Anda di halaman 1dari 16

Ujian Akhir Semester Dasar Epidemiologi

RESUME MATERI EPIDEMIOLOGI

DISUSUN OLEH :
NAMA : NI PUTU ELIS WIDI ASTUTI
NIM : J1A120330
KELAS : F
DOSEN PENGAMPU : La Ode liaumin Azim, SKM.,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARKAT UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI 2021
SURVEILANS

1. Pengertian Surveilans

Menurut WHO,Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi


data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

 Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan
tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
 Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan
surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans
dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan
penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi
antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan pusat.

2. Visi dan Misi


VISI :
Manajemen kesehatan berbasis fakta yang cepat, tepat, dan akurat.

MISI :
1. Memperkuat sistem surveilans disetiap unit pelaksana program kesehatan.
2. Meningkatkan kemampuan analisis dan rekomendasi epidemiologi yang
berkualitas dan bermanfaat.
3. Menggalang dan meningkatkan kerjasama dan kemitraan unit surveilans dalam
pertukaran serta penyebaran informasi.
4. Memperkuat sumber daya manusia di bidang epidemiologi untuk manajer dan
fungsional.

3. Tujuan Surveilans

Tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan


untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat
dan tepat secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota menuju Indonesia sehat
Tujuan Khusus Surveilans :
1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak;
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
burden) pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring,dan evaluasi program kesehatan;
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset.

4. Macam-macam Surveilans Epidemiologi dalam Kesehatan


a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Merupakan analisis terus menerus
dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor risiko untuk mendukung
upaya pemberantasan penyakit menular.
b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Merupakan analisis terus
menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk
mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Merupakan
analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk
mendukung program penyehatan lingkungan.
d. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan Merupakan analisis terus menerus
dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung
program-program kesehatan tertentu.
e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra Merupakan analisis terus menerus
dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya
mendukung program kesehatan matra. Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan
dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik
dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah
secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.

5. Komponen Kegiatan Surveilans


a. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas,
tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari
pengumpulan data epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok populasi
yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan
reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan
karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan
berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan;
untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh
penyebarannya.
b. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya
dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan Analisa dapat berupa teks
tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi yang
akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana
menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru.
c. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi
data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut
dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau
kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut.
6. Pendekatan Surveilans
a. Surveilans pasif
 Memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang
harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan.
 Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi
kecenderungan penyakit.
b. Surveilans Aktif
 Menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke
lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis
lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan
mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan
kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks.
 Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat dan dapat mengidentifikasi
outbreak lokal.
 Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan.
7. Surveilans Efektif

Karakteristik surveilans yang efektif: cepat, akurat, reliabel, representatif,


sederhana, fleksibel, akseptabel.
 Kecepatan : Informasi yang diperoleh dengan cepat (rapid) dan tepat waktu
(timely) memungkinkan tindakan segera untuk mengatasi masalah yang
diidentifikasi.
 Akurasi : Sensitivitas tinggi. Sistem surveilans perlu memastikan kebenaran
laporan ke lapangan, untuk mengkonfirmasi apakah benar terjadi peningkatan
kasus/ outbreak.
 Standar, seragam, reliabel, kontinu. Definisi kasus, alat ukur, maupun
prosedur yang standar penting agar diperoleh informasi yang konsisten.
 Representatif dan lengkap. Memonitor situasi yang sesungguhnya terjadi pada
populasi. Data yang dikumpulkan harus representatif dan lengkap.
 Sederhana, fleksibel, dan akseptabel. Format pelaporan fleksibel.Sistem
surveilans harus dapat diterima oleh petugas surveilans,sumber data, otoritas
terkait surveilans, maupun pemangku surveilans lainnya.
 Penggunaan (uptake). Manfaat sistem surveilans ditentukan oleh sejauh mana
informasi surveilans digunakan oleh pembuat kebijakan, pengambil
keputusan, maupun pemangku surveilans pada berbagai level.
8. Fungsi Manajemen Surveilans
 Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah
intervensi kesehatan masyarakat.Kegiatan mencakup deteksi, pencatatan,
pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis maupunlaboratoris,umpan-
balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan masyarakat mencakup respons
segera (epidemic type response)danresponsterencana(management type response).
 Fungsi pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan
sumberdaya manusia dan laboratorium, manajemen sumberdaya ,dan komunikasi.
9. Contoh penyajian surveilans

Contoh penggunaan surveilans untuk mendeteksi outbreak disentri. Grafik yang


menghubungkan periode waktu pada sumbu X dengan insidensi kasus penyakit pada sumbu
Y dapat digunakan untuk memonitor dan mendeteksi outbreak. Kecurigaan outbreak terjadi
pada kuartal ke 4 tahun 2008, ketika insidensi mencapai 3 kali rata-rata per kuartal.
Contoh penggunaan surveilans untuk memonitor performa dan efektivitas program
pengendalian TB. Perhatikan, dengan statistik deskriptif sederhana surveilans mampu
memberikan informasi tentang kinerja program TB yang meningkat dari tahun ke tahun, baik
jumlah kasus TB yang dideteksi, ketuntasan pengobatan kasus, maupun kesembuhan kasus.
Perhatikan pula peran penting data time-series dalam analisis data surveilans yang
dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan interval sama.
EPIDEMILOGI DESKRIPTIF

1. Jenis Desain Epidemiologi deskriptif

Desain studi epidemiologi secara garis besar dapat dibagi menjadi :

1) Studi epidemiologi deskriptif , untuk mempelajari distribusi dan frekuensi penyakit di


populasi/mengetahui besar masalah Kesehatan di masyarkat.
2) Studi epidemiologi analitik , untuk mempelajari determinan suatu penyakit di
populasi.
2. Tujuan studi deskriptif
 Untuk dapat menggabarkan distribusi penyakit berdasarkan karakteristik populasi
 Untuk evaluasi trend masalah Kesehatan dan membandingkan antara daerah
 Untuk dapat memperhitungkan besarnya masalah Kesehatan sebagai basis
perencanaan dan evaluasi program.
 Untuk identifikasi masalah Kesehatan yang nantinya dilanjutkan dengan
penelitian analitik untuk uji hipotesa.
3. Pengertian epidemiologi deskriptif

Epidemiologi deskriptif adalah suatu studi yang menggambarkan pola pola kejadian
penyakit, atau pola pola pemaparan dalam kaitannya dengan variable orang, tempat dan
waktu. Studi deskriptif menjawab pertanyaan who, when, where. Studi deskriptif merupakan
studi awal dari studi yang lebih mendalam. Studi deskriptif dilakukan untuk menghasilkan
sebuah hipotesa yang kemudian akan dibuktikan pada studi analitik. Bentuk desai dari studi
deskriptif tidak lengkap, karena tidak ada kelompok pembanding.

Epidemiologi deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau
menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan
variabel orang, tempat dan waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika
tersedia sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang
berhubungan dengan penyakit.

Studi deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi yang dapat dilakukan suatu
saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditunjukan kepada sekelompok masyarakat
tertentu yang mempunyai masalah kesehatan aka disebutlah studi kasus. Namun ditunjukan
untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah degan surveilans serta bila diujukan
untuk menganalisa faktor penyebab aau resiko maupun akibatnya, maka disebut dengan studi
potong lintang atau cross sectional.

Studi deskriptif relative murah dan cepat dibandingkan studi analitik karena Studi
deskriptif umumnya paling sering digunakan untuk menggambarkan pola penyakit dan dan
untuk mengukur kejadian dari faktor risiko untuk penyakit (pajanan) pada satu populasi.
Studi deskriptif merupakan langkah awal dalam melakukan investigasi epidemiologi. Studi
ini menjawab pertanyaan berkaitan dengan aspek epidemiologi yang meliputi orang, tempat
dan waktu dan aspek ini dipergunakan untuk menjawab pertanyaan siapa?, apa?, dimana?
dan ketika?. Termasuk sebagai studi deskriptif adalah survey prevalensi, studi migrant dan
seri penyakit (case series) . Survey prevalensi dilakukan untuk menggambarkan kondisi
kesehatan suatu populasi atau faktor resiko kesehatan, misalnya Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) di Indonesia, dilakukan secara rutin setiap dua-tiga tahun sekali, untuk melihat
kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia dan berguna untuk melakukan perencanaan
kesehatan. Dan langsung menjelaskan siapa yang ,mendapat sakit dan siapa yang tidak,
dimana masalah (rate) penyakit yang tinggi, dan apakah ada pola temporal.

Sedangkan jika kita ingin mengetahui asosiasi antara kejadian penyakit dan faktor
risikonya, maka studi analitik dilakukan.

4. Variable Epidemiologi

Variable epidemiologi adalah segala faktor yang dapat menimbulkan penyakit epidemik,
baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi yang terjadi pada masyarakat.
Berdasarkan peranannya epidemiologi terbagi atas epidemiologi deskriptif dan analitik.
Peranan epidemiologi deskriptif adalah membandingkan kelompok-kelompok menurut
waktu, tempat dan orang yang sering disebut dengan variabel epidemiologi . Analisis
epidemiologis berdasarkan variabel tersebut digunakan untuk memperoleh gambaran yang
jelas tentang morbiditas dan mortalitas yang dihadapi. Dengan demikian memudahkan untuk
mengadakan penanggulangan, pencegahan dan pengamatan. Uuntuk menentukan adanya
peningkatan atau penurunan insidensi atau prevalensi penyakit yang timbul, harus
diperhatikan kebenaran perubahan tersebut.

(Place, Person, Time)

a. Place
Penyebaran menurut tempat pada prinsipnya sama dengan mencoba menjawab
pertanyaan “where”. Tempat kejadian kasus atau masalah kesehatan sangat penting diketahui
karena tempat kejadian yang erat kaitannya dengan lingkungan yang sesuai dengan model
segitiga epidemiologi. Distribusi menurut tempat sama artinya dengan area geografis, luas
dan tinggi lokasi sehingga tempat biasanya di katagorikan di kotomi (perkotaan dan pedesaan
(urban dan rural), pemukiman dan non pemukiman, domestik dan asing, didalam dan diluar,
serta institusi dan non institusi). Analisis perubahan frekuensi penyakit didasarkan pada
antar-tempat (batas alamiah, iklim, temperatur), antara urban dan rural (kepadatan penduduk
suplai air), dalam negara (provinsi), antar-negara (internasional), variasi dan ketetapan
diagnosis, serta sistem pelaporan.

b. Person

Variabel orang adalah ciri-ciri yang didapat sejak lahir ataupun sesudah lahir. Untuk
mengidentifikasikan seseorang terdapat variabel yang tak terhingga banyaknya, tetapi
hendaknya dipilih variabel yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan ciri
seseorang. Untuk menentukan variabel mana yang dapat digunakan sebagai indikator,
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan serta sarana yang ada.
Karakteristik yang selalu diperhatikan dalam suatu penyelidikan epidemiologi untuk variabel
orang adalah umur, ras, status kekebalan, jenis kelamin, kelas sosial (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan), golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, paritas (keturunan), dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan variabel orang, seperti gaya hidup dan kebiasaan
makan (Sutrisna, 1994).

Pentingnya variabel orang misalnya umur adalah untuk mengetahui :

1) Potensi mereka untuk terpapar dengan sumber infeksi


2) Tingkat imunisasi merek
3) Aktifitas fisiologi Variabel orang dapat digunakan untuk mengetahui populasi yang
berisiko.
c. Time

Kejadian penyakit menurut waktu seperti jam, hari, minggu dan bulan serta tahun. Tujuan
mengetahui waktu adalah untuk dapat memperkirakan sumber penyakit dengan melihat masa
inkubasi penyakit, perkiraan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) dan melihat penurunan
kasus karena program kesehatan tertentu,perjalanan penyakit tersebut berlangsung dengan
cepat.
5. Jenis Penelitian studi deskriptif
1) Studi Korelasi Populasi

Studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis yang bertujuan mendeskripsikan
hubungan korelatif antara penyakit dan faktor-faktor penelitian. Faktor-faktor yang
digunakan yaitu umur, bulanm penggunaan pelayanan kesehatan, konsumsi jenis makanan,
obat-obatan, dll. Studi Korelasi populasi terdiri dari studi ekologis yang merupakan studi
awal dengan seluruh populasi sebagai unit. Contoh menghubungkan konsumsi garam dengan
kanker oesophagus di cina (Samsudrajat, 2011).

2) Studi individu terdiri dari :


a. Case series merupakan studi epidemiologi deskriptif tentang serangkaian kasus, yang
berguna untuk mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis, perjalanan
klinis, dan prognosis kasus. Case series banyak dijumpai dalam literatur kedokteran
klinik. Tetapi desain studi ini lemah untuk memberi-kan bukti kausal, sebab pada
Case Series tidak dilakukan perbandingan kasus dengan non-kasus. Case series dapat
digunakan untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain studi analitik.
b. Case report (laporan kasus) merupakan studi kasus yang bertujuan mendeskripsikan
manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Case report
mendeskripsikan cara klinisi mendiagnosis dan memberi terapi kepada kasus, dan
hasil klinis yang diperoleh. Selain tidak terdapat kasus pembanding, hasil klinis yang
diperoleh mencerminkan variasi biologis yang lebar dari sebuah kasus, sehingga Case
Report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti empiris tentang gambaran
klinis penyakit.
c. Studi potong-lintang (cross-sectional study, studi prevalensi, survei) berguna untuk
mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik waktu tertentu. Data
yang dihasilkan dari studi potong-lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang
dapat juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang
dihasilkan tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit, karena
tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan mendahului penyakit
(Murti,1997).
EPIDEMIOLOGI ANALITIK

