Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase KMB Profesi

Dosen Pembimbing : Aap Apipudin, S.Kep.,MM

Oleh :
GINDA RISGIA

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

a. Definisi
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB paru dapat
menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Smeltzer&Bare, 2015). Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di
berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani
Rab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)tuberkulosis
primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman yang
dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009)
b. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan
ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme. Sumber utama
penularan adalah orang dewasa dengan TBC paru dengan sputum positif (Mycobacterium
tuberculosis), dan susu dari hewan yang terinfeksi (Mycobacterium bovis).
c. Patofisiologi
Infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang-orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai unit yang terdiri dari satu sampai
tiga basil. Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru- paru atau
dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh
organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan
berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambaran seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi
didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau
terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
d. Tanda dan Gejala
1. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi gagal tumbuh
(failure to thrive) meskipun telah diberikan upaya perbaikan giziyang baik dalam waktu
1-2 bulan
2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebabyang jelas (bukan demam tifoid,
infeksi saluran kemih, malaria dan lain-lain). demam umumnya tidak tinggi, keringat
malam saja nbukan meruapak gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan
gejala umum lainnya
3. Batuk lama ≥2 minggu, batuk bersifat non remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan. Batuk tidak
membaik dengan pemberian antibiotika atau obat asma (sesuai indikasi)
4. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
e. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan Bakteriologis adalah pemeriksaan yang penting utuk menetukan diagnosa
TB, baik pada naak maupun dewasa. Pemeriksaan sputum pada anak terutama dilakukan
pada anak diatas usia 5 Tahun.
Cara mendapatkan sputum pada anak:
a) Berdahak
b) Bilas Lambung
Bilas lambung dengan NGT dapat dilakukan pada anak yang tidak mengeluarkan
dahak. Dianjurkan spesimen dikumpulkan minimal 2 hari berturut-turut pada pagi
hari.
c) Induksi Sputum
2. Pemeriksaam Penunjang
a) Uji tuberkulin
b) Foto Thoraks
c) Pemeriksaan Hispatologi (PA)
3. Sistem Skor

Diagnosis TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)


Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan keluarga, BTA (+)
BTA (-) atau
tidak tahu, BTA
tidak jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif (> 10
mm, atau > 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Bawah garis Klinis gizi buruk
badan/keadaan merah (KMS) (Bb/U < 60%)
gizi (menurut atau BB/U <
KMS) 80%
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1cm , jumlah
kelenjar limfe ≥ 1, tidak
leher. Axila, nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, pembengkakan
panggul, lutut,
Palang
Poto rontgen Normal/tidak Kesan TB
Thorak jelas
Ket : Anak didiagnosis TB jika jumlah scor ≥ 6, ( scor maksimal 13)

f. Penatalaksanaan
1. Obat anti tuberculosis (OAT)
Anak umumnya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit sehingga rekomendasi
pemberian 4 macam OAT pada fase intensif hanya diberikan pada anak dengan BTA
positif, TB berat dan TB tipe dewasa. Terapi TB pada anak dengan BTA
negatifmenggunakan panduan INH, rifampisin, dan pirazinamid pada fase inisial (2 bulan
pertama) diikuti rifampisin dan INH pada 4 bulan selanjutnya.

Nama obat Dosis harian Efek samping


(mg/kgBB/hari)
Isoniazide 5 – 15 (300 mg) Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitif
Rifampisin 10 – 20 (600 mg) Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,
trombositopeni, enzim hati, cairan
tubuh berwarna oranye
Pirazinamid 15 – 30 (2 g) Toksisitas hati, artarlgia,
gastrointestinal
Etambutol 15 – 25 (2,5 g) Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitif, gastrointestinal
Streptomisin 15 – 40 (1 g) Ototoksik, nefrotoksik

2. Kombinasi Dosis Tetap


Obat sediaan paket KDT dibut untuk satu pasien satu pengobatan. Paket KDT unuk anak
berisi obat fase intensif yaitu Rifampisin (R) 75 mg, INH (H) 50 mg, dan pirazinamid
(Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan yaitu R 75 mg dan H 50 mg dalam satu paket.

Berat Badan Fase Intensif (2 bulan) Fase lanjutan (4 bulan)


(RHZ 75/50/150) (RH 75/50)
5-7 1 Tablet 1 Tablet
8-11 2 Tablet 2 Tablet
12-16 3 Tablet 3 Tablet
17-22 4 Tablet 4 Tablet
23-30 5 Tablet 5 Tablet
>30 OAT dewasa OAT dewasa
Catatan:
a) Bayi dibawah 5kg pemberian secara terpisah tidak dalam bentuk KDT
b) Apabila kenaikanada kenaikan BB, maka jumlah dosis/tablet yag dibeikan sesuai
dengan BB saat itu
c) Untuk anak obesitas, KDT yang diberikan sesuai dengan berat badan Ideal sesuai
umur.
3. Nutrisi
Status nutrisi pada anak dengan Tb akan memperngaruhi keberhasilan pengobatan
TB. Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian pada ada dengan TB. Penilaian status
gizi harus dilakukan secara rutin selama anak dalam masa pengobatan. Penilaian
dilakukan dengan mengukur berat badan, tinggi adan, lingkar lengan atas atau
pengamatan gejala dan tanda malnutrisi seperti edema atau muscle wasting
Pemberian makanan tambahan sebaiknya diberikan selama pengobatan. Jika tidak
memungkinkan dapat diberikan suplemen nutrisi samapa anak stabil dan TB dapat diatasi.
Air susu ibu tetap diberikan jika anak masih dalam tahap menyusu.
Pathway
Droplet nucler/dahak yang mengandung

basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Batuk, bersin

Dihirup masuk paru

Mycobacterium menetap/dormant

Imunitas tubuh menurun

Membentuk sarang TB

Bronchus Pleura alveoli

Iritasi
Menyebabkan
infiltrasi pleura perkejuan

Peradangan pada
bronkus Mengganguu difusi
Terjadi gesekan inspirasi dan dan perfusi O2 dan
eksperasi CO2
Malaise Akumulasi
sekret

Nyeri akut
Anoreksia Resiko gangguan
Ketidakefektifan pertukaran gas
Bersihan jalan
napas Kelemahan
Nutrisi kurang
dari
kebutuhan

Pelepasan Intoleransi
Prostaglandin aktifitas

Menggeser set
point Thermostsat

Peningkatan Suhu
Tubuh

Hipertermia
Pengkajian
1. Identitas
identitas pasien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis kelamin, juga
identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk
Riwayat Penyakit dahulu
1) Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (riwayat batuk yang lama dan benjolan bisul pada
leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik
tidak kunjung sembuh. riwayat berobat tapi tidak sembuh, riwayat berobat tapi
tidak teratur)
2) Pernah di rawat di Rumah Sakit
Riwayat sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat pasien dirawat
dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti apa.
3) Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui, agar kerja
obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui. Pemberian antibiotik
dalam jangka panjang perlu diidentifikasi.
4) Tindakan (operasi)
Riwayat melakukan tindakan operasi, bagian dan penyebabnya.
5) Alergi
riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara atau makanan.
6) Imunisasi
Riwayat imunisasi pada pasien
b) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga memiliki riwayat penyakit TB paru
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah
b) Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama
atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas biasanya
tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
c) Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
d) Pemeriksaan fisik
1) Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
2) Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
3) Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau tidak,
simetris tidak.
4) Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
5) Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan atau
tidak, uji pendengaran anak
6) Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan
sub mandibula.
7) Dada :
- Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk
purulen (menghasilkan sputum).
- Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
- Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara
limforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
8) Perut : kaji bentuk perut, bising usus
9) Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada kelemahan
10) Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
- Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
- inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
11) Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk, skrotum
sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah.
4. Pemeriksaan tingkat perkembangan

Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa Manipulatif


Sampai 1 - Reflek-reflek
bulan primitif
- Dapat enghisap
- Menggenggam,
- Memberikan
respon terhadap
suara-suara
mengejutkan
1-3 bulan - Menegakkan - Memberikan
kepala sebentar, respon senyum
- Mengadakan
gerakan-gerakan
- merangkak jika
tengkurap
3-4 bulan - Mengangkat - Tersenyum. - Bersuara jika - Mulai
kepala dari posisi diajak bicara. mengamati
tengkurap dalam - tangan sendiri
waktu yang - Mampu untuk
singkat. - memegang
- Memalingkan - kerincingan.
kepala ke arah
suara.

5-9 bulan - Berguling dari - Memperlihatkan - Bervokalisasi - Mulai


sisi ke sisi ketika - kegembiraan suara-suara memindahkan
terlentang. dengan berlagak bergumam, benda dari
- Memalingkan dan tersipu- suaraseperti satu tangan ke
kepala pada - sipu. "da", "ma". tangan
orang yang lainnya.
berbicara. - Mampu
memanipulasi
benda-benda.

9-10 - Duduk dari - Mengenal dan - Ngoceh dan - Memungut


bulan posisi berbaring - menolak orang bervokalisasi benda diantara
- Berpindah asing - Mengatakan jari-jari dan
- Merangkak. - Meniru kata-kata ibu jari.
- Berteriak untuk seperti da-da,
menarik mam- mam.
perhatian.

1 tahun - Merangkak - Menurut - Mengucapkan - Memegang


dengan baik perintah kata-kata gelas untuk
- menarik badan sederhana tunggal minum.
sendiri untuk - meniru orang
berdiri dewasa.
- Dapat berjalan - Memperlihatkan
dengan berbagai emosi.
dibimbing.

1½ - Berjalan tanpa - Ingin bermain - Telah - Mencoret-


tahun ditopang dekat anak-anak menggunakan coret,
- Menaikitangga lain. 20 kata-kata - Membalik-
atau peralatan - Meminta minum. yang dapat balik halaman,
rumah tangga - Mengenal dimengerti. - Bermain
(kursi) gambar- gambar dengan balok-
binatang. balok
- Mengenal bangunan
beberapa bagian ecara
tubuhnya. konstruktif.

2 tahun - Mampu berlari - Mulai bernain - Mulai - Berpakaian


- Memanjat dengan anak- menggunakan sendiri, tidak
- Menaiki tangga anak lain dua atau tiga mampu untuk
- Membuka pintu. kata secara mengikat atau
bersamaan memasang
kancing.

3 tahun - Berlari bebas - Mengetahui - Berbicara - Menggambar


- Melompat nama dan jenis dengan lingkaran
- Mengendari kelaminnya kalimat- - Menggambar
sepeda roda tiga. sendiri dapat kalimat gambar-
diberi pengertian pendek. gambar yang
- Bermain secara dapat dikenal.
konstruktif dan
imitatif.
4-5 tahun - Mengetahui - Bernyanyi
banyak huruf- - Berdendang
huruf dari
alphabet
- Mengetahui lagu
kanak-kanak
- Dapat
menghitung
sampai 10.
4. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
2) Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 berkurang
3) Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5) Nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
5. Rencana tindakan keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi keperawatan Rasional


1. Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan nafas NIC : Airway Management
efektif berhubungan menjadi efektif setelah 1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi 1. Penurunan bunyi napas
akumulasi sekret dilakukan tindakan napas, kecepatan, irama, kedalaman menunjukkan menunjukkan
keperawatan selama 2 x24 dan penggunaan otot asesori) akumulasi sekret dan
jam ketidakefektifan pengeluaran
1. Frekuensi pernafasan 2. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi
dalam rentang normal sekresi, catat karakter, volume 2. Pengeluaran sulit bila sekret sangat
- 0-2 bulan : 50 s/d sputum dan adanya hemoptisis kental
< 60 x/menit 3. Berikan posisi semi/fowler tinggi
- 2 bln-12 bln : 40 dan bantu pasien latihan napas 3. Posisi fowler memaksimalkan
s/d < 50 x/menit dalam dan batuk yang efektif. ekspansi paru dan menurunkan
- 12 bln-60bln : 30 4. Bersihkan sekret dari mulut dan upaya bernapas
s/d < 40 x/menit trakea, bila perlu lakukan
2. Menunjukkan penghisapan (suction) 4. Mencegah obstruksi dan aspirasi.
kemampuan untuk Penghisapan diperlukan bila pasien
mengeluarkan sekret 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai tidak mampu mengeluarkan secret
Sekret berkurang indikasi seperti agen mukolitik, 5. Obat untuk membersihkan jalan
bronkodilator dan kortikosteroid. nafas sesuai indikasi klien
2. Gangguan pertukaran gas Gangguan pertukaran gas NIC:
berhubungan dengan dapat diminimalkan Airway Management
penurunan jaringan efektif Setelah dilakukan 1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, 1. TB paru mengakibatkan efek
paru, atelektasis, kerusakan tindakan keperawatan peningkatan upaya pernapasan, terhadap pernapasan bervariasi dari
membran alveolar-kapiler, 2x24 jam ekspansi thorax dan kelemahan gejala ringan , dyspnea berat
edema bronkial. 1. menunjukkan tekanan 2. Catat sianosis dan perubahan warna dampai distres pernapasan
oksigen PaO2 dalam kulit, termasuk membran mukosa dan 2. Akumulasi sekret dan
rentang normal kuku. berkurangnya jaringan paru yang
2. saturasi oksigen sehat dapat menggangu oksigenasi
dalam rentang normal organ vital dan jaringan tubuh.
Keseimbangan perfusi 3. Pertahankan posisi semi fowler 3. Posisi semi fowler untuk
ventilasi sesuai indikasi memaksimalkan ekspansi paru
4. Kolaborasi pemeriksaan AGD 4. Penurunan kadar O2 (PaO2) dan
atau saturasi
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai 5. Terapi oksigen dapat mengoreksi
kebutuhan tambahan hipoksemia yang terjadi akibat
penurunan
3. Hiperthermia berhubungan Setelah dilakukan 1. Pantau suhu pasien 1. suhu 38.9-41.1 menunjukan proses
dengan proses peradangan tindakan keperawatan 2. Pantau Hidrasi (turgor kulit, penyakit infeksius akut
selama 2x24 jam, suhu kelembapan, membran mukosa) 2. mengetahui tingkat hidrasi pasien
tubuh kembali normal, 3. Gunakan waslap dingin di Aksila 3. daerah Aksila tengkuk dan lipatan
dengan kriteria hasil : tengkuk dan lupatan paha paha merupakan daerah yang
4. Anjurkan keluarga untuk tidak terdapat pembuluh darah besar
 Suhu tubuh 36-37,5 o
memakaikan selimut tebal 4. selimut tebal akan mengganggu
C 5. Kolanorasi pemberian antipiretik mekanise kompensasi pengeluaran
keringat da panas tubuh
5. antipiretik digunakan untuk
mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus.
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan NIC : 1. Mencegah penggunaan energi yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan Energy Management berlebihan yang dapat
kelelahan selama 3 x 24 jam a. Observasi adanya pembatasan pasien menyebabkan kelelahan
pasien dapat dalam melakukan aktifitas 2. Mengetahui penyebab dari faktor
bertoleransi terhadap b. Kaji adanya faktor yang
yang menyebabkan kelelahan
aktivitas dengan menyebabkan kelelahan
c. Monitor nutrisi dan sumber energi 3. Mengetahui sumber asupan energi
Kriteria Hasil: 4. Mencegah terjadinya sesakterhadap
yang adekuat
a. Berpartisipasi dalam d. Monitor respon kardiovaskular aktivitas yang berat
aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas (takikardia, 5. Pemberian obat antihipertensi
disertai peningkatan disritmia, sesak nafas, diaphoresis, digunakan untuk mengembalikan
tekanan darah, nadi, pucat, perubahan hemodinamik) TD klien, obat digitalis untuk
dan RR e. Kolaborasi pemberian obat
b. Mampu melakukan antihipertensi, obat-obatan mengkoreksi kegagalan kontraksi
aktifitas sehari-hari digitalis, diuretic dan vasodilator. jantung pada gambaran EKG,
(ADLs) secara diuretic dan vasodilator digunakan
mandiri untuk mengeluarkan kelebihan
c. Keseimbangan cairan
aktifitas dan istirahat

5. Ketidakseimbangan nutrisi Intake nutrisi klien akan 1. Ukur dan catat berat badan pasein 1. BB menggambarkan status gizi
kurang dari kebutuhan seimbang dan sesuai 2. Kolaborasi tentang pemberian diet pasien
tubuh berhubungan dengan dengan kebutuhan tubuh pada pasien 2. Sebagai masukan makanan sedikit-
dispnea, kelamahan, efek klien dalam 3 x 24 jam 3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sedikit dan mencegah muntah
samping obat, produksi setelah perawatan sering 3. Sebagai alternatif pemenuhan
sputum dan anoreksia, mual dengan kriteria hasil 4. Jelaskan kepada keluarga tentang nutrisi pasien
muntah. 1. BB sesuai dengan pentingnya pemenuhan nutrisi 4. Menambah pengetahuan keluarga
berat badan ideal 5. Jelaskan kepada keluarga tentang 5. Meningkatkan pemahaman
2. Intake nutrisi penyebab malnutrisi, kebutuhan keluarga tentang penyebab dan
meningkat nutrisi pemulihan, susunan menu dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan
pengolahan makanan sehatseimbang, klien sehingga dapat meneruskan
tunjukkan contoh jenis sumber upaya terapi diet yang telah
makanan ekonomis sesuai status diberikan selama hospitalisasi.
sosial ekonomi klien. 6. Roborans, meningkatkan nafsu
6. kolaborasi pemberian roboransia makan, proses absorbsi dan
sesuai program terapi. memenuhi defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi Keenam Bahasa Indonesia.
Oxford: Elsevier

Corwin, E. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Moorhead, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Keenam Bahasa Indonesia.
Oxford: Elsevier.

Muscari, M. E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina Hany.
Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M. 2016. Diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai