Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HERBAL MEDICINE

“Bahan Alam sebagai Antivirus/antibakteri”

Disusun oleh :

Nama : Fiki Hardiansyah


NIM : DF1803027
Kelas/Tingkat : A/2
TUGAS : HERBAL MEDICINE
Dosen : Delta, S.SI, M.SI, Apt

JURUSAN FARMASI
STIKES BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia, taufik, hidayah, serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini

dapat terselesaikan. Tidak lupa pula senantiasa kita panjatkan selawat

serta salam kepada junjungan dan panutan kita Muhammad SAW.

Dalam penyusunan makalah ini, disadari bahwa dalam tahap

penyusunannya, tidak terlepas dari berbagai kendala yang

menghambat penyusunan. Namun berkat bantuan dan motivasi

dari berbagai pihak, sehingga kendala dan halangan tersebut dapat

teratasi. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen mata

kuliah, teman-teman, serta pihak lainnya yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini yang tidak sempat disebutkan.

Dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena

itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya

harapkan. Walau demikian, saya tetap berharap makalah ini dapat

memberikan manfaat. Amin.

Palopo, 22 Maret 2020

PENYUSUN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................1
A. Latar Belakang................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................3
C. Manfaat Penulisan..........................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................4
A. Pengertian antibiotik.......................................................4
B. Jenis-jenis Tumbuhan yang bersifat antibiotik................4

BAB III PENUTUP ......................................................................9


A. Kesimpulan.....................................................................9
B. Saran..............................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia
telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lalu.
Saat ini WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk
herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degeneratif dan penyakit akut (Oktora, 2006). Menurut WHO (2003),
obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di
dunia yaitu negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin termasuk
Indonesia menggunakan obat herbal sebagai pelengkap untuk
pengobatan. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer. Pengobatan obat
tradisional berawal dinegara Cina, kemudian saat ini banyak
digunakan di seluruh dunia. Menurut WHO (2014), ada 129 negara
sekitar 80% yang menggunakan obat herbal dan obat tradisional
sebagai pengobatan. Indonesia adalah negara beriklim tropis sehingga
memudahkan perkembangbiakan mikroorganisme, baik yang patogen
maupun yang non patogen. Keadaan iklim yang demikian
menyebabkan timbulnya banyak penyakit infeksi yang memerlukan
antibiotik sebagai salah satu obat utama. Penggunaan antibiotik
dalam jumlah yang banyak dan penggunaannya yang salah dapat
diduga sebagai penyebab utama tingginya jumlah mikroorganisme
yang pathogen dan bakteri komensal resisten di seluruh dunia. Hal
ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan antibiotik-antibiotik
baru (Lukman, 2014).
Antibiotik mempunyai peranan penting dalam dunia kesehatan,
antibiotik diharapkan mampu membunuh bakteri penyebab infeksi.
Tetapi perlu disadari bahwa upaya membunuh bakteri penyebab
penyakit saja ternyata tidak cukup memadai, hal tersebut antara lain
dimungkinkan akibat kurang tepatnya pemilihan antibiotik, dan
munculnya resistensi (Nasronuddin, 2007). Pemilihan antibiotik untuk
mengatasi penyakit yang disebabkan bakteri perlu mempertimbangkan
beberapa hal termasuk antibiotik yang mempunyai spectrum luas,
mampu bekerja langsung terhadap bakteri penyebab infeksi, potensi
menginduksi resistensi minimal dan dapat dikombinasikan dengan
antibiotik lain (Nasronuddin, 2007). Munculnya strain bakteri yang
resisten terhadap antibiotik pada penyakit yang disebabkan bakteri
merupakan masalah penting. Resistensi bakteri terhadap antibiotic
menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Selain itu cara
pengobatan dengan menggunakan kombinasi berbagai antibiotik juga
dapat menimbulkan masalah resistensi (Jawetz dkk.,1991). Pengobatan
penyakit yang disebabkan bakteri yang resisten terhadap antibiotic
memerlukan senyawa baru yang memiliki potensi tinggi. Penelitian zat
yang berkhasiat sebagai antibakteri perlu dilakukan untuk menemukan
senyawa antibakteri baru yang berpotensi untuk menghambat atau
membunuh bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan harga
yang terjangkau. Salah satu 2 alternatif yang dapat ditempuh adalah
memanfaatkan zat aktif pembunuh bakteri yang terkandung dalam
tanaman.
Tanaman merupakan sumber utama dari senyawa obat dan
lebih dari 1000 spesies tumbuhan dimanfaatkan sebagai bahan
bakuobat. Tumbuhan tersebut menghasilkan metabolit sekunder
(senyawa yang merupakan turunan dari metabolit primer) dengan
struktur molekul dan aktivitas biologi yang beraneka ragam serta
memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi obat.
Menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO) 80% penduduk
dunia masih menggantungkan kesehatannya pada pengobatan
tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman
(Gholib, 2008).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan antibiotik?
2. Apa saja yang termasuk tanaman yang bersifat antibiotik?
3. Apa saja zat kimia yang berfungsi sebagai antibiotik?
4. Apa saja jenis penyakit yang dapat diobati oleh tanaman yang
sebagai antibiotic?
C.Manfaat Penulisan
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini
sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan antibiotik.
2. Dapat mengetahui tanaman yang termasuk antibiotik.
3. Dapat mengetahui zat kimia yang berfungsi sebagai antibiotik.
4. Dapat mengetahui jenis penyakit yang dapat diobati oleh
tanaman yang berfungsi sebagai antibiotik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antibiotik
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama
fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis
mikroba lain. Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat
zat kimia yang dihasilkan mikro organism hidup tertuam fungi dan
bakteri ranah. Yang memiliki khasiat mematikan atau mengahambat
pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relative kecil.

B. Jenis-jenis tanaman yang tanaman yang berfungsi sebagai


antibiotik alami
Obat tradisional banyak digunakan masyarakat menengah ke
bawah terutama dalam upaya pencegahan penyakit (preventif),
peningkatan kesehatan (promotif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) (Selisiyah). Penggunaan tanaman sebagai antibakteri telah
banyak dilakukan sebagai contoh jeruk nipis dapat digunakan sebagai
obat batuk. Penelitian pada beberapa tanaman menunjukkan
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Beberapa penelitian
menggunakan ekstrak maupun minyak atsiri pada tanaman sebagai
antibakteri antara lain Parhusip, menggunakan buah Andaliman,
Korompis dkk, menggunakan Langsat, Mapiliandari dkk, menggunakan
oleoresin beberapa tanaman rempah yaitu lada, temulawak, kunyit,
cengkeh, adas, kapulaga, jahe, dan kayu manis, Kusumaningtyas dkk,
menggunakan daun sereh, Sari, menggunakan buah Majapahit.
Adapun tanaman yang berfungsi sebagai antibiotik alami yaitu
sebagai berikut:
1.Kayu Manis

Menurut penjelasan dari pakar obat-obatan herbal, Prof. Hembing


Wijayakusuma, kayu manis berkhasiat untuk mengobati asam urat,
tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu makan, sakit kepala (vertigo),
masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah, hernia, susah
buang air besar, asma, sariawan, sakit kencing, dan lain-lain. Selain
mempunyai khasiat untuk pengobatan, kayu manis juga ternyata
mempunyai efek farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan.
Kulit batang, daun, dan akarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat
antirematik, peluruh keringat (diaphoretic), peluruh kentut
(carminative), meningkatkan nafsu makan (istomachica), dan
menghilangkan sakit (Rismunandar dan Paimin,).
Kandungan kimia dari kayu manis antara lain minyak atsiri,
safrole, sinamadehide, eugenol, tanin, damar, kalsium oksanat, dan
zat penyamak. Sinamaldehida merupakan turunan dari senyawa fenol.
Menurut Moestafa dan Chairul minyak atsiri dari C. burmanni
memiliki komponen utama sinamaldehida dan dehidrokarveol asetat
sedangkan menurut Gunawan dan Mulyani minyak atsiri C. burmanni
atau kayu manis mengandung sinamil aldehida, eugenol, linalool,
kariofilena, dan asam sinamat. Senyawa lain yang ditemukan adalah
flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin. Berdasarkan penelitian
Moestafa komponen utama minyak atsiri daun C. burmanni atau yang
kita kenal dengan kayu manis adalah linalool 24,33 %, sinamilasetat
10,75 %, kariofilena 9,08 %, dan trans-sinamaldehid 7,29 %. Minyak
atsiri berkhasiat sebagai senyawa antimikroba (Sukandar et al.) yang
dieksrak dengan penyulingan (destilasi uap) (Harris).
Antimikroba adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba dan bakteri. Berdasarkan aktivitasnya antibakteri dibedakan
dalam dua bagian, yaitu aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakteriosida.
Aktivitas bakterio static bersifat menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan yang beraktivitas bakteriosida bersifat membunuh bakteri.
Minyak atsiri mengandung senyawa yang berfungsi sebagai
antimikroba. Berdasarkan penelitian Damayanti minyak atsiri rempah
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus,
Escherichia coli, dan Samonella typhimurium. Menurut Sukandar et al,
minyak atsiri dalam daun kayu manis sebagai antimikroba paling kuat
untuk jenis Samonella typhimurium dan Candida albicans sedangkan
minyak atsiri dalam kulit kayu manis sebagai antimikroba untuk Bacillus
substilis dan Candida albicans. Sufriadi, Anton. Manfaat daun Kayu Manis
(Cinnamomum burmanni) terhadap khasiat Antioksidasi Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) selama penyimpanan.

2.Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis


tanaman obat yang banyak memiliki manfaat, di antaranya sebagai
bumbu masak, pewarna makanan, minuman, tekstil dan kosmetik.
Kunyit juga dikenal sebagai aplikasi obat. Namun baru-baru ini sifat
kunyit telah diteliti yakni sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti
karsinogenok, antimutagenik, tindakan anti-trombotik, hepatoprotrktif,
dan antimikroba, antivirus dan anti-parasit (Badmaev et al).
Senyawa kimia utama yang terkandung di dalam rimpang kunyit
adalah minyak atsiri dan kurkuminoid. Minyak atsiri mengandung
senyawa seskuiterpen alkohol, turmeron dan zingiberen, sedangkan
kurkuminoid mengandung senyawa kurkumin dan turunannya
(berwarna kuning) yang meliputi desmetoksi-kurkumin dan
bidesmetoksikurkumin.
Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot
molekul 368, desmetoksi kurkumin rumus molekul C20H18O5 dengan
bobot molekul 338, diduga gugusan aktif pada kurkuminoid terletak
pada gugus metoksi. Gugus hidroksil fenolat yang terdapat dalam
struktur kurkuminoid kemungkinan menyebabkan kurkuminoid
mempunyai aktivitas antibakteri. Selain antibakteri, kurkumin mengobati
berbagai jenis penyakit dan dapat berfungsi sebagai tumor promoter,
antioksidan, anti Inflamasi, hipolipedemik, hepatoprotektor, antivirus,
dan meningkatkan sistem imun tubuh.
Mekanisme kerja kurkumin sesungguhnya masih belum bisa
dijelaskan tapi rupanya dia dapat terikat dengan enzim
aminopeptidase-N (APN) dan menghambat aktivitas enzimatiknya.
APN adalah suatu enzim yang terdapat pada jaringan membran di
dalam tubuh (dikenal sebagai zinc-dependent metalloproteinase) dan
bertanggung jawab terhadap angiogenesis dan pertumbuhan tumor.
APN tersebut yang berfungsi membongkar protein pada permukaan
sel jaringan tubuh sehingga sel kanker dapat mengambil alih
kedudukan sel jaringan tadi dan tumbuh tak terkendali. Dugaan
sementara, kemungkinan besar ikatan tak jenuh (ikatan rangkap), alfa
dan beta di sekitar gugus keton pada kurkumin membentuk ikatan
kovalen dengan dua nukleofil asam amino yang terdapat pada situs
aktif APN dan mampu menghambat (inhibit) aktivitasnya secara tak-
dapat balik (irreversible).
Menurut jurnal “Penggunaan Ekstrak Temulawak dan Kunyit
Terhadap Resistensi Bakteri Aeromonas hydrophilla Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio)” menyatakan bahwa penggunaan ekstrak kunyit yang
terlalu tinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas
hydrophila akan menimbulkan resistensi bakteri serta kurang ekonomis
dalam penggunaannya, untuk itu perlu diketahui konsentrasi terendah
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila.

3.Bawang Putih

Dalam pengobatan, bawang putih digunakan sebagai


expectorant, antispasmodik, antiseptik, bakteriostatik, antiviral,
antihelmintik, antihipertensi dan sebagai promoter hipertensi. Secara
tradisional, bawang putih biasa digunakan untuk mengobati bronkhitis
kronis, batuk whooping, respiratory catarrh, asma bronkhitis, dan
influenza. Sejak tahun 1858, Louis Pasteur telah menyatakan bahwa
bawang putih mempunyai sifat antibakteri (Anonymous). Kemampuan
bawang putih sebagai antibakteri juga didukung oleh penelitian
Yamada dan Azama yang menyatakan bahwa selain bersifat
antibakteri, bawang putih juga bersifat anti jamur. Kemampuan
bawang putih ini berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam
umbi. Komponen kimia tersebut adalah Allicin.
Allicin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam
bawang putih (Allium sativum L.). Allicin dibentuk dari Alliin yang
bertemu dengan enzim alliinase. Allicin dibentuk ketika bawang putih
(Allium sativum L.) ditumbuk atau diiris. Allicin memiliki banyak
manfaat terutama dalam pengobatan tradisional. Allicin memiliki
khasiat sebagai pembunuh kuman atau antibakteri dan daya antibiotik
yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit infeksi. Penyakit infeksi
yang dapat disembuhkan oleh allicin salah satunya penyakit infeksi
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Proteus vulgaris,
Bacillus subtilis, Serratia marcescens, Shigella dysentriae dan
Escherichia coli.
Menurut jurnal yang berjudul “Uji Daya Antibakteri Ekstrak
Etanol Bawang Putih (Allium sativum l.) terhadap Staphylococcus
aureus atcc 6538 dan Escherichia coli atcc 11229 secara in vitro”
menyatakan bahwa Semakin tinggi konsentrasi bawang putih, maka
aktivitasnya cenderung meningkat. Aktivitas antibakteri bawang putih ini
disebabkan kandungan diallyl thiosulfinate yang biasa disebut allicin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama
fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi
jenis mikroba lain.
2. Adapun tanaman yang digunakan sebagai antibiotic alami
yaitu bawang putih, bawang merah, daun sirih, kunyit, jahe,
lengkuas, cengkeh dan tanaman lainnya.
3. Zat kimia yang terkandung dalam tanaman yang biasa
digunakan sebagai antibiotik alami yaitu, minyak atsiri,
flavonoid, isodorik, laksan, lestisin, limmean, kalium oksalat
dan pektin.
4. Penyakit yang bias disembuhkan dengan menggunakan
antibiotik alami yaitu, demam, gatal-gatal, gangguang
pencernaan, sariawan dan lain sebagainya.
B. Saran
Adapun saran dari penulis yaitu semoga semakin banyak
jenis tumbuhan yang ditemukan berpotensi untuk dijadikan
antibiotik lagi dan terus dilakukan pengkajian sampai menjadi
suatu produk.
DAFTAR PUSTAKA

Im Oka adi parwata, fanny sastra dewi. http://ejournal.unud.ac.id/isolasi


dan uji aktivitas antibakteri minyak atsiri Dari rimpang lengkuas
(alpinia galanga l pdf.)

Arisandi, Y. dan Y. Andriani. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta:


Pustaka Buku Murah.

Cahyadi, Wisnu. Analisis Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Dasuki, U. Siitematika Tumbuhan Tinggi. Pusat Universitas Ilmu


Hayati ITB. Bandung.

Faharani, B.G.R. Uji Aktivitas Antibakteri Daun Belimbing Wuluh


(Averrhoa bilimbi L) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli secara Bioautografi.

Gritter, R. J. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Terjemahan Kokasih


Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB. Hadiwiyoto, S. Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan. Yogyakarta: Liberty.
Hayati EK, Jannah A dan Fasya AG. Aktivitas Antibakteri Komponen
Tanin Ekstrak Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa Billimbi L)
Sebagai Pengawet Alami. Laporan Penelitian Kuantitatif Depag.
Jakarta: Depag

Anda mungkin juga menyukai