Anda di halaman 1dari 3

Nama : Marlina Tamu’u

Nim : 651418100
Kelas : ITP B 2018
Mata kuliah : Pengolahan Pangan dan Hortikultura

“Penyimpanan Bawang Merah”


Pengembangan hortikultura di indonesia pada umumnya masih dalam skala
perkebunan rakyat yang tumbuh dan di pelihara secara alami dan tradisional.
Sebagai komoditas hortikultura buah-buahan dan sayuran mempunyai potensi yang
bisa di kembangkan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negri maupun di luar
negri. Produk yang akan di bahas kali ini adalah Bawang merah dengan topik
penyimpanan.
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah salah satu komoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan sangat penting untuk
konsumsi rumah tangga yang di gunakan sebagai bumbu penyedap masakan,
bahan baku industri makanan, maupun obat-obatan, sehingga komoditas ini
memegang peran yang penting dalam perdagangan baik dalam negeri maupun luar
negeri. Bawang merah disukai karena aroma dan dan rasanya yang khas. Produksi
bawang merah cenderung melimpah pada waktu-waktu tertentu pada waktu saat
panen raya menyebabkan harga bawang merah relatif murah dan sebaliknya pada
waktu diluar musim panen raya harganya cukup tinggi (Dar mawidah et al, 2010).
Kebutuhan yang tidak terputus membutuhkan ketersediaan stok yang menjamin
dengan kualitas yang baik. Cara penyimpanan yang tepat dan baik sangat
mempengaruhi kualitas dan ketersediaan stok.
Penyimpanan merupakan salah satu penanganan pascapanen yang memiliki
peranan yang penting pada bawang merah. Sebelum tanam penyimpanan umbi
bawang merah berada pada suhu (± 5°C) dapat mengindukasi pembungaan (Ami et
al., 2013). Penyimpanan pada bawang merah yang baik bertujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan yang dapat memperpendek umur simpan dan mengendalikan
persediaan bawang merah secara kontinyu, sehingga akan mencegah fluktuasi
harga. Metode penyimpanan ini juga memiliki pengaruh terhadap mutu bawang
merah. Saat ini penyimpanan yang umum yang digunakan di indonesia yaitu
penyimpanan dengan cara tradisional pada suhu 25-30°C RH 70-80%, lalu
menghasilkan susut bobot atau kehilangan berat sekitar 25% setelah dilakukan
penyimpanan 2 bulan (Nurkamor et al, 2001).
Penyimpanan bawang merah pada suhu rendah dapat memperkuat mutu
bawang merah sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Penyimpanan pada
suhu rendah adalah salah satu penanganan pascapanen untuk komoditas pertanian
yang sering mengalami kerusakan.penyimpanan pada suhu rendah dapat
mengurangi kehilangan air, kerusakan yang di akibatkan oleh aktifitas mikroba dan
pertumbuhan mikroba yang tidak dikehendaki. Penurunan mutu seperti kerusakan
dan susut bobot adalah salah satu kendala yang sering timbul selama melakukan
penyimpanan. Sebab karena itu harus digunakan penyimpanan bawang merah yang
tepat agar dapat mengurangi penurunan mutu tersebut sehingga bawang merah
mempunyai bentuk ukuran dan fisik yang masih diterima oleh pasar.
Referensi
1.  https://media.neliti.com/media/publications/179941-ID-none.pdf.
2. https://jurnal.unigo.ac.id/index.php/gatj/article/view/538.
3. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jhi/article/view/25211.

Anda mungkin juga menyukai