KIMIA KLINIK I
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah yang maha pengasih dan penyayang yang telah
melimpahkan taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul
pembelajaran ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa kami sampaikan kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW, semoga kita semua sebagai umatnya
mendapat syafaat dari beliau.
Modul pembelajaran ini berisi materi tentang ”KIMIA KLINIK I”. Dalam
pembuatan Modul pembelajaran ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun,
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyususnan materi ini tentunya sudah
banyak sekali pihak-pihak yang terlibat. Maka dari itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan modul pembelajaran
ini, beserta pihak-pihak lainnya yang mendukung.
Penulis menyadari bahwa modul pembelajaran ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan modul pembelajaran ini. Semoga
modul pembelajaran ini dapat bermanfaat.
Bengkulu,
Penulis
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar ...................................................................................... ii
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
C. Rangkuman. ............................................................................... 7
PENDAHULUAN ............................................................................... 9
C. Rangkuman. ............................................................................... 11
PENDAHULUAN ............................................................................... 14
C. Rangkuman. ............................................................................... 16
3
BAB IV . PRAKTIKUM PEMERIKSAAN PROTEIN URINE
PENDAHULUAN ............................................................................... 18
C. Rangkuman. ............................................................................... 22
C. Rangkuman. ............................................................................... 28
C. Rangkuman. ............................................................................... 33
PENDAHULUAN ............................................................................... 35
4
B. Uraian Materi ............................................................................. 36
C. Rangkuman. ............................................................................... 38
C.Rangkuman. ............................................................................... 44
C.Rangkuman. ............................................................................... 51
C. Rangkuman. ............................................................................... 58
5
PENDAHULUAN ............................................................................... 61
C. Rangkuman. ............................................................................... 65
C. Rangkuman. ............................................................................... 77
C. Tugas / Latihan........................................................................... 80
PENUTUP .......................................................................................... 89
PENDAHULUAN
6
Pemeriksaan Urine merupakan pemeriksaan penyaring terhadap gangguan dari
sistem filtrasi ginjal dan fungsi hati. Dalam prosesnya urine dihasilkan oleh proses
filtrasi glomerolus.
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata kuliah Kimia Klinik untuk
Kompetensi Analis Kesehatan.Modul pembelajaran diperuntukan bagi mahasiswa
D III Analis Kesehatan. Fokus bahasan pada modul ini adalah:
1. Proses terbentuknya Urine
2. Teknik Pengambilan Bahan pemeriksaan Urine
3. Teknik Pemeriksaan Urine
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan saudara mampu melakukan penilaian
dan pemeriksaan secara komprehensif.
Saudara dapat mempelajari modul ini sebelum kegiatan pembelajaran secara tatap
muka dimulai. Dengan mempelajari modul ini sebelum kegiatan tatap muka, maka
saudara dapat mengoptimalkan waktu kegiatan tatap muka untuk mendiskusikan
materi pembelajaran yang kurang saudara pahami serta bertanya kepada
dosen/pengampu terkait materi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 4 x 120 menit untuk
tatap muka dan 4 x 120 menit untuk praktik laboratorium. Pahami semua materi
yang ada pada modul pembelajaran ini. Apabila saudara menemukan materi-
materi yang sulit dalam modul ini. Catatlah materi-materi yang sulit tersebut
untuk bahan diskusi pada saat kegiatan tatap muka.
Semoga saudara dapat mempelajari modul ini dengan baik dan tepat. Selamat
Belajar!
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan di dalam
modul ini, diharapkan saudara mampu menerapkan konsep Urine, teknik
pengambilan sampel urine, dan pemeriksaan urine pada Analis Kesehatan.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
7
Setelah selesai mempelajari meteri pembelajaran yang diuraikan dalam
modul ini, diharapkan saudara dapat:
a. Melakukan penilaian terhadap proses tebentuknya urine
b. Melakukan stimulasi teknik pengambilan bahan pemeriksaan urine
c. Melakukan pemeriksaan terhadap urine
C. Petunjuk Modul
Saudara harus mempelajari modul ini secara bertahap, yaitu dimulai dari
materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar 1.Selanjutnya kerjakan
soal-soal latihan yang terdapat didalamnya.Apabila saudara benar-benar telah
memahami materi pada Kegiatan Belajar 1, maka saudara dapat mempelajari
materi pembelajaran yang terdapat pada Kegiatan Belajar 2.Tahapan seperti ini
saudara lakukan untuk Kegiatan Belajar 3.Soal-soal latihan yang saudara kerjakan
setidaknya 75% jawabannya benar.Saudara dapat mencocokkan jawabannya pada
kunci jawaban yang telah tersedia.
Setelah saudara menyelesaikan seluruh kegiatan belajar yang ada pada modul
pembelajaran, saudara dapat mengerjakan soal-soal pada Tes Akhir Modul
(TAM).Nilai pada tes akhir modul ini selanjutnya digabungkan dengan nilai akhir
mata kuliah Kimia Klinik.
Saudara juga harus melakukan praktik untuk menilai proses terbentuknya
urine, teknik pengambilan bahan pemeriksaan urine, dan proses pemeriksaan
urine. Komponen yang harus saudara capai dalam pembelajaran adalah rangkaian
utuh dari mulai teori hingga praktik.
Dalam penilaian, nilai tes akhir modul (uji tulis) memiliki bobot 40%, sedangan
praktik memiliki bobot 60%.Apabila nilai saudara ≥ 76, berarti saudara telah
menguasai modul pembelajaran ini, begitu juga sebaliknya jika nilai saudara ≤ 80
maka saudara wajib mempelajari kembali materi pada modul pelatihan ini.
KEGIATAN BELAJAR 1
8
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN
1. Tujuan Pembelajaran umum :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urin secara makroskopis
2. TujuanPembelajaranKhusus :
a. Mahasiswa mengetahui tujuan dilakukannya pemeriksaan urin secara
makroskopis
b. Mahasiswa mengetahui metode dan prinsip pemeriksaan urin secara
makroskopis
c. Mahasiswa mengetahui alat dan reagen yang perlu disiapkan untuk
pemeriksaan urin secara makroskopis
d. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urin secara makroskopis
e. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan urin secara
makroskopis
URAIAN MATERI
Urin atau air seni adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eksresi
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan menjaga homoestasis cairan tubuh.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
“Kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal
atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung
bakteri.Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat,secara
medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari
urea.Sehingga dapat dikatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.
9
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi.Orang yang tidak menderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin yang bening seperti air.Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.Tetapi urin Amaroli adalah
salah satu usaha pengobatan tradisional India,Ayurveda.
Fungsi dari urine yang dikenal dimasyarakat menjadi lebih sering kita jumpai
meski punya kontroversi dan menjadi hal yang tabu namun dibelahan negara lain
juga tidak kalah dengan hal yang ada di Indonesia seperti :
1. Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai
pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus.
2. Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian.
3. Di seberia,Orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi
fly agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan
kematian) atas sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus.
4. Dahulu di Jepang,Urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.
5. Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang,di antara
mereka adalah Mohandas Gandhi,Jim Morisson, dan Steve McQueen.
Komposisi Zat-Zat Dalam Urin
Komposisi zat-zat dalam urin bervariasi tergantung jenis makanan serta
air yang diminumnya. Urin normal berwarna kuning muda jernih
transparan,warna kuning muda urin berasal dari zat warna empedu (Bilirubin
dan Biliverdin).Urin normal pada manusia terdiri dari : Air,urea,asam
urat,amoniak,kreatinin,asam laktat,asam fosfat, Asam sulfat , klorida , garam,
garam terutama garam dapur, dan zat – zat yang berlebihan di dalam darah
misalnya vitamin C dan obat – obatan .
Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam ginjal
, proses ultrafiltrasi terjadi di glomerulus sampai pada simpai bowman. Pada
tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat – zat yang sudah disaring
pada glomerulus , sisa – sisa cairan akan diteruskan kepiala ginjal terus
berlanjut ke ureter ( Syaifuddin , 2006 )
10
a. Proses filtrasi
Proses ini terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka akan terjadi
penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaing adalah bagian cairan
darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
Bowman yang terdiri dari glukosa , air , natrium , klorida , sulfat ,
bikarbonat dll, yang seterusnya ke tubulus ginjal ( Syaifuddin , 2006 )
b. Proses Reabsorpsi
Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorpsi yaitu proses
dikembalikannya air bersama dengan glukosa , asam amino , asam urat ,
dan protein yang berhasil menembus filter glomerulus , ke aliran darah
.Tubulus proksimal juga mengembalikan elektrolit , natrium , chlorida dan
bikarbonat ( Syaifuddin , 2006 )
c. Proses Sekresi
Proses ini adalah proses penyerapan kembali urin sisa dari filtrasi
dan reabsorpsi. Proses penyerapan kembali urin ini terjadi pada tubulus
dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke
vesika urinaria ( Syaifuddin , 2006 ) .
Jenis sampel pada pemeriksaan urinalisis
Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis : ( Corwin, 2012 ).
a. Urin sewaktu
Adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak
ditentukan secara khusus.
b. Urin pagi
Adalah urin yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tidur. Baik untuk pemeriksaan sediment, berat jenis (BJ), protein
dan untuk tes kehamilan berdasarkan adanya hormon Human Chorionic
Gonadotropin (HCG).
c. Urin post prandial
Pasien disuruh berkemih sebelum makan pagi hari, porsi tersebut
dibuang kemudian urin ditampung setelah 2 jam makan. Porsi urin kedua
11
ini digunakan untuk memeriksa glukosa dan pemantauan pengobatan
insulin pada penderita Diabetes Mellitus (DM).
d. Timed specimen / sampel terjadwal
1. Urine 24 jam, contohnya :
Urin yang dikeluarkan jam7 pagi dibuang. Seluruh urin yang
dikeluarkan kemudian termasuk urin jam7 pagi esok harinya
ditampung. Urin 24 jam biasanya memerlukan pengawet.
2. Urin siang 12 jam, contohnya :
Urin yang dikumpulkan dari jam 7 siang sampai jam 7 malam.
3. Urin malam 12 jam, contohnya :
Urin yang dikumpulkan dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi esok
harinya
4. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas
Berguna untuk memberikan gambaran letak radang atau lesi yang
terdapat pada saluran kemih pria.
Warna Urin
1. Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh
anda sehat. Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah
zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2. Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan.
Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena
merupakan tahap awal penyakit liver.
3. Kemerahan
Urin merah, kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan
kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar
maupun rifampisin secara berlebihan.
12
4. Orange
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik
yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing
juga dapat mengubah warna urin menjadi orange.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit.
Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung
berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli,
urinnya cenderung berbau menyengat.
RANGKUMAN
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi.Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan
berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine
1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml.Komposisi Urine :Air (
seperti urea ) ,Garam terlarut,Materi organic. Fungsi urine : untuk membuang
racun dan sisa-sisa dari darah yang harus dibuang.
TUGAS / LATIHAN
Nilai (jujur) :
13
yang benar saudara kasih nilai 20, dan kalian tuliskan hasil jawaban
kejujuran pertama tadi pada kotak yang telah disediakan diatas.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar:
1. urin yang normal normal menunjukkan warna…
a. kuning muda c. coklat
b. orange d. kuning pekat
2. alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis urin adalah….
a. incubator c. autoclave
b. urinometer d. oven
3. Urin normal pada manusia terdiri dari yaitu kecuali….
a. Air dan urea c. kreatinin,asam laktat,asam fosfat
b. asam urat dan amoniak, d. semua salah
4. penyerapan kembali zat – zat yang sudah disaring pada glomerulus terjadi
di……
a. glomerulus c. simpai bowman
b. tubulus ginjal d. ureter
5. tahap-tahap pembentukan urin secara berurutan dibawah ini adalah….
a. proses filtrasi,eksresi,reabsorbsi c. proses filtrasi,reabsorbsi,ekresi
b. proses reabsorbsi,filtrasi,ekresi d. proses ekresi,reabsorbsi,filtrasi
14
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAJAR 2
1. Tujuan Pembelajaran umum :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pH urin dan BJ urin
2. Tujuan Pembelajaran Khusus :
a. Mahasiswa mengetahui tujuan dilakukannya pemeriksaan pH urin dan BJ
urin
15
b. Mahasiswa mengetahui metode dan prinsip pemeriksaan pH urin dan BJ
urin
c. Mahasiswa mengetahui alat dan reagen yangperlu disiapkan untuk
pemeriksaan pH urin dan BJ urin
d. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pH urin dan BJ urin dengan
baik
e. Mahasiswa mampu menginterpratasikan hasil pemeriksaan pH urin dan BJ
urin
URAIAN MATERI
16
Manfaat pemeriksaan pH urin :
a. Urine baru yang alkalis pada penderita peradangan saluran kencing
menunjukan adanya infeksi oleh “Urea Splitting Organisme” yang sangat
resisten terhadap antibiotik, sehingga sering merupakan indikasi untuk
dilakukan operasi.
b. Penderita dengan asidosis (koma diabetikum) membutuhkan terapi dengan
alkali atau atas penuntun alkali reserve
Urinalisis dapat dilakukan sewaktu atau pada pagi hari. Pemeriksaan berat
jenis urin dapat digunakan untuk mengevaluasi penyakit ginjal pasien. Berat jenis
normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan kemampuan pemekatan yang baik,
hal ini dipengaruhi oleh status hidrasi pasien dan konsentrasi urin.
Berat jenis meningkat pada diabetes (glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam),
radio kontras, manitol, dekstran, diuretik. Nilai berat jenis menurun dengan
meningkatnya umur (seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal memekatkan
urin) dan preginjal azotemia.Berat Jenis urin diukur dengan urinometer.
Urinometer: suatu hidrometer, mengukur berat jenis larutan, alat mengapung
dalam air murni. Semakin bertambah berat jenis alat semakin mengapung. Suhu
tara alat 15 0C, setiap perubahan suhu 3 0C berat jenis akan berubah 0,001.
Contoh: bila suhu kamar 27 0C,
berat jenis urin terbaca 1,020.
Angka koreksi (27-15):3 = 4 x 0,001= 0,004
Berat jenis urin yang diperiksa adalah: 1,020+0,004 = 1,024
RANGKUMAN
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri,
menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin
sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan
erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan
sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian
dengan faal pemekat ginjal.
17
Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan
bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita
dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat
disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan
ginjal yang menahun.Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan
asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin
normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran
kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli
biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang
dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa.
Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam,
sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya
dipertahankan basa.
TUGAS / LATIHAN
Nilai (jujur) :
18
2. Pemeriksaan berat jenis urin dapat digunakan untuk...
a. Mengetahui adanya asam lambung
b. Mengetahui penyakit ginjal pasien
c. Adanya kelainan pada hati
d. Bocornya cairan empedu
3. Pada penentuan pH dapat dilakukan dengan kertas celup yang mengandung ... ?
a. Asidosis d. Indikator asam basa
b. Aldosis c. Urea splitting organisme
4. Pemeriksaan berat jenis urin dapat digunakan untuk mengevaluasi penyakit…..
a. Hati
b. Jantung
c. Ginjal
d. Otak
e. Usus
19
PENDAHULUAN
Porfirin adalah senyawa siklik yang dibentuk yang dibentuk dari gabungan
empat cincn pirol melalui jembatan metenil (-CH=). Sifat khas porfirin adalah
pembentukan kompleks dengan ion-ion logam (metaloporfirin) yang terikat pada
atom nitrogen cincin-cincin pirol. Di sitosol 2 molekul Amlev
dehidratase/dehidrase membentuk forfobilinogen yang merupakan prazat pertama
pirol.
Amlev dehidratase merupakan enzim yang mengandung seng dan
sensitive terhaadp inhibisi oleh timbal empat forfobilinogen selanjutnya
mengadakan kondensasi membentuk tetrapirol linier yaitu hidroksi metil bilana
yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen I sintase (porfobilinogen deaminase).
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata kuliah Kimia Klinik
untuk Kompetensi Analis Kesehatan. Modul pembelajaran diperuntukan bagi
mahasiswa D III Analis Kesehatan. Fokus bahasan pada modul ini
adalah:Pemeriksaan porfobilinogen urin. Dengan mempelajari modul ini,
diharapkan saudara mampu melakukan penilaian dan pemeriksaan dan secara
komprehensif.
Saudara dapat mempelajari modul ini sebelum kegiatan pembelajaran
secara tatap muka dimulai. Dengan mempelajari modul ini sebelum kegiatan tatap
muka, maka saudara dapat mengoptimalkan waktu kegiatan tatap muka untuk
mendiskusikan materi pembelajaran yang kurang saudara pahami serta bertanya
kepada dosen/pengampu terkait materi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 4 x 120 menit
untuk tatap muka dan 4 x 120 menit untuk praktik laboratorium. Pahami semua
materi yang ada pada modul pembelajaran ini. Apabila saudara menemukan
materi-materi yang sulit dalam modul ini. Catatlah materi-materi yang sulit
tersebut untuk bahan diskusi pada saat kegiatan tatap muka.
Semoga saudara dapat mempelajari modul ini dengan baik dan tepat.
Selamat Belajar!
20
KEGIATAN BELAJAR 3
URAIAN MATERI
21
Urobilin, porfobilin dan porifin-porifin tidak bereaksi. Karena perubahan
porfobilinogen menjadi porfobilin mudah terjadi, pentinglah untuk memakai urin
segar. Kalau dikehendaki, larutan merah yang berisi porfibilinogen dapat diperiksa
dengan spektrofotometri akan terlihat garis absorbsi pada 625nm.
RANGKUMAN
EVALUASI / LATIHAN
Nilai (jujur) :
22
Sebelum menjawab soal-soal dibawah ini, coba saudara berusaha
untuk jujur dengan menjawab semampu yang saudara ingat dan fahami,
(jangan membaca kembali materi sebelumnya ataupun saudaralangsung
melihat kunci jawaban). Ayooo...melatih kejujuran ada Allah yang lihat…
Setelah itu saudara nilai sendiri hasil jawaban kalian, dengan
kemudian baru melihat kunci jawaban dan mencocokkanya.Setiap satu soal
yang benar saudara kasih nilai 20, dan kalian tuliskan hasil jawaban
kejujuran pertama tadi pada kotak yang telah disediakan diatas.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar:
1. Pada pemeriksaan porfobilinogen akan menghasilkan hasil positif yang ditandai
dengan…
a. Adanya serat c. Lapisan atas merah
b. Adanya cincin d. terjadi gumpalan
2. Mengapa pada pemeriksaan porfobinogen harus memakai urin segar ?...
a. Karena urin lama tidak bisa dipakai untuk pemeriksaan
b. Karena urin segar masih banyak mengandung amonia
c. Karena urin segar meningkatkan sekresi NH4
d. Karena urin lama bisa merubah porfobilinogen menjadi porfobilin yang
tidak bereaksi dengan reagen watson dan schwatz
3. Porfobilinogen tidak dapat larut dalam ... ?
a. Aquadest b. Chloroform c. Air d. Etanol
4. Pada cara kerja Watson dan Schwartz, berapa mL Reagen Watson dan Schwartz
ditambahkan….
a. 1,5 mL
b. 2,5 mL
c. 5 mL
d. 10 mL
e. 20 mL
5. Berwarna apa zat yang bereaksi dengan reagen menurut wallace dan diamond ?
a. Warna merah
b. Warna biru
c. Warna orange
23
d. Warna ungu
e. Warna coklat
PENDAHULUAN
Jumlah protein normal dalam urin adalah <150 mg/hari. Sebagian besar
dari protein merupakan hasil dari glikoprotein kental yang disekresikan secara
fisiologis oleh sel tubulus, yang dinamakan “protein Tamm-Horsfall”. Protein
dalam jumlah yang banyak diindentifikasikan adanya penyakit ginjal yang
signifikan (Davey, 2005). Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin
rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu
bukti adanya penyakit ginjal yang serius.
Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria,
kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau
merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin
dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab
untuk metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting,
dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya
penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat
pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak
selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas
200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang
mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan
atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal.Dikatakan
proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan
biasanya mayoritas terdiri atas albumin.Semoga saudara dapat mempelajari
modul ini dengan baik dan tepat. Selamat Belajar!
24
KEGIATAN BELAJAR 4
URAIAN MATERI
25
1. Penyakit glomelurus: glomerulonefritis, glomeruloskerosis (diabetik dan
hipertensi). Deposit amiloid glomerulus.
2. Penyakit tubulus (akibat gangguan reabsorpsi atau protein yang disaring);
nefritis interstisialis kronis, fase poliurik pada nekrosis tubulus akut,
sindrom fanconi, toksin tubulus (aminoglikosid, timah, kadmium).
3. Penyakit non-ginjal: demam, olahraga berat, gagal jantung, proteinuria
ortostatik, suatu keadaan yang tidak berbahaya pada 2% remaja dimana
terjadi proteinuria dalam posisi tegak namun tidak saat berbaring.
4. Penyakit saluraan kemih: infeksi, tumor, kalkuli.
5. Peningkatan produksi protein yang bisa disaring; rantai panjang
imunoglobulin (protein Bence Jones) pada mieloma, mioglobinuria,
hemoglobinuria.
Menurut (Bawazier, 2009b:956) Proteinuria dapat meningkat melalui salah satu
cara dari ke-4 jalan dibawah ini :
1. Perubahan permeabilitas glomerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi
dari protein plasma normal terutama albumin.
2. Kegagalan tubulus mengabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal
difiltrasi
3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low Molecular Weight Protein
(LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4. Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan sekresi IgA
(Imunoglobulin A) dalam respon untuk inflamasi.
Jenis Proteinuria:
1. Proteinuria Fisiologis
Menurut (Bawazier, 2009d:957) Dalam mendiagnosis adanya kelainan
atau penyakit ginjal tidak selalu adanya proteinuria. Proteinuria juga dapat
ditemukan dalam keadaan fisiologis yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari
dan bersifat sementara. Pada keadaan demam tinggi, gagal jantung, latihan
fisik yang kuat dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari. Proteinuria fisiologis
dapat terjadi pada masa remaja dan juga pada pasien lordotik ( ortostatik
proteinuria).
2. Proteinuria Patologis
26
Menurut (Bawazier, 2009e:957) indikator perburukan fungsi ginjal
merupakan manifestasi dari penyakit ginjal. Dikatakan patologis bila protein
dalam urin lebih dari 150 mg / 24 jam atau 200 mg / 24 jam. 3 macam
proteinuria patologis:
a. Proteinuria glomerulus
Bentuk ini hampir disemua penyakit ginjal, dimana albumin protein
yang dominan pada urin (60-90%) pada urin, sedangkan sisanya protein
dengan berat molekul rendah ditemukan hanya dalam jumlah sedikit
(Bawazier, 2009f:957).
b. Proteinuria tubular
Ditemukannya protein berat molekul rendah antara 100-150
mg/hari terdiri atas β-2 mikroglobulin. Disebabkan karena renal tubular
asidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Fankoni, pielonefritis kronis dan
akibat cangkok ginjal (Bawazier, 2009h:958).
c. Overflow proteinuria
Ekskresi protein dengan berat molekul < 40000 Dalton → Light
Chain Imunoglobulin, protein ini disebut dengan protein Bences Jones.
Terjadi karena kelainan filtrasi dari glomerulus dan kemampuan reabsorbsi
tubulus proksimal (Bawazier, 2009i:958).
Pemeriksaan Protein di Dalam Urin
Dalam anamnesis harus dicari mengenai adanya infeksi baru-baru ini
(saluran kemih atau sebagai penyebab glomerulonefritis). Penyakit ginjal
(termasuk riwayat keluarga), obat-obatan, dan pekerjaan. Pemeriksaan fisik
bisa normal namun bisa ada edema, hipertensi, gagal jantung, atau tanda-tanda
gagal ginjal (Rubenstein, 2007b:223).
Pemeriksaan penunjang
Kreatinin, ureum, dan elektrolit serum serta pengumpulan urin 24-jam
untuk melakukan pemeriksaan kandungan protein dan klirens kreatinin.
Protein serum untuk mencari albumin dan elektroforesis protein (serum dan
urin) untuk gamopati monoklonal. Glukosa darah untuk diabetes. Komplemen
serum (bisa rendah pada glomerulonefritis), antibodi antinuklear (lupus
27
eritematosus sistemik/SLE), antibodi sitoplasmik antineu trofil (vaskulitis
sistemik), kadar krioglobulin. Rontgen polos abdomen dan ultrasonografi
traktus renalis untuk mencari batu, kelainan struktural, dan melihan ukuran
ginjal.
RANGKUMAN
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200 mg/hari
pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang
mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan
atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal. Dikatakan
28
proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan
biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
Proteinuria rendah (< 500mg/24jam) dapat disebabkan karena pengaruh obat :
penisilin, gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid
(Orinase), asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.
Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan
glomerulonefritis akut atau kronis, nefropati toksik (toksisitas obat
aminoglikosida, toksisitas bahan kimia), myeloma multiple, penyakit jantung,
penyakit infeksius akut, preeklampsia.Proteinuria tinggi (> 4000 mg/24 jam) dapat
berkaitan dengan sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut atau kronis, nefritis
lupus, penyakit amiloid.
EVALUASI / LATIHAN
Nilai (jujur) :
29
2. Protein akan membentuk endapan/gumpalan bila dipanaskan dalam suasana
asam (metode asam asetat) merupakan prinsip dari…..
a. pemeriksaan kalsium c. pemeriksaan sedimen urin
b. pemeriksaan protein d. pemeriksaan bilirubin
3. Yang termasuk Penyakit tubulus (akibat gangguan reabsorpsi atau protein
yang disaring) dibawah ini adalah kecuali…
a. nefritis interstisialis kronis c. fase poliurik pada nekrosis tubulus akut
b. mioglobinuria d. sindrom fanconi
4. Reagen yang digunakan untuk pemeriksaan proteinuria adalah….
a. asam asetat 6 % c. Giemsa
b. EBT d. Wright
5. Hasil positif (++) pada pemeriksaan proteinuria menunjukkan…
a. Tidak ada kekeruhan
b. Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir
c. Ada kekeruhan dan tampak ada butir-butir
d. urin jelas keruh dan berkeping keping
30
PENDAHULUAN
31
pada urin dengan baikdan juga mampu untuk menginterpretasikan hasil
pemeriksaan dengan tepat dan benar.
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata kuliah Kimia Klinik I
untuk Kompetensi pemeriksaan bilirubin pada urin dalam membantu
menegakkan diagnosa penyakit hiperbilirubinuria. Modul pembelajaran
diperuntukan bagi mahasiswa D III analis kesehatan. Fokus bahasan pada
modul kegiatan pembelajaran ini adalah: mahasiswa mengetahui tujuan,
metode, prinsip, alat, reagen , cara kerja dan interpretasi hasil pemeriksaan
bilirubin pada urin.
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan saudara mampu melakukan
pemeriksaan dan mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan bilirubin pada
urin dengan benar, tepat, dan terpercaya.
Saudara dapat mempelajari modul ini sebelum kegiatan pembelajaran
secara tatap muka dimulai. Dengan mempelajari modul ini sebelum kegiatan
tatap muka, maka saudara dapat mengoptimalkan waktu kegiatan tatap muka
untuk mendiskusikan materi pembelajaran yang kurang saudara pahami serta
bertanya kepada dosen/pengampu terkait materi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 1 x 50
menit untuk tatap muka dan 2 x 120 menit untuk praktik laboratorium. Pahami
semua materi yang ada pada modul pembelajaran ini. Apabila saudara
menemukan materi-materi yang sulit dalam modul ini. Catatlah materi-materi
yang sulit tersebut untuk bahan diskusi pada saat kegiatan tatap muka.
Semoga saudara dapat mempelajari modul ini dengan baik dan tepat.
Tetap Semangat dan Selamat Belajar!!!
KEGIATAN BELAJAR 5
32
a. Mahasiswa mengetahui tujuan dilakukannya pemeriksaan bilirubin pada
urin
b. Mahasiswa mengetahui metode dan prinsip pemeriksaan bilirubin pada
urin
c. Mahasiswa mengetahui alat dan reagen yang perlu disiapkan untuk
pemeriksaan bilirubin pada urin
d. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bilirubin pada urin dengan
baik
e. Mahasiswa mampu menginterpratasikan hasil pemeriksaan bilirubin pada
urin dengan benar
URAIAN MATERI
33
Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan
asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau
glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk
bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim glukoroniltransferase,
selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk monoglukoronida
atau ikatan dengan glukosa, xylosa dan sulfat. terkonjugasi dikeluarkan melalui
proses energi kedalam sistem bilier.
Bilirubin berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke
seluruh tubuh.Dalam bentuk ini, spesies molekular disebut bilirubin tak
terkonjujgasi.
Sewaktu zat ini beredar melalui hati, hepatosit melakukan fungsi sebagai
berikut :
a. Penyerapan bilirubin dan sirkulasi
b. Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukuronida
c. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu untuk
dikeluarkan dari tubuh
Konjugasi intrasel asam glukoronat ke dua tempat di molekul bilirubin
menyebabkan bilirubin bermuatan negatif, sehingga bilirubin terkonjugasi ini larut
dalam fase air. Apabila terjadi obstruksi atau kegagalan lain untuk
mengekskresikan bilirubin terkonjugasi ini zat ini akan masuk kembali ke dan
tertimbun dalam sirkulasi.
Selain bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon mengubah bilirubin
menjadi urobilinogen yaitu beberapa senyawa tidak berwarna yang kemudian
mengalami oksidasi menjadi pigmen coklat urobilin.Urobilin diekskresikan dalam
feses tetapi sebagian urobilinogen direabsorpsi melalui usus, dan melalui sirkulasi
portal diserap oleh hati dan direekskresikan dalam empedu. Karena larut air,
urobilinogen juga dapat keluar melalui urin apabila mencapai ginjal.
RANGKUMAN
34
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan
keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu
dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan
kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung
metabolit pyridium atau serenium.
EVALUASI / LATIHAN
Nilai (jujur) :
35
PENDAHULUAN
Assalamualaikum Wr.Wb
Apa kabar mahasiswa/i sekalian ? Semoga selalu sehat walafiat ya.
Kesehatan itu mahal jadi tolong jaga selalu kesehatan kalian ya. Oya anda pernah
mendengar kata-kata diabetes ? Apa itu diabetes ? Gejalanya seperti apa ya ?
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan
dalam urin orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine
termasuk pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa,
dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat
dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan
warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen
fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung
garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan
dengan menggunakan enzim glukosa oxidase.
Kadar gula yang tinggi dibuang melalui air seni , dengan demikian air seni
penderita kencing manis yang mengandung glukosa sehingga sering dilebung atau
dikerebuti semut , selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga,
muda lelah, emas, mudah haus , dan lapar sering kesemutan, sering buang air
kecil, gatal-gatal dan sebagainya.
Lantas, pentingkah anda mempelajari topik ini ? Dengan mempelajari
topik ini, anda akan dapat memahami dan melakukan pemeriksaan glukosan pada
urine. Sebagai indikator penilaian tentang tujuan instruksional khusus, sub
kompetensi yang diharapkan akan anda capai setelah mengikuti perkuliahan ini
adalah bahwa anda mampu memahami dan menegakkan diagnosa glukosa pada
urin.
36
Pemeriksaan glukosa pada urin dengan hasil yang tepat hanya akan dapat
dicapai apabila anda melakukan prosedur pemeriksaan yang baik dan benar, oleh
karena itu sangat diperlukan pemahaman dalam pelaksanaan prosedur kerja.
Pemahaman teoritis pada topik ini sebaiknya didukung juga dengan praktikum
teknik pemeriksaan glukosa pada urin di laboratorium. Perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk mempelajari modul ini adalah sekitar 1 x 50 menit. Sedangkan
waktu yang diperlukan untuk praktek dan bimbingan sekitar 2 x 120 menit, sangat
diharapkan untuk membuat catatan-catatan mengenai hal-hal yang perlu
didiskusikan selama kegiatan praktek dilaksanakan.
Untuk lebih jelasnya, silahkan anda lanjutkan membaca, memahami serta
mengisi test yang telah tersedia agar anda dapat mengetahui seberapa jauh
pemahaman anda tentang materi ini. Selamat membaca dan belajar....!
KEGIATAN BELAJAR 6
37
URAIAN MATERI
38
hanya sampai 250 mg/dl. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan
normal adalah 160-180 mg % (Wirawan dkk, tt).
Kadar gula yang tinggi dibuang melalui air seni , dengan demikian air seni
penderita kencing manis yang mengandung glukosa sehingga sering dilebung
atau dikerebuti semut , selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi /
tenaga, muda lelah, emas, mudah haus , dan lapar sering kesemutan, sering buang
air kecil, gatal-gatal dan sebagainya.
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam
urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi
karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria
dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh
karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis
diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim
glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
RANGKUMAN
Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang
mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa,
pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat,
vitamin C. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria
dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi
kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes
mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan
tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti
pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
EVALUASI / LATIHAN
Nilai (jujur) :
39
Sebelum menjawab soal-soal dibawah ini, coba saudara berusaha untuk
jujur dengan menjawab semampu yang saudara ingat dan fahami, (jangan
membaca kembali materi sebelumnya ataupun saudaralangsung melihat
kunci jawaban). Ayooo...melatih kejujuran ada Allah yang lihat…
Setelah itu saudara nilai sendiri hasil jawaban kalian, dengan kemudian baru
melihat kunci jawaban dan mencocokkanya.Setiap satu soal yang benar
saudara kasih nilai 20, dan kalian tuliskan hasil jawaban kejujuran pertama
tadi pada kotak yang telah disediakan diatas.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar:
1. Ketika seorang pasien datang ke dokter, dan ternyata diduga terkena penyakit
diabetes, salah satu pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa
dokter tersebut adalah?
2. Ketika dalam suasana alkali kuat, ditambah dengan pemanasan, gula-gula
(reduktor) akan mereduksi ion cupri menjadi cupro dengan hasil terjadi CuOH
yang bewarna kuning atau Cu2O yang bewarna?
3. Pada pemeriksaan glukosa metode benedict , jingga (orange)/warna lumpur
keruh (1,5 - 2,5 gr/dl) merupakan interpretasi hasil dari pemeriksaan glukosa
pada urin?
4. Coba saudara tuliskan alat-alat yang saudara perlukan untuk melakukan
pemeriksaan glukosa pada urin (lengkap ya) ?
40
PENDAHULUAN
41
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan saudara mampu melakukan
pemeriksaan dan mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan keton pada urin
dengan benar, tepat, dan terpercaya.
Saudara dapat mempelajari modul ini sebelum kegiatan pembelajaran
secara tatap muka dimulai. Dengan mempelajari modul ini sebelum kegiatan tatap
muka, maka saudara dapat mengoptimalkan waktu kegiatan tatap muka untuk
mendiskusikan materi pembelajaran yang kurang saudara pahami serta bertanya
kepada dosen/pengampu terkait materi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 1 x 50
menit untuk tatap muka dan 2 x 120 menit untuk praktik laboratorium. Pahami
semua materi yang ada pada modul pembelajaran ini. Apabila saudara
menemukan materi-materi yang sulit dalam modul ini. Catatlah materi-materi
yang sulit tersebut untuk bahan diskusi pada saat kegiatan tatap muka.
Semoga saudara dapat mempelajari modul ini dengan baik dan tepat.
Tetap Semangat dan Selamat Belajar!!!
KEGIATAN BELAJAR 7
URAIAN MATERI
42
Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam eseto asetat dan
asm β- hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam
lemak yang berlebihan. Benda keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan
metabolisme karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus), kurangnya asupan
karbohidrat (kelaparan , diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat),
gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh
mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga
dapat menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan
menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga
mencapai lebih dari 50 mg/dL. Keton memiliki struktur kecil dan dapat
diekskresikan kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada
plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat ketosis. Benda
keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam aseto asetat.
Faktor yang mempengaruhi hasil laborat :
a. Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif
palsu.
b. Urin disimpan pada temperature ruangan dalm waktu yang lama
dapatmenyebabkan hasil uji negative palsu.
c. Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat.
d. Anak penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria dari pada dewasa.
Benda keton/keton bodies adalah hasil dari oksidasi asam lemak yang
terjadi di dalam hepar. Proses pembentukan benda keton : secara normal
pembentukan benda keton terjadi di dalam hepar (ketogenesis). Benda keton ikut
peredaran darah menuju jaringan ekstra hepatal (mengalami ketolisis) menjadi
H2O+CO2+energy yang dibutuhkan tubuh.
Terbentuknya ketonuria terjadi karena ketogenesis lebih besar dari
ketolisis, sehingga menyebabkan hiperketonemia, selanjutnya benda keton dalam
darah sampai ginjal dan keluar bersama urin (ketonuria). Ketonuria terjadi pada
keadaan :
a. Kekurangan hormone insulin
43
b. Metabolisme asam lemak dan asam amino banyak
c. Kekurangan karbohidrat
d. Kelaparan
e. Diare hebat
f. Muntah hebat
RANGKUMAN
Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-
hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus
segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens ini dapat mendeteksi asam
asetoasetat lebih dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan
tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin
didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan
pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.Dalam keadaan normal
pemeriksaan benda keton dalam urin negatif.Pada keadaan puasa yang lama,
kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan
metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang
tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.
EVALUASI / LATIHAN
Nilai (jujur) :
44
Setelah itu saudara nilai sendiri hasil jawaban kalian, dengan kemudian baru
melihat kunci jawaban dan mencocokkanya.Setiap satu soal yang benar
saudara kasih nilai 20, dan kalian tuliskan hasil jawaban kejujuran pertama
tadi pada kotak yang telah disediakan diatas.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar:
1. Ketika seorang pasien datang ke dokter, dan ternyata diduga terkena ketonuria,
salah satu pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa dokter
tersebut adalah?
2. Ketika natrium nitroprusid akan bereaksi dengan asam aseto asetat dan aseton
dalam suasana basa akan membentuk senyawa berwarna?
3. Pada pemeriksaan keton pada urin metode Rothera, volume larutan ammonia
sulfat jenuh yang ditambahkan yaitu?
4. Coba saudara tuliskan alat-alat yang saudara perlukan untuk melakukan
pemeriksaan keton pada urin (lengkap ya) ?
45
PENDAHULUAN
46
pembelajaran ini adalah: mahasiswa mengetahui tujuan, metode, prinsip, alat,
reagen , cara kerja dan interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopis pada urin.
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan saudara mampu melakukan
pemeriksaan dan mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan mikroskopis
pada urin dengan benar, tepat, dan terpercaya.
Saudara dapat mempelajari modul ini sebelum kegiatan pembelajaran
secara tatap muka dimulai. Dengan mempelajari modul ini sebelum kegiatan tatap
muka, maka saudara dapat mengoptimalkan waktu kegiatan tatap muka untuk
mendiskusikan materi pembelajaran yang kurang saudara pahami serta bertanya
kepada dosen/pengampu terkait materi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 1 x 50 menit
untuk tatap muka dan 2 x 120 menit untuk praktik laboratorium. Pahami semua
materi yang ada pada modul pembelajaran ini. Apabila saudara menemukan
materi-materi yang sulit dalam modul ini. Catatlah materi-materi yang sulit
tersebut untuk bahan diskusi pada saat kegiatan tatap muka.
Semoga saudara dapat mempelajari modul ini dengan baik dan tepat. Tetap
Semangat dan Selamat Belajar!!!
KEGIATAN BELAJAR 8
47
e. Mahasiswa mampu menginterpratasikan hasil pemeriksaan mikroskopis
pada urin dengan benar
URAIAN MATERI
48
urine lindi kecil sekali. Keadaan yang menyebabkan adanya eritrosit
dalam urine adalah karena radang, trauma, diatesis hemoragik, dsb.
d. Silinder : tempat pembentukan dalam tubuli ginjal, ukuran berbeda-beda
menurut besarnya lumen tubuli, ada indikasi bahwa semakin besar silinder
maka semakin berat keadaan yang menyebabkan terbentuknya sebuah
silinder. Terjadinya Silinder dalam tubuli dipertalikan dengan sekresi
semacam mucoprotein oleh tubuli sedangkan reaksi asam dalam lumen
tubuli mempermudah pembentukan.
e. Benang lendir : adanya iritesi pada selaput lendir tractus urogenitalis
bagian distal.
f. Silindroid : radang ringan
g. Spermatozoa
h. Potongan jaringan
i. Bakteri : adanya bakteri dalam urine menandakan adanya infeksi dan
dapat diperiksa lebih lanjut dengan pemeriksaan bakteriologis. Perlu
diperikda adanya nitrit dalam urine untuk membuktikan adanya infeksi
oleh bakteri pada kandung kemih, karena ada beberapa bakteri yang bsa
mengubah nitrat mnjadi nitrit.
B. Unsur anorganik
Unsur unsur sedimen anorganik jarang memberikan arti tertentu, seperti
bahan amorf, kristal asam urat, ca oxalat, triple fosfat, dsb. Adanya kristal
tersebut tidak ada hubungannya dengan adanya batu ginjal , tetapi merupakan
zat sampah metabolisme.
Macam-macam kristal sedimen urin :
a. Kristal struvite
Kristal struvite (magnesium amonium fosfat, fosfat rangkap tiga,
strucomp) biasanya terlihat tak berwarna, 3-dimensional, atau prisma. Sering
juga menunjukkan warna polarisasi. Adakalanya, kristal menyerupai satu mata
pisau cukur bermata dua (bagian dalam rangka).
b. Kalsium oksalat
Kalsium oksalat dihidrat kristalnya pada umumnya terlihat segi empat
dengan sudut diagonal memotong di dalamnya pada lapang pandang yang
49
tampak (mirip dengan amplop). Kristal-kristal ini ukurannya sangat bervariasi
dari yang paling besar hingga kecil, terlihat memiliki indeks bias biru pada
bagian dalam apabila pengamat memutar mikrometer mikroskop.
c. Asam urat
Mengkristal didalam sistem arthorombic. Kristal-kristal asam urat dapat
muncul dalam beberapa bentuk. Kristal-kristal yang klasik berpelat profil belah
ketupat tipis dan yang lain membentuk plat bersudut enam, jarum dan rosette.
Kristal asam urat biasanya mempunyai karakteristik warna kuning. Intensitas
warna bergantung pada ketebalan dari kristal, plat-plat sangat tipis terlihat
berwarna kuning muda, sedangkan kristal yang lebih besar dan tebal satu
rangkaian bentuk hitam terpusat.
d. Kalsium fosfat
Kalsium fosfat juga dinamakan di-calsium fosfat atau hidroksil apatif.
Nama mineralnya adalah brushite. Bentuk kristal merupakan suatu prisma yang
panjang pada ujungnya mungkin terlihat sharped. Kristal kalsium fosfat
ditemukan dengan fosfat-fosfat rangkap tiga yang lainnya dan memiliki arti
klinis yang sama.
e. Biuret
Kristal amonium urate (atau biuret/ ammonium asam urates/ ammonium
biurates) secara umum kelihatan sebagai warna cokelat atau kuning
kecokelatan berbentuk sferis dengan penonjolan yang tidak beraturan
(kecubung). Dapat pila ditemukan dalam bentuk seperti buah apel dengan
lapisan warna gelap melingkar.
RANGKUMAN
Sedimen urin adalah unsur yang tidak larut di dalam urin yang berasal dari darah,
ginjal dan saluran kemih, sehingga pemeriksaan sedimen urin sangat penting
dalam membantu menegakkan diagnosa dan mengiikuti perjalanan penyakit pada
kelainan ginjal dan saluran kemih. pemeriksaan sedimen urin merukan
50
mikroskopik urin dan sangat penting untuk mengetahui adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
EVALUASI / LATIHAN
51
PENDAHULUAN
Assalamualaikum wr.wb
Pemeriksaan Urine merupakan pemeriksaan penyaring terhadap gangguan
dari sistem filtrasi ginjal dan fungsi hati. Dalam prosesnya urine dihasilkan oleh
proses filtrasi glomerolus.
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata kuliah Kimia Klinik untuk
Kompetensi Analis Kesehatan. Modul pembelajaran diperuntukan bagi mahasiswa
D III Analis Kesehatan. Fokus bahasan pada modul ini adalah:
1. Pemeriksaan Urobilin dan Urobilinogen urine
2. Teknik Pengambilan Bahan pemeriksaan Urine
3. Teknik Pemeriksaan Urine
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan saudara mampu melakukan
penilaian dan pemeriksaan dan secara komprehensif.
Saudara dapat mempelajari modul ini sebelum kegiatan pembelajaran
secara tatap muka dimulai. Dengan mempelajari modul ini sebelum kegiatan tatap
muka, maka saudara dapat mengoptimalkan waktu kegiatan tatap muka untuk
mendiskusikan materi pembelajaran yang kurang saudara pahami serta bertanya
kepada dosen/pengampu terkait materi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 4 x 120 menit
untuk tatap muka dan 4 x 120 menit untuk praktik laboratorium. Pahami semua
materi yang ada pada modul pembelajaran ini. Apabila saudara menemukan
materi-materi yang sulit dalam modul ini. Catatlah materi-materi yang sulit
tersebut untuk bahan diskusi pada saat kegiatan tatap muka.
Semoga saudara dapat mempelajari modul ini dengan baik dan tepat.
Selamat Belajar!
52
KEGIATAN BELAJAR 9
URAIAN MATERI
53
malfungsi hati berbagai seperti hepatitis, sirosis. Ketika ini terjadi, Urobilinogen
lebih diproduksi dan diekskresikan dalam urin. Pada saat seseorang menderita
penyakit kuning, itu didiagnosa oleh warna kulit yang sedikit kuning dan warna
kuning dari urin.Namun bila ada obstruksi pada saluran empedu, hal itu akan
menyebabkan penurunan jumlah Urobilinogen dan ada lebih sedikit urobilin
dalam urin. Lebih rendah jumlah urobilin Sof dapat disebabkan oleh hilangnya
flora bakteri usus yang berperan dalam sintesa produk HTI.
Untuk mendeteksi jenis kerusakan di hati, tes Urobilinogen dilakukan
dengan mengukur kadar uribilinogendalam urin. Reaksi Aldehid Ehrlich adalah
tes umum yang digunakan untuk menguji tingkat Urobilinogen.Sebuah
benzaldehida dengan keberadaan asam berubah warna jika Urobilinogen hadir
untuk warna merah merah muda. Diubah atau tidak adanya lengkap tingkat
Urobilinogen biasanya menunjukkan disfungsi hati. Dan peningkatan tingkat
petunjuk Urobilinogen urin ke warna merah darah Hemolisis sel. Tujuan utama
dari tes ini adalah untuk membantu mengetahui penghalang hati tambahan seperti
penyumbatan saluran empedu umum dan juga untuk memungkinkan hati serta
gangguan hematologi.
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar
kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi
empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.
Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi
mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan
pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam
Urobilin adalah pigmen alami dalam urin yang menghasilkan warna
kuning. Ketika urin kental, urobilin dapat membuat tampilan warna oranye-
kemerahan yang intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi, dan kadang-
kadang menyebabkan kencing terlihat merah atau berdarah.
Urobilinogen adalah larut dalam air dan transparan produk yang
merupakan produk dengan pengurangan bilirubin dilakukan oleh interstinal
bakteri . Hal ini dibentuk oleh pemecahan hemoglobin. Sementara setengah dari
54
Urobilinogen beredar kembali ke hati, setengah lainnya diekskresikan melalui
feses sebagai urobilin.
Urobilin ditemukan pada :
a. Obstruksi saluran empedu
- Ekstra hepata
- Intra hepata
b. Flora usus
c. Produksi Bilirubin
d. Konstipasi
e. Gangguan faal hati
f. Diare
g. Gangguan faal ginjal
h. Arti penting pada penderita ikterus urobilin (-) obstruksi.
Dalam urin segar tidak ada uribilin, zat itu baru akan terjadi oleh oksidasi
urobilinogen. Pada pemeriksaan terhadap urobilin sengaja ditambahkan
sedikit yodium sebagai larutan lugol untuk menjalankan oksidasi itu. Yang dipakai
untuk menyatakan urobilin ialah reagens Schlesinger, yaitu larutan zink asetat atau
zink klorida yang jenuh dalam alkohol 95 %.Indikasi atau indoksilsulfat ikut
bereaksi dengan reagens Wallace dan Diamond, tetapi tidak bereaksi dengan
reagens Schlesinger terhadap urobilin. Jika ada indikasi klinik atau bila tersangka
bahwa warna merah kuat pada reaksi terhadap urobilinogen disebabkan oleh
derivat indol, maka lakukanlah test menurut Obermayer untuk membedakannya.
Reagens ini mengoksidasi indikasi menjadi indigobiru (atau indigomerah jika
oksidasi berjalan lambat).Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah
bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga
mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar
dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa
(hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF
disertai ikterik.
Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam
keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 – 1,0 Ehrlich unit per dl
urin.
55
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati,
saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh. Dalam
keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin
mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang
haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per
liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh
sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu
bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu
didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase
dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan
kuman yang terkontaminasi.Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya
bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat
nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari 105
mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa
hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah
terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam
buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.
Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih
dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea,
karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang
tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi
nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau
tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif. Kepekaan tes ini berkurang
dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin
mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin
kurang dari 0,03 mg/dl.
Pernahkah anda memperkirakan jumlah urine saudara pada waktu pagi
hari? Anda pernah merasakan ketika cuaca dalam keadaan dingin? Kira-kira
faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi jumlah urine?
Faktor-faktor yang Mempengaruhi pemeriksaan
1. Reaksi positif palsu
56
1) Pengaruh obat : fenazopiridin (Pyridium), sulfonamide, fenotiazin,
asetazolamid (Diamox), kaskara, metenamin mandelat (Mandelamine),
prokain, natrium bikarbonat, pemakaian pengawet formaldehid.
2) Makanan kaya karbohidrat dapat meninggikan kadar urobilinogen, oleh karena
itu pemeriksaan urobilinogen dianjurkan dilakukan 4 jam setelah makan.
3) Urine yang bersifat basa kuat dapat meningkatkan kadar urobilinogen; urine
yang dibiarkan setengah jam atau lebih lama akan menjadi basa.
2. Reaksi negatif palsu
1) Pemberian antibiotika oral atau obat lain (ammonium klorida, vitamin C) yang
mempengaruhi flora usus yang menyebabkan urobilinogen tidak atau kurang
terbentuk dalam usus, sehingga ekskresi dalam urine juga berkurang.
2) Paparan sinar matahari langsung dapat mengoksidasi urobilinogen menjadi
urobilin.
3) Urine yang bersifat asam kuat.
RANGKUMAN
57
4 Hijau - Keberadaan biliverdin
- Keradaan bakteri pseudomonas - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
7 Hitam/ hampir hitam Keberadaab melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol -
Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol
TUGAS / LATIHAN
Nilai (jujur)
58
c. Porfirin
d. Patologis
3. Urine yang paling bagus sebagai bahan pemeriksaan darah samar adalah . .
...
a. Urine 24 jam
b. Urine Pagi
c. Urine Sore
d. Urine Sewaktu
4. Perubahan warna yang terjadi bila hasil positif pada pemeriksaan darah
samar . . . . .
a. warna menjadi pink (+) sampai biru muda (++++)
b. warna menjadi merah ceri (+) sampai merah bata (++++)
c. warna menjadi kuning (+) sampai hijau tua (++++)
d. warna menjadi hijau (+) sampai biru tua(++++)
5. Perubahan warna yang terjadi bila hasil negatif pada pemeriksaan darah
samar . . . . .
a. Putih
b. Merah
c. Tidak Berwarna
d. Endapan kristal
59
PENDAHULUAN
Assalamualaikum wr.wb
Apa kabar mahasiswa/i sekalian....?semoga selalu sehat walafiat ya. Kesehatan itu
mahal jadi tolong jaga selalu kesehatan kalian ya. Ohya ada Si kecil tiba-tiba saja
mengeluh kencingnya sakit,badannya pun mulai sumer-sumer. Saat dilihat di
bekas popok lampinnya terlihat kencingnya sedikit kemerahan. Apa yang terjadi?
Kasus diatas adalah salah satu contoh keluhan yang membutuhkan pemeriksaan
laboratorium berupa pemeriksaan urine lengkap. Pemeriksaan ini terdiri dari
pemeriksaan umum urine dan pemeriksaan sedimen (endapan) urine.
Pemeriksaan umum urine terdiri dari warna,berat jenis,pH,protein dan beberapa
zat hasil metabolisme tubuh.
Untuk lebih jelasnya, silahkan anda lanjutkan membaca, memahami serta mengisi
test yang telah tersedia agar anda dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman
anda tentang materi ini. Selamat membaca dan belajar....!!!
60
KEGIATAN BELAJAR 10
PEMERIKSAAN DARAH SAMAR PADA URINE
1. Tujuan pembelajaran Umum (TIU)
Setelah mengikuti proses pembelajaran mahasiswa memahamidan mampu
melakukan pemeriksaan Darah Samar Pada Urine
2. Tujuan pembelajaran Khusus (TIK)
a. Mahasiswa menjelaskan Darah Samar pada Urine
b. Mahasiswa memahami tentang Definisi darah samar, Pemeriksaan
berdasarkan warna urine , faktor yang mempengaruhi susunan urine dan
pemilihan sampel urine
c. Mahasiswa mampu memeriksa/mendiagnosis Darah samar pada Urine
URAIAN MATERI
61
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya hemoglobin dalam urine dengan
metode tertentu (missal: benzidine tes atau guayac tes). Dinyatakan positif apabila
ada perubahan warna menjadi hijau (+) sampai biru tua(++++).
Dinyatakan negatif apabila tak ada perubahan warna. Tes + berarti ditemukan
hemoglobin dalam urine yang mungkin disebabkan oleh pendarahan atau radang
pada ginjal/saluran kencing.
Bila pada test urin terdapat darah samar yang positif itu artinya bisa terdapat
kemungkinan terjadi perdarahan pada saluran kemih. Hal ini bisa berasal dari
kondisi ISK (infeksi saluran kemih) atau kondisi batu saluran kemih. Pada kondisi
hamil, ISK biasanya terjadi akibat kondisi keputihan yang berlebihan.
1. Pemeriksaan Berdasarkan Warna Urine
Merah Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan
saluran kencing )
- Oleh karena obat tertentu
- Karena zat warna dari makanan tertentu, misal biet, senna, robarbe
2. Jingga Zat warna empedu
- Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat
fenothiazin
3. Kuning - Urine pekat
- Keberadaan urobilin dan bilirubin
- Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
4. Hijau
- Keberadaan biliverdin
- Keradaan bakteri pseudomonas
- Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
5. Biru Tak patologis Deuretika tertentu
6. Coklat
- Keberadaanhematin asam, mioglobin dan zat warna empedu
- Obat-obat nitrofurantioin, levodova
7. Hitam/ hampir hitam
Keberadaan melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol
- Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol
62
B. Analisa berdasarkan keberadaan gula dalam urine
1. Urine+bersama hiperglikemi
- Penyakit DM
- Penyakit endokrien, hipertiroidisme, dan feokromositosis
- Pankreatits, Ca pancreas
- Dispusi SSF: asfiksia, perdarahan/ tumor hipotalamus
- Gangguan metabolismeberat: luka bakar berat, uremia, penyakit hati berat, sepsis
- Obat kortikosteroid dan thiazid
2. Urine+, tanpa hiperklikimia
-Disfungsi tubulus ginjal, kehamilan, gu;la non glucose
63
Urin pagi
Yaitu urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun
tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan pada siang hari. Urin pagi
baik untuk pemeriksaan sedimen, protein, berat jenis dan tes kehamilan.
Urin post prandial
Merupakan urin yang pertama kali dikeluarkan 1 ½ – 3 jam setelah makan.
Sampel urin ini baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria.
Urin 24 jam
Yaitu urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Ccara mengumpulkannya
sebagai berikut: jam 7 pagi urin pertama dikeluarkan, urin ini dibuang. Semua urin
yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, harus
dapat ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya dicampur. Botol harus
bersih dan biasanya memerlukan zat pengawet.
Urin 24 jam dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif semua zat
dalam urin. Selain itu, dikenal juga urin siang 12 jam, urin malam 12 jam, urin 2
jam, urin 3 gelas, urin 2 gelas dsb.
Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah
kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided
specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau
pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak
ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak
turut ditampung
RANGKUMAN
64
Pemeriksaan Berdasarkan Warna Urine :
1. Merah Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan
saluran kencing ) , Oleh karena obat tertentu
2. Jingga Zat warna empedu
- Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat
fenothiazin.
3. Kuning - Urine pekat
- Keberadaan urobilin dan bilirubin
- Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
4. Hijau
- Keberadaan biliverdin
- Keradaan bakteri pseudomonas
- Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
5. Biru Tak patologis Deuretika tertentu
6. Coklat
- Keberadaanhematin asam, mioglobin dan zat warna empedu
- Obat-obat nitrofurantioin, levodova
7. Hitam/ hampir hitam
- Keberadaab melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol
- Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol
TUGAS / LATIHAN
Nlai (jujur) :
65
1. Adanya darah dalam urine yang selalu . . . . .
a. Abnormal
b. Normal
c. Biasa
d. Patogenitas
2. Pada pemeriksaan Darah samar dalam Urine, jika perubahn warna Merah
yang terjadi menandakan adanya, kecuali . . . . .
a. Hemoglobin
b. Mioglobin
c. Porfirin
d. Patologis
3. Urine yang paling bagus sebagai bahan pemeriksaan darah samar adalah . .
...
a. Urine 24 jam
b. Urine Pagi
c. Urine Sore
d. Urine Sewaktu
4. Perubahan warna yang terjadi bila hasil positif pada pemeriksaan darah
samar . . . . .
a. warna menjadi pink (+) sampai biru muda (++++)
b. warna menjadi merah ceri (+) sampai merah bata (++++)
c. warna menjadi kuning (+) sampai hijau tua (++++)
d. warna menjadi hijau (+) sampai biru tua(++++)
5. Perubahan warna yang terjadi bila hasil negatif pada pemeriksaan darah
samar . . . . .
a. Putih
b. Merah
c. Tidak Berwarna
d. Endapan kristal
66
PENDAHULUAN
Semua mahasiswa, tidak terkecuali saudara, pasti sering mendengar dah bahkan
sangat familiar dengan yang namanya chlorida atau sering dikenal dengan
Pemeriksaan chlorida pada urine Dan bahkan barangkali malah ada diantara
saudara yang sudah pernah terkena panyakit ini. Penasarankah saudara akan
penyebab penyakit ini?
67
serologi atau tes widal dengan baik dan juga mampu untuk menginterpretasikan
hasil pemeriksaan dengan tepat dan benar.
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata kuliah Kimia KlinikI untuk
Kompetensi pemeriksaan Chlorida Urine dalam membantu menegakkan
diagnosa penyakit Perdarahan kecil yang ada di urine. Modul pembelajaran
diperuntukan bagi mahasiswa D III analis kesehatan. Fokus bahasan pada
modul kegiatan pembelajaran ini adalah: mahasiswa mengetahui tujuan,
metode, prinsip, alat, reagen , cara kerja dan interpretasi hasil uji Chlorida
Urine.
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan saudara mampu melakukan
pemeriksaan dan mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan
Chloridadengan benar, tepat, dan terpercaya.
Saudara dapat mempelajari modul ini sebelum kegiatan pembelajaran secara
tatap muka dimulai. Dengan mempelajari modul ini sebelum kegiatan tatap
muka, maka saudara dapat mengoptimalkan waktu kegiatan tatap muka untuk
mendiskusikan materi pembelajaran yang kurang saudara pahami serta
bertanya kepada dosen/pengampu terkait materi tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 1 x 50 menit untuk
tatap muka dan 2 x 120 menit untuk praktik laboratorium. Pahami semua
materi yang ada pada modul pembelajaran ini. Apabila saudara menemukan
materi-materi yang sulit dalam modul ini. Catatlah materi-materi yang sulit
tersebut untuk bahan diskusi pada saat kegiatan tatap muka.
Semoga saudara dapat mempelajari modul ini dengan baik dan tepat. Tetap
Semangat dan Selamat Belajar!!!
KEGIATAN BELAJAR 11
68
b. Mahasiswa mengetahui metode dan prinsip Chlorid Urine
c. Mahasiswa mengetahui alat dan reagen yang perlu disiapkan untuk
Chlorid Urine
d. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Chlorid Urine dengan baik
e. Mahasiswa mampu menginterpratasikan hasil Pemeriksaan Chlorid Urine
dengan benar
URAIAN MATERI
69
Chlorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsurklor
mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan
negatif) Cl−. Garam dari asam chloridaHCl mengandung ion chlorida;
contohnya adalah garam meja, yang adalah natrium chlorida dengan formula
kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−.
Uji Klorida
70
Reaksi yang terjadi bila positif
NaCl→Na+Cl-
AgNO3 + NaCl → AgCl + NaNO3
RANGKUMAN
Setiap urine normal yang ditetesi AgNO3 akan terjadi endapan putih
akibat dariadanya kandungan chlorida dalam urine. Urine yang tidak
mengandung chlorida jika ditetesi dengan AgNO3 tidak akan terjadi endapan
putih, hal ini dikatakan sebagai urine abnormal.Pemeriksaan Chlorida pada
urine menggunakan urine segar atau urine pagi. Penggunaan metode Chlorida
bisa dipergunakan untuk pemeriksaan Chlorida pada urine. Pemeriksaan darah
samar sangat penting sekali dan bertujuan untuk melihat adanya chlorida yang
tidak dapat dinyatakan sebagai secara Makroskopis dan Mikroskopis.
TUGAS / LATIHAN
71
c. warna Kuning
d. warna Merah
72
KEGIATAN BELAJAR 12
PEMERIKSAAN EJAKULAT
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TIU)
Setelah mengikuti proses pembelajaran mahasiswa memahamidan mampu
melakukan pemeriksaan ejakulat
b. Tujuan pembelajaran Khusus (TIK)
a. Mahasiswa menjelaskan ejakulat
b. Mahasiswa memahami tentang Definisi ejakulat
c. Mahasiswa mampu memeriksa/mendiagnosis ejakulat
URAIAN MATERI
73
sperma apalagi disebuah tempat yang cukup asing seperti rumah sakit atau
laboratorium. Sebenarnya hal ini tidak bisa menjadi alasan karena saat ini rumah
sakit atau laboratorium biasanya telah menyediakan tempat yang dibuat
sedemikian rupa agar pasien bisa melakukan proses mengeluarkan sperma dengan
nyaman.
Analisis sperma meliputi volume, konsentrasi, motilitas, dan morfologi.
Volume sperma yang normal pada sekali ejakulasi saja minimal adalah 2 ml. Jika
kurang dari jumlah tersebut, maka disebut aspermia yang berarti tidak ada semen.
Konsentrasi sperma pada ejakulat yang normal paling sedikit adalah 20 juta/ml.
Bila kurang, disebut oligozoospermia. Atau jika sperma tidak ditemukan sama
sekali pada cairan ejakulat, disebut azoospermia. Motilitas sel sperma yang
normal, baik yang lemah dan yang cepat adalah lebih dari 50%, atau >25% sel
sperma yang bergerak cepat, jika kurang, disebut asthenozoospermia. Pada
morfologi yang normal tidak didapatkan kelainan bentuk. Namun jika bentuk
normal dijumpai kurang dari 15%, maka termasuk teratozoospermia. Uji-uji lain
selain analisis sperma adalah Uji MAR yaitu untuk menguji adanya penyakit
autoimun dimana didapatkan antibodi antisperma. Uji lain adalah uji viabilitas
sperma, penghitungan leukosit, kultur bakteri, uji Chlamidya PCR, dan interaksi
sperma dengan lendir serviksSperma yang kurang baik tidak akan mampu
membuahi sel telur yang letaknya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat
saja tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kualitas dan
kuantitas sperma.Berdasarkan hasil analisa sperma dapat diketahui kelainan
kelainan pada sperma seperti :
1. Oligospermia : jumlah sperma lebih kecil dari normal, normalnya jumlah
sperma adalah lebih dari 40 juta/ ejakulasi
2. Asthenozoospermia : motilitas sperma kurang dari normal, motilitas sperma
yang normal menurut World Health Orgaization (WHO) adalah lebih dari 50%
3. Teratozoozpermia : sperma normal kurang dari 14%
Pergerakan sperma atau sperm motility mempelajari jumlah sperma yang
bergerak dan terlihat dalam spesimen ejakulat. Motilitas sperma adalah salah
satu fungsi sperma yang tergantung pada suhu, sehingga setiap perlakuan yang
dilakukan dalam analisis kualitas sperma sangat penting untuk diperhatikan.
74
Sehingga sangat disarankan untuk melakukan analisis sesegera mungkin
setelah sperma dikeluarkan atau proses pengeluaran dilakukan di dalam
laboratorium dimana dapat diatur kondisinya. Sperma diketahui tidak akan
dapat hidup dalam jangka waktu yang lama dalam semen, dan di luar semen,
sperma akan secara cepat meninggalkan semen untuk memasuki mukus
serviks. Motilitas normal sperma yaitu sebesar 60% atau lebih. Namun ada pula
yang menganggap bahwa nilai motilitas sperma sebesar 40% masih dianggap
normal.
Beberapa kelainan yang berkaitan dengan motilitas sperma antara lain
asthenozoospermia dan necrozoospermia. Asthenozoospermia adalah
penurunan motilitas sperma. Jika ditemukan, maka dapat diakibatkan oleh
adanya kondisi laboratorium yang tidak mendukung, adanya abnormalitas
spermatogenesis, masalah dalam maturasi sperma dalam epididimis,
abnormalitas transport, dan adanya varicocele., sedangkan necrozoospermia
adalah tidak adanya gerakan sperma sama sekali. Namun, pada dasarnya
sperma yang mengalami necrozoospermia termasuk sperma yang normal dalam
hal materi genetiknya (The Fertility Institute, 2009).
Tujuan dari praktikum analisis semen ini adalah untuk menentukan kualitas semen
dengan melakukan analisis semen berupa pemeriksaan makroskopis dan
pemeriksaan mikroskopis serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang
akan menjadi spermatosit primer.
a. Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan
reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan
nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
b. Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti
selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel
anak, yaitu spermatosit sekunder.
75
Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin
banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis
II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan
(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II
memiliki inti yang gelap.
Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi
4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil
akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa
kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari
spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23
pasang kromosom itu akan dipertahankan.
76
Pengeluaran dan penampungan semen
Kepada pasien diberikan penjelasan terlebih dahulu secara lisan ataupun
tertulis bagaimana sebaiknya cara mengeluarkan dan menampung semen, yang
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Pengeluaran dan penampungan
semen yang benar :
a. Setelah abstinensi seksual selama 3-7 hari (tidak kurang dan tidak lebih)
b. Semen ditampung dalam botol kaca yang bersih dan bermulut lebar agar
tidak berceceran pada saat ditampung, sebab semen yang tumpah, berarti
jutaan sperma yang hilang tidak tercatat, sehingga akan mengurangi nilai
pemeriksaan.
c. Dianjurkan pengeluaran semen dilakukan secara masturbasi di kamar yang
tenang kemudian dibawa ke lab dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan.
d. Botol penampung harus ditutup rapat, diberi nama yang bersangkutan,
lamanya abstinensi, dan waktu pengeluaran semen..
Pemeriksaan mikroskopis semen
Pemeriksaan mikroskopis semen memerlukan ketelitian dan kecermatan
yang tinggi, karena kesimpulan hasil analisis semen banyak ditentukan dari
pemeriksaan mikroskopis semen. Pemeriksaan ini meliputi :
1. Kecepatan gerak sperma (velocity) ; kecepatan gerakan sperma (dalam detik)
ditentukan secara objectif dengan stopwatch. Sperma yang gerakannya paling
cepat dan lurus saja yang dicatat, karena kecepatan gerakan sperma merupakan
salah satu factor penting fertilitas.
2. Motilitas sperma ; pemeriksaan motilitas dilakukan satu jam setelah ejakulasi.
Dengan menggunakan alat hitung ditentukan jenis motilitas progresif lurus
cepat, lurus lambat, gerak ditempat, tidak bergerak.
3. Konsentrasi sperma ; diawali dengan menentukan kerapatan sperma pada
hemositometer Neubauer untuk menentukan factor pengencer dan kemudian
dihitung dengan rumus.
4. Jumlah sperma total ; diperoleh dari mengalirkan sperma dengan volume
ejakulat.
5. Viabilitas sperma ; menentukan jumlah sperma yang masih hidup dengan
pewarnaan supravital dengan menggunakan larutan eosin Y.
77
6. Morfologi sperma ; untuk mengetahui berapa presentase sperma yang
memiliki morfologi normal dan yang abnormal.
7. Aglutinasi sperma ; terjadi karena sperma motil saling melekat satu dengan
lainnya, kepala dengan kepala, leher dengan leher, ekor dengan ekor, atau
percampuran antara leher dengan ekor. Ini merupakan bukti adanya factor
immunologi sebagai penyebab infertilitas.
8. Uji HOS (Hipoosmotic swelling test); didasarkan pada sifat semipermeable
membrane ekor sperma.
9. Elemen seluler bukan sperma ; antara lain sel leukosit, eritrosit, dll.
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan ini contohnya adalah fruktosa semen, dilakukan
terutama pada semen azoospermia. Seperti diketahui, fruktosa semen diproduksi
oleh kelenjar vesika seminalis. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui penyebab
azoospermia apakah dari proses spermatogenesis terhambat, ada obstruksi duktus
ejakulatorius, atau disfungsi vesika seminalis.
4. Metode Kerja:
5. Prinsip:
6. Alat dan Bahan:
a. Alat
1) Mikroskop
2) Objek glass
3) Deck glass
4) Kertas lakmus (pH)
5) Counter
6) Neuebauer
7) Pipet mikro
8) Pipet tetes
9) Tabung reaksi
10) Batang kaca
11) Gelas ukur
12) Pipet ukur
13) Hematokrit Neubauer
78
b. Bahan
1) Semen ejakulat
2) Larutan eocyn Y
3) Alkohol 96%
4) Larutan Giemsa
5) Larutan George
6) Larutan HoST
7) Emersi oil
8) Aquadestilata
7. Cara Kerja
1. Pemeriksaan makroskopik
1) Likuifaksi
Semen dianalisis setelah mengalami likuifaksi, biarkan semen sekitar
20. menit atau maksimal 1 jam setelah ejakulasi
2) Warna semen
Warna semen diamati dengan mata telanjang
3) Bau semen
Dengan mengamati secara langsung
4) pH
Setetes sperma disebarkan secara merata diatas kertas Ph ( kisaran Ph
6,4-8). Setelah 30 detik warna daerah yang dibasahi akan merata dan kemudian
dibandingkan dengan kertas kalibrasi untuk di baca Ph nya.
5) Volume
Volume harus diukur dengan suatu gelas ukur, atau dengan cara
menyedot seluruh siapan ke dalam suatu semprit atau pipet ukur.
79
6) Viskositas
Semen diaduk rata, lalu dihisap ke dalam pipet Pasteur 5ml. Selanjutnya semen
dibiarkan menetes keluar pipet sambil diamati panjang benang dari tetesan
semen.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Kecepatan gerak sperma (velocity)
Teteskan semen yang telah diaduk, diteteskan dalam hemositometer
Neubauer. Sperma yang gerakannya paling cepat dan lurus saja yang dicatat,
Motilitas atau pergerakan spermatozoa dihitung dalampersentase.
Suatu volume semen tertentu diteteskan diatas kaca objek yang bersih dan
kemudian ditutup dengan kaca tutup. Motilitas setiap sperma yang dijumpai
dicatat. Biasanya diamati pada beberap lapang pandang terhadap 100 ekor
spermatozoa ( jumlah total presentase adalah 100%).
Motilitas digolongkan menjadi beberapa kriteria sbb :
a. Progresif lurus : beregerak lurus kedepan lincah dan cepat
b. Progresif lamabat : bergerak ke depan tetapi lambat.
c. Gerak di tempat : gerakan tidak menunjukkan perpindahan
tempat, biasanya bergetar di tempat, berputar atau melompat.
d. Tidak bergerak : tidak ada gerakan sama sekali atau diam
ditempat.
Konsentrasi sperma
Siapan yang telah diencer kan harus diaduk dengan baik dan kemudian 1
tetes di letakkan diatas hemocytometer Neubauer serta ditutup dengan kaca
tutup (deck glass).
Menentukan jumlah pengenceran yang akan ditentukan, misalnya :
Untuk sediaan dengan jumlah sperma per LPB (400x) <15 sperma, maka
pengencerannya 1:5.
Untuk sediaan dengan jumlah sperma per LPB (400x) 15-40 sperma, maka
pengencerannya 1:10.
Untuk sediaan dengan jumlah sperma per LPB (400x) 40-200 sperma, maka
pengencerannya 1:20
Untuk sediaan dengan jumlah per LPB (400x) > 200 sperma, maka
pengencerannya 1:50.
80
Oleh karena itu kita dapat menentukan :
25 kotak : N x 10.000 x factor pengencer x 25/jumlah kotak
yang dihitung.
10 kotak : N x 10.000 x factor pengencer x 25/jumlah kotak
yang dihitung.
3. 5 kotak :N x 10.000 x factor pengencer x 25/jumlah kotak
yang dihitung
81
Aglutinasi sperma
Aglutinasi diamati dalam 10 lapang pandang yang dipilih secara acak dan
tentukan presentase rata-rata sperma yang berlekatan.
Pemeriksaan Mikroskopis:
Uji Motilitas :
1. Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di atas objective glass
dan tutup dengan cover glass
2. Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X
3. Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif dan hitung pula waktu
yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi, karena semakin banyak waktu lewat
semakin berkurang motilitas spermatozoa Berkurangnya motolitas banyak
dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel
4. Campurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5% dalam air, untuk
membeda-kan spermatozoa yang tidak bergerak aktif dari yang mati. Untuk
spermatozoa yang mati akan memberi warna kemerah-merahan dan yang
non-aktif saja tidak berwarna
Jumlah Spermatozoa:
1. Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung Improved
Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet leukosit
2. Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet leukosit
dengan air mani yang sudah mencair dengan aquadest sampai garis bertanda
0,5 dan kemudian aquadest sampai garis bertanda 11
3. Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung Improved Neubauer pada
permukaan seluas 1 mm2 Jumlah yang dihitung dikalikan 200.000 untuk
mendapatkan jumlah spermatozoa dalam1 ml mani
4. Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk dilakukan hitung
ulang pada lain waktu karena kualitas air mani seseorang akan berbeda-beda
dari satu waktu ke waktu yang lain
Morfologi:
1. Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi biarkan mengering
pada hawa udara
2. Kemudian lakukan fiksasi dengan metilalkohol (methanol) selama 5 menit
82
3. Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau lainnya
4. Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X menggunakan
minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa)
5. Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu besar, terlalu kecil, terlalu
memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk ekor (tidak ada ekor, ada dua ekor,
ekor amat pendek dsb)
Jumlah Leukosit:
1. Hitunglah Leukosit yang ditemukan dalam kamar hitung Improved Neubauer
seperti hitung sel leukosit pada sediaan darah dan
2. Catat jumlah leukositnya
8. Interpretasi hasil
Semen Normal Menurut Standar WHO
Parameter Nilai Minimum
Volume (mL) 2.0
Konsentrasi (juta/mL) 20
Motilitas (%) 50
Kecepatan maju (0-4) 3
Morfologi normal (%) (WHO) 30
Morfologi normal (%) (Ketat) 14
Jumlah sperma (juta) 40
Total sperma bermotilitas (juta) 20
Total sperma fungsional (juta) 6
Menurut WHO, motilitas sperma digolongkan dalam empat tingkatan:
Kelas a: sperma yang berenang maju dengan cepat dalam garis lurus seperti
peluru kendali.
Kelas b: sperma yang berenang maju tetapi dalam garis melengkung atau
bergelombang, atau dalam
garis lurus tetapi lambat.
Kelas c: sperma yang menggerakkan ekornya tetapi tidak melaju.
Kelas d: sperma yang tidak bergerak sama sekali.
RANGKUMAN
Pemeriksaan semen dilakukan untuk mengevaluasi spermatogenesis dan
spermiogenesis. Analisis semen pada kasus infertilitas pria tidak hanya untuk
diagnosis tetapi juga berguna bagi terapi dan prognosis.
83
Analisis semen memberikan informasi :
1. Produksi sperma oleh testis
2. Sumbatan dan fungsi saluran reproduksi pria
3. Aktivitas kelenjar aksesori
4. Kapabilitas Ejakulasi
Sehingga pemeriksaan semen dilakukan untuk :
- Diagnosis kemandulan pria
- Diagnosis infertilitas pria
- Prognosis kesuburan pria
- Mengidentifikasi penanganan yang akan dilakukan :
a. Medikamentosa
b. Pembedahan
c. Teknologi reproduksi berbantu (IUI,IVF,ICSI)
- Keperluan forensik
- Efektivitas vasektomi (KB Pria mantap)
TUGAS / LATIHAN
84
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN CAIRAN SENDI DAN TRANSUDAT
EKSUDAT
1. Tujuan Pembelajaran umum : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
cairan sendi dan transudat eksudat
2. Tujuan Pembelajaran Khusus :
a. Mahasiswa mengetahui tujuan dilakukannya pemeriksaan cairan sendi dan
transudat eksudat
b. Mahasiswa mengetahui metode dan prinsip pemeriksaan cairan sendi dan
transudat eksudat
c. Mahasiswa mengetahui alat dan reagen yang perlu disiapkan untuk
pemeriksaan cairan sendi dan transudat eksudat.
d. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan cairan sendi dan transudat
eksudat
e. Mahasiswa mampu menginterpratasikan hasil pemeriksaan cairan sendi
dan transudat eksudat
URAIAN MATERI
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat
(tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada
umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang
rendah.Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan
dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang
merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan
atau rongga badan, tanpa radang
Transudat ialah penimbunan cairan rongga surosa sebagai akibat karena adanya
gangguan keseimbangan cairan ( tekanan osmose , stasis , dan hidrostatik )
85
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil
cairan.Cairan itu terdapat ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga
perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi
mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal
hamper tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah
pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau
tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan
salah satu proses peradangan.
Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid
osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura
akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya. Penyakit-penyakit yang menyertai
transudat seperti pada tabel 2. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi
pleura dikarenakan penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan
penyebab kematian utama diIndonesia..
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau exudat bermaksud untuk
menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapatkan keterangan
tentang causanya.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang
melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular
(yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas),
bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang
meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan
emigrasinya.Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa
ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah.Jadi…termasuk discharge
yang patologis.
Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya
abnormal.Perubahan permeabilitas membran disebabkan adanya peradangan pada
pleura seperti infeksi atau keganasan.Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi
terbanyak di Indonesiadan nomor 3 terbanyak didunia setelah India dan Cina.
86
Komplikasi yang terjadi seperti efusi pleura terjadi disebabkan keterlambatan
diagnosis, kepatuhan penderita dalam pengobatan, sarana pelayanan kesehatan,
lingkungan dan lain sebagainya sehingga insidennya masih cukup tinggi.
Demikian juga dengan keganasan, biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut yang
telah berkomplikasi pada organ lainnya.
Exudat ialah cairan patologis yang berasal dari proses radang rongga serosa :
Pleura
Peritonium
Pericardinal
Sendi
Ciri-ciri Transudat dan Eksudat
Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :
1.cairan jernih
2. encer
3. kuning muda
4. berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018
5. tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)
6. kadar protein kurang dari 2,5gr/dl
7. kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah
8. jumlah sel kecil dan bersifat steril
Ciri-ciri exudat spesifik, yaitu :
1. keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid, dsb)
2. lebih kental
3. warna bermacam-macam
4. berat jenis lebih dari 1018
5. sering ada bekuan (oleh fibrinogen)
6. kadar protein lebih dari 4,0gr/dl
7. kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma
8. mengandung banyak sel dan seringa ada bakteri
Jenis-Jenis Eksudat
Jenis-jenis eksudat terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Eksudat non seluler,
87
Eksudat non seluler terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang
terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling
sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang
bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang
bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang
paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
Eksudat fibrinosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang
terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling
sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang
bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang
bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang
paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
Eksudat musinosa (eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat
sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat
lain karena eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari
aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat
musin merupakan percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang
paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi
pemafasan bagian atas.
b. Eksudat Seluler
Eksudat seluler terdiri dari:
Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama
terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga
bagian cairan dan protein kurang mendapat perhatian.Eksudat neutrofil semacam
ini disebut purulen.Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi
bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa
tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan
88
enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya.Dalam keadaan ini enzim-enzim
hidrolisis neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya dan
mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di
bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebutpus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.
Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini
dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang
terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang
terdiri dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
Cara Memperoleh Bahan
Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb)
didapat dengan mengadakan pungsi.Karena tidak dapat diketahui terlebih dahulu
apakah cairan itu berupa transudat atau exudat, haruslah pertama-tama syarat
bekerja steril didindahkan dan kedua untuk menyediakan
antikoagulans.Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa
juga penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium
citrate 20% atau heparinsteril.
Pemeriksaan transudat dan eksudat
Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. pemeriksaan makroskopis
b. pemeriksaan mikroskopis
c. pemeriksaan kimia
d. pemeriksaan bakterioskopi
a. Pemeriksaan makroskopis
Jumlah
89
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi.Jika semua cairan
dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu,
merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat,
darah yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning,
chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya
kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih
melalui kuning sampai merah darah sesuaidengan causa peradangan dan beratnya
radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna
transudat.
Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat
keruh.Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada
kekeruhan.Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu
dijelaskan lebih lanjtu sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent,
serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.
Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat
menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti
bubur.Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali
kalau terjadi pembusukan protein.Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli
mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjainya bekuan. Penetapan ini
penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup,
penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya
memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut
memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.
90
Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping,
sanagat halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada
exudat.Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan
dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu
mendatangkan manfaat. Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan
setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate
20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.
Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain
seperti sel mesotel, sel plasma, dbs) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali
dilakukan karena tidak bermakna.
1. Menghitung jumlah leukosit
Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah
leukosit, tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau agak
keruh saja..
Pada cairan jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah
leukosit dalam darah ataupun pengenceran seperti dipakai untuk menghitung
jumlah leukosit dalam cairan yang agak keruh, pilihlah pengenceran yang sesuai.
Bahan pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan turk karena
larutan turk itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.
Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500
sel/ul.Semakin tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut
bersifat eksudat.
2. Menghitung jenis sel
Menghitung jenis sel biasanya membedakan dua golongan jenis sel, yaitu
golongan yang berinti satu yang digolongkan dengan nama “limfosit” dan
golongan sel polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit ikut trhitung
limfosit, sel-sel mesotel, sel plasma, dsb.
Perbandingan banyak sel dalam golongan-golongan itu memberi petunjuk kea rah
jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.
91
Cara :
Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lain tergantung sifat cairan itu:
Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel,
pusinglah 10-15 ml bahan, cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan
beberapa tetes serum penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu
Klalau cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung
memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai
untuk membuat sediaan tipis
Pulaslah sediaan itu dengan Giemsa atau Wright
Lakukanlah hitung jenis atas 100-300 sel, hitung jenis itu hanya membedakan
“limfosit” dari “segment” seperti yang telah diterangkan
Catatan :
Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang yang menyertai
proses radang akut hamper semua sel beupa segment. Semakin tengan proes itu
semakin bertambah “limfosit”nya, sedangkan radang dan rangsang menahun
menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
Pemeriksaan sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal, teristimewa sel-sel ganas
sangat penting. Sitodiagnostik semacam itu tidak dapat dilakukan dengan cara
seperti diatas, melainkan mewajibkan tehnik khusus menurut Papanicolaou.
Meskipun tehnik Papanicolaou tidak diterngkan disini, perlu diketahui bahwa
bahan yang diperoleh tidak noleh membeklu, proses pembekuajn hendaknya
dicegah dengan menggunakan EDTA atau heparin.
Pemeriksaan mikroskopis didapatkan sel leukosit jenis mononuklear lebih
dominan dibandingkan polimorponuklear baik pada jenis transudat maupun
eksudat. Ini menunjukkan proses perlangsungan penyakit bersifat kronis.
c. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam
cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai
susunan yag praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan
globulin-globulin. Transudat mempunyai kadar glukosa sama seperti plasma,
sedangakan exudat itu megandung banyak leukosit.
92
Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja, dalam transudat
kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam exudat kadar
protein itu 4-6 gr/dl atau lebih tinggi lagi.
Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan transudat
dari exudat dengan cara yang amat sederhana.
Cara:
ke dalam silinder 100 ml dimsukkan 100 ml aquadest.
tambahkan 1 tetes asam acetate glacial dan campurkanlah.
teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan
kira-kira 1 cm dari atas permukaan.
perhatikanlah tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang
mengandung asam acetat. Ada tiga kemungkinan, yaitu :
tetesan itu bercampur dengan larutan asam acetate tanpa menimbulkan
kekeruhan sama sekali, hasil test adalah negative.
tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sanagt ringan seripa kabut
halus, hasil test positif lemah.
tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal ataudalam
keadaan extreme satu presipitat yang putih, hasil test positif.
Catatan :
Cara ini berdasarkan seronucin yang terdapat dalam exudat, tetapi tidak dalam
transudat. Percobaan ini hendaknya dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan
hasil yang dapat diandalkan.
Hasil positif didapat pada cairan yang bersifat exudat, transudat biasanya
menjadikan test ini positif lemah. Kalau transudat sudah beberapa kali dipungsi,
maka transudat pun mungkin menghasilkan kekeruhan serupa dari exudat juga.
Cairan rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau exudat dalam arti
kata klinik, menghasilkan test negative.
Kadar Protein
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik
dalam membedakan transudat dari exudat. Kadar protein dalam transudat biasanya
93
kurang dari 2,5 gr/dl sedangkan exudat berisi lebih dari 4gr/dl cairan. Penetapan
ini tidak memerlukan cara yang teliti.
Cara:
tetapkan lebih dahulu berat jenis cairan itu.
kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran -10 kali, kalau
berat jenis lebih dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali.
lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah diencerkan
itu, dalam memperhitungkan hasil terakhir ingatlah pengenceran yant tadi dibuat.
Catatan :
Cara Esbach cukup teliti untuk dipakai dalam klinik. Pengenceran yang diadakan
itu bermaksud agar kadar protein dalam cairan yang diencerkan mendekati nilai
4gr/liter, ialah kadar yang memberi hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan
memakai rumus :
(berat jenis – 1,007) x 343 = gr protein /100 ml cairan
Perhitungan itu:
- b.d. 1,010 sesuai dengan 1 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,025 sesuai dengan 26 gr protein per 100 ml
Dalam rumus dan perhitungan diatas berat jenis air sama dengan 1,000.
Zat Lemak
Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan
chylus.Dalam exudat mungkin didapat zat lemak disebabkan oleh karena dinding
kapiler dapat ditembus olehnya. Keadaan itu sering dipertlikan dengan proses
tuberculosis.
Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa dengan susu. Dalam hal itu
mengetahui apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat lain.
Cara :
berilah larutan NaOH 0,1 N kepda cairan sehingga menjadi lindi.
lakukanlah extraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh chylus.
94
jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh lecithin dalam
keadaan emulsi. Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sbb, yaitu :
encerkanlah cairan itu 5x dengan etil alkohol 95%
panasilah berhati-hati dalam bejana air, kalau cairan itu menjadi jernih,
putihnya disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya
teruskanlah percobaan
saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih panas
filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai volume menjadi
besar semula (sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan menjadi dingin lagi
kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti, kekruhan itu bertambah
kalau diberi sedikit air
d. Pemeriksaan Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah
menurut Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.
Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas
kaca objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%.
Tutup dengan kaca penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan
mikroskop.
TUGAS / LATIHAN
PENUTUP
95
serta buih. Urin atau air seni adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi
DAFTAR PUSTAKA
KEGIATAN BELAJAR 1
1. A
2. B
3. D
4. B
5. C
KEGIATAN BELAJAR 2
1. D
96
2. B
3. D
4. C
5. A
KEGIATAN BELAJAR 3
1. C
2. D
3. B
4. B
5. A
KEGIATAN BELAJAR 4
1. C
2. B
3. B
4. A
5. C
KEGIATAN BELAJAR 5
1. Pemeriksaan biliruibin pada urin.
2. Hijau
3. 1 Ml
4. Rak tabung,Tabung reaksi,Pipet ukur,Beker glass,Pipet tetes,Bola
hisap
KEGIATAN BELAJAR 6
1. Pemeriksaan glukosa pada urin.
2. Merah
3. (+)(+)(+)(+)
4. Rak tabung,Tabung reaksi, Pipet uku, Beker glass, Pipet tetes,
Bola hisap
KEGIATAN BELAJAR 7
1. Pemeriksaan keton pada urin.
97
2. Ungu
3. 5 mL
4. Rak tabung, Tabung reaksi, Pipet ukur, Beker glass, Pipet tetes,
Bola hisap
KEGIATAN BELAJAR 8
1. Pemeriksaan mikroskopis pada urin.
2. Centrifuge
3. 3000 rpm
4. Rak tabung, Tabung reaksi, Pipet ukur, Beker glass,Pipet tetes,
Bola hisap, Deck glass, Objek glass, Centrifuge, Mikroskop
KEGIATAN BELAJAR 9
1. A
2. D
3. B
4. D
5. C
KEGIATAN BELAJAR 10
1. A
2. D
3. B
4. D
5. C
KEGIATAN BELAJAR 11
1. A
2. B
3. D
KEGIATAN BELAJAR 12
1. Tahapan pembentukan spermatozoa
Kelas a: sperma yang berenang maju dengan cepat dalam garis
lurus seperti peluru kendali.
98
Kelas b: sperma yang berenang maju tetapi dalam garis
melengkung atau bergelombang, atau dalam garis lurus tetapi
lambat.
Kelas c: sperma yang menggerakkan ekornya tetapi tidak melaju.
Kelas d: sperma yang tidak bergerak sama sekali.
99
2. Eksudat non seluler terbagi menjadi 2 macam, sebutkan dan
jelaskan!!
Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari
cairan dan zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit.
Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat
serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang
bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh
eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
Eksudat fibrinosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan
dan zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis
eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat
serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang
bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat
serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
100