Anda di halaman 1dari 18

A.

Definisi Penyakit
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis
(Muttaqin,2011). Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena hemoroidalis dengan
penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho,2011).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Jadi, hemoroid adalah terjadinya distensi atau pelebaran pada pembuluh darah vena
di daerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis.

B. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi dari hemoroid adalah:
1.      Faktor predisposisi:
a.       Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan
bukan hemoroidnya.
b.      Anatomi
Vena didaerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah
kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c.       Makanan misalnya, kurang makan - makanan berserat
d.      Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat
e.       Psikis

2.       Faktor presipitasi:
a.   Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal) misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
b.   Fisiologis
c.   Radang
d.   Konstipasi menahun
e.   Kehamilan
f.    Usia tua
g.   Diare kronik
h.   Pembesaran prostat
i.    Fibroid uteri
j.    Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal
C. Tanda dan Gejala
 
Tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal
seperti berikut:
1. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni: darah segar menetes
setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus.
Pendarahan dapat juga timbul di luar waktu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran
ini berwarna merah segar.
2. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus  yang dapat menciut/tereduksi spontan atau manual 
merupakan ciri khas/ karakteristik hemoroid.
3.  Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis (sumbatan komponen darah di bawah
anus),  benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus. Akibat penegluaran cairan dari
selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda hemoroid interna, yang
sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan  pembengkakan kulit

Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid


interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa (Sjamsuhidajat dan Jong,2005 ).
1)      Hemoroid interna dibagi lagi menjadi empat tingkat:
a.       Tingkat I: Varises satu atau lebih vena hemoroidales interna dengan gejala
perdarahan berwarna merah segar pada saat buang ari besar.
b.     Tingkat II: Varises dari dua atau lebih vena hemoroidales interna yang keluar
dari dubur pada saat defekasi tetapi masih bisa masuk kembali dengan
sendirinya.
c.      Tingkat III: Seperti tingkat dua tetapi tidak dapat masuk spontan, harus
didorong kembali.
d.      Tingkat IV: Telah terjadi inkarserasi.
2)      Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid
interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a.       Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya hematom, walaupun disebut sebagai trombus ekterna akut.
Tanda-tanda yang sering timbul adalah:
-          Sering rasa sakit dan nyeri
-          Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-ujung saraf kulit
merupakan reseptor rasa sakit.
b.      Kronik
Hemoroid ekterna kronik atau “skin tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung sedikit pembuluh darah.

Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan


penatalaksanaan bedah.
1)        Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat
hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang menolak operasi.
a)      Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki
defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan
dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel
Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan,
pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi
jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara
merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan
perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan.
Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila
dibiarkan.
b)      Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan
dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam,
yaitu:
a.       Obat yang memperbaiki defekasi. Terdapat dua macam obat yaitu
suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen
serat komersial yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga
Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji
plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini
bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan
peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua
adalah l axant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
b.      Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri,
atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol,
Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid
digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh
obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
c.       Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding a nus atau pecahnya
vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang
berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas
dinding pembuluh darah.
d.      Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2
tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap
gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
c)      Minimal Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit
dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain
skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika
pengobatan farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil.

2)      Penatalaksanaan Tindakan Operatif


Ada 2 prinsip dalam melakukan operasi hemoroid :
a.       Pengangkatan pleksus dan mukosa.
b.      Pengangkatan pleksus tanpa mukosa

Teknik pengangkatan dapat dilakukan m enurut 3 metode :


a)      Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier) Dimana semua
sayatan ditempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang
dari rectum.
b)      Metode White head (eksis atau jahitan primer longitudinal) Sayatan
dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol.
c)      Metode Morgan-Milligan Semua primary piles diangkat.

3)      Penatalaksanaan Tindakan non-operatif


Dilakukan pada hemoroid derajat I dan II
a.       Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar
b.      Mempergunakan obat-obat flebodinamik dan sklerotik.
c.       Rubber band ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastis kira-
kira 1 minggu.

Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal, dan
inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif. Tergantung
keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus.
Komplikasi jangka panjang adalah struktur ani karena eksisi yang berlebihan.
D. Chlinical Pathway
E.   Data Fokus Pengkajian
         Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada
servikal merupakan hal yang penting diwaspadai.
1. Pengkajian
Tanggal MRS               :
Tanggal Pengkajian      :
No. Registrasi               :
Diagnose Medis            :
2. Identitas
Nama Pasien                :
Usia                              :
Jenis Kelamin               :
Alamat                          :
Pendidikan                    :
Agama                          :

3. Keluhan utama
          Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.

4. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan
yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

b. Riwayat penyakit dahulu


Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang
kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan
pembedahan sehingga akan kembali RPD.
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pasien di
baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada
tempat tidur.
 Inspeksi
oPada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
oBenjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
oWarna benjolan terlihat kemerahan.
oBenjolan terletak di dalam ( internal ).
 Palpasi
            Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan
melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan
benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum.
a.       Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
b.      Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.
c.       Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai
pemeriksaan penunjang.
F. Etiologi dan masalah Keperawatan

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS:  Laporan secara verbal Hemoroid Nyeri akut berhubungan dengan:
DO: Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
 Posisi untuk menahan nyeri Diskontinuitas jaringan psikologis), kerusakan jaringan
 Tingkah laku berhati-hati
 Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, Sianosis pada sel
sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
 Terfokus pada diri sendiri Pelepasan mediator kimia (bradykinin,
 Fokus menyempit (penurunan persepsi histamine, serotonin, prostaglandin)
waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan) Merangsang ujung syaraf perifer
 Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain dan/atau aktivitas, Menghantarkan rangsang ke substansi
aktivitas berulang-ulang) gelatinosa
 Respon autonom (seperti diaphoresis,
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, Cortex cerebri (nyeri dipersepsikan)
nadi dan dilatasi pupil)
 Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu makan dan minum
DS: Risiko infeksi
DO:factor factor resiko: Hemoroid
 Prosedur Infasif Eksisi peolaps anus
 Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan Port de entry
 Malnutrisi
 Peningkatan paparan lingkungan patogen Bakteri atau kuman mudah masuk
 Imonusupresi Resti infeksi
 Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan
Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
 Penyakit kronik
 Imunosupresi
 Malnutrisi
 Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan, gangguan peristaltik)

DS: Hemoroid Konstipasi berhubungan dengan


·         Nyeri perut  Fungsi:kelemahan otot
·         Ketegangan perut Defekasi dengan nyeri abdominal, Aktivitas fisik tidak
·         Anoreksia mencukupi
·         Perasaan tekanan pada rektum Perilaku defekasi tidak teratur  Perilaku defekasi tidak teratur
·         Nyeri kepala  Perubahan lingkungan
·         Peningkatan tekanan abdominal Obstruksi  Toileting tidak adekuat: posisi
·         Mual defekasi, privasi
·         Defekasi dengan  nyeri Feses kearas  Psikologis: depresi, stress emosi,
DO: gangguan mental
·         Feses dengan darah segar konstipasi  Farmakologi: antasid,
·         Perubahan pola BAB antikolinergis, antikonvulsan,
·         Feses berwarna gelap antidepresan, kalsium karbonat,
·         Penurunan frekuensi BAB diuretik, besi, overdosis laksatif,
·         Penurunan volume feses NSAID, opiat, sedatif.
·         Distensi abdomen
 Mekanis: ketidakseimbangan
·         Feses keras
elektrolit, hemoroid, gangguan
·         Bising usus hipo/hiperaktif
neurologis, obesitas, obstruksi
·         Teraba massa abdomen atau rektal
pasca bedah, abses rektum,
·         Perkusi tumpul
tumor
·         Sering flatus  Fisiologis: perubahan pola
·         Muntah makan dan jenis makanan,
penurunan motilitas
gastrointestnal, dehidrasi, intake
serat dan cairan kurang, perilaku
makan yang buruk

 INTERVENSI KEPERAWATAN 

Diagnosa RENCANA INTERVENSI


keperawatan
Nyeri NOC : NIC :
akut berhubungan  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan:  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Agen injuri (biologi,  comfort level kualitas dan faktor presipitasi
kimia, fisik, Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama ….  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
psikologis), kerusakan Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
jaringan hasil: menemukan dukungan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
nyeri, mampu menggunakan tehnik seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,  Kurangi faktor presipitasi nyeri
mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan intervensi
menggunakan manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
frekuensi dan tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Tingkatkan istirahat
berkurang  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
 Tanda vital dalam rentang normal nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
 Tidak mengalami gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Risiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
 Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
 Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan
selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
kriteria hasil: petunjuk umum
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah infeksi kandung kencing
timbulnya infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
 Jumlah leukosit dalam batas norm  Berikan terapi antibiotic
 Menunjukkan perilaku hidup sehat  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Status imun, gastrointestinal, genitourinaria  Pertahankan teknik isolasi k/p
dalam batas norma  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4
jam
Konstipasi berhubunga NOC: NIC :
n dengan Perilaku  Bowl Elimination Manajemen konstipasi
defekasi tidak teratur  Hidration  Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. konstipasi
konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
 Pola BAB dalam batas normal  Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada
 Feses lunak pasien
 Cairan dan serat adekuat  Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan
 Aktivitas adekuat dan penurunan bising usus
 Hidrasi adekuat  Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang
menetap
 Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat)
terhadap eliminasi
 Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan
laxative dalam waktu yang lama
 Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan
cairan
 Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
 Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
 
 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

               Menurut Setiadi, (2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.

 EVALUASI

               Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,


Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut:

1. Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)


dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis
keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan
perkembangan yang terdiri atas:

1. S (Subjektif): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali


pada  klien yang afasia.
2. O (Objektif): data objektif yang diperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan,
atau akibat pengobatan.
3. A (Analisis/assessment): masalah dan diagnosis keperawatan klien
yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu
berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses
analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian
ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4. P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
(hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang
telah ditentukan.
5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk
memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah,
intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.
6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan
analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak
tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
7. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama
diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien.
Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
kerangka waktu yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari,2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidajat, R,2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat, Win de Jong, 2004. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah, Ed.2.jakarta.
EGC,
NANDA, 2009. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2007 – 2008, NANDA
International, Philadelphia.
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ahmad Suhir. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Paien Hemoroid.
https://www.perawatkesehatankerja.my.id/2016/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html.
(Diakses tanggal 25-09-2021)
Bangun Sutopo. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Hemoroid.
https://maike470.wordpress.com. (Diakses tanggal 25-09-2021)

Anda mungkin juga menyukai