Anda di halaman 1dari 32

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia dimulai sejak 1 Januari tahun 2014.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang

yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Jaminan Kesehatan (JKN) adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara

nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas dengan tujuan menjamin agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan.

Prinsip asuransi sosial meliputi :

1) kegotong-royongan

2) kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif;

3) iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan;

4) bersifat nirlaba.

Dasar Hukum JKN :

- Pasal 28 H dan pasal 34 UUD’45

- UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

- UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

- PP No.101 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

- PP No.86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Sanksi Administratif

- Peppres No.111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

5 program dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu :

-Jaminan Kesehatan

-Jaminan Kecelakaan Kerja

-Jaminan Hari Tua

-Jaminan Pensiun

-Jaminan Kematian
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 52 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial, pemerintah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diatur dalam UU No. 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan sosial.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat

agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Tujuan BPJS untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan

dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan atau anggota keluarganya..

Prinsip BPJS :

• Kegotongroyongan

• Nirlaba

• Keterbukaan

• Kehati-hatian

• Akuntabilitas

• Portabilitas

• Kepesertaan bersifat wajib

• Dana amanat

• Hasil pengelolaan

• Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan

untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Jenis BPJS yaitu:

• BPJS Kesehatan (perubahan dari PT. Askes dimulai sejak 1 Januari 2014)

BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

• BPJS Ketenagakerjaan (perubahan dari PT. Jamsostek dimulai sejak 1 Juli 2015)
BPJS Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan program sebagai berikut:

-Program jaminan kecelakaan kerja

-Program jaminan hari tua

-Program jaminan pensiun

-Program jaminan kematian

Tugas BPJS yaitu :

• Melakukan dan menerima pendaftaran peserta.

• Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.

• Menerima bantuan iuran dari pemerintah.

• Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.

• Mengumpulkan dan mengelola data peserta program Jaminan Sosial.

• Membayarkan manfaat dan atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan

ketentuan program Jaminan Sosial.

• Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada

peserta dan masyarakat.

Wewenang BPJS yaitu :

• Menagih pembayaran iuran.

• Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang

dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan

dana dan hasil yang memadai.

• Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja

• Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran

fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan pemerintah.

• Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.

• Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak

memenuhi kewajibannya.

• Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


• Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program

Jaminan Sosial.

Kepesertaan BPJS Kesehatan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan

Kesehatan (Perpres No 101 Tahun 2011) adalah fakir miskin dan orang tidak mampu

sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.

2. Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI).

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana yang dimaksud merupakan

peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas

(sesuai Perpres No 12 Tahun 2013)

• Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, terdiri atas:

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota TNI

c. Anggota Polri

d. Pejabat Negara

e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

f. Pegawai swasta;

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima

Upah.

• Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, terdiri atas pekerja di

luar hubungan kerja dan pekerja mandiri.

• Bukan Pekerja dan anggota keluarganya, terdiri atas :

a. Investor

b. Pemberi Kerja

c. Penerima pensiun

d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan

f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang

mampu membayar iuran

HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA

1. HAK PESERTA

• Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan

kesehatan;

• Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur

pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

• Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan

BPJS Kesehatan

• Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke Kantor

BPJS Kesehatan.

2. KEWAJIBAN PESERTA

• Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai

dengan ketentuan yang berlaku

• Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kematian,

kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat pertama

• Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang

tidak berhak

• Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan

RUANG LINGKUP PELAYANAN (Perpres 12 Tahun 2013, Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun

2014)

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik

yang mencakup:

a. Administrasi pelayanan

b. Pelayanan promotif dan preventit

c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif


e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; f. Transfusi darah sesuai dengan

kebutuhan medis

g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama

h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan rawat

jalan dan rawat inap, yang mencakup:

a. Administrasi pelayanan

b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan

subspesialis

c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi

medis

d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis

f. Rehabilitasi medis

g. Pelayanan darah

h. Pelayanan kedokteran forensik klinik

i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di fasilitas

kesehatan yang bekerjasama dengan bpjs kesehatan, berupa pemulasaran jenazah

tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah

j. Perawatan inap non intensif

k. Perawatan inap di ruang intensif.

Sustainable Development Goals (SDGs)


(2015-2030)

Agenda pembangunan berkelanjutan yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs).

SDGs merupakan seperangkat tujuan, sasaran, dan indikator pembangunan yang

berkelanjutan yang bersifat universal. SDGs merupakan kelanjutan dan perluasan


dari Millennium Development Goals (MDGs) yang telah dilakukan oleh negara-negara sejak

2001 hingga akhir 2015.

Beberapa masalah utama yang belum bisa diatasi sampai dengan berakhirnya era MDGs (UN,

2016) sebagai berikut:

1. Masih terdapat jurang yang lebar antara rumah tangga pedesaan dan perkotaan

2. Masih terdapat ketidaksetaraan gender

3. Banyak terjadi konflik (peperangan dsb,)

4. Jutaan orang miskin hidup dalam kemiskinan dan kelaparan

5. Perubahan iklim dan degradasi lingkungan

Sustainable Development Goals secara eksplisit bertujuan memberantas kemiskinan dan


kelaparan, mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara, memperbaiki manajemen air
dan energi, dan mengambil langkah urgen untuk mengatasi perubahan iklim.

SDGs terdiri atas 17 tujuan dan 169 target, yang meliputi aneka isu pembangunan berkelanjutan

Daftar 17 tujuan dalam SDGs sebagai berikut:

1. Kemiskinan (Poverty) – Mengakhiri kemiskinan


2. Panngan (Food) – Mengakhiri kelaparan

3. Kesehatan (Health)– Menjamin hidup yang sehat dan meningkatkan kesehatan

4. Pendidikan (Education) –Menjamin pendidikan yang berkualitas

5. Perempuan (Women) – Mencapai kesetaraan gender (wanita)

6. Air (Water)– Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi

7. Energi (Energy) – Menjamin akses terhadap energi

8. Ekonomi (Economy) – Meningkat pertumbuhan ekonomi

9. Infrastruktur (Infrastructure) – Membangun infrastuktur (prasarana) yang awet/ kuat

10. Ketidaksetaraan (Inequality) – Mengurangi ketidaksetaraan (inequality)

11. Pemukiman (Habitation) – Membangun kota dan pemukiman manusia

12. Konsumsi (Consumption) – Menjamin pola konsumsi dan produksi

13. Iklim (Climate) – Mengambil langkah-langkah tindakan yang segera untuk mengatasi

perubahan iklim dan dampaknya

14. Ekosistem Kelautan (Marine Ecosystem)– Melindungi dan menggunakan lautan, laut,

dan sumberdaya kelautan

15. Ekosistem (Ecosystem) – Melindungi, memulihkan, dan meningkatkan penggunaan

ekosistem bumi

16. Kelembagaan (Institutions) – Menciptakan masyarakat yang damai dan inklusif untuk

pembangunan

17. Keberlanjutan (Sustainability)– Memperkuat cara implementasi dan merevitalisasi

kemitraan global

Hanya tujuan ke 3 (Health) yang bukan merupakan determinan kesehatan, melainkan

tujuan kesehatan itu sendiri yang ingin dicapai. Tujuan ke 3 SDGs dengan jelas

menyebutkan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah kehidupan yang sehat bagi semua

(keadilan kesehatan) pada semua usia (kesetaraan kesehatan menurut usia).


Goals kesehatan SDGs :

2 : Zero Hunger (Gizi Masyarakat)

3 : Good Health and Well-being (Sistem Jaminan Kesehatan)

5 : Gender Equality (Akses Kesehatan Reproduksi)

6 : Clean Water and Sanitation (Sanitaso dan Air Bersih)

SDGs diikuti oleh 189 Negara

SDGs disahkan tanggal 25 Desember 2015

SDGs disahkan di New York, AS.

SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)


PP NOMOR 72 TAHUN 2012
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh

semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh

semua komponen bangsa: pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, badan hukum, badan

usaha, lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna & terwujudberdaya guna derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Perpres 72 ; 2012).

Pengelolaan kesehatan:

1. Pengelolaan upaya kesehatan

2. Penelitian & pengembangan kesehatan

3. Pembiayaan kesehatan

4. Sumber daya manusia kesehatan

5. Kesediaan farmasi

6. Alat kesehatan
7. Makanan

8. Manajemen

9. Informasi

10. Regulasi

11. Pemberdayaan masyarakat

Pembangunan kesehatan mempertimbangkan: (determinan sosial)

• Kondisi kehidupan sehari-hari

• Tingkat pendidikan

• Pendapatan keluarga

• Distribusi kewenangan

• Keamanan

• Sumber daya

• Kesadaran masyarakat

• Kemampuan tenaga kesehatan mengatasi masalah

Konteks SKN secara keseluruhan:

1. SKN disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi

2. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil & merata

3. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak pada rakyat

4. Kebijakan pembangunan kesehatan

5. Kepemimpinan; ivovasi & terobosan termasuk sistem rujukan Dasar pembangunan kesehatan

UU nomor 17 tahun 2007 tentang RPJPN tahun 2005 – 2025: Pembangunan kesehatan diarahkan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

Pembangunan kesehatan didasarkan pada:

1. Perikemanusiaan

2. Pemberdayaan dan kemandirian

3. Adil dan merata

4. Pengutamaan

manfaat Dasar SKN :

1. HAM

2. Sinergisme dan kemitraan yang dinamis


3. Komitmen & tata kelola pemerintahan yang baik (good goverment)

4. Dukungan regulasi

5. Antisipasi dan proaktif

6. Responsif gender

7. Kearifan lokal

Kedudukan SKN :

1. Supra sistem SKN; dengan berbagai subsistem lain diarahkan untuk mencapai tujuan dlm UUD

1945.

2. Terwujud keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor; tdk hanya tanggung jawab sektor

kesehatan, tetapi juga sektor lain.

SKN berinteraksi secara harmonis dgn:

a) Sistem pendidikan nasional

b) Sistem perekonomian nasional

c) Sistem ketahanan pangan nasional

d) Sistem Hamkamnas, dan lainnya

3. Kedudukan SKN terhadap pembanguna kesehatan didaerah. Merupakan bentuk acuan dan

cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan didaerah.

4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakat; swasta. Ditentukan oleh dukungan

sistem nilai & budaya masyarakat. Acuan dlm membangun perilaku dan lingkungan sehat, serta

peran aktif masyarakat.

UNDANG-UNDANG KESEHATAN
UU No. 36 Tahun 2014 : Tentang Tenaga Kesehatan.

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.


UU No.36 Tahun 2009 : Tentang Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas:

a. pelayanan kesehatan perseorangan

b. pelayanan kesehatan masyarakat.

Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana meliputi:

a. pelayanan kesehatan tingkat pertama

b. pelayanan kesehatan tingkat kedua

c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan:

a. pelayanan kesehatan

b. pelayanan kesehatan tradisional

c. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

d. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

e. kesehatan reproduksi

f. keluarga berencana

g. kesehatan sekolah

h. kesehatan olahraga

i. pelayanan kesehatan pada bencana

j. pelayanan darah

k. kesehatan gigi dan mulut

l. penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran

m. kesehatan matra

n. pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan

o. pengamanan makanan dan minuman

p. pengamanan zat adiktif

q. bedah mayat.
Pelayanan kesehatan terdiri atas:

a. pelayanan kesehatan perseorangan


Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan perseorangan dan keluarga.
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

Berdasarkan cara pengobatannya, terbagi menjadi:

a. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan


b. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS


(Kepmenkes No 128 th 2004)
PERMENKES N0.75 TAHUN 2014 BERUBAH MENJADI PERMENKES NO.43 TAHUN 2019

Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan.

Visi Puskesmas
Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat
Misi Puskesmas
• Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
• Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya
• Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakannya
• Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya
Tujuan Puskesmas
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal
di wilayah kerja puskesmas.

1. Upaya Kesehatan Wajib


adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta
yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan yakni :
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Pengertian standar pelayanan minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu
untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan
pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator dan nilai
(benchmark)

STRATEGI INDONESIA SEHAT 2010


1. Paradigma Sehat
2. Profesionalisme
3. Desentralisasi
4. JPKM

RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL :


1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar
• Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
• Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Pra Sekolah
• Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
• Pelayanan Kesehatan Usia Subur
• Pelayanan Kesehatan Kerja
• Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
• Pelayanan Imunisasi
• Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat
• Pelayanan Pengobatan / Perawatan

2. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang


• Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi dasar (Kebidanan, Bedah, Penyakit Dalam,
Anak)
• Pelayanan kegawat daruratan
• Pelayanan laboratorium kesehatan yang mendu-kung upaya kesehatan perorangan
dan kesehatan masyarakat
• Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan
3. Penyelenggaraan Pemberantasan Penyakit Menular
• Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB)
• Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
• Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru
• Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria
• Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta
• Pencegahan & Pemberantasan Penyakit ISPA
• Pencegahan & Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS
• Pencegahan & Pemberantasan Penyakit DBD
• Pencegahan & Pemberantasan Penyakit Diare
• Pencegahan & Pemberantasan Penyakit Filariasis
4. Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat
• Pemantauan pertumbuhan balita
• Pemberian suplemen gizi
• Pelayanan gizi
• Penyuluhan gizi seimbang
• Penyelenggaraan kewaspadaan gizi
5. Penyelenggaraan Promosi Kesehatan
• Penyuluhan perilaku sehat
• Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan
6. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
• Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi
• Pengendalian vector
• Pelayanan Hygiene Sanitasi di tempat umum
7. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Lain
• Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Napza)
yang Berbasis Masyarakat
8. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian dan Pengamanan Sediaan Farmasi, Alat
kesehatan serta makanan dan minuman
• Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar
• Penyediaan dan pemerataan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan
• Pelayanan Pengamanan Farmasi Alat Kesehatan

KEGIATAN POKOK PROGRAM GIZI


1. Penyuluhan Gizi Masyarakat
2. Penanggulangan Kep & Gizi Buruk
3. Penanggulangan Gaky
4. Penanggulangan Anemia Gizi
5. Penanggulangan Kurang Vitamin A
6. Penanggulangan Kurang Gizi Mikro
7. Penanggulangan Gizi Lebih
8. Program Gizi Institusi
9. Sistem Kewaspadaan Pangan & Gizi
10. Pengembangan Tenaga Gizi
11. Penelitian & Penembangan Gizi

STANDAR PELAYANAN MINIMAL


• Pemantauan Pertumbuhan Balita
• Pemberian Suplemen Gizi
• Pelayanan Gizi
• Penyuluhan Gizi Seimbang
• Sistem Kewaspadaan Gizi

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA :


• balita terpantau pertumbuhannya
• balita yang baik pertumbuhannya
• balita yang gagal pertumbuhannya
• balita yang mengalami perbaikan pertumbuhannya
• balita yang berat badannya di bawah garis merah (bgm)

PEMBERIAN SUPLEMEN GIZI :


• balita yang mendapatkan kapsul vitamin a
• ibu hamil yang mendapat tablet tambah darah
• ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin a
• ibu hamil yang mendapat kapsul yodium

PELAYANAN GIZI :
• balita kep & bgm yang mendapat pmt - mpasi
• balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan 11/26/2008 26

PENYULUHAN GIZI SEIMBANG :


• bayi yang mendapatkan asi eksklusif
• desa dengan konsumsi garam beryodium yang baik

SISTEM KEWASPADAAN GIZI :


• penanganan desa dengan klb gizi < 24jam
• desa bebas rawan gizi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Pengertian PHBS
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga
dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki
peran aktif dalam aktivitas masyarakat.

Tujuan utama PHBS


adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal
dari kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih
dan sehat.

Manfaat PHBS
adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan
kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar
kesehatan.

5 tatanan PBHS tentang perilaku hidup bersih sehat :

• PHBS di Rumah tangga


• PHBS di Sekolah
• PHBS di Tempat kerja
• PHBS di Sarana kesehatan
• PHBS di Tempat umum

Manfaat PHBS di Sekolah

PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah untuk mau melakukan pola hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat. Manfaat
PHBS di Sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses
belajar mengajar dan para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat.

Contoh PHBS di sekolah

• Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,


• Mengonsumsi jajanan sehat,
• Menggunakan jamban bersih dan sehat
• Olahraga yang teratur
• Memberantas jentik nyamuk
• Tidak merokok di lingkungan sekolah
• Membuang sampah pada tempatnya, dan
• Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan
lingkungan yang sehat.

Manfaat PHBS di Rumah Tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu
meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain, setiap anggota
keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah
tangga sehat mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS
rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup
sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.

10 PHBS di Rumah Tangga yaitu:

(1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

(2) memberi bayi ASI eksklusif

(3) menimbang bayi dan balita

(4) menggunakan air bersih

(5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

(6) menggunakan jamban sehat

(7) memberantas jentik di rumah

(8) makan buah dan sayur setiap hari

(9) melakukan aktivitas fisik setiap hari

(10) tidak merokok di dalam rumah.

Manfaat PHBS di Tempat Kerja

PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja agar tahu dan mau
untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan dalam menciptakan tempat
kerja yang sehat. manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan
kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra
tempat kerja yang positif.

PHBS di tempat kerja antara lain:

(1) tidak merokok di tempat kerja

(2) membeli dan mengonsumsi makanan dari tempat kerja

(3) melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik

(4) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
dan buang air kecil

(5) memberantas jentik nyamuk di tempat kerja

(6) menggunakan air bersih

(7) menggunakan jamban saat buang air besar dan kecil

(8) membuang sampah pada tempatnya

(9) mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan

(10) setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit

(11) produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja
dan ekonomi keluarga

(12) pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan
untuk biaya pengobatan.

Manfaat PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan

Bagi pasien/keluarga pasien/pengunjung: memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan


sehat, terhindar dari penularan penyakit, mempercepat proses penyembuhan penyakit, dan
peningkatan derajat kesehatan pasien.

Bagi fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit: mencegah terjadinya penularan penyakit,


meningkatkan citra fasilitas pelayanan kesehatan yang baik sebagai tempat untuk memberikan
pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.

PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu,

(1) mencuci tangan pakai sabun (hand rub/hand wash)

(2) penggunaan air bersih


(3) penggunaan jamban sehat

(4) membuang sampah pada tempatnya

(5) larangan merokok

(6) tidak meludah sembarangan

(7) pemberantasan jentik nyamuk.

Manfaat PHBS di Masyarakat

Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat,
mencegah penyebaran penyakit, masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan
dan mampu mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

PENANGGULANGAN NARKOBA

UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang

penyalahgunaan narkoba disebabkan oleh yaitu:

1) Faktor letak geografi Indonesia

2) Faktor ekonomi

3) Faktor kemudahan memperoleh obat

4) Faktor keluarga dan masyarakat

5) Faktor kepribadian

6) Faktor fisik dari individu yang menyalahgunakannya.

Metode pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba :

1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program premitif atau program pembinaan.
Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah para anggota masyarakat
yang belum memakai atau bahkan belum mengenal narkoba sama sekali.
Bentuk program yang ditawarkan antara lain pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada
kelompok belajar, kelompok olah raga, seni budaya, atau kelompok usaha.

2. Preventif
Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana program ini
ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah mengenal narkoba
agar mereka mengetahui tentang seluk beluk narkoba sehingga mereka menjadi tidak
tertarik untuk menyalahgunakannya.
Agenda preventif yaitu :
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
b. Penyuluhan seluk beluk narkoba Berbeda dengan kampanye yang hanya bersifat
memberikan informasi
c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya
d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan upaya distribusi narkoba di
masyarakat.
3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini ditujukan
kepada para peakai narkoba.
Tujuan dari program ini adalah mebantu mengobati ketergantungan dan menyembuhkan
penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian
narkoba.
Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini adalah:
a) Penghentian secara langsung;
b)Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian narkoba
(detoksifikasi)
c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba;
d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba seperti
HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya.
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan
kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia
tidak memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas
pemakaian narkoba.
5. Represif
Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen, bandar, pengedar
dan pemakai narkoba secara hukum.Program ini merupakan instansi pemerintah yang
berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi narkoba.

Narkoba dibagi dalam 3 jenis, yaitu Narkotika, Psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
1. Narkotika
Narkotika adalah sejenis zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun bukan sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
a. jenis- jenis narkotika dapat dibagi menjadi 3 golongan.
• Golongan I : narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan,dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi yang
sangat tinggi untuk menyebabkan ketergantungan.
Misalnya adalah heroin/putaw, kokain, ganja, dan lain- lain.
• Golongan II : narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terkakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan bertujuan sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mangakibatkan ketergantungan.
Misalnya adalah morfin, petidin, turunan/garam narkotika dalam golongan
tersebut dan lain-lain.
• Golongan III : narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Misalnya adalah kodein, garam- garam narkotika dalam golongan tersebut dan
lain- lain.

2. Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi 3 jenis yaitu narkotika


alami, narkotika semisintesis dan narkotika sintesis.
a. Narkotika Alami adalah narkotika yang zata adiktifnya diambil dari tumbuh- tumbuhan
(alam) seperti : ganja, hasis, koka, opium.
• Ganja adalah tanaman yang daunnya menyerupai daun singkong yang
tepinya bergerigi dan berbulu halus dengan jumlah jari yang selalu ganjil
(5,7,dan 9)
Cara penyalahgunaannya adalah dengan dikeringkan dan dijadikan rokok
yang dibakar dan dihisap.
• Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika latin dan Eropa
yang biasanya digunakan para pemadat kelas tinggi. Penyalahgunaannya
adalah dengan menyuling daun hasis/ganja diambil sarinya dan digunakan
dengan cara dibakar
• Koka adalah tanaman perdu mirip dengan pohon kopi dengan buah yang
berwarna merah seperti biji kopi.
• Opium adalah Bunga dengan warna yang indah. Dari getah bunga Opium
dihasilkan candu(opiat).

b. Narkotika Semisintetis adalah narkotika alami yang diolah dan menjadi zat adiktifnya
(intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan kedokteran.
• Morfin : dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau
pembiusan pada operasi pembedahan.
• Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk
• Heroin : tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya sangat besar
dan manfaatnya secara medis belum ditemukan. Dalam perdagangan gelap,
heroin diberi nama putaw, atau pete/pt .
• Kokain : hasil olahan dari biji koka

c. Narkotika Sintetis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia. Narkotika ini
digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita
ketergantungan narkoba (subtitusi).
• Petidin : untuk obat bius local, operasi kecil, sunat dsb
• Methadon : untuk pengobatan pecandu narkoba.
• Naltrexone : untuk pengobatan pecandu narkoba.

3. Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas normal dan perilaku.
Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa
(psyche).
Berdasarkan undang – undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke
dalam 4 golongan
a. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.
Contohnya adalah MDMA,ekstasi, LSD,dan STP
b. Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin,
metakualon, dan sebagainya.
c. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina,
fleenitrazepam, dan sebagainya.
d. Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam( BK, mogadon,
dumolid), diaxepam, dan lain-lain.
Berdasarkan ilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan kedalam 3 golongan :
depresan, stimulant, dan halusinogen.

4. Bahan adiktif lainnya Zat adiktif terdiri dua kata “ zat” dan “adiktif” menurut etimologi
adalah wujud, hakekat, sesuatu yang menyebabkan ada dan bisa juga berarti
subtansinya yang pembentukan suatu benda. Sementara adiktif berarti sifat ketagihan
dna menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. penyalahgunaannya dapat
menimbulkan gangguan penggunaan zat (substance use di sender), yang ditandai
dengan perilaku maladaftif yang berkaitan dengan pemakaian zat itu yang lebih dapat
kurang dikatakan teratur.
Golongan adiktif lainnya adalah zat- zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan.
Contohnya : rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan, thinner dan zat- zat lain seperti lem kayu, penghapus cair,
aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan.

Bahan atau zat atau obat yang disalahgunakan sebagai berikut:


• sama sekali dilarang, yakni narkotika golongan I (heroin,ganja,kokain) dan
psikotropika golongan I (MDMA/ekstasi,LSD,sabu-sabu, dll).
• penggunaannya harus dengan resep dokter, misalnya amfetamin, sedative, dan
hipnotika).
• diperjualbelikan secara bebas, misalnya glue, thiner, dan lainlain.
• ada batas umur dalam penggunaanya, mislanya alkohol dna rokok.

Zat adiktif ini sering pula disebut dengan zat psikoaktif yaitu zat yang mempunyai pengaruh
pada system saraf pusat (otak) sehingga bila digunakan akan mempengaruhi kesadaran,
perilaku, pikiran dan peasaan. Penyalahgunaan zat psikoaktif ini merupakan suatu pola
penggunaan zat yang bersifat patologik(tidak sehat).
IMUNISASI

Uu No.12 Tahun 2017 tentang Imunisasi

Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu penyakit.
Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar
kebal terhadap penyakit tersebut.

Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia.

Manfaat imunisasi

a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.

b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara.

IMUNISASI DASAR

• Usia 0 bulan: 1 dosis hepatitis B


• Usia 1 bulan: 1 dosis BCG dan polio
• Usia 2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
• Usia 3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
• Usia 4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
• Usia 9 bulan: 1 dosis campak/MR

IMUNISASI LANJUTAN

• Usia 18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR


• Kelas 1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT
• Kelas 2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td
JENIS IMUNISASI DI INDONESIA

• Hepatitis B

Vaksin ini diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir,
dengan didahului suntik vitamin K, minimal 30 menit sebelumnya. Lalu, vaksin kembali
diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

• Polio

Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Pada kasus yang parah,
polio dapat menimbulkan keluhan sesak napas, kelumpuhan, hingga kematian.
Imunisasi polio pertama kali diberikan saat anak baru dilahirkan hingga usia 1 bulan.
Kemudian, vaksin kembali diberikan tiap bulan, yaitu saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan.
Untuk penguatan, vaksin bisa kembali diberikan saat anak mencapai usia 18
bulan. Vaksin polio juga bisa diberikan untuk orang dewasa dengan kondisi tertentu.

• BCG

Vaksin BCG diberikan untuk mencegah perkembangan tuberkulosis (TB), penyakit infeksi
serius yang umumnya menyerang paru-paru. Vaksin BCG hanya diberikan satu kali, yaitu
saat bayi baru dilahirkan, hingga usia 2 bulan. Bila sampai usia 3 bulan atau lebih vaksin
belum diberikan, dokter akan melakukan uji tuberculin atau tes Mantoux terlebih dahulu,
untuk melihat apakah bayi telah terinfeksi TB atau belum.

• DPT

Vaksin DPT merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis,
dan tetanus. Difteri merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan sesak napas,
paru-paru basah, gangguan jantung, bahkan kematian.

Pemberian vaksin DPT harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak berusia 2, 3, dan 4
bulan. Vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun sebagai
penguatan. Kemudian, pemberian vaksin lanjutan dapat diberikan pada usia 10-12
tahun, dan 18 tahun.

• Hib

Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B. Infeksi
bakteri tersebut dapat memicu kondisi berbahaya, seperti meningitis (radang selaput
otak), pneumonia (paru-paru basah), septic arthritis (radang sendi), serta perikarditis
(radang pada lapisan pelindung jantung).
Imunisasi Hib diberikan 4 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan
dalam rentang usia 15-18 bulan.

• Campak

Campak adalah infeksi virus pada anak yang ditandai dengan beberapa gejala, seperti
demam, pilek, batuk kering, ruam, serta radang pada mata. Imunisasi campak
diberikan saat anak berusia 9 bulan. Sebagai penguatan, vaksin dapat kembali
diberikan pada usia 18 bulan. Tetapi bila anak sudah mendapatkan vaksin MMR,
pemberian vaksin campak kedua tidak perlu diberikan.

• MMR

Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak, gondongan, dan
rubella (campak Jerman). Tiga kondisi tersebut merupakan infeksi serius yang dapat
menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti meningitis, pembengkakan otak, hingga
hilang pendengaran (tuli).

Vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan, kemudian diberikan lagi pada usia 5
tahun sebagai penguatan. Imunisasi MMR dilakukan dalam jarak minimal 6 bulan
dengan imunisasi campak. Namun bila pada usia 12 bulan anak belum juga

• PCV

PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia, meningitis, dan septikemia,


yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Pemberian vaksin harus
dilakukan secara berangkai, yaitu saat anak berusia 2, 4, dan 6 bulan. Selanjutnya

• Rotavirus

Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus. Vaksin rotavirus
diberikan 3 kali, yaitu saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan.

• Influenza

Vaksin influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksinasi ini bisa diberikan pada anak
berusia 6 bulan dengan frekuensi pengulangan 1 kali tiap tahun, hingga usia 18 tahun.

• Tifus

Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tifus, yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan saat anak berusia 2
tahun, dengan frekuensi pengulangan tiap 3 tahun, hingga usia 18 tahun.

• Hepatitis A

Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan untuk mencegah hepatitis A, yaitu penyakit
peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Vaksin hepatitis A harus diberikan 2
kali, pada rentang usia 2-18 tahun. Suntikan pertama dan kedua harus berjarak 6 bulan
atau 1 tahun.

• Varisela

Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yang disebabkan oleh virus
Varicella zoster. Imunisasi varisela dilakukan pada anak usia 1-18 tahun. Bila vaksin
diberikan pada anak usia 13 tahun ke atas, vaksin diberikan dalam 2 dosis, dengan jarak
waktu minimal 4 minggu.

• HPV

Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker serviks, yang
umumnya disebabkan oleh virus Human papillomavirus. Vaksin HPV diberikan 2 atau 3
kali, mulai usia 10 hingga 18 tahun.

• Japanese encephalitis

Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang menyebar melalui
gigitan nyamuk. Vaksin JE diberikan mulai usia 1 tahun, terutama bila tinggal atau
bepergian ke derah endemis JE. Vaksin dapat kembali diberikan 1-2 tahun berikutnya
untuk perlindungan jangka panjang.

• Dengue

Imunisasi dengue dilakukan untuk mengurangi risiko demam berdarah, yang disebarkan
oleh nyamuk Aedes aegypti. Vaksin dengue diberikan 3 kali dengan interval 6 bulan,
pada usia 9 hingga 16 tahun.

CERDIK

Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat untuk CERDIK dalam mengendalikan Penyakit


Tidak Menular (PTM).

CERDIK adalah slogan kesehatan yang setiap hurufnya mempunyai makna yaitu;

C : Cek kesehatan secara berkala

E : Enyahkan asap rokok

R : Rajin aktifitas fisik

D : Diet sehat dengan kalori seimbang

I : Istirahat cukup
K : Kelola stress.

Perilaku CERDIK ini dapat diterapkan melalui kegiatan Posbindu PTM.

PATUH
P : Periksa Keseharan secara rutin dan ikuti anjuran dokter

A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur

T : Tetap diet dengan gizi seimbang

U : Upayakan aktifitas fisik dengan aman

H : Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik (penyebab kanker) lainnya.

Perilaku PATUH harus dilakukan bagi yang sudah menyandang PTM.

PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)

UU NO.10 TAHUN 1992 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN


KELUARGA SEJAHTERA.

Pengertian KB

• Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang


bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).

• Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk


menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.

• WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk:


Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Tujuan Program KB

• Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

• Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan


ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
• Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf
hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

1. Keluarga dengan anak ideal

2. Keluarga sehat

3. Keluarga berpendidikan

4. Keluarga sejahtera

5. Keluarga berketahanan

6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

Sasaran Program KB

1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun.

2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.

3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.

4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.

5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.

6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.

7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.

9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan


Program KB Nasional.
Ruang Lingkup KB

Ruang lingkup KB antara lain:

• Keluarga berencana

• Kesehatan reproduksi remaja

• Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

• Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

• Keserasian kebijakan kependudukan

• Pengelolaan SDM aparatur

• Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

• Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

Strategi Program KB

Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:

1. Strategi dasar

• Meneguhkan kembali program di daerah


• Menjamin kesinambungan program

2. Strategi operasional

• Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional


• Peningkatan kualitas dan prioritas program
• Penggalangan dan pemantapan komitmen
• Dukungan regulasi dan kebijakan
• Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional

• Peningkatan kualitas dan prioritas program

• Penggalangan dan pemantapan komitmen

• Dukungan regulasi dan kebijakan

• Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan


Dampak Program KB

Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu

• penurunan angka kematian ibu dan anak

• Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi

• Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan


mutu dan layanan KB-KR

• Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM

• Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan


kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.

Anda mungkin juga menyukai