pendataan awal : jumlah pengungsi, jenis kelamin, golongan umur
3. Penyelenggaraan dapur umum (merujuk ke Depsos), dengan standar minimal

Fase kedua adalah saat:

1. Pengungsi sudah lebih dari 5 hari bermukim di tempat pengungsian


2. Sudah ada gambaran keadaan umum pengungsi (jumlah, golongan umur, jenis
kelamin, keadaan lingkungan dan sebagainya), sehingga penyediaan bahan makanan
sudah lebih dari
3. Pada umumnya bantuan makanan cukup tersedia

Sasaran pada fase ini adalah seluruh pengungsi dengan kegiatan :

1. Pengumpulan dan pengolahan data dasar status gizi


2. Menentukan strategi berdasarkan intervensi analisis status gizi.
3. Merencanakan kebutuhan pangan untuk suplementasi gizi
4. Menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup, mudah dikonsumsi oleh
semua golongan umur dengan syarat minimal sebagai berikut:

Tahap Tanggap Darurat t Tahap ini dimulai selambat-lambatnya pada hari ke-20 di tempat
pengungsian.
Tujuan: Menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai tingkat kedaruratan gizi.
Kegiatan:

1. melakukan penapisan bila prevalensi gizi kurang balita 10 -14,9% atau 5 - 9,9% yang
disertai dengan faktor pemburuk
2. Menyelenggarakan pemberian makanan tambahan sesuai dengan jenis intervensi yang
telah ditetapkan pada tahap 1 fase II (PMT darurat/Ransum, PMT darurat terbatas
serta PMT Terapi)
3. Memantau perkembangan status gizi melalui Surveilans
4. melakukan modifikasi/perbaikan intervensi sesuai dengan perubahan tingkat
kedaruratan:
1. Jika prevalensi gizi kurang > 15% 10-14,9% dengan faktor pemburuk ,
diberikan paket pangan dengan standar minimal per orang per hari (ransum),
dan diberikan PMT darurat untuk balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia
serta PMT terapi bagi penderita gizi buruk. Ketentuan kecukupan gizi pada
PMT darurat sama seperti standar ransum
2. Jika prevalensi gizi kurang 10-14,9% atau 5-9,9% dengan faktor pemburuk
diberikan PMT darurat terbatas pada balita, ibu hamil, ibu menyusui dan
lansia yang kurang gizi serta terapi PMT kepada penderita gizi buruk
3. Jika prevalensi gizi kurang <10% tanpa faktor pemburuk atau < 5%
dengan faktor pemburuk pelayanan maka dilakukan penanganan penderita
gizi kurang melalui kesehatan setempat

PENANGANAN GIZI DARURAT PADA KELOMPOK RAWAN

Bayi dan Anak di Bawah Usia Dua Tahun (Baduta)


Dalam keadaan darurat bayi dan anak merupakan kelompok yang paling rentan dan
memerlukan penanganan khusus agar terhindar dari bahaya dan kematian.
Pola mempersembahkan makanan yang terbaik bagi bayi dan anak umur di bawah 2
tahun adalah:

1. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir dalam waktu - 1 jam pertama
2. Memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan (ASI eksklusif)
3. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi setelah umur 6 bulan
sampai umur 2 tahun
4. Tetap memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun atau lebih
5. Diberikan suplementasi kapsul vitamin A dosis 100.000 IU untuk bayi umur 6-11
bulan dan dosis 200.000 IU untuk anak 1-5 tahun (2 kali setahun)

Menyusui
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersembahkan makanan bayi dan baduta pada
situasi darurat sebagai berikut:

1. Menyusui sangat penting karena terbatasnya sarana air bersih, bahan bakar dan
kesinambungan ketersediaan susu formula dalam jumlah yang mencukupi
2. Susu formula tidak diberikan kepada bayi kecuali kepada bayi piatu, bayi terpisah dari
ibunya, ibu bayi dalam keadaan berat
3. Pemberian susu formula diberikan secara terbatas dengan mengikuti ketentuan
berikut:
1. Hanya diberikan dengan pengawasan petugas kesehatan
2. Diberikan dengan cangkir atau gelas karena mudah dibersihkan
3. Botol dan dot tidak disarankan karena sulit dibersihkan dan mudah
terkontaminasi
4. Bersifat sementara ibu bisa menyusui kembali, oleh karena itu relaktasi
(menyusui kembali) harus dilakukan sampai mungkin
4. Susu formula Sumbangan harus:
1. Diberikan atas persetujuan Kepala Kantor Wilayah Depkes setempat dan saat
ini adalah Kepala Dinas Kesehatan (sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor :
237/MENKES/SK/IV/1997 tentang pemasaran penggantian Air Susu Ibu)
2. Memenuhi standar Codex Alimentarius
3. Memiliki label yang jelas tentang cara penyajian dalam bahasa yang dipahami
oleh ibu, pengasuh atau keluarga
4. memiliki masa kadaluarsa minimal 1 tahun terhitung sejak tanggal
didistribusikan oleh produsen. Disertai dengan air minum dalam kemasan
(AMDK)
5. Susu bubuk skim tidak boleh diberikan kepada bayi

