Anda di halaman 1dari 5

BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

PENGERTIAN BUDAYA POLITIK

Budaya Politik di dalam suatu negara, termasuk indonesia sebagai negara


berkembang sejatinya bisa dikenali dengan memperhatikan karakteristiknya.
Sehingga setiap bangsa yang merdeka memiliki ciri-ciri berbeda dari beragam tipe-
tipe budaya politik secara spesifik, baik secara parokial, partisipan, ataupun kaula.

CIRI-CIRI BUDAYA POLITIK

Definisi budaya politik dalam kajiannya memiliki ciri-ciri secara umum yang
menjadi pembeda atas yang lainnya. Diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Unsur Pengaturan

Karakteristik yang pertama dalam budaya politik akan senantiasanya


terdapat unsur pengaturan kekuasaan didalam sebuah sistem pemerintahan,
baik itu pusat maupun yang berada di berbagai daerah-daerah dalam
kekuasaannya.

2. Pembuatan Kebijakan

Ciri yang ada dalam budaya politik selanjutnya ialah terdapatnya proses
pembuatan kebijakan oleh pemerintah. Kebijakan ini dilakukan guna
mempertegas keteraturan sosial dalam masyarakat. Tanpa adanya budaya
politik yang baik, kedamaian hanya akan bisa menjadi angan-angan.

3. Pola Perilaku

Dalam kajian tentang arti fakta sosial memberikan gambaran bahwasanya


pola perilaku para penjabat dan aparat pemerintah suatu negara sangat besar
dipengaruhi oleh budaya politik yang diterapkan. Hal ini lantaran bersifat
mengikat bagi beragam contoh lembaga politik yang ada. Baik dalam
legislatif, eksekutif, ataupun yudikatif.

4. Partai Politik
Partai politik sangat besar pengaruhnya dalam ciri-ciri budaya perpolitikan secara
umum. Hal ini lantaran terdapat beberapa partai politik akan memberikan
pengaruh besar pada segala aktivitasnya di masyarakat.

BAGIAN-BAGIAN BUDAYA POLITIK

Secara umum budaya politik terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Budaya Politik Apatis (tidak acuh, masa bodoh, dan pasif)

2.Budaya Politik Mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)

3.Budaya Politik Partisipatif (aktif)

TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK

 Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya
sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan parokial apabila
frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik
mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat
dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku
Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. Dalam masyarakat ini tidak ada
peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau
dukun yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat
politis, ekonomis, atau religius.

 Budaya politik kaula (subjek), yaitu budaya politik yang masyarakatnya sudah
relatif maju baik sosial maupun ekonominya, tetapi masih bersifat pasif. Budaya
politik suatu masyarakat dapat dikatakan subjek jika terdapat frekuensi orientasi
yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output
atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam
pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para
subjek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka diarahkan
pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada
ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam
kebudayaan politik subjek, sudah ada pengetahuan yang memandai tentang sistem
politik sacara umum serta proses penguatan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah.

 Budaya politik partisipan, yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran
politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif
dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang
anggota masyarakatnya sudah memiliki pemehaman yang baik mengenai empat
dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengatahuan yang memandai
mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat
kebijakan beserta penguatan, dan berpatisipasi aktif dalam proses politik yang
berlangsung. Masyarakat cenderung diarahkan pada peran pribadi yang aktif
dalam semua dimensi diatas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap
peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.

BUDAYA POLITIK YANG BERKEMBANG DI INDONESIA

Gambaran sementara tentang budaya politik Indonesia, yang tentunya harus


ditelah dan dibuktikan lebih lanjut adalah pengamatan tentang variabel sebagai
berikut:

 Konfigurasi subkultur di Indonesia masih beraneka ragam, walaupun tidak


sekompleks yang dihadapi oleh India misalnya, yang menghadapi masalah
perbedaan bahasa, agama, kelas, kasta, yang semuanya relatif masih
rawan/rentan.

 Budaya politik Indonesia yang bersifat parokial-kaula disatu pihak dan


budaya politik partisipan dilain pihak, disatu segi masa masih ketinggalan
dalam mempergunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya
yang mungkin disebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh
penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan primordial.

 Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang dikenal melalui
indikatornya berupa sentimen kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan
pendekatan terhadap keagamaan tertentu; purutanisme dan non purutanisme
dan lain-lain.
 Kecendrungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap
paternalisme dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat disebutkan
antara lain bapakisme, sikap asal bapak senang.

 Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala


konsekuensinya) dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi
dalam masyarakat.

BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

 Hierarki yang Tegar/Ketat

Masyarakat Jawa dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada


dasarnya bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari
adanya pemilihan tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat
kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah melalui tatanan hirarkis
yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan santu diekspresikan
sedemikian rupa sesuai dengan asal-usul kelas masing-masing. Penguasa
dapat menggunakan bahasa ‘kasar’ kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya,
rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa ‘halus’.
Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara
lain tercermin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.

 Kecendrungan Patronage

Pola hubungan patronage merupakan salah satu budaya politik yang


menonjol di Indonesia. Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam
kehidupan politik, tumbuhnya budaya semacam ini tampak misalnya
dikalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari dukungan dari atas
dari pada menggali dukungan dari basisnya.

 Kecendrungan Neo-patrimonisalistik

Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah


adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-
patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern
dan rasionalistik seperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan
tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial.
Ciri-ciri birokrasi modern:

 Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang


dari atas ke bawah dalam organisasi.

 Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai


tugas dan tanggung jawab yang tegas.

 Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formal yang


mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya.

 Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan


atas dasar karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan
penampilan.

Anda mungkin juga menyukai