Mental Atlite Fix
Mental Atlite Fix
Behnke, Tomczak, Kaczmarek, Komar, dan Gracz (2019), mengatakan bahwa dalam penelitian
psikologi olahraga telah mengungkapkan bahwa latihan mental sangat penting dalam
pengembangan kepercayaan diri atlet. Dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi (2016), yang
menyimpulkan bahwa latihan mental memiliki dampak terhadap performa dan kinerja atlet
dalam mengikuti kompetisi atau ajang kejuaraan olahraga.
Setyobroto (1993),mengatakan ada tiga bentuk latihan mental yang diprioritaskan dan akan
disesuaikan dengan kebutuhan praktis dalam membina atlet yang mau bertanding diantaranya
yaitu
contoh melatih konsentrasi sebagai berikut: Memerintahkan atlet untuk duduk seenaknya di
kursi, kemudian pelatih meletakan sesuatu obyek atau foto di mukanya, yang berhubungan
dengan olahraga yang diikuti. Relaks lebih dahulu kemudian disuruh membuka mata. Berhenti
lima menit dan jangan bergerak, perhatikan dengan seksama obyek tersebut. Sesudah lima menit
atlet diminta membalikan badan. Kemudian disuruh menceritakan apa yang 70 dilihat. Atlet yang
daya konsentrasinya baik, akan menceritakan apa yang dilihat dengan tepat dan tidak banyak
membuat kesalahan.
2. Relaksasi
adalah situasi dimana atlet tidak merasa tegang secara mental, fisik dan emosi. Relaksasi
dilakukan dengan cara menegangkan otot-otot pada seluruh tubuh sebelum membuat otototot itu
menjadi relaks.
Contoh dari latihan reklaksasi yang paling sederhana adalah teknik pernapasan. Teknik ini
banyak dilakukan oleh para atlet karena dapat dilakukan di sembarang tempat, misalnya di
pinggir arena pertandingan saat menunggu waktu untuk bermain, demikian pula pada saat
gejolak emosi sedang memuncak, misalnya pada malam sebelum pertandingan, atau beberapa
jam sebelum pertandingan.
membayangkan teknik dan skill apa saja yang akan dipakai pada saat pertandingan.
Sufriyanto dan Putra (2019), keunggulan lain yang didapatkan melalui latihan mental imagery ini
selain
meningkatkan kepercayaan diri atlet juga dapat berpikir positif dan berorientasi
pada penyelesaian masalah, serta dapat mengendalikan emosi untuk tetap tenang baik
dalam kondisi dibawah tekanan maupun kondisi pernah cedera dan tidak pernah cedera.
Contoh :
Seorang perenang menggunakan imagery dalam persiapan mental untuk bertanding. Dia
membayangkan dirinya berenang dengan kuat dan cepat. Dia membayangkan mencium bau
klorine (bau kolam) ketika dia memasuki area kolam renang sampai menunggu pertandingan di
mulai.
Dia mendengar percikan air dan tepukan tangan dari teman untuknya. Dengan menggabungkan
elemen-elemen tersebut dia bisa mewujudkan dalam aktivitas yang nyata terutama dalam
pertandingan, sehingga dia bisa meningkatkan daya konsentrasi, meningkatkan rasa percaya diri
dan meningkatkan mental bertanding
Dari ketiga bentuk latihan mental yang telah dipaparkan diatas, peneliti memilih
menggunakan teknik latihan mental imagery. Diperkuat oleh Hidayat, Subarjah, & Komarudin
(2019), yang menjelaskan bahwa latihan mental imagery sangat bermanfaat untuk
akan mampu meningkatkan dan mengantisipasi apa yang akan terjadi. Jika sukses dalam
latihan mental imagery maka akan semakin yakin pada kemampuannya, dan peningkatan ini