Anda di halaman 1dari 14

KHIYAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah


Dosen pengampu:H.Ali As’ad, S.Sy., S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun oleh :
ROBETH SHOFHAL JAMIL (191310004250)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’
JEPARA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya diserahkan kepada AllahSWT. Yang telah mensyariatkan
hukum islam kepada umat manusia. Shalawat dan salam, semoga Allah
melimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pembawa syariat islam
untuk diimani, dipelajari, dan dihayati serta diamalkan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam jual beli, menurut agama islam di bolehkan memilih, apakah akan
meneruskan jual beli atau membatalkannya. Karena terjadi suatu hal. Dan iniah
yang dinamakan khiyar (pilihan).
  Dalam makalah ini dibahas tentang persoalan-persoalan yang berkenaan
dengan khiyar. Hubungan tersebut dapat berupa kebendaan (muamalah madiyah)
ataupun tata kesopanan (muamalah adabiyah). Terlebih, dalam amal perbuatan dan
kegiatan hidup sehari-hari.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
semoga amal baik dan sumbangsih mereka diterima oleh Allah sebagai amal
shaleh. Amiin  

JEPARA, 20 OKTOBER 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... I

DAFTAR ISI………………………………………………………. II

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH……………………...1

B. RUMUSAN MASALAH………………………………...1

C. TUJUAN PEMBAHASAN………………………………1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………..2

A. PENGERTIAN KHIYAR……………………………….2

B. DASAR HUKUM KHIYAR………………………….....2

C. MACAM-MACAM KHIYAR…………………………..3

BAB III PENUTUP……………………………………………….10

A. KESIMPULAN………………………………………....10

B. SARAN…………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu fiqih ada beberapa hal yang penting untuk dikatahui
dan untuk dipelajari salah satunya adalah mempelajari muamalah dan cabang–
cabang nya serta hukum yang terkandung didalamnya. Karena dengan
mempelajari ilmu fiqih maka dapat membantu seseorang dapat memahami apa itu
muamalah dalam kehidupan sehari-hari dan secara sempurna.
Dalam islam pada hakikatnya rasulullah saw. Diutus ke atas muka bumi
adalah sebagai uswat al-hasanat dan rahmat lil-alamin. Semua sunnah rasulullah
saw menjadi panduan utama setelah alquran bagi berbagai aspek kehidupan
manusia terutama aspek pendidikan. Dan salah satu yang dapat terlihat pada diri
rasulillah saw adalah ketika berhijrah ke madinah, dan salah satu da’wah
rasulullah saw. Adalah di pasar. Yang mana pasar itu ditempati para penjual dan
pembeli. