Anda di halaman 1dari 42

PERSETUJUAN TINDAKAN

MEDIK
(INFORMED CONSENT)

dr. Andi Amirah Shaleha, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
SEJARAH

Kasus Slater vs Baker Stapleton, 1767 (kasus yang pertama di
Inggris) “ Dr harus memperoleh ijin Pasien dahulu sebelum
melakukan tindakannya”


Kasus Schoendorff vs Society of the New York Hospital, 1914
(kasus yang pertama di USA)
“Setiap manusia dewasa dan berakal sehat, berhak untuk
menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya
sendiri; dan seorang Dr Ahli Bedah yang melakukan suatu
operasi tanpa persetujuan pasiennya > dapat dipersalahkan
telah melakukan suatu pelanggaran untuk mana ia harus
bertanggung jawab atas segala kerugian”

Di Indonesia, Kasus Muhidin di Sukabumi merupakan
tonggak perkembangan Doktrin Informed Consent
yang diikuti dengan keluarnya Fatwa IDI tahun 1988
dan Permenkes tahun 1989 (diperbaharui tahun
2008)
DASAR HUKUM

  UU nomor 23 thn 1992 tentang Kesehatan

  UU. nomor 29 thn 2004 tentang Praktik Kedokteran


Nomor

  PP. nomor 32 thn 1996 tentang Tenaga Kesehatan

  PERMENKES No. 290/MENKES/PER/III/ 2008 tentang


Persetujuan Tindakan Kedokteran
INFORMED CONSENT
INFORMED = Mendapat informasi
CONSENT = Persetujuan

“ Pernyataan setuju atau izin dari seseorang
(pasien ) yang diberikan dengan bebas,
rasional tanpa paksaan tentang tindakan
yang dilakukan terhadapnya sesudah
mendapat informasi cukup tentang
tindakan kedokteran yang dimaksud “

PENGERTIAN

Pernyataan setuju atau izin dari seseorang
(Pasien/ yg sah mewakili) diberikan secara
bebas, rasional tanpa paksaan tentang
tindakan yang dilakukan terhadapnya
setelah mendapat informasi cukup
tentang tindakan kedokteran yang akan
dilakukan

PENGERTIAN

Merupakan proses sekaligus hasil dari
suatu komunikasi yang efektif antara
pasien dengan dokter/gigi dan bukan
sekedar penanda tanganan formulir
persetujuan
PENGERTIAN
suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas
upaya medis yang akan dilakukan dokter
terhadap dirinya, setelah pasien
mendapat informasi dari dokter mengenai
upaya medis yang dapat dilakukan untuk
menolong dirinya, disertai informasi
mengenai segala resiko yang mungkin
terjadi
TUJUAN
  melindungi pasien terhadap segala tindakan
medik yang akan dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien.
Misalnya hendak dilakukan prosedur medik yang
sebenarnya tidak perlu dan tanpa dasar mediknya
  memberikan perlindungan hukum kepada dokter
terhadap akibat yang tidak terduga dan bersifat
negatif
PERTANYAAN
  M e n g a p a i n f o r m e d c o n s e n t
merupakan syarat terjadinya ?
  K a p a n p a s i e n d i a n g g a p t e l a h
memberikan informed consent ?
  Bagaimana dokter mengetahui
bahwa pasien ybs telah memberikan
informed consent tsb ?
PERMASALAHAN

  Informasi apa yang harus diberikan
  apakah pemberian informasi mutlak harus diberikan
kepada pasien secara pribadi atau boleh kepada anggota
keluarga
  siapa yang harus menanda tangani surat persetujuan
  apakah dokter harus turut menanda tangani
  apakah diperlukan saksi untuk menandatangani
  apakah resiko dan akiobat yang penting saja harus diberi
tahu
  apakah pemberian informasi harus diberikan secara terus
menerus, transparan, terbuka seluruhnya atau boleh
mengandung unsur-unsur yang agak menenteramkan dan
menenangkan perasaan pasien ?
BENTUK INFORM CONSENT

