Anda di halaman 1dari 7

SWEPOS, SEBUAH CONTOH MANAJEMEN GPS CORS DI

SWEDIA

Zamilul Muttaqien

Direktorat Survei Potensi Tanah


Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan
Badan Pertanahan Nasional RI
Jl. Kuningan Barat I / 1, Jakarta Selatan
Telp. (021) 5202328
Email: zamilul_mq@yahoo.co.id

ABSTRAK

Saat ini GPS adalah sistem satelit navigasi yang paling populer dan paling
banyak diaplikasikan di dunia, baik di darat, laut, udara, maupun angkasa. Disamping
aplikasi-aplikasi militer, bidang-bidang aplikasi GPS yang cukup marak saat ini antara
lain meliputi survai pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi, geofisik, transportasi dan
navigasi, pemantauan deformasi, pertanian, kehutanan, dan bahkan juga bidang
olahraga dan rekreasi.
Penggunaan GPS untuk penentuan posisi, survei dan aplikasi pemetaan di
Indonesia secara umum dimulai pada akhir 1980-an. Dalam hal ini, survei statis dan
real time (absolute dan diferensial) positioning adalah dua system yang paling sering
digunakan.
GPS CORS (Continuously Operating Reference Stations) di Indonesia pertama
kali dioperasikan tahun 1996 oleh Bakosurtanal. Prospek GPS CORS di Indonesia
sangat menjanjikan terutama untuk mempertahankan sistem referensi spasial nasional
untuk mendukung berbagai aplikasi positioning, survei dan pemetaan, seperti di bidang
administrasi pertanahan, pertambangan dan transportasi. Mengamati beberapa
fenomena alam di Indonesia, misalnya gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, dan
tanah longsor, maka aplikasi GPS CORS akan sangat membantu.
Dalam usahanya meningkatkan aplikasi GPS CORS di Indonesia, maka tidak
salahlah bagi kita untuk melihat lebih dekat lagi aplikasi GPS CORS tersebut ke negara
yang sudah bagus dalam pengembangannya. Salah satu negara yang sudah
mengembangkan serta saat ini sudah berjalan relatif bagus adalah negara Swedia.
Kita seharusnya banyak belajar dari Negara Swedia untuk pengembangam
aplikasi GPS CORS di Indonesia. Terutama mengenai masalah bagaimana cara mereka
memulai, cara pengembangannya, pelayanannya serta bagaimana pengembangan ke
depan untuk meningkatkan pelayanannya.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di BPN, dalam rangka meningkatkan / mempercepat pelayanan administrasi
pertanahan di Indonesia serta untuk mengurangi biaya dan waktu yang harus
dikeluarkan untuk pembangunan titik kontrol di seluruh Indonesia, serta untuk
mengurangi resiko kesalahan posisi akibat dari perawatan titik kontrol yang
kurang baik, maka dibangunlah GPS CORS. Oleh karena itu, demi meningkatkan
kinerja GPS CORS yang akan kita andalkan kedepannya nanti maka kita harus
banyak belajar kepada negara-negara yang telah memajukan GPS CORS terlebih
dahulu. Hal ini dimaksudkan supaya kedepannya nanti kita sudah terbiasa dengan
masalah-masalah yang sering muncul serta mudah dalam memecahkan masalah
tersebut. Dengan kata lain kita akan mudah dalam memahami kelemahan-
kelemahan dari aplikasi tersebut. Jangan sampai kita sudah terlanjur merubah
sistem kerja kita, tetapi justru yang terjadi kebalikan dari yang kita inginkan,
biaya yang kita keluarkan sudah sangat besar tetapi hasil yang kita dapatkan tidak
maksimal.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan kita membandingkan GPS CORS kita dengan negara Swedia
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui cara pengembangan pertama kali, mengingat kita juga
belum lama memulainya
b. Untuk mengetahui bagaimana cara pembiayaannya, mengingat
pembangunan GPS CORS membutuhkan dana yang besar
c. Untuk mengetahui pembangunan infrastruktur yang telah dicapai
mengingat dalam pengembangan GPS CORS membutuhkan juga
pembangunan infrastruktur yang memadai
d. Untuk mengetahui pengembangan SDM, mengingat dalam pengembangan
GPS CORS membutuhkan SDM yang cakap dalam hal teknologi
e. Untuk mengetahui bentuk pelayanan (service) yang mereka hasilkan,
mengingat kedepannya aplikasi GPS CORS akan diterapkan dalam
berbagai bidang
f. Untuk mengetahui masalah-masalah yang mereka hadapi serta bagaimana
menyelesaikan masalah tersebut dalam rangka meningkatkan pelayanan
terhadap user.
1.3. Pembatasan
a. Study Visit dilakukan di SWEPOS, bagian yang menangani GPS CORS di
Lantmateriet, Swedia
b. Study Visit dilakukan selama 5 (lima) hari kerja dari tanggal 11 Oktober
2010 samapi dengan 15 Oktober 2010
c. Study Visit ini dilalui dengan cara diskusi, presentasi serta melihat
langsung ke bagian-bagian dari Swepos itu sendiri
1.4. Manfaat Study Visit
a. Secara teoritis, untuk mengembangkan pengetahuan kita agar dapat
dijadikan suatu perbandingan untuk pembangunan dan pengembangan
yang lebih baik.
b. Bagi BPN, diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar membuat kebijakan,
bahan masukkan, evaluasi dalam pengelolaan GPS CORS untuk
memperoleh hasil maksimum.
2. KAJIAN
2.1. Bagaimana mereka memulai
Swepos didesain dan dibentuk berkat hasil kerjasama dari berbagai macam
instansi yaitu: The National Land Survey of Sweden, Onsala Space Observatory
dan Swedish National Research and Testing Institute. Hal itu menggambarkan
bahwa mereka memulai karena dilandasi banyak orang yang membutuhkan
teknologi tersebut. Dengan demikian akan lebih mudah dari segi pembiayaan
maupun masalah teknis karena banyaknya ide dan pemikiran yang masuk dalam
rangka mendapatkan hasil yang baik. Dari segi teknis, Swepos memulai dengan
mendirikan sebanyak 21 station yang tersebar di seluruh wilayah negara Swedia.

