Anda di halaman 1dari 18

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum
1. Kurikulum Dalam Budaya Masa Kini
Tiga fakta dalam budaya Amerika Serikat sekarang menimbulkan
isu-isu penting bagi kurikulum,
a. yang pertama, karena kebudayaan Amerika berubah demikian cepat, mata
pelajaran apakah yag paling baik diberikan untuk mempersiapakan orang
untuk hidup dalam sebuah dunia yang terus berubah
b. yang kedua, karena kebudayaan ini bertumbuh menjadi lebih kompleks,
bagaimana cara lembaga-lembaga pendidikan mengajarkan pengetahuan
dan keterampilan yang makin terspesialisasi yang diperlukan kebudayaan
namun tetap memelihara kesinambungan budaya
c. yang ketiga, karena banyak orang Amerika dilahirkan dengan kesempatan
yang terbatas untuk memasuki kebudayaan kelas menegah dominan,
bagaimanakah kita hahrus mendidika mereka untuk berpartisipasi lebbih
banyak dalam kebuduyaan yang lebiih luas
2. Kurikulum Untuk Suatu Kebudayaan Yang Berubah
a. Masalah
Dalam sebuh kebudayaan yang stabil, pengetahuan, biasanya
disampaikan secaravertikkal dari anggota-anggot masyarakat yang lebih
tua kepada generasi yang lebih muda. Bahkan dala kebudayaan yang lebih
dinamis seperti kebudayaan Amerika, pendidikan formal mengikuti pola
itu, pengetahuan yang telah dicoba dan diuji oleh yang tua, disampaikan
oleh yang tua, guru yang berpengalaman, kepada yang muda siswa yang
belum berpengalaman. Namun, karena perubahan semakin cepat,
pengetahuan baru, baik di laboratorium atau di ban berjalan mesti
ditularkan dengan kecepatan yang makin tinggi. Sebagai hasilnya, makin
banyak pengetahuan yang disampaikan “secara harfiah” dari yang tahu
2
3

kepada yang belum tahu tanpa memandang umur. Anak-anak,


umpamanya, mengatakan kepada nenek tentang eksplorasi ruang angkasa
atau menunjukan kepada mereka bagaimana merawat televise. Teknisi
muda menjelaskan peralatan baru kepada orang-orang tua. Ilmuan muda
mencapai terobosan yang menolong ilmuan tua dalam penelitian karena
pengetahuan baru tidak henti-hentiya merubah hidup mereka. Orang-orang
modern harus belajar terus menerus, sebab pengetahuan baru tidak henti-
hentinya merubah kehidupannya. Produksi dan konsumsi, umpamanya,
secara tetap memerlukan pengetahuan baru. Seseorang teknis mesti
memasang mesn baru: pengawas pabrik mesti memperkenalkan kepada
stafnya, wakil setikat buruh mesti menjelaskan kepada anggota-
anggotanya, mandur mesti mengawasi bahwa anggotanya menjalankan
mesin dengan betul.
Kebanyakan orang amerika secara formal didikan sampai pada
umur 18 tahun, dan pendidikan ni diharapkan cukup bagi mereka untuk
kehidupan seterunya. Dalam kebudayaan yang relative statis para
pendidik dapat beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan dan kondisi-
kondisi masyarakat tidak berubah sangat radikal dalam satu masa
kehidupan. Tetapi siapa yang dapat meramalkan kebutuhan-kebutuhan dan
kondisi-kondisi Amerika 50 tahun yang akan datang. Sementara tingkat
perubahan kebudayaan semakin cepat, para pendidik menemukan
kesulitan yang makin bertambah untuk menyesuaikan kurikulum terhadap
apa yang dinamakann tuntutan masyarakat, karena mereka tidak tahu pasti
apa sebenarnya tututan tersebut dan berepa lama tuntutan tersebut akan
berlangsung. Lebih-lebih lagi, kurikulum tidak dapat dirubah dalam
sekejap: dalam masyarakat demokratis setiap perubahan yang diusulkan
mesti diperdebatkan. Demikian kurikulum tidak dapat dirubah terlalu
banyak, karena perubahan yang terlalu radikal akan melemahkan
4