1. Dengan pernyataan (express)
  secara lisan (oral)
  secara tertulis (written)
2. Dianggap diberikan tersirat (implient or incit
consent)
  Misalnya pasien datang ke poliklinik untuk berobat,
dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan
stetoskop, pengukuran tekanan darah ,
pengambilan darah di laboratorium
  Pasien datang ke UGD dengan luka akibat KLL
dilakukan penjahitan luka
 Semua tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan
 Persetujuan dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan
  Persetujuan diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan yang diperlukan tentang
perlunya tindakan kedokteran dilakukan.
DASAR HUKUM PERSETUJUAN
TINDAKAN KEDOKTERAN

  UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


  UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
  Peraturan Menteri Kesehatan No. 290/Menkes/
Per/ III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
HUBUNGAN HUKUM DOKTER DENGAN PASIEN
TRANSAKSI TERAPEUTIK

DOKTER PASIEN

PRODUSEN OBYEK KONSUMEN


JASA UPAYA YANKES JASA

HAK-HAK & HAK-HAK &


CERMAT
KEWAJIBAN KEWAJIBAN
HATI-HATI
DOKTER PASIEN

SALING
BERKOMUNIKASI

SURAT
- INFORMED CONSENT
- MEDICAL RECORD (RM)
HAK PASIEN
(Pasal 52 UUPK)
  Mendapat penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis
  Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
  Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medis

  Menolak tindakan medis


  Mendapatkan isi rekam medis
PASAL 45 AYAT (1) UUPK

Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi


yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
terhadap pasien harus mendapat persetujuan
PENGECUALIAN DALAM PENJELASAN PASAL 45
AYAT (1) UUPK :

 Dalam keadaan gawat darurat dan pasien tidak


sadar tidak diperlukan persetujuan, persetujuan
diminta setelah sadar
 Dalam keadaan gawat darurat, pasien anak dan
tidak ada keluarga maka diminta setelah keluarga
datang
 Persetujuan diminta dari yang mengantar bila pasien
tidak sadar dan tidak ada keluarganya.
PERSETUJUAN DIBERIKAN OLEH :
  Pasien; atau
  Keluarga terdekat; suami atau isteri, ayah atau ibu
kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara
kandung atau pengampunya
(Penjelasan Pasal 45 (1) UUPK)

Pertanyaan :
- Bagaimana terhadap anak dalam perwalian
PERSETUJUAN DIBERIKAN OLEH :
  Wali -à orang yang secara hukum dianggap sah mewakili
kepentingan orang lain yang tidak kompeten (pasien tidak
kompeten)

  pengampu: orang/ badan yang ditetapkan pengadilan


sebagai pihak yang mewakili kepentingan seseorang tertentu
yang dinyatakan berada dibawah pengampuan (curatele)

  competence:
cakap untuk menerima informasi, memahami,
menganalisisnya dan menggunakannya dalam membuat
persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran/gigi
PERSETUJUAN TIDAK DIPERLUKAN PADA :

1.  pasien tidak sadar/ pingsan,tidak ada keluarga


terdekat secara medik berada dalam keadaan
gawat darurat yang memerlukan tindakan
medik segera untuk kepentingannya
2.  tindakan medik yg harus dilaksanakan sesuai
dengan progam pemerintah dimana tindakan
medik tersebut untuk kepentingan masyarakat
banyak.
3.  Bila pasien sadar, baru diberi tahu dan
dimintakan persetujuannya dengan
penjelasanyang logis
  Pasal 4 Permenkes 290/2008: dalam
keadaan gawat darurat, untuk
menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran
  Pasal 1354 KUHPer > Zaakwaarneming
PEMBATALAN
  Pembatalan persetujuan atau menarik
persetujuan dapat dilakukan sebelum dimulainya
tindakan
  Yang mengajukan pembatalan/penarikan
persetujuan oleh yang mengajukan
  Risiko atas pembatalan/penarikan persetujuan
adalah tanggung jawab yang membatalkan
PENJELASAN
Penjelasan tindakan kedokteran sekurang-kurangnya
mencakup:
1.  Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
2.  Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
3.  Alternatif tindakan lain dan risikonya
4.  Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5.  Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
6.  Perkiraan pembiayaan
A. PENJELASAN DIAGNOSIS
MELIPUTI :
  Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga
saat tersebut
  Penyakitnya bila belum, sekurang-kurangnya
diagnosis kerja & banding
  Indikasi atau klinis pasien membutuhkan tindakan
kedokteran
  Prognosis apabila dilakukan atau tidak dilakukan
tindakan
B. Tujuan Tindakan Kedokteran dilakukan,
meliputi :

1.  Preventif, diagnostik, terapeutik, atau rehabilitatif


2.  Tatacara dilakukan tindakan, efek samping atau
ketidak nyamanan
3.  Alternatif tindakan baik kelebihan atau kekurangan
bila tidak
4.  Perluasan tindakan
C. RISIKO DAN KOMPLIKASI, MELIPUTI :

1.  Yang sudah menjadi pengetahuan umum


2.  Dampak yang berat dan ringan
3.  Risiko dan komplikasi yagn tidak dapat
dibayangkan sebelumnya
D . PROGNOSIS MELIPUTI :

1.  Hidup matinya (ad vitam)


2.  Fungsinya (as functionam)
3.  Kesembuhan (ad sanationam)
PENJELASAN DIBERIKAN HARUS MEMPERHATIKAN :

1. Secara lengkap
2. Bahaya yang mudah dimengerti
3. Cara-cara lain yang mudah dipahami
PENJELASAN DIBERIKAN
OLEH :
1.  Dokter atau dokter gigi yang merawat pasien
2.  Salah satu dokter atau dokter gigi yang ditunjuk bila
dalam satu tim yang amerawat pasien
3.  Bila berhalangan pada poin 1 dan 2, maka ditunjuk dokter
atau dotker gigi lain yang berkelompok
4.  Tenaga kesehatan tertentu dalah tenaga kesehatan yang
ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung
kepada pasien, dapat membantu memberikan
penjelasan sesuai dengan kewenangannya
SITUASI KHUSUS

  Tindakan penghentian/penundaan
bantuan hidup (withdrawing/withholding
life support) pada seorang pasien harus
mendapat persetujuan keluarga terdekat
pasien, setelah mendapat penjelasan oleh
tim dokter.
  Persetujuan diatas dibuat secara tertulis
  Penolakan persetujuan tindakan kedokteran
dapat dilakukan/dibuat secara tertulis,
sepanjang itu persetujuan secara tertulis
  Akibat penolakan menjadi tanggung jawab
pasien
  Penolakan tindakan kedokteran tidak
memutuskan hubungan dokter dengan pasien
PENJELASAN TENTANG PROGNOSIS

  Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam)


  Prognosis tentang fungsinya (ad functionam)
  Prognosis tentang kesembuhan (ad sana tionam)
 Pelaksanaan persetujuan tindakan
kedokteran perlu ditopang dengan
pencatatan yang benar dan akurat dalam
lembar catatan di catatan rekam medis
TUGAS PERAWAT DALAM KAITAN INFORM
CONSENT


  memeriksa sebelum operasi / tindakan medik
dilakukan
  jika belum ada maka perawat menanyakan apakah
sudah diberi penjelasan oleh dokter atau belum.
  Apabila belum à perawat segera nmenghubungi
dokter atau penanda tangan ditunda dahulu
Pasal 45
(1) Setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien
harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekurang-kurangnya mencakup :
v diagnosis da ntata cara tindakan medis;
v tujuan tindakan medis yang dilakukan;
v alternatif tindakan lain dan risikonya;
v risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi ; dan
v prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.


(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
yang mengandung risiko tinggi harus diberikan
dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh yang berhak memberikan persetujuan.

(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan
Menteri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai