Anda di halaman 1dari 16

MASYARAKAT HUKUM

DI
S
U
S
U
N

OLEH :

KELOMPOK 9

NAMA : ZATUL HILMI


: HAFIZAH
SEM/UNIT : III/I
PRODY : S-1 HPI
PEMBIMBING : KHAIRILINA, MH

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia yang
tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan baik,
shalawat dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. pembawa
risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat manusia
didunia dan diakhirat.
Makalah ini membahas tentang “Perkembangan IPTEK terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Primer dan Sekunder”. Saya sadar bahwa penyusun
makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i. Semoga juga menjadi amal
yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Amiin.

Penyusun

Kelompok 9

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A. Definisi Masyarakat.............................................................................. 2
B. Macam-Macam Bentuk Masyarakat Hukum ....................................... 5
C. Harapan Masyarakat Terhadap Hukum ............................................... 6
D. Masyarakat Hukum dan Masyarakat Hukum Adat Indonesia.............. 7
E. Batasan dalam Masyarakat Hukum..................................................... 9

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 11


A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat hukum    (rechtsgemeen schappen) adalah sekelompok orang
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dimana di dalam kelompok tersebut
berlaku suatu rangkaian peraturan yang menjadi tingkah laku bagi setiap
kelompok dalam pergaulan hidup mereka.
Peraturan-peraturan itu dibuat oleh kelompok  itu sendiri dan berlaku bagi
mereka sendiri. Suatu aturan tersebut kadang-kadang diciptakan dan dikehendaki
oleh para anggota masyarakat, adakalanya disebabkan oleh kebiasaan yang
dilakukan secara berulang-ulang dan masyarakat lainnya mengikutinya, karena
mereka yakin bahwa  yang dilakukannya tersebut memang seharusnya demikian,
yang dikenal dengan sebutan  masyarakat adat. Hal ini sesuai dengan
pandangan Roscou Pound  yang menyatakan bahwa hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Sesuai disini
bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Masyarakat ?
2. Bagaimana Bentuk Masyarakat Hukum ?
3. Apa Harapan Masyarakat Terhadap Hukum ?
4. Apa yang dimaksud Masyarakat Hukum dan Masyarakat Hukum Adat
Indonesia ?
5. Apa Batasan dalam Masyarakat Hukum ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Masyarakat
1. Pengertian dasar secara etimologi dan terminologi
Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, yaitu
musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat
digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur.
Drs. C.S.T. Kansil, SH berpendapat masyarakat adalah persatuan manusia
yang timbul dari kodrat yang sama. Jadi, masyarakat itu terbentuk apabila ada dua
orang atau lebih hidup bersama, sehingga dalam pergaulan hidup itu timbul pelbagai
hubungan atau pertalian yang mengakibatkan bahwa yang seorang dan yang lain
saling kenal mengenal dan pengaruh – mempengaruhi.
Di dalam masyarakat yang teratur , manusia/ anggota masyarakat itu harus
memperhatikan kaedah-kaedah , norma-norma ataupun peraturan –peraturan hidup
tertentu yang ada dan hidup dalam masyarakat di mana ia hidup.1
2. Pembagian Masyarakat Indonesia
Penduduk negara indonesia terdiri dari warga negara dan bukan warga
negara. Oleh karena itu untuk mengetahui hal ini dapat diperhatikan ketentuan
sebagai berikut :
a. Indische Staatsregeling (I.S) tahun 1927, yaitu peraturan Ketatanegaraan
Hindia Belanda
b. Undang-undang Nomor 62 tahun 1927 yaitu Undang-Undang
kewarganegaraan yang berlaku sekarang
Dalam ketentuan IS tahun 1927 pasal 163 ayat (1) menyebutkan penduduk
indonesia dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu :

1
Drs. C.S.T. Kansil,S.H, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,(Jakarta:Balai
Pustaka, 1986), hlm.34.

2
a. Golongan Eropa terdiri dari :
1) Bangsa Belanda
2) Bukan Belanda, tetapi orang yang asalnya dari Eropa
3) Bangsa Jepang
4) Prang-orang yang berasal dari negara lain yang hukum keluarganya
sama dengan hukum keluarga belanda (Amerika, Australia, Rusia,
Afrika Selatan ).
5) Keturunan mereka tersebut diatas
b. Golongan Timur Asing terdiri dari :
1) Golongan Cina (toinghoa)
2) Golongan Timur Asing Bukan Cina (Orang-orang Arab, India,
Pakistan, Mesir Dll)
c. Golongan Bumi Putera yaitu :
1) Orang-orang indonesia asli serta keturunannya yang tidak memasuki
golongan rakyat lain
2) Orang yang mula-mula termasuk golongan-golongan rakyat lain, lalu
masukdan menyesuaikan hidupnyadengan golongan Indonesia asli.
Dalam ketentuan undang-undang Nomor 62 tahun 1958 yaitu undang-undang
kewargaan indonesia menyatakan penduduk Indonesia dibagi kedalam masyarakat
indonesia dan orang asing. Warga negara yaitu setiap orang yang menurut undang-
undang kewarganegaraan adalah termasuk warga negara. Orang asing yaitu orang
yang bukan warga negara.
Pembagi tersebut menurut undang-undang Nomor 62 tahun 1958 dianggap
penting terutama dalam Hukum Tata Negara dalam menentukan hak-hak dan
kewajiban mereka misalanya hak pilih.
a. Hak pilih aktif ( hak memilih dalam pemilihan umum)
b. Hak pilih pasif (hak dipilih)
Dalam lapangan hukum publik misalnya :
a. Hak-hak untuk menjadi pegawai negeri
b. Hak-hak untuk menjadi tentara
c. Hak menjadi anggota partai politik , daln lain lain

3
Penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan tiga golongan tersebut diatas
lapangan hukum perdata diperlukan masing-masing golongan penduduk yang
berlaku hukum perdatanya sendiri-sendiri yang berbeda-beda. Berdasarkan Intruksi
Presidium kabinet Ampera Nomor 31/U/IN/12/1966, bahwa tidak ada lagi
penggolongan-pemggolongan penduduk indonesia berdasarkan pasal 131 dan 163
I.S, melainkan hanya ada perbedaan antara warga negara Indonesia dan orang asing.
Penggolongan dalam warga negara Indonesia dan orang asing tidak mengurangi
berlakunya ketentuan-ketentuan mengenai perkawinan, warisan, dan ketentuan-
ketentuan hukum perdata lainnya yang telah berlaku bagi mereka masing-masing2
3. Definisi Masyarakat Hukum Menurut Para Ahli
DR. Soedjono Dirdjosisworo SH mengatakan pada bukunya yaitu apabila
sebagai contoh ditelaah suku bangsa di indonesia, maka akan tampak suatu
masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berhubungan satu dengan
yang lain, dalam kaitannya pula dengan alam yang tidak tampak , terhadap dunia luar
dan terhadap dunia alam kebendaan, sehingga mereka bertingkah–laku sedemikian
rupa, yang mana untuk gambaran yang jelas, kelompok kelopok ini dapat disebut
dengan masyarakat hukum (Rechtsegmeen Schappen). Dalam pergaulan hukum
mereka yang merasa menjadi anggota dari ikatan-ikatan itu bersikap dan bertindak
sebagai sesuatu dianggap akan berpengaruh terhadap kesatuan kelompok.
Menurut Ter Haar Bzn, masyarakat hukum adalah kelompok-kelompok
masyarakat yang tetap dan teratur dengan mempunyai kekuasaan sendiri dan
kekayaan sendiri baik berwujud atau tidak berwujud.
Pipin Syarifin S.H, berpendapat dalam bukunya Hukum timbul dalam
masyarakat, berbagai macam kepentingan saling bertemu menyebabkan
berkembangnya hukum dalam masyarakat itu. Sesuatu yang menetapkan hukum
untuk dirinya sendiri dan kemudian masyarakat itu mengikatkan diri pada hukum itu,
hal ini disebut masyarakat hukum. Masyarakat hukum yang terpenting adalah negara,
desa.

2
Pipin Syarifin,S.H.,Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung : Pustaka Setia,1999), hlm.60

4
B. Macam-Macam Bentuk Masyarakat Hukum
1. Menurut dasar pembentukannya, dapat di bagi menjadi 3 :
a. Masyarakat teratur , masyarakat yang diatur dengan tujuan tertentu.
b. Masyarakat yang teratur yang terjadi dengan sendirinya.
c. Masyarakat yang tidak teratur.
2. Menurut dasar hubungan yang diciptakan oleh para anggota masyarakat :
a. Masyarakat paguyuban (Gemeinschaft), apabila hubungan itu bersifat
kepribadian dan menimbulkan ikatan batin misalnya rumah tangga.
b. Masyarakat patembayan (Gesellschaft) , apabila hubungan itu bersifat tidak
kepribadian dan bertujuan untuk mecapai keuntungan kebendaan misalnya
perseroan terbatas.
3. Menurut dasar perikehidupannnya atau kebudayaannya:
a. Masyarakat primitif dan modern.
b. Masyarakat desa dan kota.
c. Masyarakat territorial.
d. Masyarakat genealogis.
e. Masyarakat terotorial genealogis.
4. Menurut hubungan keluarga :
a. Keluarga inti.
b. Keluarga luas.
c. Suku bangsa.
d. Bangsa.
Jadi, masyarakat hukum adalah Rechtgemeen Schappen yaitu sekelompok
orang yang hidup di dalam suatu wilayah tertentu dimana di dalam kelompok
tersebut berlaku suatu rangkaian peraturan yang menjadi tingkah laku bagi setiap
kelompok dalam pergaulan hidup mereka.
Peraturan peraturan itu dibuat oleh kelompok itu sendiri dan berlaku bagi
mereka sendiri. Suatu aturan tersebut kadang-kadang diciptakan dan dikehendaki
oleh para anggota masyarakat , adakalanya disebabkan oleh kebiasaan yang
dilakukan secara berulang-ulang dan masyarakat lainnya mengikutinya, karena

5
mereka yakin bahwa yang dilakukannya tersebut memang seharusnya demikian,
yang dikenal dengan sebutan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pandangan Roscoue Pound yang mengatakan bahwa
hukum yang baik adalah hukum yang hidup sesuai dengan masyarakat. Sesuai disini
bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

C. Harapan Masyarakat Terhadap Hukum


Hukum mempunyai fungsi untuk memberikan perlindungan terhadap
kepentingan manusia , seluruh manusia tanpa terkecuali. Oleh karena itu maka
hukum harus dilaksanakan agar kepentingan manusia tersebut dapat terlindungi.
Dalam pelaksanaannya, hukum dapat berlangsung secara normal dan damai, akan
tetapi dapat juga terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum dalam prakteknya. Dalam
hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum
inilah hukum ini menjadi kenyataan. Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang
selalu harus diperhatikan, yaitu : kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan
(Zweckmassigkeit) dan keadilan (Gerechtigkeit).
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan dapat
ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa konkrit. Bagaimana hukumnya
itulah yang harus berlaku; fiat justitia et pereat mundus ( meskipun dunia ini runtuh
hukum harus ditegakkan ). Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Masyarakat
mengharapkan adanya kepastian hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum
masyarakat akan lebih tertib. Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat dalam
pelaksanaan atau penegakan hukum. Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam
pelaksanaan atau penegakan hukum, keadilan diperhatikan. Dalam pelaksanaan atau
penegakan hukum harus adil.
Dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu sistem hukum untuk
menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur. Kenyataannya hukum
atau peraturan perundang-undangan yang dibuat tidak mencakup seluruh perkara
yang timbul dalam masyarakat sehingga menyulitkan penegak hukum untuk
menyelesaikan perkara tersebut. Dalam usaha menyelesaikan suatu perkara
adakalanya hakim menghadapi masalah belum adanya peraturan perundang-

6
undangan yang dapat langsung digunakan untuk menyelesaikan perkara yang
bersangkutan, walaupun semua metode penafsiran telah digunakan.

D. Masyarakat Hukum dan Masyarakat Hukum Adat Indonesia


Merupakan aturan batiniah bahwa beberapa orang di anggap memiliki
kekuasaan, dengan memiliki, barang-barang , tanah , air, tanaman , kuil-kuil dan
bangunan-bangunan yang harus dipelihara bersama, harus dipertahankan bersama
oleh anggota ikatan , dengan nilai-nilai yang sakral.3
Terjadinya masyarakat itu di dalamnya sebagai takdir alam, sebagai suatu
kenyataan dari kekuatan gaib. Tiada seorangpun yang berpikiran atau berangan-
angan, akan kemungkinan membubarkan kelompok-kelompok itu. Paling dalam
keadaan tertentu yang dianggapnya tak dapat dihindarkan seseorang menggagalkan
kelompok itu.
Apabila akan dipelajari secara nyata , maka masyarakat hukum itulah
masyarakat hukum adat indonesia. Definisi Masyarakat adat merupakan istilah
umum yang dipakai di Indonesia untuk paling tidak merujuk kepada empat jenis
masyarakat asli yang ada di dalam negara-bangsa Indonesia. Dalam ilmu hukum dan
teori secara formal dikenal Masyarakat Hukum Adat, tetapi dalam perkembangan
terakhir, masyarakat asli Indonesia menolak dikelompokkan sedemikian mengingat
perihal adat tidak hanya menyangkut hukum, tetapi mencakup segala aspek dan
tingkatan kehidupan.
Pengertian ini tidak merujuk kepada defenisi secara tertutup tetapi lebih
kepada kepada kriteria, agar dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang besar
kepada komunitas untuk melakukan self identification/ mengidentifikasikan dirinya
sendiri.
Pengertian Menurut AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) pada
Kongres I tahun 1999 dan masih dipakai sampai saat ini adalah: "Komunitas-
komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas
suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam,

3
DR. Soedjono Dirdjosisworo, S.H, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers,2010),
hlm.120

7
kehidupan sosial budaya yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat yang
mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”.
Sejak tahun 1906 sampai tahun 1918, oleh Prof. C. Van Vollenhoven,
melukiskan hukum adat indonesia menerangkan watak , maupun wilayah hukum dari
masyarakat adat tersebut diatas. Wilayah itu dibagi-bagi atas 19 daerah hukum
(Recht Skringen) ; oleh Ter Haar jumlah itu dipertahankan, akan tetapi ia membagi-
bagikan nomor 2 (Gayo, Alas, dan Batak) dan nomor 4 (Sumatera Selatan) atas
beberapan sub daerah hukum. Pembagian itu berdasarkan watak masyarakat hukum
yang terdapat di dalam setiap daerah hukum itu. Wilayah hukum adat meliputi
republik indonesia, madagaskar, sebagian Malaya dan Filiphina. Perbedaan diantara
daerah-daerah hukum berdasarkan watak dan jenis persekutuan hukum yang terdapat
di dalam daerah itu. 4
Ciri-ciri masyarakat hukum adat :
1. Adanya kelompok manusia yang dalam hal menyangkut integritas
mereka,kelompok manusia ini akan bertindak keluar sebagai satu kesatuan.
2. Di dalam kelompok manusia seperti itu terdapat pemerintahan yang
mempunyai wewenang membuat peraturan dan memaksa berlakunya
peraturan bagi seluruh warga masyarakatnya.
3. Di dalam kelompok manusia yang seperti itu jg terdapat harta kekayaan yang
terpisah dari masing-masing harta warga negara anggotanya.
4. Kelompok manusia yang seperti itu mempunya wilayah sebagai wilayah
kekuasan.
5. Rasa solidaritas antara sesama anggota masyarakat yang bersangkutan masih
sangat tinggi.
6. Harta kekayaan kelompok dimaksudkan semata-mata hanya untuk
kesejahteraan anggota masyarakat yang bersangkutan.
7. Setiap warga anggota masyarakat yang bersangkutan merasa bertanggung
jawab terhadap harta kekayaan masyarakat.

4
DR. Soedjono Dirdjosisworo, S.H, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers,2010),
hlm.120

8
8. Pada setiap warga masyarakat yang bersangkutan tidak terdapat pemikiran
tentang pembubaran masyarakatnya.
9. Masyarakat yang bersangkutan dianggap keberadaanya sebagai suatu yg
bersifat meta yuridis artinya bahwa keberadaan masyarakat yg bersangkutan
bukan dibentuk pihak luar dan tidak mungkin dibubarkan pihak luar.
Di dalam undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa,
dikatakan bahwa undang-undang ini tetap mengakui adanya kesatuan masyarakat
termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum,adat istiadat dan kebiasaan-
kebiasaan yang masih hidup sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan
ketahanan nasional. Berdasarkan ketentuan ini, undang-undang pemerintahan desa
tetap mengakui adanya kesatuan masyarakat hukum adat.
Dalam kepustakaan hukum, persekutuan hukum adat dibedakan dari
masyarakat hukum. Perbedaan ini terletak pada sifat pengertiannya.
Masyarakat hukum mengandung pengertian yang bersifat umum dan luas,
sedangkan persekutuan hukum mengandung pengertian yang bersifat khusus dan
sempit, misalnya persekutuan hukum kekerabatan, ketetanggaan atau keorganisasian.
Persekutuan hukum juga bisa dilihat dari lingkungan masyarakatnya.
Dalam kehidupan masyarakat yang berkembang maju, seseorang sebagai
anggota masyarakat tidak hanya terikat pada satu keanggotaan persekutuan saja,
melainkan lebih dari satu kesatuan. Misalnya, seorang warga desa adalah anggota
persekutuan kekerabatan (sanak-sedulur), anggota persekutuan ketetanggaan
(lembaga sosial desa) dan anggota persekutuan keorganisasian (golongan karya,
partai politik, perkumpulan pengajian dan sebagainya).

E. Batasan dalam Masyarakat Hukum


Masyarakat hukum itu sendiri adalah sekelompok orang yang hidup dalam
suatu wilayah tertentu dimana dalam kelompok tersebut berlaku suatu rangkaian
peraturan yang menjadi tingkah laku bagi setiap kelompok dalam pergaulan hidup
mereka.

9
Peraturan-peratuan itu di buat oleh kelompok itu sendiri dan berlaku bagi
mereka sendiri. Kadang-kadang secara sadar dan sengaja bahwa suatu aturan
memang di ciptakan dan dikehendaki oleh para anggota masyarakat, namun ada
kalanya bahwa terjadinya peeraturan tingkah laku tersebut disebabkan oleh kebiasaan
beberapa orang yang bertingkah laku demikian secara berulang-ulang dan anggota
masyarakat lainnya mengikutinya, karena mereka yakin bahwa memang seharusnya
demikian. Kelompok lain belum tentu mempunyai perilaku atau pedoman tingkah
laku yang sama, sehingga timbul perbedaan aturan diantara sesama kelompok.
Dalam masyarakat hukum demikian pula, apabila masyarakat telah
berkembang menjadi masyarakat majemuk yang kompleks seperti dijumpai di kota-
kota besar, maka di dalamnya terjalin bergeraknya hukum di tengah pergaulan, baik
yang merupakan subjek dari hukum ,objeknya, peristiwa- peristiwanya, peranannya
dan sebagainya. 5

5
DR. Soedjono Dirdjosisworo, S.H, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers,2010),
hlm.128

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat hukum diaplikasikan ke dalam masyarakat indonesia yang
majemuk adalah masyarakat yang ada di setiap suku bangsa indonesia. Mereka tetap
tinggal secara teratur dan menyadari adanya peraturan yang harus mereka patuhi.
Masyarakat pada kodratnya adalah suatu kelompok yang mempunyai tujuan yang
sama, begitu pula dalam masyarakat hukum mereka menghendaki adanya persatuan
dan kesatuan di dalam kelompok mereka , dengan ini pula mereka menyadari betapa
pentingnya hukum dtumbuh di tengah mereka.
Menurut penulis, Masyarakat hukum mempunyai hubungan dengan
masyarakat hukum adat adalah dalam pengertian secara luas mereka sama, yang
berebeda adalah pengertian secara mendalam, Jika masyarakat hukum itu adalah
masyarakat hukum secara luas , tetapi kalau masyarakat hukum adat adalah
masyarakat yang menaati hukum adat di Indonesia. Di Indonesia masyarakat hukum
tidak mau dikelompokan menjadi masyarakat hukum adat karena dalam penerapan
yang terjadi sebenarnya dalam sehari-hari adat tidak secara langsung dilakukan tetapi
masyarakat hukum di Indonesia lebih banyak menerapkan hukum positif yang
berasal dari pemerintah. Walaupun, dalam teori dan ilmu hukum yang dimaksud
dengan masyarakat hukum adalah masyarakat hukum adat.
Sikap yang telah dilakukan oleh masyarakat hukum di Indonesia sudah benar,
karena yang sebenarnya dimaksud dengan masyarakat hukum adalah masyarakat
yang mengerti hukum dan membuat hukum sendiri dengan kesadaran , dan mereka
mempunyai tujuan yang konkret dalam mencapai ketentraman di kehidupan yang
mereka jalani. Sedangkan, masyarakat adat adalah masyarakat yang ada di setiap
suku bangsa Indonesia.

11
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami ini banyak terdapatkekurangan
dikarenakan kekurangan referensi dari pada pemakalah, oleh karna itu kami
mengharapkan kritikan atau saran yang membangun dari pada pembaca agar makalah
kedepannya lebih baik dari pada sekarang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dirdjosisworo, Soedjono. 2010. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Rajawali Pers


Kansil, C.S. T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka
Sayrifin, pipin. 1999. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung : Pustaka Setia.

13

Anda mungkin juga menyukai