Anda di halaman 1dari 10

7 Cara Mendidik Anak Balita Agar Disiplin

dan Patuh Sejak Kecil


Oleh Adelia Marista Safitri Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Yusra
Firdaus - Dokter Umum

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Mendidik anak sejak balita adalah tugas orangtua yang paling sulit. Pasalnya, usia balita
merupakan masa di mana si kecil masih ingin bebas melakukan hal sesukanya. Cara yang
ditempuh setiap orangtua pun berbeda-beda. Ada yang lebih sabar, tapi ada pula yang cenderung
marah-marah atau bahkan melibatkan kekerasan seperti menjewer, memukul, atau membentak.

Salah-salah pilih cara mendisiplinkan anak yang keliru malah bisa membuat anak semakin
membangkang dan kabur dari tanggung jawab. Daripada pakai kekerasan yang membuang-
buang energi, lebih baik pakai cara yang lebih halus, tapi fokus dan ampuh mendisiplinkan anak.
Bagaimana caranya?

Tips mendidik anak balita agar tumbuh disiplin hingga


dewasa
1. Konsisten

Dilansir dari WebMD, Claire Lerner, seorang spesialis perkembangan anak, menyatakan bahwa
sejak usia 2 sampai 3 tahun anak-anak bekerja keras untuk memahami bagaimana perilaku
mereka memengaruhi orang-orang di sekitarnya. Lerner mengatakan bahwa pola asuh yang
diterapkan secara rutin dan konsisten dapat membuat anak merasa lebih aman dan terlindungi.
Anak menjadi tahu apa yang diharapkan oleh orangtuanya sehingga dapat bersikap lebih tenang
saat diberikan perintah.

Ambil contoh, saat Anda mengatakan “jangan memukul” saat pertama kali si kecil memukul
teman sebayanya, mungkin keesokan harinya si kecil bisa tetap memukul. Jika Anda kembali
mengatakan “jangan memukul” saat hal ini terulang untuk yang kedua, ketiga, atau keempat
kalinya, anak akan lebih memahami dan bersikap tenang untuk tidak memukul. Akan tetapi
ingat, gunakan nada yang lebih tenang agar anak tidak merasa terancam dan justru
membangkang.

Sementara jika Anda tak konsisten, maka si kecil akan merasa bingung. Contohnya, ketika suatu
hari Anda tidak membolehkan si kecil bermain bola di dalam rumah tapi keesokan harinya Anda
justru membiarkannya. Hal ini akan membuat sinyal anjuran dan larangan di otak anak
bercampur sehingga anak tak tahu mana yang boleh dan tidak boleh. Maka tidak heran bila anak
lambat laun menjadi tidak disiplin.

Lakukan berkali-kali, hingga si kecil mengerti dengan perintah yang Anda berikan. Si kecil akan
menyerap perintah dan belajar melakukan hal yang sama setelah empat atau lima kali kejadian
berulang.

2. Kenali pemicu tantrum pada anak

Tantrum adalah kejadian yang wajar terjadi pada setiap anak. Maka itu, setiap orangtua harus
tahu betul apa yang membuat anaknya tantrum dan rewel. Kebanyakan anak, memang akan
memiliki emosi yang meledak-ledak saat merasa lapar atau mengantuk. Nah, baiknya hindari
waktu-waktu ini saat Anda ingin mengajarkan disiplin pada anak.
Misalnya, bila Anda ingin mengajarkan anak untuk disiplin waktu tidur, pastikan Anda dan si
kecil berada di rumah pada jam-jam tidur siang dan malam. Jadi, hindari membawanya ke
supermarket atau tempat lainnya saat si kecil mengantuk atau lapar.

Di sinilah diperlukan kerja sama Anda dan si kecil agar proses mendidik anak berjalan dengan
lancar. Kalau anak masih tantrum, berikan mainan kesukaannya terlebih dahulu untuk memicu
suasana hatinya lebih baik. Barulah setelah itu Anda bisa kembali mengajaknya bermain sambil
belajar bertanggung jawab dengan apa yang si kecil lakukan. Jangan lupa untuk berikan pujian
pada si kecil saat dia berhasil melakukan kegiatan positif versi dirinya.

3. Ikuti pola pikir anak

Cara mendidik anak sejak balita lainnya adalah dengan mengikuti pola pikir si kecil. Memang
sangat mudah untuk merasa kesal saat si kecil membuat seisi rumah berantakan. Hari ini si kecil
menggambar seluruh dinding rumah dengan krayon, lalu keesokannya menyebarkan mainan
tanpa membereskannya lagi. Anda tentu pusing dibuatnya.

Namun ingat, pola pikir Anda tentu berbeda dengan pola pikir si kecil. Mungkin bagi Anda
membereskan mainan adalah hal yang mudah dan dapat cepat diselesaikan, tapi belum tentu
untuk si kecil.

Jadi, cobalah untuk mengikuti pola pikir anak. Pada anak seusianya, hal-hal seperti itu memang
menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ingat pula bahwa Anda pun melakukan hal yang sama
saat seusianya. Ini karena usia balita adalah masa ketika si kecil belajar dan mengenal apa yang
ada di sekitarnya.

Jadi, alih-alih kesal karena si kecil tidak mau disuruh untuk membereskan mainnanya. Anda bisa
ikut membantu membereskan mainan tersebut dan memberi contoh yang baik padanya. Beri tahu
ia jika hal ini penting untuk dilakukan dan adalah tugasnya. Dengan begitu, ia lama-kelamaan
akan terbiasa untuk melakukannya. Jangan lupa berikan si kecil pujian jika ia berhasil
membereskan mainannya sendiri.
4. Ciptakan lingkungan yang sesuai

Sekarang Anda sudah tahu bahwa si kecil sedang mengalami rasa penasaran yang tak ada
habisnya dan ingin menjelajahi semua hal baru. Nah, untuk mengawali mendidik anak, hindari
berbagai godaan yang dapat membuyarkan konsentrasi anak. Ya, menciptakan lingkungan yang
kondusif dan sesuai dengan keadaan si kecil adalah cara mendidik anak yang tepat. 

Misalnya, hindari akses TV, handphone, tablet, atau alat elektronik lainnya yang dapat
mengganggu proses pembelajaran anak balita. Proses mendidik anak terkadang terganggu
dengan tampilan video yang lebih menarik bagi si kecil daripada mainan di sekitarnya. Membaca
buku atau mainan lainnya, justru lebih bisa merangsang kemampuan motorik dan sesoriknya.

Menurut Rex Forehand, Heinz, dan Rowena Ansbacher, profesor psikologi di University of
Vermont, orangtua perlu menciptakan suasana yang kondusif saat mendidik anak mereka.
Bahkan sSaat si kecil mulai membangkang, orangtua tidak boleh menghukum anak tetapi justru
memindahkan mereka ke aktivitas lain yang dapat mengalihkan perhatiannya.

5. jangan ragu untuk memberi ‘hukuman’ pada anak 

Banyak orangtua yang tak tega jika harus memberikan hukuman pada anaknya. Sebenarnya, ini
juga diperlukan untuk menunjukkan sikap tegas dalam mendidik anak. Akan tetapi ingat, Anda
juga harus mengukur hukuman yang diberikan pada si kecil, jangan terlalu memberatkan. Hal ini
hanya dilakukan untuk membuat si kecil belajar disiplin.

Misalnya saja, saat si kecil memukul, menggigit, atau melemparkan makanannya, bawa si kecil
ke kamarnya atau ke ruangan yang lebih privat. Kemudian, minta ia untuk diam di ruangan
tersebut dan memikirkan apa yang telah ia lakukan selama beberapa saat. Di sini ajaklah anak
untuk bersikap lebih tenang dan berikan pemahaman bahwa sikap si kecil perlu diperbaiki
beserta alasannya. Misalnya saja, “Adik tidak boleh melempar makanan, ya. Nanti lantainya jadi
kotor.”

Lakukan cara ini selama satu sampai dua menit, setidaknya sampai Anda selesai memberikan
pemahaman pada si kecil. Jika sudah selesai, berikan tanda pada si kecil kalau dia sudah boleh
pergi dari lokasi “hukuman” dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dengan demikian, si
kecil akan belajar bahwa tidak semua hal dapat dia lakukan begitu saja, terlebih jika itu
merugikan orang lain. Si kecil tentu akan merasa tidak ingin kembali ke sudut ruangan dan
menjalani hukuman lagi.

6. Tetap bersikap tenang

Hindari membentak atau memarahi si kecil saat dia tidak mau disiplin. Pasalnya, hal ini hanya
akan membuat pesan positif yang Anda utarakan hilang begitu saja di benak si kecil. Ketika si
kecil menangkap aura negatif dari amarah orangtua, dia hanya akan melihat bentuk emosinya
dan tidak akan mendengar apa yang Anda katakan.

Usahakan untuk tetap bersikap tenang di depan si kecil. Tarik napas dalam-dalam, hitung sampai
tiga, dan tatap mata Anda dalam-dalam. Menegur dan bersikap tegas bukan berarti harus disertai
dengan emosi, bukan?

7. Berpikir positif
Tenang, tidak ada orangtua yang sempurna. Tidak perlu membanding-bandingkan kedisiplinan
anak Anda dengan anak lain seusianya. Sebab setiap anak memiliki masa perkembangan yang
berbeda-beda dan tidak bisa disamakan. Lakukan saja hal-hal terbaik yang Anda mampu
lakukan.

Tidak peduli seberapa stres Anda berusaha mendidik si kecil agar disiplin, tetaplah berpikir
positif. Percayalah bahwa Anda mampu mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Mintalah
bantuan pasangan atau dokter anak untuk mendapatkan saran terbaik dalam mendisiplinkan anak.

Selama Anda konsisten dengan aturan yang Anda buat, niscaya si kecil akan belajar disiplin
secara perlahan dengan hasil positif yang akan mengejutkan Anda.

Sebagai orang tua, tentu Bunda menginginkan Si Kecil tumbuh menjadi anak yang berani
mengungkapkan pendapat, menunjukkan potensinya, dan mengeksplor lingkungan sekitarnya.
Untuk mewujudkan harapan ini, Bunda membutuhkan pola asuh keluarga yang tepat untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya.

Penjelasan dari dr. Irma Rismayanty menyatakan bahwa kemampuan anak dapat berbeda-beda
sesuai dengan usianya. Pada usia 2-3 tahun Bunda dapat mulai mendorong Si Kecil untuk
melakukan kegiatan yang ia sukai dan lebih mengeksplorasi diri. Hindari sikap menyalahkan jika
Si Kecil melakukan kesalahan. Hal ini dapat membuat Si Kecil menjadi takut untuk
mengungkapkan keinginannya.

Kemudian, pada usia 4-5 tahun Si Kecil akan cenderung bertanya tentang banyak hal. Peranan
Bunda dalam merangsang Si Kecil untuk aktif bereksplorasi dibutuhkan agar Si Kecil semakin
percaya diri. Pertanyaan yang ditanggapi dengan positif akan memunculkan pertanyaan baru dari
Si Kecil. Hal ini membantunya menjadi pribadi yang kritis.

Si Kecil yang Pendiam & Pemalu


Di masa kanak-kanak, Si Kecil membutuhkan eksplorasi lebih untuk dapat mengoptimalkan
pertumbuhannya. Tapi bila Si Kecil termasuk ke dalam golongan anak pendiam atau pemalu,
Bunda perlu trik khusus untuk menanganinya.

Menurut psikolog anak dan remaja dari klinik KANCIL, Jakarta, Alzena M. Asykouri, M.Psi.,
antara Si Kecil yang pendiam dan pemalu jelas berbeda. Si Kecil yang pendiam lebih banyak
berpikir sendiri dan tidak mengemukakan pendapatnya secara lugas. Sedangkan Si Kecil yang
pemalu memiliki karakter enggan mengekspresikan perasaan selain juga tak berani
mengungkapkan pendapat.

Menelisik tentang penyebab Si Kecil menjadi pendiam atau pemalu, psikolog anak dan remaja di
klinik konsultasi TigaGenerasi, Jakarta, Anna Surti Aianni, M.Psi, mengatakan bahwa pola asuh
dalam keluarga turut memengaruhi Si Kecil menjadi pribadi yang pemalu. Ketika Si Kecil
sering diledek, dicela, atau disalahkan, ia akan menjadi pribadi yang cenderung malu dan tidak
berani bertindak spontan.
Selain itu, pengaruh hukuman dan sering dimarahi juga dapat menyebabkan Si Kecil menjadi
pendiam. Namun terkadang, Si Kecil yang pendiam juga bisa disebabkan oleh kurangnya
kosakata. Kondisi ini dapat terjadi bila Bunda tidak cukup memberikan kesempatan Si Kecil
untuk mengungkapkan sesuatu.

Tips Tingkatkan Rasa Percaya Diri Si Kecil


Dengan pola asuh keluarga yang tepat, Si Kecil yang pendiam atau pemalu sekalipun akan
tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Berikut ini adalah
beberapa tips meningkatkan kepercayaan diri Si Kecil yang dapat Bunda terapkan:

1. Buat Si Kecil Merasa Diterima

Menurut Erica Reischer, Ph.D., yang merupakan penulis sekaligus konsultan keluarga, seorang
anak dapat lebih berani mengungkapkan sesuatu ketika diterima di dalam lingkungannya. Cara
ini sebenarnya cukup efektik untuk mengoptimalkan tumbuh kembang Si Kecil, karena ia bebas
menentukan keinginannya.

2. Berikan Hadiah

Seorang anak dapat meningkat kepercayaan dirinya ketika mendapatkan pujian atas keterampilan
barunya. Bunda boleh memberikan hadiah atas interaksi yang dilakukannya. Namun, jika sudah
berjanji akan memberikan sesuatu, Bunda harus ingat dan menepatinya, ya.

3. Ajak Si Kecil Berdiskusi

Saran dari Heidi Kiebler-Brogan seorang konselor profesional, mengajak Si Kecil berdiskusi
tentang suatu hal dapat membantu Bunda lebih memahami karakter Si Kecil. Misalnya saja
setelah Bunda bertemu dengan seorang teman, Bunda boleh menanyakan pendapat Si Kecil
tentang pertemuan tersebut.

4. Latih Bersosialisasi

Memperkenalkan cara bersosialisasi yang baik akan memungkinkan Si Kecil terbiasa


berkomunikasi dengan orang dan menghindari kecemasan berhadapan dengan orang lain. Maria
Zimmitti, Ph.D, presiden Georgetown Psychology Associates di Washington DC, menyarankan 
Bunda untuk mengajarkan bagaimana berkenalan dan berinteraksi di keramaian.

Beberapa tips di atas, bisa membantu Si Kecil lebih percaya diri dan berani bereksplorasi. Jadi,
Bunda tak perlu ragu untuk katakan “iya boleh” untuk mendukung jiwa petualang Si Kecil.
Asalkan, kesehatannya terlindungi. Pola asuh keluarga yang membebaskan Si Kecil
mengeksplorasi dunia sekitarnya dapat membantu optimalkan tumbuh kembangnya. Yuk, cek
tips selengkapnya seputar cara mendukung eksplorasi Si Kecil di #IyaBoleh !
Cara Mendidik Anak Yang Baik, Cerdas,
Religius, dan Patuh
advertisement

Memiliki anak yang baik dalam bersikap, cerdas, dan patuh adalah impian siapa saja. Maka dari
itu intuk memilki anak dengan kriteria di atas adalah sepenuhnya tanggung jawab orang tua
dalam mendidik anak sedini mungkin. Lantas bagaimanakah cara mendidik anak yang baik dan
benar?. Secara teori hal itu tampak mudah namun dalam penerapanya tidak semua orangtua
berhasil melakukanya.

Cara mendidik anak harus dipahami secara menyeluruh bukan hanya sepenggal-sepenggal saja.
Agar anak tumbuh dengan utuh baik secara intelektual, spiritual, dan emosional. Maka mendidik
anak seharusnya berupa upaya mengajak dan memotivasi anak kearah positif untuk berani
meenukan hal-hal baru secara intelektual, spiritual, dan emosionalnya. Ketiganya jangan
dipisahkan apalagi dihilangkan.

Kesalahan yang umum dilakukan orangtua adalah mereka merasa telah cukup hanya dengan
memasukan anak kesekolah. Toh mereka juga diajari di sekolahan berbagail hal. Pada posisi ini
maka kemungkinan gagal dalam mendidik anak sudah di depan mata. Seharusnya tanggung
jawab sebagai orang tua dalam mencetak anak yang berkualitas tidak bisa sampai disitu saja.
Apa saja yang harus dilakukan?.

Image credits: Creative Commons - https://www.flickr.com/photos/dalbera/2738451853/

Cara Mendidik Anak


1. Ajarkan Kemandirian dan Tanggung Jawab Sejak Usia Dini

Umumnya orang tua memiliki rasa khawatir yang berlebihan pada anak. Maka jangan lagi terlalu
berlebihan mengkhawatirkan anak serta over protektif. Belajarlah untuk mempercayai buah hati
anda namun tetap memantau dari jauh tanpa pengekangan maupun melindungi kesalahan yang
dilakukan. Ajarkan pada buah hati anda mengetahui benda-benda miliknya serta merapikanya
setelah bermain. Ketika sudah masuk masa sekolah ajarkan mereka untuk mempersiapkan
keperluanya, beri uang saku dengan diarahkan untuk disisihkan sebagai tabungan.

2. Ajarkan dan Tumbuhkan Rasa Ingin Tahu Anak

Pada usia anak-anak mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika melihal benda-benda
atau sesuatu yang belum pernah dilihat dan pahami maka biasanya mereka akan bertanya.
Sebagai orang tua anda harus menjawab dengan menjelasan yang mudah dipahami. Jika anda
tidak tau akan hal itu jangan berbohong, berusahalah menjelaskan selogis mungkin. Hindari
mengatakan "Tidak tahu" bisa saja mengalihkan dengan menyanggupi untuk mencari informasi
tersebut. Jika buah hati anda termasuk yang tidak suka bertanya maka anda bisa memberikan
umpan dengan memberikan penjelasan tanpa ditanya. Misalnya "itu adalah Gajah, hewan ini
suka makan rumput dan memiliki hidung yang panjang" seperti itu.

3. Ajarkan dan Tumbuhkan Kemampuan Berpendapat Anak

Umumnya orang tua acuh terhadap pendapat anak. Mereka terlalu menganggap tidak penting
pendapat anak-anak. Padahal ketika pendapat anak tidak dipedulikan maka bisa berdampak
menjadikan anak minder tidak berani berpendapat. Sebagai orang tua sebaiknya belajar
mendengarkan pendapat anak, jika memang pendapatnya tidak benar bisa dikoreksi. Misalnya
dengan memberi respon positif saat anak berpendapat dengan meberi pujian positif meskipun
pendapatnya asal-asalan.  Jika anak anda termasuh anak yang pemalu maka anda bisa
memberikan umpan dengan mengajukan pertanyaan sehingga memicu buah hati anda untuk
melontarkan pendapatnya.\

4. Ajarkan dan Tumbuhkan Rasa Sosial, Bersimpati, Emapti, dll

Sebagai manusia rasa sosial, simpati, empati, dan sikap itu sangat penting. Agar anak tumbuh
menjadi manusia yang menghargai orang lain maka sedini mungkin ajarkanlah pada mereka
untuk memahami lingkungan sekitar. Ajarkan pada anak anda untuk memberi pada mereka yang
membutuhkan, dan tidak bersifat sombong. Misalnya ada pengemis, biarkan buah hati anda yang
memberi. Kemudian berikan penjelasan kenapa kita harus memberi dan berbagi.

5. Beri Tauladan Yang Baik, Jadilah Contoh

Sebagai orang tua maka sikap dan prilaku kita adalah contoh utama yang akan di ikuti oleh buah
hati kita. Jika ingin anak-anak kita bersikap sopan, bertuturkata yang baik, maka kita harus
senantiasa bersikap seperti itu sebagai contoh. Jika ingin anak kita religius, maka kita harus
memberi contoh seperti apa orang yang religius itu. Maka dari itu sikap orang tua adalah contoh
dan teladan utama bagi anak-anaknya. .

Kesimpulan Cara Mendidik Anak Yang Baik

Dari beberapa pembahasan di atas tentang cara mendidik anak yang baik bisa disimpulkan
bahwa anak harus diberi perhatian dan kasih sayang serta kepercayaan. Orang tua harus
menyadari sepenuhnya bahwa buah hari mereka akan menyerap setiap hal dan kejadian
disekitarnya maka dari itu contoh terbaik adalah lingkungan keluarga anda. Jangan berlebihan
memproteksi anak dan jangan berlebihan mengabaikanya. Kasih sayang keluarga adalah kunci
kesuksesan dalam mendidik anak.

Anda mungkin juga menyukai