Gambar 1. Persebaran base station di Swedia tahun 1994

Selama rentang waktu antara tahun 1995 – 1999, karena didasari banyaknya
bidang kerja yang mebutuhkan service GPS, maka selama rentang waktu tersebut
Swepos mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak untuk
pengembangannya. Pihak tersebut adalah: The Swedish National Rail
Administration, The Swedish Armed Forces, The National Land Survey of
Sweden, The Swedish Civil Aviation Administration, The Swedish State
Railways, The Swedish Maritime Administration, The Swedish Telecom, The
Swedish National Road Administration.
2.2. Kondisi Swepos Network sekarang

Persebaran Stasiun 37 class A stations 158 class B stations

Gambar 2. Kondisi Swepos Network sekarang

Gambar diatas menunjukkan bahwa secara fisik, Swedia telah siap memberikan
service di seluruh wilayah Swedia. Disamping itu di tiap base station dilengkapi
dengan perangkat pendukung yang memadai yang berguna untuk melancarkan
komunikasi data dari base station ke control centre. Dengan kata lain terdapat
backup instrument dan backup communication.

Gambar 3. Berbagai perangkat pendukung di base station


2.3. Swepos Control Centre
Salah satu kekuatan dari Swepos adalah Swepos Control Centre. Dari ruangan
Control Centre tersebut dilakukan berbagai macam pengamatan dan pengawasan.
Beberapa pekerjaan yang dilakukan di Control Centre tersebut antara lain
pengamatan kinerja base station, pengawasan power serta temperatur. Selain itu
dari Control Centre itu juga kita bisa mengamati segala permasalahan teknis yang
muncul. Pelayanan kepada customer dan quality control juga dilakukan di Control
Centre. Mengingat banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan di Control Centre
tersebut maka diperlukan pula SDM yang memadai untuk mendukung fungsi dari
Control Centre. Di Control Centre terdiri dari 4 orang computer engineer, 2 orang
surveyor dan 1 orang operation manager.

Gambar 4. Ruangan Control Centre di Swepos

2.4. Swepos Services


Karena telah didukung dengan infrastruktur dan SDM yang memadai, maka
Swepos sudah mampu memberikan services dari segi teknis kepada para
customer yang menggunakan layanannya. Layanan tersebut diantaranya:
a. Post processing data (RINEX-data)
b. Virtual RINEX -data
c. SWEPOS Automatic calculation service
d. Realtimeservices
 Network-DGPS –service
 Network-RTK –service
e. SWEPOS-website
 Coordinate transformation
 Satellite prediction
 Monitorstation

2.5. Users
Berdasarkan dari customer survey di bulan Februari 2008 dengan responden
sebanyak 400 diperoleh hasil bahwa users merasa puas dengan service yang
diberikan oleh control centre serta merasa puas juga dengan harga Swepos
Network RTK service. Kemudian bila dilihat dari jenis user-nya, maka diperoleh
hasil seperti gambar dibawah ini.

Municipalities

Measurement
16% consult.
25%
National Land
Survey
5% Construction
3% companies
3% State authority

Power producing
21% companies
17% Other
10%
Universities etc.

Gambar 5. Swepos User

2.6. Berbagai aplikasi dari Swepos Network RTK


Di Swedia, aplikasi dari Swepos Network RTK sudah digunakan dalam berbagai
macam bidang pekerjaan. Hal tersebut semakin berkembang karena pelayanan
terhadap customer berjalan dengan baik. Berikut berbagai macam aplikasi dari
Swepos Network RTK.

Terrainmodels and quantitymeasurements


Cadastral survey

Detail survay and data capture.


Cables, pipelines, wells
Survey and stake out for bore holes
Measurements at sea
Machineguidance

Agricultural applications
Swedish Maritime
Administration

Gambar 6. Berbagai macam aplikasi dari Swepos Network RTK

3. METODE PENGUMPULAN DATA PEMBANDING

1. Metode survei/ observasi


Metode merupakan cara pengumpulan data secara langsung ke lapangan pada
objek pembanding.
2. Wawancara / presentasi
Metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan pihak yang
berhubungan dengan topik ini.

4. KESIMPULAN
Untuk mencapai manajemen jaringan GPS CORS seperti yang ada di Swepos,
Swedia, maka jaringan GPS CORS di Indonesia harus didukung hukum, infrastruktur
dan sumber daya manusia yang berkualitas. Dukungan dari pemerintah pusat,
parlemen, instansi pemerintah terkait juga akan menjadi penting bagi pengembangan
GPS CORS di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai