Anda di halaman 1dari 4

MENOLAK KEGIATAN MILITER DIRUANG ANGKASA

Peluncuran roket SpaceX Falcon 9 baru-baru ini menghebohkan dunia keantariksaan


hal itu karena roket Falcon 9 ini menjadi roket pertama buatan swasta yang diluncurkan di
ruang angkasa, dimana perusahaan Elon Musk atau yang dikenal dengan sebutan SpaceX
menjadi promotor peluncuran roket tersebut bersama dengan NASA (National Aeronautics
and Space Administration). Hal ini kemudian menjadi pertanda bahwa kegiatan luar angkasa
semakin aktif terlebih adanya rencana Space Tourism yang akan membawa warga dunia
berwisata ke ruang angkasa. Hal ini bukan sesuatu yang patut diremehkan mengingat
tekhnologi yang semakin canggih justru bukan hanya berkunjung tapi bermukim di bulan pun
bisa saja terjadi. Akan tetapi perlu di ingat bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam segi penggunaan ruang angkasa dimana terdapat 2 prinsip yang disebutkan didalam
Outer Space Treaty 1967 (OST) yaitu :
1. Non-Appropriation Principle
Prinsip ini menegaskan bahwa ruang angkasa merupakan warisan untuk umat manusia
atau biasa dikenal dengan sebutan (Common Heritage Of Manking).
2. Freedom Exploitation Principle
Prinsip ini menjadi patokan bahwa setiap negara dapat secara bebas mengeksplorasi
ruang angkasa selama tujuannya damai.
Kedua prinsip ini sangat terkait akan tetapi dilain sisi ada beberapa perbedaan yang justru
bertolak belakang pada kedua prinsip diatas. Non-Appropriation Principle menegaskan
bahwa ruang angkasa itu milik bersama yang di mana setiap umat manusia berhak untuk
mengekspolitasi ruang angkasa dan hal ini senada dengan bunyi pasal II OST 1967 .
Sedangkan, Freedom Exploitation Principle lebih menegaskan bahwa umat manusia bebas
untuk mengeksploitasi ruang angkasa akan tetapi dalam hal ini terdapat batasan-batasan
seperti membawa senjata pemusnah massal ruang angkasa mendirikan markas militer di luar
angkasa. Akan tetapi terdapat beberapa celah yang mengakibatkan negara yang mempunyai
teknologi yang lebih maju justru mengorbitkan beberapa peralatan militer mereka seperti
United States yang justru mengorbitkan satelit militer mereka seperti ASAT (anti setelit);
·directed energy weapons· (laser); particle beam weapons· dan ·electronic warfare
techniques". (Omba, 1994:337-338) dimana telah jelas tertuang didalam OST 1967 Pasal 4
yang berbunyi :
“States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the earth any
objects carrying nuclear weapons or any other kinds of weapons of mass destruction, install
such weapons on celestial bodies, or station such weapons in outer space in any other
manner.
The moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the Treaty
exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases, installations and
fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct of military manoeuvres on
celestial bodies shall be forbidden. The use of military personnel for scientific research or
for any other peaceful purposes shall not be prohibited. The use of any equipment or facility
necessary for peaceful exploration of the moon and other celestial bodies shall also not be
prohibited.”
Terjemahannya :
“Negara-negara Pihak Perjanjian berjanji untuk tidak menempatkan di orbit di
sekitar bumi benda apapun yang membawa senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah
massal lainnya, memasang senjata tersebut di atas benda langit, atau menempatkan senjata
tersebut di luar angkasa dengan cara lain apa pun.
Bulan dan benda langit lainnya akan digunakan oleh semua Negara Pihak pada
Perjanjian secara eksklusif untuk tujuan damai. Pendirian pangkalan militer, instalasi dan
benteng, pengujian semua jenis senjata dan pelaksanaan manuver militer pada benda langit
dilarang. Penggunaan personel militer untuk penelitian ilmiah atau untuk tujuan damai
lainnya tidak dilarang. Penggunaan peralatan atau fasilitas apa pun yang diperlukan untuk
eksplorasi bulan dan benda langit lainnya secara damai juga tidak dilarang.”

Perlu di ketahui bahwa menempatkan peralatan militer di luar angkasa merupakan suatu
ancaman yang serius mengingat sampai saat ini belum ada satupun legalitas yang secara tegas
melarang penggunaan senjata di ruang angkasa justru didalam OST 1967 hanya menjelaskan
penggunaan Outer Space For “peaceful purpose” yang dimana terjadi pebedaan pendapat
adalah menyikapi Peaceful Purpose ini dimana USA menganggap bahwa ruang angkasas
bisa digunakan sebagai sarana militer selama tidak agresif akan tetapi Uni Soviet waktu itu
menganggap Peaceful Purpose sebagai tujuan demiliterisasi. Bahkan dilihat dari segi historis
terdapat beberapa penolakan yang dilakukan oleh negara berkembang salah satunya
Indonesia yang pernah mendukung Deklarasi Bogota yaitu mengklaim kedaulatan negara di
GSO ( Geo Stationary Orbit) dengan tujuan agar peluncuran satelit atau peralatan militer
yang mengorbit di GSO justru tidak menganggu kedaulatan negara akan tetapi justru
ditentang oleh mayoritas negara yang sudah meluncurkan satelit mereka di ruang angkasa.
Lemahnya yuridiksi yang mengatur secara eksplisit mengenai kegiatan militer diruang
angkasa justru membuat pandangan bahwa perlu adanya pembaharuan hukum yang secara
tegas mengatur hal ini karena pada saat ini justru negara adidaya berlomba-lomba untuk
membuat Angkatan tantara ruang angkasa seperti misalnya United States yang baru-baru ini
mengumumkan pembentukan Space Forces dimana usulan ini disampaikan oleh Presiden
Donald Trump :

“When it comes to defending America, it is not enough to merely have an American presence
in space, we must have American dominance in space, so important. Very importantly I'm
here by directing the Department of Defense and Pentagon to immediately begin the process
necessary to establish a Space Force as the sixth branch of the armed forces. That's a big
statement”
Terjemahannya :
“Dalam hal membela Amerika, tidak cukup hanya dengan kehadiran Amerika di luar
angkasa, kita harus memiliki dominasi Amerika di luar angkasa, begitu penting. Sangat
penting saya di sini dengan mengarahkan Departemen Pertahanan dan Pentagon untuk
segera memulai proses yang diperlukan untuk membentuk Angkatan Luar Angkasa sebagai
cabang keenam angkatan bersenjata. Itu pernyataan yang besar”

Hal ini justru menjadi alarm bagi setiap negara untuk memperingati atau
menyampaikan penolakan terhadap pembentukan Angkatan perang ruang angkasa, karena
pada dasarnya ruang angkasa itu sebagai tempat perdamaian atau peaceful purpose bukan
malah berlomba-lomba untuk memancing persaingan militer di luar angkasa yang akan
menimbukan indikasi peperangan dan konsekuensinya yang akan menjadi korban adalah
semua negara dan pastinya perbuatan tersebut melanggar ketentuan daripada Piagam PBB
yang menyerukan perdamaian dan menolak Tindakan perang seperti pada pembukaan Piagam
PBB sendiri dimana perdamaian dan keamanan internasional diberikan perhatian khusus
dalam rangka menyelamatkan umat manusia dari bencana perang serta pemggunaan senjata
yang dibatasi kecuali dengan tujuan mendesak dan demi kepentingan Bersama. Dari sini kita
bisa menilai bahwa Ketentuan yang terdapat di dalam Piagam PBB tersebut bahwa kewajiba
dasar bagi setiap negara untuk tidak menggunakan maupun mengancam menggunakan
kekerasan seperti penggunaan senjata maupun pembentukan unit militer ruang angkasa dan
perlu diingat ketentuan piagam PBB ini juga berlaku di ruang angkasa sesuai dengan pasal III
Outer Space Treaty 1967 yang berbunyi:
“States parties to the treaty shall carry on activities in the exploration and use of outer
space, including the moon and other celestial bodies, in accordance with international law,
including the Charter of the United Nations, in the maintaining of international peace and
security and promoting international co-operation and understanding.”
Terjemahannya :
“Negara-negara pihak pada perjanjian itu harus melakukan kegiatan eksplorasi dan
penggunaan luar angkasa, termasuk bulan dan benda langit lainnya, sesuai dengan hukum
internasional, termasuk Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam memelihara
perdamaian internasional dan keamanan dan mempromosikan kerjasama dan pengertian
internasional”

Ruang angkasa merupakan tempat yang seharusnya memberikan manfaat yang


banyak terhadap umat manusia bukan malah menjadi tempat perlombaan memamerkan
kekuatan militer negara adidaya yang justru mencoreng tujuan daripada legalitas yang sudah
dibuat yang mengatur terkait eksplorasi ruang angkasa. Dalam kenyataannya justru tiap
negara yang telah berhasil mengeksplorasi ruang angkasa justru mengedepankan kepentingan
negara masing-masing. Termasuk salah satunya pembentukan unit militer ruang angkasa
yang malah akan menimbulkan konflik di kemudian hari maka secara tegas penulis menolak
adanya kegiatan militer yang dilakukan di ruang angkasa karena dengan dasar bahwa ruang
angkasa sebagai Common Heritage of Mankind atau warisan umat manusia bukan warisan
Sebagian umat manusia.
.

Anda mungkin juga menyukai