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)


MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Pemberian MP-ASI memenuhi
ketentuan sebagai berikut:

1. Bila memungkinkan disediakan berdasarkan bahan lokal, menggunakan peralatan


makan yang higienis
2. Bahan makanan yang digunakan mudah dimakan, mudah dicerna dan penyiapannya
higienis
3. Sesuai dengan umur dan kebutuhan bayi
4. Komposisi zat gizi sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan (energi, protein, vitamin
dan mineral yang cukup terutama Fe, vitamin A dan vitamin C)

A. Gizi seimbang untuk baduta (bayi di bawah dua tahun)

Agar bayi dan anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, orang
tua harus memperhatikan ASI dan makanan  yang
dikonsumsinya. ASI merupakan satu-satunya makanan yang mengandung zat gizi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan  bayi usia 0-6 bulan. Namun dengan
bertambahnya usia bayi dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-
zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus mendapat makanan tambahan/
pendamping ASI atau yang biasa disebut dengan  MPASI.

Pentingnya ASI dan MP ASI

1. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan


yang pesat.
2. Sering diistilahkan sebagai periode emas atau masa
emas sekaligus masa kritis.
3. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan
anak memperoleh asupan nutrisi yang sesuai  untuk tumbuh kembang
optimal.
4. Sebaliknya apabila asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhannya,
maka periode emas ini akan berubah menjadi  periode kritis.

Oleh karena itu, untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Ibu bisa memberikan
ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Dan ibu segera mulai mengenalkan  pemberian
MPASI kepada bayinya yang sudah berusia 6 bulan. Inilah makanan bayi
kedua yang menyertai pemberian ASI.

Alasan MP ASI baru diberikan pada bayi berusia 6 bulan

1. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh


bayi sampai berumur 6 bulan
2. Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat
menghindarkan dari berbagai risiko penyakit
3. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem
pencernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang
4. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk menjaga
kesediaan ASI

 Dampak Pemberian MP ASI yang Tidak Tepat


 Pemberian MPASI dini

Dampak secara langsung :

1. Gangguan pencernaan seperti diare, sulit BAB (Buang Air Besar), muntah
2. Gangguan menyusui seperti mengurangi keinginan bayi untuk menyusu
sehingga frekuensi dan kekuatan bayi menyusu berkurang yang berakibat
produksi ASI juga berkurang
3. Meningkatkan resiko terkena infeksi (penyakit menular)

Dampak jangka panjang :

1. Peningkatan berat badan (obesitas) dan alergi makanan. Obesitas ini bisa
berlanjut hingga usia dewasa nanti
2. Gangguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi
dapat mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein)

 Pemberian MPASI yang terlambat

1. Menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping


2. Menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi.   Energi dan zat-zat
gizi yang dihasilkan ASI tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi setelah
berusia 6 bulan

Tahapan Makanan Bayi dan Baduta

  Usia 0-6 Bulan

1. Makanan yang diberikan hanya berupa ASI


2. Tanpa ada pemberian     makanan atau minuman lain selain ASI  (ASI
eksklusif)
3. ASI diberikan setiap kali bayi menginginkan
4. Sedikitnya 8 kali sehari, pagi siang, sore maupun malam.

 Usia 6-9 Bulan

1. Memperkenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk  makanan lumat


(tekstur makanan cair dan lembut)
2. Contoh : bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran yang dihaluskan,
bubur sumsum, nasi tim saring
3. ASI tetap diberikan dimana ASI diberikan  terlebih dahulu kemudian
makanan pendamping ASI.
4. Frekuensi pemberian : 2-3 kali sehari makanan lumat
5. ASI sesering mungkin. Jumlah setiap kali makan : 2-3 sendok makan
penuh setiap kali makan, secara bertahap ditingkatkan sampai 1/2
mangkuk berukuran 250 ml setiap kali makan
 Usia 6 Bulan :