1. Pengertian epidemiologi analitik

Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk


mencarifaktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi
yaitu tinggiatau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. (Eko
Budiarto,2002:111)

Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban


terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah
kesehatan. Studi analitik digunakan untuk menguji hubungansebab akibat dan berpegangan
padapengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa
studi didesain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid.

2. Tujuan studi epidemiologi analitik


 Menjelaskan factor-faktor resiko dan kausa penyakit
 Memprediksi kejadian penyakit
 Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.
3. Jenis-jenis studi epidemiologi analitik
a. Studi Observasional
 Studi potong lintang (Cross sectional)
Rancangan cross sectionaladalah suatu rancangan epidemiologi yang mempelajari
hubungan penyakit dan factor penyebab yang mempengaruhi penyakit
tersebut dengan mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut
secara serentak pada individu atau kelompok pada satu waktu.
Langkah – langkah penelitian cross sectional :
1) Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor
resiko dan faktor efek
2) Menetapkan subjek penelitian.
3) Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang
merupakan faktor resiko dan efeksekaligusberdasarkan status keadaan
variabel pada saat itu (pengumpulan data)
4) Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar
kelompok-kelompok hasil observasi(pengukuran)Contoh :Ingin mengetahui
hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badab Bayi Lahir
(BBL)denagn menggunakan rancanagn atau pendekatan cross sectional.

Ciri khas rancangan cross sectional :

1) Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel pada suatu saat tertentu.


2) Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik
pemajanan (exposure)maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang sama.
3) Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab akibat.
4) Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan tindak
lanjut terhadappengukuran yang dilakukan.

Kelebihan rancangan cross sectional :

1) Mudah dilaksanakan.
2) Sederhana.
3) Ekonomis dalam hal waktu.
4) Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
5) Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik
variabel resikomaupun efek

Kekurangan rancangan cross sectional :

1) Diperlukan subjek penelitian yang besar.


2) Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
3) Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.
4) Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan efek paling lemah bila dibandingan
dengan duarancangan epidemiologi yang lain
 Kasus control (case control)

Rancangan Kasus Kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang


mempelajarihubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti
dengan membandingkankelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
penyebab penyakitnya. Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey)
analitik yang menyangkutbagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan retrospektif.

Tahap-tahap penelitian case control :

1) Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek).


2) Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel).
3) Identifikasi kasus.
4) Pemilihan subjek sebagai kontrol.
5) Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor
resiko.
6) Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel
objek penelitian dengan variabel-variabel control

Contoh: Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi)


pada balitadengan prilaku pemberian makanan oleh ibu.

Ciri rancangan kasus kontrol :

1) Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol)
suatu kasusyang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua
kelompok tersebut dibandingkan.
2) Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas
(penyebab).
3) Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.
4) Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus)
yang terkenapenyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif.
5) Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang
sama dengankasus.
6) Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti

Kelebihan rancangan penelitiancase control:

1) Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa
latennya Panjang
2) Hasil dapat diperoleh dengan cepat
3) Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
4) Subjek penelitian sedikit
5) Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
6) Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian
lebih tajamdibanding dengan hasil rancangan cross sectional
 Kohort

Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari


hubungan antarapenyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan
membandingkan kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar
status penyakitnya.

Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :

1) Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek


2) Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
3) Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negative
4) Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok control
5) Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan,
selanjutnya mengidentifikasitimbul tidaknya efek pada kedua kelompok
6) Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek
positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko
positif maupun kelompok control.

Contoh: Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) paru
(efek) dengan merokok(risiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.

Ciri khas dari rancangan kohort :

1) Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yangberbaris
maju ke depan
2) Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentudan
kemudian diikuti dalam periodewaktu tertentu untukmenentukan munculnya
penyakit pada tiap kelompok
3) Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan
efekd.Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efekdiikuti
secara prospektif
4) Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat
(akibat)f.Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif

Kelebihan Rancangan kohort :

1) Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau


efek yangditeliti.
2) Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko
dengan efeksecara temporal.

Anda mungkin juga menyukai