hubungan antara berbagai kelompok umum yang dididik dengan mata


kejian/mata pelajaran yang berbeda.
3. Pemecahan Kaum Progresif
Para pendidik progresif mempertahankan bahwa untuk
menyesuaikan pendidikan Amerika dengan umu dan khusus kepada
kebudayan masa kini. Dari pendidikan umum siswa-siswa harus mendapatkan
latihan intelektual dan pengetahuan dasar yang diperlukan mereka untuk
mengerti keadaan sekarang dan perubahan-perubahan masa depan. Jika dia
melihat perubahan ini dengan latar belakang budaya yang luas dia akan
memahaminya lebih baik, karena untuk mengerti perubahan sebagiaan besar
bergantung penerapan perubahan didalam perspektif. Dari kurikulum umum,
dia juga harus memperoleh hirarki nilai-nilai tidak absolute, tetapi agak
terbuka terhadap revisi-revisi, berdasarkan hirarki inni dia akan dapat
memutuskan apakah akan menerma baik, menyetujui, atau menolak
perubahan tertentu. Umpamanya, dia harus membentuk standar sendiri
tentang moralitas umum dan pribadinya sendiri, sehingga iya dapat
menimbang dengan inteligen standar-standar yang berubah seperti penceraian,
keluarga berencana dan integrasi ras.
Akhirnya menurut pandangan progresif kurikulum mesti
berkembang terus menerus, karena perubahan melipat gandakan fungsi-fungsi
yang harus diisi dalam masyarakat dan juga pengetahuan diperlukan untuk
mengisinya, sekolah harus mengajarkan mata pelajaran baru tersebut sebagai
yang diperlukan
4. Pemecahan Kaum Konservatif
Para pendidik konservatif mempertahankan bahwa dalam masa-
masa perubahan yang cepat pendidikan harus bertindak sebagai kekuatan yang
menstabilisasikan. Meskipun data-data spesifik dan teori-teori terutama dalam
sain mungki dengan cepat menadi using, banyak pengetahuan tetap memiliki
nilai dan juga banyak yang memerlukan kualifikasi, bukan dibuang. Dengan
5

terus mengisi kurikulum dengan materi yang paling akhir dan paling banyak
dibicarakan, kita membebankan kepada siswa-siswa banyak materi yang
mungkin menjadi perhatian sepintal lalu. Oleh sebab itu dari pada mengganti
pengetahuan lama dengan yang baru kita harus sedapat mungkin terus
berusaha mengkombinasikan keduanya. Diatas semuanya, kita tidak boleh
membuang disiplin yang telah diakui, seperti sejarah, karena kepentingan
mata pelajaran yang lebih beru, seperti ilmu-ilmu social, yang metodenya
masih dalam perkembangan dan datanya tarus diperdebatkan

B. Fungsi Kurikulum
1. Fungsi Penyesuaian
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi dilingkungannya, karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat
berubah-ubah.
2. Fungsi Integrasi
Sebagai penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum
merupakan alat pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang
utuh yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.
3. Fungsi Deferensiasi
Sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan
disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani
4. Fungsi Persiapan
Sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya
5. Fungsi Pemilihan
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan
program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya
6

6. Fungsi Diagnostik
Alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami
potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Apabila telah memahami
potensi dan mengetahui kelemahannya, maka dengan demikian diharapkan
siswa bisa mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya

C. Komponen Kurikulum
1. Tujuan
Suatu pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan dalam satu
mata pembelajaran, dalam pendidikan dasar untuk kecerdasan dasar
pendidikan awal, pendidikan menengah untuk menentukan siswa melanjutkan
studi keperguruan tinggi, dan pendidikan kejuruan bertujuan untuk mendidik
seseorang siswa kreatif, berwirausaha supaya bisa lebih hidup mandiri dan
displin
2. Bahan Pengajaran
Seorang guru harus memempunyai bahan pengajaran guna untuk
mendidik siswa lebih baik, membentuk karakter, dan melihat sisi bakat siswa-
siswa tersebut
3. Komponen Strategi
Guru yang professional harus mempunyai strategi khusus dalam
mendidik dan menguasi siswa tersebut, bila ada seseorang siswa malas dalam
mata pelajaran tersebut, maka guru harus membuat strategi yang membuat
anak tidak jenuh dalam pembelajaran supaya menjadi bahan Evaluasi juga
untuk guru
4. Komponen Evaluasi
Seseorang guru ketercapaian tujuan suatu proses dari hasil belajar
peserta didik yang memiliki peranan penting dapat mampu mengetahui
tingkat hasil belajar suatu siswa dalam mencapai tujuan
7

D. Apa itu Seseorang Guru


Guru merupakan sebutan untuk seseorang yang dewasa secara
psikologi, sehingga ia dapat memberikan pengalaman-pengalaman belajar kepada
orang lain khususnya kepada peserta didik. Guru juga merupakan komponen dari
penting dalam kegiatan pendidikan, tanpa adanya seorang pembelajar kegiatan
pendidikan sulit untuk dilaksanakan.

Menurut Dewi S. Prawiradilaga (2007) dalam bukunya yang berjudul


Prisip Desain Pembelajaran, pengajar merupakan istilah umum untuk seseorang
ahli yang berprofesi sebagai guru, pendidik, dosen, instruktur, widyaiswara,
pelatih, fasilitator.

E. Karakteristik Guru
Seorang guru (Pembelajaran) harus memiliki karakteristik atau sifat-
sifat khas yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru
yaitu:
1. Kematangan Diri Yang Stabil
Guru harus dapat memahami nilai-nilai kemanusian yang
berkembang dalam lingkungannya. Sebelum memehami orang lain seseorang
harus dapat memahami dirinya sendiri terlebih dahulu. Untuk itu dia harus
memiliki kematangan diri yang stabil agar mampu memahami diri sendiri dan
peserta didiknya.
2. Kematangan Sosial Yang Stabil
Seorang guru harus memiliki jiwa sosialitas yang tinggi, sehingga
mampu menjalin kerja sama dengan masyarakat. Serta memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai masyarakat sekitarnya. Sebab pada dasarnya segala
pengalaman belajar yang akan diberikan pada peserta didik harus sesuai
dengan nilai-nilai social yang berkembang pada masyarakat sekitar, agar
kelak peserta didik dapat mengaplikasikan segala pengalaman belajar yang ia
terima kepada masyarakat sekitarnya.
8

3. Kematangan Professional
Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mendidik, artinya
harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang latar belakang dan
perkembangan anak didiknya. Sebab pada dasarnya setiap anak didik terlahir
dengan kepribadian dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Ada anak
yang terlahir dengan kemampuan belajar atau tingkat kecerdasan yang tinggi,
namun di samping itu ada juga anak yang terlahir dengan kemampuan belajar
yang rendah, atau bisa dibilang di bawah rata – rata. Anak yang terlahir
dengan kemampuan belajar yang rendah sering kali mengalami kesulitan
dalam belajar seperti halnya kesulitan dalam memahami sesuatu, kesulitan
dengan angka atau perhitungan, sukar untuk mengingat atau bahkan tidak bisa
berkonsentrasi. Selain itu ada pula yang mengalami problem presepsi dan
motorik yang menghambat mereka dalam meraih prestasi yang maksimal
dalam belajar. Untuk itu seorang pemelajar harus mengetahi cara-cara
mendidik yang tepat dan sesuai dengan kemampuan anak didiknya.

F. Profesionalisme Guru
1. Guru Profesional
Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian
tau orang yang mempunyai keahlian. Dengan kata lain pekerjaan yang
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
yang dipersiapkan untuk pekerjaan tersebut.
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi
seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui
interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengrahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
9

menengah”. Guru professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan


tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode
pembelajaran. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian
yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang
diprogramkan secara khusus. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal
yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak
yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi).
Guru yang profesional adalah orang yang memilki kemapuan atau
keahlian khusus dalam bidan keguruan (pembelajaran) sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai seorang pembelajar dengan
kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain pemelajar profesional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik dan memiliki pengalaman yang
kaya dibidangnya, artinya seorang pembelajar telah memperoleh pendidikan
formal serta menguasai berbagai strategi dalam kegiatan belajar
mengajar,selain itu pemelajar yang profesional juga harus menguasai
landasan-landasan pendidikan yang tercantu dalam kompetensi.
Salah satu kewenangan guru adalah menghadapi peserta didiknya,
untuk itu ia harus memiliki kemampuan dan memiliki standar, dengan prinsif
mandiri (otonom) atas keilmuannya. Jadi untuk berprofesi sebagai seorang
guru perlu adanya kekuatan pengakuan formal melalui tiga tahap; yakni;
sertifikasi; regristrasi dan lisensi.
a. Sertifikasi adalah pemberian sertifikat yang menunjukkan kewenangan
seseorang anggota seperti ijasah tertentu.
b. Menteri Pendidikan akan mengeluarkan peraturan menteri nomor 18 tahun
2007 yang berisi kebijakan mengenai sertifikasi guru. Berdasarkan
peraturan tersebut, sertifikasi dilaksanakan dalam bentuk penilaian
portofolio yaitu pengakuan atas pengalaman professional guru dalam
bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:
kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatiahan, pengalaman mengajar,
10