1. Mulai dengan pemberian satu jenis buah yang dihaluskan. Seperti pisang


yang dihaluskan
2. Pada waktu awal MP ASI diberikan, pastikan tekstur MP ASI  tidak
terlalu cair atau encer. Hal ini dapat dilihat ketika  sendok dimiringkan
bubur tidak langsung tumpah
3. Pemberian ASI di sela-sela waktu makan utama

  Usia 7-8 Bulan :

1. Bisa diperkenalkan dengan tekstur makanan yang  lebih kasar,


yaitu bubur tim saring
2. Makanan sumber protein contohnya seperti ikan bisa diperkenalkan pula
pada usia ini
3. Setelah secara bertahap diberikan tim saring, bayi bisa dikenalkan
dengan nasi tim tanpa disaring

 Usia 9-12 Bulan

1. Memberikan makanan pendamping ASI dalam bentuk  makanan lunak


atau lembik (dimasak dengan banyak air dan tampak berair ) atau
dicincang yang mudah ditelan anak
2. Contoh : bubur nasi,  bubur ayam, nasi tim, kentang puri
3. Untuk makanan selingan yang dapat dipegang anak diberikan di antara
waktu makan lengkap
4. ASI masih tetap diberikan.
5. Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan lembek   +  1-2 kali sehari
makanan selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi + Pemberian
ASI. Jumlah setiap kali makan : ½ sampai dengan ¾ mangkuk berukuran
250 ml

 Usia 9-10 bulan :

1. Pemberian pure dan jus buah bisa diberikan  seperti pada usia 6-8 bulan
2. Bisa dengan kombinasi sampai dengan  tiga jenis buah
3. Bayi juga sudah bisa diberikan  bubur saring

  Usia 11-12 Bulan :

1. Menu untuk usia 6-10 bulan bisa diberikan


2. Bayi sudah bisa diberikan nasi tim
3. Pada usia 12 bulan bisa diperkenalkan makanan dewasa tanpa pemberian
penguat rasa tambahan

 Usia 12-24 Bulan

1. Mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk  padat atau biasa disebut


dengan makanan keluarga, tetapi tetap mempertahankan rasa
2. Menghindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ
pencernaan, seperti makanan terlalu  berbumbu tajam, pedas, terlalu
asam atau berlemak.
3. Finger snack  atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies,
nugget atau potongan sayuran rebus atau buah baik diberikan untuk
melatih keterampilan dalam memegang makanan dan merangsang
pertumbuhan giginya
4. Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua
tahun.
5. Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan keluarga +   1-2 kali
sehari makanan selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi +
Pemberian ASI. Jumlah setiap kali makan : semangkuk penuh berukuran
250 ml

Bahan Makanan untuk Membuat MPASI

 Serealia dan Umbi-umbian


1. Jenis serealia seperti beras, beras merah merupakan sumber utama
karbohidrat dan kaya akan vitamin B
2. Pada tahap awal disarankan untuk memberikan  satu jenis sereal terlebih
dahulu dikarenakan sereal berpotensi untuk menimbulkan  alergi pada bayi
3. Kentang dan ubi terutama ubi merah, dapat dijadikan MP ASI dengan
merebus dan menghaluskannya hingga lembut terlebih dahulu

 Kacang-Kacangan

1. Diperlukan bayi untuk memenuhi kebutuhan protein  yang sangat penting


untuk pertumbuhan. Contohnya kacang hijau, kacang kedelai, kacang
merah, kacang polong  dan lain-lain.
2. Kacang tanah tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan  alergi atau
pembengkakan pada tenggorokan sehingga bayi sulit bernafas

 Sayur dan Buah

1. Sayuran yang kaya akan kandungan karotennya seperti  sayuran


berwarna jingga dan hijau. Contohnya wortel, tomat merah, bayam,
kangkung, labu kuning dan lainnya.
2. Sayuran mengandung gas seperti kol, kembang kol,
lobak  sebaiknya tidak diberikan karena makanan tersebut dapat
membuat perut bayi kembung.  Untuk buah sebaiknya pilih buah yang
berwarna jingga dan tidak asam seperti, pepaya, pisang, jeruk manis,
apel, melon, alpukat  dan lainnya.

 Bahan Pangan Hewani

1. Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi antara lain,  daging
sapi dan ayam pilihan yang tidak berlemak, ikan
segar yang dihaluskan dan tanpa duri seperti fillet salmon, fillet  ikan
kakap, dan fillet gurami, telur.
2. Terkadang putih telur dapat memacu alergi. Sebaiknya diberikan
secara bertahap dengan porsi kecil. Jika bayi alergi maka
segera dihentikan.

 Lemak dan Minyak

1. Memberi rasa lebih gurih dan makanan menjadi lebih lunak dan mudah


ditelan.
2. Beberapa jenis lemak yang dapat ditambahkan antara lain mentega, keju
dan jenis minyak yang umum digunakan yaitu minyak kelapa, santan,
minyak kacang, minyak jagung dan lainnya.

Contoh Resep dan Cara Membuat MP ASI

 Resep untuk Usia 6 Bulan

Jus Apel (Untuk 1 porsi)


Bahan :                                                                                            

1. 100 gram apel manis, kulit dikupas


2. 3 sendok makan ASI/ air masak/ susu formula cair

Cara membuat :                                                                  

1. Mengukus apel selama 5 menit atau hingga lunak


2. Kemudian mengambil sari buah apel dengan menggunakan saringan
3. Menambahkan ASI/ air masak/ susu formula cair, lalu diaduk rata
4. Jus apel siap diberikan pada bayi

 Resep untuk Usia 7-8 Bulan

Pure Pepaya Pisang (Untuk 1 porsi)

Bahan :

1. 40 gram pisang ambon, dikukus dan dikupas kulitnya


2. 40 gram pepaya, dikupas kulitnya kemudian dikukus
3. 3 sendok makan air

Cara Membuat :

1. Memasukkan pisang, pepaya dan air ke dalam blender, kemudian


memblendernya hingga halus
2. Menuang ke dalam mangkuk saji dan segera diberikan pada bayi

 Resep untuk Usia 9-10 Bulan

Puding Buah Soya

Bahan :

1. 300 ml susu kedelai


2. 1 sendok makan agar-agar putih
3. 50 gram pepaya
4. 50 gram melon

Cara membuat :                                               

1. Memblender pepaya, melon, agar-agar dan susu kedelai hingga halus


2. Menuang ke dalam panci, dan merebusnya hingga mendidih dan kental lalu
diangkat
3. Menunggunya hingga dingin, setelah itu siap diberikan pada bayi

 Resep untuk Usia 11-12 Bulan

Tim Nasi Jamur Ayam


Bahan :

1. 100 gram nasi putih


2. 50 gram jamur kancing, dicincang kasar
3. 75 gram daging ayam giling
4. 25 gram tahu putih dihaluskan
5. ¼ bawang Bombay dicincang halus
6. 5 sendok makan kaldu

Cara Membuat :

1. Mencampur semua bahan dan mengaduknya hingga rata


2. Memasukkan ke dalam wadah tahan panas, kemudian mengukusnya hingga
matang (± 20 menit ),lalu diangkat
3. Menunggu hingga dingin dan siap untuk disajikan

 Resep untuk Usia 1 Tahun Ke Atas Sandwich Saus Buah (Untuk 1 porsi)

Bahan :

1. 3 lembar roti tawar


2. 1 lembar keju
3. Selai pisang
4. Madu

Cara Membuat :                                                         

1. Mengambil selembar roti tawar, mengolesi dengan selai pisang


2. 2. Menaruh selembar roti tawar di atasnya dan mengolesi madu serta
menambahkan keju
3. 3. Menutup dengan roti tawar terakhir, lalu siap disajikan
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
AKG merupakan kecukupan pada tingkat konsumsi sedangkan pada tingkat
produksi  dan penyediaan perlu diperhitungkan kehilangan dan penggunaan lainnya
dari tingkat produksi sampai tingkat konsumsi.
Kegunaan AKG
Manfaat AKG adalah pertama sebagai acuan dalam menilai kecukupan gizi;
kedua sebagai acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan
makanan di institusi; ketiga sebagai acuan perhitungan dalam perencanaan
penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional; keempat sebagai acuan
pendidikan gizi serta sebagai acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai
gizi.
untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Ibu bisa memberikan ASI pada bayi usia
0-6 bulan. Dan ibu segera mulai mengenalkan pemberian MPASI kepada bayinya
yang sudah berusia 6 bulan. Inilah makanan bayi kedua yang menyertai pemberian
ASI.
DAFTAR PUSTAKA

 Aimi.“ Pemberian Makanan bayi di Situasi Darurat”. https://aimi-


asi.org/layanan/lihat/rangkuman-pemberian-makan-bayi-di-situasi-darurat. Di
akses pada tanggal 25 September 2021, pukul 15.04 WIB.
 FK Universitas Brawijaya. “gizi seimbang untuk baduta (bayi di bawah
dua tahun)”. http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-anak-0-2-tahun/ .
Di akses pada tanggal 25 September 2021, pukul 13.58 WIB.

Anda mungkin juga menyukai