Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PRINSIP – PRINSIP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


DOSEN PENGAMPU : INDRA BANGSAWAN, M.Pd

Disusun Oleh : NURASIAH

Nim :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

IAI AR-RISALAH SUNGAI GUNTUNG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam senantias kami panjatkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW.
Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dra. Nadlifah, M.Pd selaku dosen
pembimbing, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan dan
menerima kritik setra saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

Yogyakarta, 3 Maret 2016

Penulis 

DAFTAR ISI
Halaman Judul 
Kata Pengantar
Daftar Isi 
BAB I PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Prinsip-prinsip Teoritis PAUD
B.     Prinsip-prinsip Praktis PAUD
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     B. Saran 
DAFTAR PUSTAKA

2
                                                                  BAB I
PENDAHULUAN

A.    LARAT BELAKANG

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan wilayah pembahasan yang sangat luas dan
semakin menarik. Karena usia dini merupakan awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, sebab pendidikan anak usia dini merupakan fondasi bagi dasar
kepribadian anak.
Ditinjau dari perkembangan otak manusia, tahap perkembangan otak anak usia dini
menempati posisi yang paling vital, yakni meliputi 80% perkembangan otak. Perkembangan otak
manusia 50% dicapai pada usia 4 tahun, 80 % dicapai hingga usia 8 tahun dan selebihnya
diproses hingga usia 18 tahun. Dengan demikian usia 0-8 tahun memegang peranan yang sangat
besar karena perkembangan otak mengalami lompatan dan berjalan demikian pesat. Oleh karena
itu usia dini disebut juga “golden age” atau usia emas, karena perkembangannya yang luar biasa.
Masyarakat makin menyadari betapa pentingnya pendidikan anak usia dini. Hal ini
nampak dengan berkembangnya tempat pendidikan anak usia dini formal, informal dan non-
formal, dalam bentuk tempat penitipan, kelompok bermain, taman bermain dan taman kanak-
kanak. Dengan beegitu pendidikan anak usia dini dapat dijadikan bekal untuk keberhasilan anak
dimasa mendatang.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip Teoritis dalam pembelajaran PAUD?
2.      Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip Praktis dalam pembelajaran PAUD?

C.    TUJUAN

1.      Mengetahui prinsip-prinsip Teoritis dalam pembelajaran PAUD.


2.      Mengetahui prinsip-prinsip Praktis dalam pembelajaran PAUD.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Prinsip-Prinsip Teoritis Dalam Pembelajaran PAUD


Para pakar pendidikan anak usia dini terutama Wilhem (1782-1852), Maria Montessori
(1869-1952) dan Steiner (1861-1925) mengembangkan teori dan praktisinya di zamannya
masing-masing,yang kemudian oleh Tina Bruce (1987)[1] dirangkum dalam sepuluh prinsip
pendidikan anak usia dini sebagai berikut:
1.      Usia anak adalah sebagian dari kehidupan secara keseluruhan, merupakan masa persiapan untuk
menghadapi kehidupan yang akan datang.
2.      Fisik, mental dan kesehatan sama pentingnya dengan berfikir maupun aspek psikis (spiritual).
Oleh karena itu keseluruhan (holistis) aspek perkembangan anak merupakan pertimbangan yang
sama pentingnya.
3.      Pembelajaran pada usia dini saling terkait, tidak dapat dipisahkan.
4.      Motivasi intrinsik (motivasi dari dalam diri) anak akan menghasilkan inisiatif sendiri (self
directed activity) yang sangat bernilai.
5.      Program pendidikan pada anak usia dini perlu menekankan pada pentingnya sikap disiplin
karena sikap tersebut dapat membentuk watak dan kepribadiannya.
6.      Masa peka (0-3 tahun) untuk mempelajari sesuatu pada tahap perkembangan tertentu, perlu
diobservasi lebih detail.
7.      Tolak ukur pembelajaran hendaknya bertumpu pada hal-hal atau kegiatan yang telah mampu
dikerjakan anak, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan anak.
8.      Suatu kehidupan terjadi dalam diri anak (innerlife) khususnya pada kondisi yang menunjang.
9.      Orang-orang sekitar dalam berinteraksi pada anak merupakan hal yang penting karena mereka
secara otomatis menjadi guru yang terbaik.
10.  Pada hakikatnya, pendidikan anak usia dini merupakan interaksi antara anak, lingkungan, orang
dewasa dan pengetahuan.

B.     Prinsip-Prinsip Dalam Praktis Pembelajaran PAUD


Salah satu pilar konsep dasar PAUD adalah prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran.
Terdapat tigabelas prinsip pelaksanaan pembelajaran PAUD:
1.      Berorientasi Pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran anak harus berorientasi pada kebutuhan anak. Menurut Maslow,
kebutuhan manusia terdapat tujuh tingkatan yang tersusun secara hierarki, yakni: kebutuhan
fisik, keamanan, kasih sayang, harga diri, kognisi, estetika dan aktualisasi diri. Kebutuhan
mendasar bagi anak adalah kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian dan lain-lain). Kebutuhan
berikutnya adalah keamanan (aman, nyaman, terlindung dan bebas dari bahaya). Berikutnya
adalah kasih sayang (dimengerti, dikasihi dan dihargai ). 

4
Orientsi belajar anak usia dini bukan untuk mengejar prestasi, seperti kemampuan membaca,
menulis, berhitung dan pengetahuan lain yang sifatnya akademis. Namun orientasi belajar yang
sesungguhnya adalah mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan
kemampuan dasar anak.[2]
2.      Pembelajaran Anak Sesuai Dengan Perkembangan Anak
Pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan perkembangan anak, baik usia maupun
kebutuhan individual anak. Setiap anak berbeda perkembangannya dengan anak lain, ada yang
cepat ada yang lambat. Oleh karena itu, guru harus memahami kebutuhan khusus atau kebutuhan
individu anak. Akan tetapi didasari pula pada faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat diubah
dalam diri anak yaitu faktor genetis. Oleh karena itu, PAUD diarahkan untuk memfasilitasi
setiap anak dengan lingkungan dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat berkembang
sesuai kapasitas genetisnya.[3]
3.      Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
Ukuran kecerdasan anak bukan pada kemampuan kognitif (calistung), melainkan pada
kematangan emosi. Dengan demikian meskipun anak telah mampu membaca, menulis dan
berhitung dengan baik, belum tentu anak tersebut cerdas. Justru sebaliknya, ada kemungkinan
stimulasi yang berlebihan untuk pengembangan kognitif, sehingga pengembangan kecerdasan
yang lain (linguistic, kinestetik, interpersonal dan seterusnya) menjadi terabaikan.
4.      Belajar Melalui Bermain
Bermain adalah salah satu pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan untuk anak usia
dini. Dengan menggunakan setrategi, metode, bahan dan media yang menarik, permainan dapat
diikuti anak secara menyenangkan. Melalui permainan anak dapat diajak bereksplorasi,
menemukan dan memanfaatkan benda-benda disekitarnya. 
5.      Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini 
Pembelajaran anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang konkret ke
yang abstrak, dari sederhana ke yang kompleks dan dari diri sendiri ke lingkungan sosial. 

6.      Anak Adalah Peserta Didik Aktif


Pembelajaran ditujukan untuk membangkitkan anak untuk turut berpartisipasi secara aktif dalam
proses belajar. Anak adalah subjek dan pelaku utama dalam proses pendidikan, bukan objek.
Tugas guru menciptakan situasi dan kondisi belajar sehingga anak termotifasi dan muncul
inisiatif untuk berperan secara aktif. Anak bukan hanya pendengar dan pengamat, melainkan
pelaku utama, sedangkan guru adalah pelayan dan pendamping utama.[4]
7.      Interaksi Sosial Anak
Anak sangat membutuhkan interaksi, ketika anak berinteraksi dengan orang dewasa, orang tua,
guru dan teman sebayanya maka anak tersebut akan belajar. Tanpa belajar bahasa, pada usia 4-5
tahun ia telah mempunyai kosakata lebih dari 14.000 kosa kata. 
8.      Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan
memperhatikan keamanan dan kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui
bermain. Artinya lingkungan belajar harus bebas dari benda-benda tajam yang dapat mengancam
keselamatan anak termasuk bahan mainan dan cat pewarna yang tidak menimbulkan iritasi pada
kulit saat digunakan.setting ruangan yang aman juga diperlukan untuk melakukan gerakan
atraktif, termasuk memenjat meja dan kursi guna mengambil permainan.
9.      Merangsang Kreatifitas Dan Inovasi

5
Kegiatan pembelajaran di PAUD harus merangang daya kreatifitas dengan tingkat inovasi tinggi.
Proses kreatifitas dan inofasi dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik,
membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-
hal yang baru.

10.  Mengembangkan Kecakapan Hidup


Berbagai kecakapan dilatih agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh dan
memiliki kepribadian atau akhlak mulia, cerda, terampil, mampu bekerja sama dengan orang
lain, mampu hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengembangkan kecakapan hidup
dapat dilatih dengan proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk
menolong diri sendiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan memperoleh bekal ketrampilan dasar
yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
11.  Memanfaatkan Potensi Lingkungan
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan sekitar atau bahan-bahan yang
disiapkan pendidik, termasuk bahan-bahan untuk membuat permainan eduktif. Bahan bekas yang
berserakan dilingkungan sekitar dapat dikelola secara kreatif kemudian diolah secara inovatif
menjadi permainan yang edukatif yang dapat memicu rasa ingin tahu anak.
12.  Pembelajaran Sesuai Dengan Kondisi Sosial Budaya
Kegiatan atau pembelajaran anak usia dini harus sesuai dengan sosial budaya dimana anak
tersebut berada. Berbagai objek yang ada disekitar anak, kejadian dan isu-isu yang menarik dapat
diangkat sebagai tema persoalan belajar. 
13.  Stimulasi Secara Holistik
Kegiatan pembelajaran anak usia dini harus bersifat terpadu dan holistik. Anak tidak boleh hanya
dikembangkan kecerdasan tertentu saja, seperti IPA, matematika, bahasa secara terpisah tetapi
berintegrasi pada satu kegiatan. Misalnya melalui bermain air, anak dapat belajar berhitung
berhitung (matematika), mengenal sifat-sifat air (IPA) menggambar (seni) dan seterusnya.
Dengan demikian setiap permainan dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya. 

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN 
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam kegiatan belajar dan mengajar
tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, tetapi harus menggunakan prinsip-prinsip belajar
agar bisa bertindak secara tepat dan dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk
menunjang belajar siswa. Pembelajaran sambil bermain yang didalamnya mengandung makna,
aktif, menyenangkan dan tanpa paksaan dapat mengembangkan potensi sesuai karakteristik anak.

B.     SARAN
Sebagai calon pendidik kita harus mengetahui dan memahami prinsip-prinsip
pembelajaran pada anak, karena dengan memahami prinsip tersebut, pendidik akan lebih mudah
menentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pembelajaran.

6
DAFTAR PUSTAKA

Rahman.Hibana S,2002,konsep dasar pendidikan anak usia dini,yogyakarta:PGTKI press

Suyanto.slamet,2005,dasar-dasar pendidikan anak usia dini,yogyakarta:hikayat


publishing

Anda mungkin juga menyukai