perencanan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan


pengawas, prestasi akademik, karya pengenbangan profesi, keikutsertaan
dalam forum ilmiah, penglaman organisasi dibidang kependidikan dan
social, dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
c. Regritasi mengacu kepada suatu pengaturan di mana anggota diharuskan
terdaftar namanya pada suatu badan atau lembaga
d. Lisensi adalah suatu pengaturan yang menetapkan seseorang memperoleh
izin dari yang berwajib untuk menjalankan pekerjaanya.

2. Profesionalisme Dibangun Oleh Unsur Kompetensi


Seseorang dikatakan kompeten di bidang tertentu adalah sesorang
yang memiliki kecakapan kerja, atau keahlian khusus yang sesuai dengan
tuntutan bidang kerja yang bersangkutan.
W.R. Houston (Kuswana,WS, 1995) mengungkapkan bahwa;
“kecakapan kerja diejawantahkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai
sosial, dan ekonomi, serta memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui
dan disyahkan oleh kelompok profesinya atau oleh warga masyarakat”. Secara
nyata orang kompeten mampu melakukan tugasnya di bidangnya secara
efektif dan efisien. Kadar kompetensi tidak hanya menunjuk pada kuantitas
tetapi sekaligus menunjuk pada kualitas kerja.
Jadi dapat dkatakan bahwa kompetensi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Kompetensi Dasar
Kompetensi yang harus dimiliki untuk memilihara dan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Meliputi :
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara berjiwa
pancasila
11

3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi


seorang guru
b. Kompetensi Umum
Kompetensi yang harus dimiliki untuk bisa hidup bersama di
masyarakat, meliputi :
1) Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan
kemampuan profesional
2) Berinteraksi dengan masyarakat
b. Kompetensi Teknis/Keterampilan
Kompetensi yang harus dimiliki untuk melakukan suatu
pekerjaan atau kegiatan.
1) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan untuk siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan utnuk siswa yang memiliki kelainan
(berkebuuhan khusus)
2) Melaksanakan administrasi sekolah
3) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan
mengajar
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional meliputi hal-hal :
1) Menguasai landasan pendidikan, yang meliputi :
a) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat, sebagai pusat
kebudayaan dan pendidikan.
c) Mengenal prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan
dalam proses belajar mengajar.
2) Menguasai bahan pengajaran
a) Menguasai bahan pengajaran dan kurikulum pendidikan dasar dan
menengah
12

b) Menguasai bahan pengayaan


3) Menyusun progaram pengajaran
a) Menetapkan tujuan pembelajaran
b) Memilih dan mengembangkan bahan pelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran
c) Memilihdan mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat
d) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
e) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar dengan tepat
4) Melaksanakan program pengajaran
a) Menciptakan suasana belajar yang kondusif
b) Mengatur ruang belajar (sarana dan prasarana)
c) Mengatur interaksi belajar mengajar
5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan
a) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
b) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

3. Tugas Profesional
Orang yang profesianal dalam menjalankan tugasnya, adalah orang
yang memiliki:
a. Keahlian
Ahli dengan pengetahuan yang dimilikinya, terampil
dalamdalam bertindak, tepat waktu, tepat aturan dan tepat takaran atau
ukuran dalam mmenjalankan pekerjaannya.
b. Memiliki Otonomi Dan Tanggung Jawab
Memiliki otonomi dan tanggung jawab serta sikap
kemandirian, ciri-cirinya yaitu dapat menentukan serta mengambil
keputusan sendiri dengan penuh tangung jawab atas keputusannya.
c. Miliki Rasa Kesejawatan
13

Ahli memiliki rasa kesejawatan sehingga ada rasa bangga dan


aman melalui perlindungan atas pekerjaannya, dalam hal ini menjadi
seorang guru.

4. Kriteria Guru Profesional


Seorang guru yang profesional dalam bidangnya, yakni sebagai
seorang pembelajar harus memiliki beberapa karakteristik yang dapat
membedakannya dengan guru yang tidak memiliki profesionalisme dalam
bidangnya, karakteristik tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi konseptual
Seorang guru mempunyai dasar teori dari pekerjaan yang
menjadi konsentrasi keahliannya Misalnya, seorang dosen Teknologi
Pendidikan harus menguasai teori dasar dari ilmu Teknologi Pendidikan,
sehingga ia dapat menjalankan tugasnya sebagai dosen Teknologi
Pendidikan dengan profesional.
b. Kompetensi teknis
Seseorang guru mempunyai kemampuan keterampilan dasar
yang dibutuhkan dari pekerjaan dan menjadi konsentrasi keahliannya.
Misalnya, seorang dosen Teknologi Pendidikan harus mampu dan
terampil dalam menggunakan media pembelajaran, khusunya dalam
menggunakan media yang berbasis high technology.
c. Kompetensi kontekstual
Seorang guru memahami landasan sosial, ekonomi, budaya
profesi dan menjaga kelestarian lingkungan hidup yang dikerjakan sesuai
konsentrasi keahliannya:
1) Kompetensi adaptif
Seorang guru mempunyai kemampuan penyesuaian diri
dengan kondisi yang berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Jadi seorang guru harus dapat
14

menyesuaikan dirinya dengan perkembangan IPTEK, sehingga tidak


gagap teknologi.

2) Kompetensi interpersonal
Seorang guru harus mampu menyampaikan informasi
dengan efektif, agar penerima ddapat menangkap tinformasi yang telah
disampaikan dengan baik.

G. Guru Berbudaya
Guru merupakan sosok panutan yang dijadikan sebagai patokan oleh
siswanya, baik dalam sikap maupun perbuatan. Guru adalah profesi yang
menuntut subjeknya berpikir sebelum bertindak, karena banyak yang akan
melihat dan mempraktekan gerak gerik seorang guru termasuk siswanya.
Muhammad AR (2003: 70-73) menambahkan bahwa guru itu bukan orang
sembarangan. Ia adalah manusia yang memiliki kualitas dalam hal ilmu
pengetahuan, moral, cinta, serta ketaatan kepada agama.
Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.14 Tahun 2005, guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru merupakan
orang tua kedua bagi siswa, hal ini dikarenakan guru bertugas membimbing,
mengarahkan bahkan mencontohkan siswa kearah yang lebih baik.
Jika seseorang cinta akan profesinya, maka ia akan melakukan segala
sesuatu dengan maksimal sampai titik kepuasan. Guru yang profesional akan
selalu menambah literasinya dan berusaha untuk up to date akan ilmu
pengetahuan serta meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Hal ini
dikarenakan ilmu pengetahuan selalu berkembang sehingga guru harus
mengikutinya dikarenakan ia merupakan petunjuk atau pemberi arah kepada
15

siswanya yang akan melanjutkan dan mewariskan ilmu pengetahuan kegenerasi


selanjutnya.

H. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan. (UU No.13/2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 1).
Menurut pasal 10 UU No. 14 Tahun 2005, ada 4 kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik
a. Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum/silabus
d. Perencanaan pembelajaran
e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
f. Evaluasi hasil belajar
g. Pengembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan potensinya
2. Kompetensi Kepribadian
a. Berakhlak mulia
b. Arif dan bijaksana
c. Berwibawa dan stabil
d. Dewasa
e. Jujur dan menjadi tauladan
f. Secara objektif dapat mengevaluasi kinerja sendiri
g. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
3. Kompetensi Sosial
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, isyarat
b. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional
16

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga


kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
nilai dan norma yang berlaku
e. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan
4. Kompetensi Profesional
a. Memahami materi pembelajaran secara luas dan mendalam
b. Memiliki kemampuan dalam pengaplikasian materi yang diajarkan
c. Memahami dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Memahami arah, tujuan dan manfaat dari mempelajari materi yang
diajarkan

I. Pendidikan Berbudaya Berdasarkan Kurikulum 2013


Pendidikan yang bermutu, berkualitas, dan berbudaya dapat diciptakan
dengan melibatkan generasi muda untuk ikut serta dalam membangun bangsa
Indonesia melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pada nilai-
nilai agama yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan peradaban manusia.
Kurikulum 2013 dapat kita katakan aspek yang mendukung mutu pendidikan
berbudaya, yaitu :
1. Religious
Religius erat kaitammya dengan kepercayaan umat manusia
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan dari aspek ini adalah mengajarkan
siswa tentang nilai-nilai kebenaran sesuai dengan kepercayaan masing-
masing. Hal ini agar peserta didik paham akan perbuatan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilakukan.
Melalui pendidikan agama yang diberikan disekolah,
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang
telah ditanamkan di lingkungan keluarga. Guru juga dituntut untuk
17

memperbaiki kesalahan dan kelemahan siswa dalam pemahaman keyakinan


dalam kehidupan sehari-hari
2. Sosial
Proses bimbingan individu ke dalam dunia sosial disebut
sosialisasi. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik invididu tentang
kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya, agar menjadi anggota yang
baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus.
Lingkungan sosial sekolah dibedakan atas lingkungan sekolah
seagama (homogen) dan lingkungan sekolah beda agama (heterogen) begitu
juga dengan suku-suku yang menjadikan lingkungan berwarna.
Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan yang harmonis
dengan suasana yang damai. Contohnya saling hormat-menghormati, saling
menghargai, saling memiliki dan menjaga nama baik sekolah.
3. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh melalui proses belajar. Pengetahuan peserta
didik hendaknya harus diimbangi dengan kecerdasan spiritual (SQ) dan
kecerdasan emosional(EQ). kecerdasan intelektual saja tidak cukup.
Seseorang yang cerdas tanpa spiritualitas dan emosi yang cerdas hanya akan
melahirkan komputer dan robot jenius pemusnah massa. Sebagai contoh kasus
bom bunuh diri yang dilakukan orang-orang yang tidak paham ilmu agama
yang benar, pengetahuan merakit bom malah mengakibatkan kerusakan.
Sehingga keberadaan sekolah sebagai wadah untuk belajar dan
menuntut ilmu pengetahuan dapat memberikan dampak positif dan negative
dari materi yang dipelajari. Dan selalu menerapkan pengajaran yang
memanfaatkan kecerdasan spiritual dan emosional yang cerdas.
4. Keterampilan
Keterampilan adalah hal yang sangat dibutuhkan peserta didik
karena setelah lulus sekolah keterampilan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menjamin kehidupannya nanti. Selain itu, dengan bersekolah setidaknya
18

peserta didik dapat membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam
tiap masyarakat modern.
Dengan demikian, untuk menciptakan mutu pendidikan yang
berbudaya merujuk pada kurikulum 2013 maka hendaknya peserta didik
diarahkan untuk memiliki sikap religious guna meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan melaksanakan ajaranNya dan
menjauhi laranganNya. Dalam aspek sosial peserta didik mampu berinteraksi
dengan ramah, sopan santun dan saling menghormati satu sama lain.
Pengetahuan yang diberikan kepada peserta didik akan lebih baik jika
diimbangi dengan kecerdasan spiritual dan emosional serta terampil sebagai
upaya mengembangkan minat dan bakatnya yang berguna bagi dirinya
dikemudian hari.

J. Kurikulum Dan Guru Dalam Perspektif Budaya


Kurikulum pendidikan merupakan salah satu wujud kebijakan
pendidikan yang bersifat spesifik untuk mengatur sistem pendidikan (Arif
Rohman, 2000:49).
Pendidikan berbasis budaya sebagai upaya untuk membina dan
mengembangkan karakter manusia yang cerdas dan sesuai dengan luhur budaya.
Djohar (2006: 142) menyatakan bahwa pendidikan berbasis budaya adalah
pendidikan yang berorientasi pada lingkungan kehidupan nyata meliputi nilai-
nilai kehidupan yang berkembang di masyarakat. Penggunaan budaya sebagai
dasar pendidikan didasarkan pada tuntutan dua hal yaitu penyikapan nilai-nilai
yang berkembang dimasyarakat dan kebiasaan pendidikan yang dilakukan agar
anak-anak memiliki budaya yang ingin dikehendakinya.
Jika dilihat saat ini, pemerintah telah berusaha untuk mewujudkan
pendidikan yang sesuai dengan budaya Indonesia namun tetap mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terciptanya pendidikan yang
19

berbudaya tergantung bagaimana pelaksanaan kurikulum dan pengaplikasian guru


dalam mengajar serta faktor internal dan eksternal dalam mendukung hal ini.

Anda mungkin juga menyukai