Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Poros sebagai roda penggerak sebuah mesin merupakan salah satu
komponen terpenting dari suatu rangkaian mesin. Peranan utama poros dalam
mentransmisikkan daya adalah dengan mengubah gerak translasi menjadi gerak
rotasi pada saat mesin beroperasi dan mengubah gerak rotasi menjadi gerak
translasi pada waktu mesin akan dijalankan.
Bantalan/bearing merupakan salah satu komponen mesin yang berfungsi
sebagai penumpu poros agar dapat bergerak lebih halus dan aman. Selain itu
bantalan juga berfungsi untuk memperpanjang umur dari poros yang ditumpunya.
Dalam merancang sebuah bantalan harus diperhatikan kekokohannya sehingga
poros beserta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik.
Pasak adalah suatu bagian dari mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti puli, kopling, roda gigi dan lain-lain. Fungsi yang
hampir serupa dengan pasak yaitu spline, hanya saja spline memiliki gigi luar
pada poros dan gigi dalam yang jumlahnya sama, serta satu dan lainnya saling
terkait. Gigi yang bergeser secara aksial pada waktu meneruskan daya.
1.2 Perumusan Masalah
Parameter-parameter yang perlu dihitung dalam perencanaan ini adalah:
- Momen lentur poros
- Momen puntir poros
- Gaya tekan pada batang torak
- Dimensi poros
- Dimensi pasak
- Umur bantalan
Dalam menghitung harga dari parameter-parameter tersebut digunakan
data spesifikasi dari katalog motor Jupiter MX sebagai dasar perhitungan,

1
sedangkan untuk harga-harga yang tidak ada standarnya maka diasumsikan dan
dilanjutkan dengan menghitung kekuatan bahannya.
1.3 Tujuan Pengkajian
Sesuai dengan masalah diatas maka tujuan pengkajian ini adalah
merancang sebuah poros engkol Yamaha Jupiter MX dan menganalisa kembali
parameter-parameter baik tegangan dan sebagainya. Sehingga diharapkan dapat
membantu untuk mendapatkkan data spesifikasi dari elemen mesin ini.
1.4 Metote Penulisan
 BAB I : PENDAHULUAN, menjelaskan latar belakang dipilihnya
poros sebagai bahan perancangan.
 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, pembahasan mengenai teori-
teori dasar yang berhubungan dengan pembahasan poros.
 BAB III : PERHITUNGAN, membahas perhitungan dalam
perancangan poros.
 BAB IV : ANALISIS, menyajikan analisis hasil perancangan
poros.
 BAB V : KESIMPULAN, menyajikan kesimpulan hasil
perancangan poros.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Poros
Poros/shaft adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap kontruksi
mesin. Hampir semua mesin mempunyai poros untuk meneruskan tenaga
bersama-sama dengan putaran, peranan utama dalam tranmisi seperti itu dipegang
oleh poros. Poros itu sendiri adalah bagian yang stasioner seperti roda gigi, roda
gila, engkol dan elemen pemindah daya lainnya.
Poros dapat menerima beban lentur,beban tarik, beban tekan atau puntir
yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang lainnya.
Demikian pula halnya dengan poros engkol/crank shafft dimana berfungsi sebagai
transmisi atau penerus putaran. Dari gerakan ini dapat dihasilkan suatu langkah
kompresi atau langkah isap dan langkah buang, mekanisme batang hubung poros
diterapkkan untuk mengubah gerak translasi menjadi gerakk rotasi atau
sebaliknya.
Untuk mekanisme kepala silang, yang melakukkan gerak bolak-balik lurus
pada penuntun kepala silang dan pada batang torak dipasang kepala torak dengan
kokoh. Batang hubung yang menyambung kepala silang dengan engkol dan
engkol yang berputar dengan poros engkol. Jadi slah satu ujung batang hubung
melakukan gerak bolak-balikk dan ujung yang lainnya gerak rotasi.
2.1.1 Jenis-Jenis Poros
Menurut penggunaannya poros dibedakan atas:
1. Poros transmisi
Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau momen puntir
dan momen lentur. Daya ditransmisikan kepada poros melalui
kopling,roda gigi, sabuk atau sprocket rantai dan lain-lain. Digunakan
untuk memindahkan momen lentur.
2. poros pendukung

3
Poros yang mendukung khusus untuk elemen mesin yang beputar,
misalnya:
A. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, dimana bebanutamanya
berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah
deformasi yang kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
B. Gandar
Gandar baik yang berputar maupun yang diam berfungsi hanya
untuk menopang bagian mesin yang diam, berayun atau berputar,
tetapi tidak mengalami momen puntir dengan demikian beban
utamanya adalah tekukan atau bending. Gandar pendek juga
disbut dengan baut. Bagian yang berputar dalam bantalan dari
gandar desebut dengan tap. Gandar biasanya dipasang diantara
roda-roda kereta barang. Dimana tidak dapat mendapat beban
puntir bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar.
Menurut pembebanan yang dialami poros :
1. Poros denganbeban puntir murni
2. Poros dengan beban lentur murni
3. Poros dengab beban kentur dan beban puntir
Menurut arah memanjang /longitudinal maka dibebankan poros yang bengkok
(poros engkol) terhadap poros biasa, sebagai poros pejal atau poros berlubang,
keseluruhan rata atau dibuat mengecil, menurut penampang melintangnya disebut
sebagai poros bulat dan poros profil disamping itu dikenal juga poros engsel,
poros teleskop, poros lentur,dan lain-lain.
3. Poros Engkol
Poros engkol merupakan bagian dari suatu mesin yang berputar. Poros
inilah yang menggerakkan beban, baik secara langsung maupun melalui transmisi
roda gigi. Poros engkol memiliki satu atau lebih bagian esentrik yang dinamakan
engkol dan terdiri pena engkol dan pipi engkol. Poros engkol yang bertumpu pada
bantialan itu dihubungkan dengan torak oleh batang penggerak atau batang torak,
dengan demikian gerakan translasi torak sepanjang TMA-TMB-TMA akan

4
memutar poros engkol sebanyak satu putaran demikian pula sebaliknya, satu
putaran poros engkol akan mengakibatkan terjadinya gerak translasi torak
sepanjang TMA-TMB-TMA.
Pada poros engkol terdapat roda gaya sebagai sumber energi yang menjaga
agar poros engkol dapat terus berputat dengan stabil untuk menggerakkan torak
ketika melakukan langkah buang, langkah isap dan langkah kompresi.
Pada umumnnya poros meneruskan daya melalui sabuk, roda gigi dan
rantai. Dengan demikian poros tersebut mendapat beban puntir dan beban lentur
sehingga pada permukaan poros terjadi tegangan puntir yang disebabkan adanya
momen puntir dan tegangan lentur yang disebabkan adanya momen lentur.
Beban yang bekerja pada poros pada umumnya adalah beban berulang,
jika poros tersebut mempunyai roda gigi untuk meneriuskan daya besar maka
kejutan yang besar akan terjadi pada saat mulai atau sedang berputar
2.1.2 Hal Penting Dalam Perancangan Poros
Untuk merancang sebuah, hal-hal seperti dibawah ini harus diperhatikan:
A. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapaaat mengalami beban puntir atau lentur
atau gabungan antara keduanya, juga ada poros yang mendapat beban
tarik atau tekan seperti poros baling-baling pada turbin.
Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros
mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus
direncanakan sehingga cukup kuat menahan beban-beban diatas.

B. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekakuan yang cukup tetapi
jika lenturan atau defleksi puntirannya terlalu besar maka akan
mengakibatkan ketelitian (pada mesin perkakas) atau gerakan dan
suara (pada turbin dan kotak roda gigi). Oleh karena itu disamping
kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan jenis mesin yang akan dilayani oleh poros tersebut.

5
C. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya maka maka
putaran tersebut disebut putran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin,
motor bakar torak, motor listrik dan lain-lainnya. Jika mungkin poros
harus direncanakan sedemikan rupa sehingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritisnya.
D. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk
poros propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang
korosif. Demikian juga untuk poros-poros yang terancam kavitasi, dan
poros-poros mesin yang sering berhenti lama sampai batas-batas
tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.
E. Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinishing, baja karbon kontruksi mesin (disebut
baja bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang
dioksidasikan dengan fero silikon dan dicor,kadar karbon terjamin).
Meskipun deminikian bahan ini kelurusannya agak kurang tetap
dan mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang
misalnnya bila diberi alur pasak, kaarena ada tegangan sisa
didalamnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros
menjadi keras dan kekakuannya bertambah.
Poros-poros yang digunakan untuk meneruskan putaran tinggi
umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang
sangat tahan pada keausan.
Rumus-rumus yang digunnakan :
1. Daya rencana

Pd  Fc P

Dimana :

6
Pd  daya rencana (kW)
Fc  faktor koreksi (tabel 1.6)
P daya noominal output dari motor penggerak
 sularso, hal 7, pers1.1

2.Gaya batang torak

Fs  Pe At
N 450000  D 2
= 
Vl Z n a 4

Dimana :
Fs gaya batang torak (kg)
N  daya motor (dk)
Vl  volume langkah torak (cm)
Z  jumlah silinder
n  putaran (rpm)
a  jumlah siklus per putaran
D  diameter silinder

3. Torsi motor
N
T 71620
n

Dimana:
T  torsi motor (kgmm)

4. Tegangan geser yang diijinkan

B
a 
Sf 1 Sf 2

Dimana:
 kg 
 a  tegangan geser yang diijinkan  2 
 mm 
 kg 
 B  kekuatan tarik  2 
 mm 
Sf 1 faktor keamanan akibat masa = 6
Sf 2 faktor keamanan akbat tegangan = (1,5 – 3)

7
 sularso, hal.8, pers.1.5

5. Diameter terbesar

1
5,1 3
ds   km m  2   kt t  2
a

Dimana:
ds  diameter terbesar (mm)
km - faktor koreksi momen lentur yang tetap = 1,5
- fakkor koreksi akibat tumbukan ringan = (1,5 – 2)
-faktor koreksi akibat tumbukan berat = (2 – 3)
kt - faktor koreksi untuk beban yang halus = 1
- faktor keamanan akbat tumbukan yang ringan = (1 – 1,5)
- faktor keamanan akabat tumbukan yang berat = (1,5 – 3)
 Sularso, hal.18, pers.1.20 

2.2 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket, kopeling, puli dan elemen
lain pada poros. Momen diteruskan dari poros naaf atau naaf ke poros.
Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan oleh spline dan roda gerigi
yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi
yang sama pada naaf dan saling berkaitan satu sama lain.
Seperti halnya baut dan sekrup, pasak digunakan untuk sambungan
yang dapat dilepas. Gaya yang membebani pasak pada umumnya terjadi
pada penampangnya. Beban pada penampang melintang tidak banyak
terdapat pada pasak. Pasak memanjang terutama digunakan untuk naaf pada
poros.
Macam-macam pasak menurut letaknya pada poros dapat dibebankan:
A. Pasak pelana
B. Pasak rata
C. Pasak benam

Rumus-rumus yang digunnakan :

8
1. Gaya tangensial pasak
T
Ft = D
2

2. Dimensi

2.1. pasak
2.1.1. panjang pasak
l = dapat dicari dari Niemann, hal. 335, tabel 18/7

2.1.2. tinggi (h) = lebar (l) pasak


Ft Ft
i  
A b l

Ft
b
 i l

3. Tegangn geser yang terjadi

Ft Ft
g  
A b l
Dimana:
 g  teganan geser yang terjadi 
 kg 
2 
 mm 

Tabel 18/7. Dimensi Pasak(335)

9
2.3 Spline
Spline merupakan suatu elemen mesin yang mempunyai fungsi sama
seperti pasak, yaitu untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi,
tetapi jumlah giginya lebih dari satu dan dapat digeser pada saat meneruskan daya
secara aksial.
Rumus-rumus yang digunnakan :
1. Dimensi
1.1. spline

 Do  D1 
h=b=
2

Dimana:
D0 diameter asumsi (mm)
D1  diameter spline (mm)

1.1.2. panjang spline

10
T C
a 
I xx

Ft h 1 b
 2
1 l b 2
12
Ft h 6

l b 2

Ft h 6
l
 a b 2
Dimana :
l  panjang spline (mm)
h tinggi spline (mm)
b  lebar spline (mm)

2.4 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu pada poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat terus berlangsung secara
halus, aman dan panjang umur. Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan
poros serta lainnya bekerja dengan baik. Seandainya bantalan tidak berfungsi
dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja
secara maksimal.

2.4.1 Klasifikasi Bantalan


Bantalan dapat diklasifikasikan atas dasar:
1. Gerakan bantalan terhadap poros
A. Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu aloh permukaan bantalan dengan
perantaraan ;lapisan pelumas.

B. Bantalan gelinding

11
Pada bantalan ini terjadi gerakan gelinding antara bagian yang
berputar dengan ujung diam melalui elemen gelinding seperti bola,
rol atau rol jarum dan rol bulat.

2. Arah beban terhadap poros


A. Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu
poros
B. Bantalan aksial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah sejajar sumbu poros.
C. Bantakan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak
lurus sumbu poros.
Rumus-rumus yang digunnakan :
1. Umur bantalan
1.1 beban ekivalen dinamis

Pr  X V Fr  Y Fo 

Dimana:
Pr beban ekivalen dinamis (kg)
Fr beban radial (kg)
Fa beban aksial (kg)
X , Y , V dapat dilihat pada setiap tabel bantalan
 sularso, hal.135, pers.4.49

1.2 faktor kecepatan


1.2.1 untuk bantalan bola
1
 33,3  3
f n  
 n 

1.2.2 untuk bantalan rol

12
3
 33,3  10
f n  
 n 
 sularso, hal.136, pers.4.53

Dimana:
f n  faktor kecepatan
n putaran (rpm)
1.3 Fakktor umur
C
fh  fn 
P
Dimana:
f h faktor umur
C lihat tabel bantalan
P  Pr bbeban ekivalen dinamis (kg)
 sularso, hal.136, pers.4.53

1.4 faktor umur nominal


1.4.1 untuk bantalan bola
3
Lh 500  f h

1.4.2 untuk bantalan roll

10
Lh 500  f h 3

Dimana:
Lh faktor umur nominal
f h faktor umur nominal
 sularso, hal.136, pers.4.54

Tabel 4.15. Bantalan Bola(143)

13
Tabel 4.15. Bantalan Rol Silindris(146)

14
BAB III
PERHITUNGAN

3.1 Data spesifikasi Yamaha Jupiter MX:


- N : daya motor = 12,5 dk
- n : putaran poros engkol= 8500 rpm
- d : diameter silinder = 5,4 cm
- V : volume langkah torak = 134,44 cm 3
1
- a : jumlah siklus per putaran = 0,5
2
- Z : jumlah silinder = 1

1. Tekanan Efektif Rata-Rata


450000 N
Pe 
Vl Z n a
450000 12,5

134,44 1 8500 0,5
kg
9,84
cm 2

2. Gaya Batang Torak


Fs  Pe As
 3,14 5,4 2 
9,84  
 4 
225,42kg
3. Torsi Motor
N
T 71620 
n
12,5
71620 
8500
105,3235kg.cm
1053,235kg.mm

3.2 Perhitungan Momen lentur dan Momen Puntir

15
225,42 kg

Balancer Magnet & Spul


2 kg 2 kg

RA 0,8 kg 0,8 kg RB

60mm 16mm 18mm 18mm 16mm 80mm

225,42 kg
2 kg 2 kg
0,8 kg 0,8 kg

RA RB
60mm 16mm 18mm 18mm 16mm 80mm

# M a 0
-2 (60) + 0,8 (16) + 225,42 (16+18) + 0,8 (16+18+18) – RB
(16+18+18+16) + 2 (16+18+18+16+80) = 0
R B (16+18+18+16) = 7894,68
R B = 116,18 kg

#  F y 0
R A + R B – 2 – 0,8 – 225,42 – 0,8 – 2 = 0
R A + 116,18 – 2 – 0,8 – 225,42 – 0,8 – 2 = 0
R A = 114,84 kg

0  X 60 mm

2 kg V M

16
X

 F y 0
- V - 2 kg = 0
V = - 2 kg

M x  0
M + 2 (X) = 0
M = - 2 (X)

X=0 M=0
X = 60 M = - 120 kg.mm

60 mm X 76 mm

2 kg V M

60 mm 114,84 kg

 F y 0
V – 2 + 114,84 = 0
V = 112,84 kg

Mx 0
M - 114,84 (X-60) - 2 (X) = 0
M = 114,84 (X-60) + 2 (X)
X = 60 M = - 120 kg.mm
X = 76 M = 1685,44 kg.mm

17
# 76 mm X  94 mm

2 kg 76 mm 0,8 kg V M

60mm 114,84 kg
X

 F y 0
- V – 0,8 + 114,84 – 2 = 0
V = 112,04 kg

M x  0
M + 0,8 (X-76) + 114,84 (X-60) - 2 (X) = 0
M = - 0,8 (X-76) – 114,84 (X-60) + 2 (X)

X = 76 M = 1685,44 kg.mm
X = 94 M = 3702,16 kg.mm

94 mm X  112 mm

2 kg 0,8 kg 225,42 kg V M

114,84 kg

94 mm
X

 F y 0
-V – 225,42 – 0,8 + 114,84 – 2 = 0
V = -113,38 kg

M x  0
M + 225,42 (X-94) + 0,8(X-76) - 114,84 (X-60) + 2 (X) = 0

18
M = - 225,42 (X-94) – 0,8(X-76) + 114,84 (X-60) - 2 (X)
X = 94 M = 3702,16 kg.mm
X = 112 M = 1661,32 kg.mm

112 mm X  128 mm

2 kg 0,8 kg 225,42 kg 0,8 kg V M

114,84 kg
112 mm

 F y 0
-V – 0,8 – 225,42 – 0,8 + 114,84 - 2 = 0
V = - 114,18 kg

M x  0
M + 0,8(X-112) + 225,42(X-94) + 0,8(X-76) - 114,84(X-60) +
2(X) = 0
M = - 0,8(X-112) – 225,42(X-94) – 0,8(X-76) + 114,84(X-60) -2(X)

X = 112 M = 1661,32 kg.mm


X = 128 M = - 165,56 kg.mm

128 mm  X  0

2 kg 0,8 kg 225,42 kg 0,8 kg V M

19
114,84 kg 116,18 kg
128 mm

 F y 0
-V + 116,18 – 0,8 – 225,42 – 0,8 + 114,84 - 2 = 0
V = 2 kg
M x  0
M - 116,18(X-128) + 0,8(X-112) + 225,42(X-94) + 0,8(X-76) -
114,84(X-60) + 2(X) = 0

M = 116,18(X-128)- 0,8(X-112) – 225,42(X-94) – 0,8(X-76) +


114,84(X-60) -2(X)

X = 128 M = - 125 kg.mm


X=0 M= 0

Diagram Momen Lentur

3702,16
kg.mm

20
1685,44
Kg.mm

1661.32
Kg.mm

0 60 mm 76 mm 94 mm 112 mm 128 mm 0

-120
Kg.mm

-165,56
kg.mm

Diagram Momen Puntir/Torsi

1053,235
Kg.mm

0 60 mm 76 mm 94 mm 112 mm 128 mm 0

3.3 Dimensi poros engkol

1. Diameter Pena engkol


kg
Bahan yang digunakan S35C, dengan kekuatan tarik  b = 52
mm 2

21
b 52 kg
a   2,8
Sf 1 Sf 2 6 3 mm 2

1
3
 5,1 
d s   km M  2
  kt T 
2

 a 
1
 5,1  3
  3x3702,16 2
  3 x1053,235
2
 28mm
 2,8 

2. Diameter Poros Bantalan


kg
Bahan yang digunakan S30C, dengan tegangan tarik  b 48
mm 2

b
a 
Sf 1 Sf 2
48
a 
6 3
kg
 a 2,67
mm 2

1
 5,1  3
d s   3 ( 120)  2
  3 1053,235
2

 2,67 
d 19mm

3. Diameter Poros Pasak


kg
Bahan yang digunakan S35C, dengan kekuatan tarik  b = 52
mm 2

b 52 kg
a   2,8
Sf 1 Sf 2 6 3 mm 2

22
1
 5,1 3
d s   3 ( 120)  2   3 1053,235 2 
 2,8 
d 18mm

3.4 Defleksi Puntiran

T L
 584
G d 4 G 8,3 103

1. Pena Engkol: (L=36 mm)

1053,235 36
 584 0,0043 0
8,3 10 3 28 4

2. Poros Bantalan: (L=16 mm)

1053,235 16
 584 0,009 0
8,3 10 3 19 4

3. Poros Pasak: (L=60 mm)

1053,235 60
 584 3 4
0,010
8,3 10 18

Defleksi pada poros masih cukup kecil dari yang diijinkan sehinggga poros dalam

keadaan aman.

3.5 Pasak

1. Gaya tangensial pasak

T
Ft 
ds
2

23
1053,235

18
2
kg
117 ,02
mm 2

2. Tinggi (h) dan lebar (b) pasak


- Tingi pasak dengan diameter 18 mm = 10 mm
- Lebar pasak dengan diameter 18 mm = 6 mm
(dilihat dari tabel 18/7, hal. 335, niemann)

3. Panjang Pasak
F
 ka 
b l
F
l 
b  ka
117 ,02
 h l
6 2,8
6,9mm b

3.6 Umur bantalan

1. Bantalan pada Pena


Bantalan yang digunakan untuk memutar gaya pada pena engkol adalah
bantalan rol silindris. Diameter pena 28 mm, maka digunakkan bantalan
rol silindris dengan C= 2990 kg

1. Beban ekkivalen dinamis pada pena


P  X .V .Fr  Y .Fa
(0,56)(1)( 225,42)  0
126,23kg

2. Umur bantalan
3
10 C  33,3  10
l h 500 f h 3 ; fh  fn 
P
; f n 
 n 

10
 C 3
500 f n  
 P
10
 33,3  310  C   3

500   
n   P 

 

24
10
 33,3  310  2990   3

500   
 8500   126,23  
 
74763,67 jam

Jika dalam atu hari dipakai selama 8 jam maka umur bantalan menjadi:

74763,67
Lh 
8 365
25,6 tahun

2. Bantalan pada Poros Engkol Kiri


Bantalan yang digunakan untuk memutar gaya pada poros engkol
adalah bantalan bola. Diameter poros engkol kiri = 19 mm maka
digunakan bantalan jenis 6204 dengan harga C = 1000 kg

1. Beban ekivalen dinamis

P  X .V .Fr  Y .Fa
0,56(1)(114 ,84)  0
63,31kg

2. Umur bantalan
1
3 C  33,3  3
Lh 500 f h ; fh  fn  ; f n  
P  n 
3
 C
500 f h  
 P
3
 33,3  13  C  
500     
 n   P  
3
 33,3  13  1000  
500    
 8500   63,31  
7719,30 jam

25
Jika dalam satu hari digunakan selama 3 jam maka umur bantalan
menjadi:

7719,30
Lh 
3 365
7,04 tahun

3. Bantalan Poros Engkol Kanan


Bantalan yang digunakan untuk memutar gaya pada poros engkol
adalah bantalan bola. Diameter poros engkol kanan = 19 mm maka
digunakan bantalan jenis 6204 dengan harga C = 1000 kg

1. Beban ekivalen dinamis


P  X .V .Fr  Y .Fa
0,56(1)(116,18)  0
65,06kg

2. Umur bantalan
1
3 C  33,3  3
Lh 500 Fh ; fh  fn  ; f n  
P  n 
3
 C
500  Fn  
 P
3
 33,3  13  C  
500    
 n   P  
3
 33,3  13  1000  
500    
 8500   65,06  
7113,05 jam
Jikka dalam satu hari dipakai selama 3 jam maka umur bantalan
menjadi:

7113,05
Lh 
3 365
6,4 tahun

26
BAB V
ANALISIS

Pada kenyataannya dalam sebuah perancangan ulang suatu elemen, masih


belum mampu untuk dapat mencapai bentuk atau rancangan yang paling ideal,
baik dalam pendekatan secara teoritis maupun secara numerik.
Setelah melakukan proses perhitungan dalam perancangan poros engkol
Yamaha Jupiter MX, ternyata diperoleh beberapa hasil perhitungan yang tidak
sesuai dengan katalog klasifikasinya. Namun perbedaan yang terjadi ini tidaklah
terlalu besar. Kemungkinan besar perbedaan yang terjadi, disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain:
-Adanya ketidaksamaan dalam menentukan faktor koreksi.
- Adanya ketidaksamaan dalam menentukan faktor keamanan.
- Kurang sama dalam pembulatan angka perhitungan.

27
- Asumsi yang dilakukan penulis tidak tepat.
- Ukuran dari dimensi benda aslinya telah mengalmi beberapa kali
pengujian sehingga hampir mendekati sempurna, sedangkan dalam
perhitungan penulis hanya pendekatan secara teoritis saja.

BAB VI
KESIMPULAN

Dari data teknis didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:


1. Daya Rencana = 12,5 dk
2. Tekanan Efektif Rata-Rata = 9,84 kg/cm2
3. Torsi Motor = 1053,235 kg.mm
4. Dimensi Poros Engkol
4.1 Diameter pena engkol
4.1.1 Tegangan geser yang diijinkan = 2,8 kg/mm2
4.2.2 Diameter pena = 28 mm
4.2 Diameter poros bantalan
4.2.1 Tegangan geser yang diijinkan =2,67 kg/mm2
4.2.2 Diameter poros bantalan =19 mm

28
4.3 Diameter poros bantalan
4.3.1 Tegangan geser yang diijinkan =2,8 kg/mm2
4.3.2 Diameter poros bantalan =18 mm
5. Pasak
5.1. Tegangan geser yang diijinkan = 2,8 kg/mm2
5.2. Diameter pasak = 18 mm
5.3. Gaya tangensial pasak = 117,02 kg/mm2
5.4. Panjang pasak = 6,9 mm
5.5. Lebar pasak = 6 mm
5.6. Tinggi pasak = 10 mm
6. Bantalan
7.1. pena
6.1.1 Diameter pena =28 mm
6.1.1. Jenis bantalan pena =N306
6.1.2.Umur bantalan pena = 25,6 tahun

6.2. Poros engkol kiri


6.2.1. Diameter bantalan poros engkol kiri = 19 mm
6.2.2. Jenis bantalan = 6204
6.2.3. Umur bantalan poros engkol kiri = 7,04 tahun
7.3. Engkol kanan
7.3.1. Diameter bantalan poros engkol kanan = 18 mm
7.3.2. Jenis bantalan = 6204
7.3.3. Umur bantalan poros engkol kanan = 6,4 tahun

Semua hasil yang didapat adalah merupakan hasil sehingga banyak sekali
perbedaan-perbedaan dengan hasil sebenarnya, yang telah mengalami perhitungan
serta pengujian yang telah dilakukan berulang kali dan lebih teliti. Jadi untuk
mendapatkan hasil yang memuaskaan maka perancangan sebuah poros engkol
tidak hanya cukup dengan pengujian dari hasil-hasil yang didapatkan dari

29
penghitungan dan suatu perancangan harus dilakukan dengan teliti dan sungguh-
sungguh

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso,”Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin”,Jakarta, Pradya


Paramita,1991
2. Gustav Niemann,”Machine Elements”Springer-Verlag,Berlin Heidenberg,
New York, 1978
3. Aris Munandar,W,”Motor Bakar Torak” Bandung,ITB,1988
4. Suwadi Suparlan ,MME.,”Catatan Elemen Mesin”,ITENAS,Bandung

30
31

Anda mungkin juga menyukai