Isi Perpajakan XX
Isi Perpajakan XX
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun
dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan
rumah tangga, baik dalam menghadapi resiko yang mendasar seperti resiko kematian,
atau dalam menghadapi resiko harta benda yang dimiliki. Bahkan untuk menyikapi
perkembangan industri perasurasian di Indonesia, pemerintah bersama DPR
mengundangkan UU No.40 Tahun 2014 Tentang Perasurasian sebagai pengganti dari
UU No. 2 Tahun 1992.
Disamping itu, usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi
penting peranannya karena dari kegiatan perlindungan risiko, perusahaan asuransi
menghimpun dana masyarakat dari penerimaan premi. Pelaksanaannya harus
berdasarkan pada kemampuan sendiri. Untuk itu diperlukan usaha pengerahan dana
masyarakat. Dengan peranan asuransi tersebut dalam perkembangan pembangunan
ekonomi yang semakin meningkat, maka semakin terasa kebutuhan akan hadirnya
industri perasuransian yang kuat dan dapat diandalkan.
Sumber penerimaan negara sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penerimaan
pajak dan non-pajak. Berdasarkan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
(APBN) 2017 terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, saat ini pajak
1
masih menjadi sumber pendapatan terbesar yang diperoleh pemerintah.1 Hal ini
dibuktikan dengan persentase sebesar 85,6 persen dari total keseluruhan penerimaan
negara berasal dari sektor pajak. Pajak yang didapatkan oleh pemerintah tersebut berasal
dari iuran wajib masyarakat yang merupakan wajib pajak pribadi maupun badan yang
dibayarkan dalam waktu tertentu dan jumlah perhitungan yang telah diatur dalam
undang-undang perpajakan.
1
Buku Panduan Pajak 2010-2011/ Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jendral
Pajak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk kriteria pendapatan perusahaan asuransi bersumber dari premi asuransi, termasuk
juga premi asuransi bagi perusahaan reasuransi yang diperoleh dari klien atau nasabah.
Pada premi asuransi yang sudah dibayar pemegang polis terkait dengan periode
pertanggungan lebih dari 1 tahun dan pengakuan penghasilannya dihubungkan dengan
metode pembukuan Wajib Pajak sebagai berikut.
Jika metode pembukuan yang digunakan wajib pajak merupakan stelsel akrual,
maka pengakuan penghasilan atas premi asuransi tersebut dianggarkan secara
proporsional pada tahun-tahun terkait periode pertanggungan tersebut.2
Jika metode pembukuan yang digunakan wajib pajak merupakan stelsel kas atau
stelsel campuran, maka pengakuan penghasilannya dibagi menajdi dua kategori
yaitu:
Penerimaan premi asuransi dimuka, sehingga diakui ketika premi tersebut
diterima
Penerimaan premi asuransi setelah masa pertanggungan, sehingga premi tersebut
dianggarkan selama periode pertanggungan
Pengenaan pajak atas premi asuransi di Indonesia sampai saat ini masih
masuk ke kategori Jasa Bukan Jasa Kena Pajak atau Non JKP. Perhitungan
2
http://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1994/624~KMK.04~1994Kep.HTM
3
premi asuransi ini sendiri masuk ke dalam penghitungan PPh 21, dengan tarif
5% sampai dengan 30%. Beberapa premi asuransi yang masuk dalam
perhitungan PPh 21 di antaranya premi asuransi atas Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kesehatan, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun. Perlu Anda ketahui
bahwa jenis premi asuransi yang masuk dalam perhitungan PPh 21 ini akan
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada wajib pajak badan (perusahaan di
dalam negeri) bukan kepada wajib pajak orang pribadi.
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU PPh no.36 tahun 2008
pasal 6 dan 9 disebutkan bahwa besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dalam
negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha antara lain: premi asuransi.
3
https://www.online-pajak.com/tips-pph21/pajak-atas-premi-asuransi
4
Beberapa jenis premi yang sudah disebutkan di atas masuk dalam
pengurang penghasilan bruto dapat Anda hitung secara otomatis. Ada juga
penghitungan fitur bonus dan pesangon serta penghitungan BPJS Kesehatan.
Iuran JKK dibayar seluruhnya oleh perusahaan. Besarnya iuran yang harus
dibayar berdasarkan pada kelompok jenis usaha dan risiko sebagai berikut:
Jaminan Kematian
Jaminan Kesehatan
Sejak 1 Juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan sebesar 5% dari gaji per
bulan. Sebanyak 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1% oleh pegawai.4
4
http://www.online-pajak.com/tips-pph21/pajak-atas-premi-asuransi
5
2.2 Pajak Penerimaan Dana Asuransi
2.2.2 PPh 21 Atas Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
dan Jaminan Hari Tua
6
terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan
uang penggantian hak.
7
Tarif PPh pasal 21 untuk penghasilan berupa uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua diberlakukan kumulatif bersifat
final
Pembayaran manfaat pensiun bulanan yang lebih kecil dari suatu jumlah
tertentu yang ditetapkan dari waktu ke waktu oleh Menteri Keuangan
yang dibayarkan secara sekaligus
Bila PPh yang terutang dibayar pada tahun ketiga dan tahun-tahun
berikutnya, pemotongannya dilakukan dengan menerapkan tarif pasal 17
UU PPh yang bersifat tidak final dan bagi pegawai dapat diperhitungkan
sebagai kredit pajak. Bagi pegawai yang tidak mempunyai NPWP
dikenakan tarif lebih tinggi 20% dari tarif pasal pasal 17 UU PPh.
8
Uang Pesangon kepada Pegawai, dilakukan pemotongan PPh pasal
21 yang bersifat final oleh Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja.
3. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong Pajak untuk setiap masa
wajib disetor ke Kantor Pos atau bank persepsi, paling lama 10 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
6
https://www.pajakku.com/read/5d81d38474135e0390823af5/PPh-21-Atas-Pesangon-Uang-Manfaat-
Pensiun-Tunjangan-Hari-Tua-dan-Jaminan-Hari-Tua
9
penutupan asuransi dalam jangka waktu 3 tahun atau kurang atas produk
asuransi yang mengandung unsur tabungan (investasi/unit-link). Penghasilan
yang dipotong adalah selisih lebih antara manfaat tabungan yang diterima
dan akumulasi premi yang telah dibayarkan.dan penghasilan tertentu lainya.7
7
Sharen Eflin Juniver Putong, Sintje Rondonuwu, ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN
TERHADAP INDUSTRI ASURANSI PADA PT ASURANSI JIWASRAYA ( PERSERO ) MANADO KOTA, h.810.
8
Pajak.go.id
10
(Dividen). Hal ini juga berlaku untuk tambahan manfaat diluar yang
tercantum dalam polis asuransi.
9
https://perpajakan.ddtc.co.id/peraturan-pajak/read/surat-edaran-dirjen-pajak-se-11pj-3111998
11
Supit, (2014), Dalam bahasa inggris PPN disebut Value Added Tax atau
Good and Service Tax. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah
satu beban pajak yang harus dipenuhi atau dibayarkan oleh Wajib Pajak.
Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak yang dikenakan atas barang
dan jasa yang mengalami pertambahan nilai. Pertambahan nilai itu sendiri
timbul karena dipakainya faktor-faktor produksi di setiap jalur produksi
dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan
barang atau pemberian jasa kepada para konsumen. (Geruh: 2013).
Sesuai UU 42 tahun 2009 (UU PPN) jasa asuransi termasuk dalam jasa tidak
kena pajak (non JKP). Yang dimaksud dengan jasa asuransi yang non JKP
adalah jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa,
dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi,
penilai kerugian asuransi dan konsultan asuransi. Dengan demikian
perusahaan asuransi tidak wajib dikukuhkan sebgai PKP. Sementara jasa
penunjang asuransi wajib dikukuhkan sebagai PKP kecuali yang memenuhi
kriteria perusahaan kecil.
10
http://www.scribd.com/document/426796707/Makalah-Pajak-Dalam-Asuransi (Diakses
pada 12 Oktober 2021, Pukul 13:00)
12
LN pialang
Perusahaan Perusahaan 10% Perusahaan
Asuransi di Asuransi di Asuransi di
Indonesia LN Indonesia
Perusahaan Perusahaan 5% Perusahaan
Reasuransi di Asuransi di Reasuransi di
Indonesia LN Indonesia
Saat terutang PPh pasal 26 pada akhir bulan dilakukan pembayaran premi
atau pada akhir bulan terutangnya premi asuransi tersebut.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peranan asuransi dalam pembangunan ekonomi nasional yang semakin
meningkat membuat masyarakat semakin membutuhkan kehadiran industri
perasuransian yang kuat dan dapat diandalkan. Industri asuransi memiliki peran
dalam proses perkembangan perekonomian di Indonesia untuk itu kita juga perlu
mencermati apakah penerapan Akuntansi perpajakan dalam Industri Asuransi
apakah sudah sesuai atau tidak, mengingat sumbangan Pajak bagi perkembangan
ekonomi di Indonesia yang begitu sentral. Dalam industri Asuransi terdapat
jenis-jenis pajak yang melekat, baik itu PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4
Ayat 2 dan PPN.
Dasar perhitungan dan perlakuan perpajakan bagi perusahaan asuransi adalah
Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang berasal dari pendapatan setelah dipotong
biaya yang telah diperbolehkan. Tetapi karena ketentuan asuransi yang berbeda
dari bisnis lain, terdapat beberapa kriteria yang berbeda dari bisnis lain,
diantaranya adalah Pendapatan Untuk kriteria pendapatan perusahaan asuransi
bersumber dari premi asuransi, termasuk juga premi asuransi bagi perusahaan
reasuransi yang diperoleh dari klien atau nasabah.
3.2 Saran
Sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang busa dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran
mengenai pembahasan makalah di atas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Pajak 2010-2011/ Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jendral
Pajak.
Rimsky K. Judisseno, Pajak Dan Strategi Bisnis : Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2005.http://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1994/624~KMK.04~1994Kep.HTM (Diakses
Pada 12 Oktober 2021, Pukul 14.09 WIB).
http://perpajakan.ddtc.co.id/peraturan-pajak/read/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-
se-08pj2019 (Diakses Pada 12 Oktober 2021, Pukul 14.11 WIB).
http://www.scribd.com/document/426796707/Makalah-Pajak-Dalam-Asuransi (Diakses
pada 12 Oktober 2021, Pukul 13:00)
Rafinska, Kezia. 2020. “Pajak Atas Premi Asuransi & Komponen Premi PPh 21”,
https://www.online-pajak.com/tips-pph21/pajak-atas-premi-asuransi (Diakses pada 19
Oktobor 2021, Pukul 05:40)
Sigit. 2019. “PPh 21 Atas Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua”, https://www.pajakku.com/read/5d81d38474135e0390823af5/PPh-
21-Atas-Pesangon-Uang-Manfaat-Pensiun-Tunjangan-Hari-Tua-dan-Jaminan-Hari-Tua
(Diakses pada 22 Oktobor 2021, Pukul 10:40)
https://perpajakan.ddtc.co.id/peraturan-pajak/read/surat-edaran-dirjen-pajak-se-11pj-
3111998 (Diakses pada 22 Oktobor 2021, Pukul 15:10)
15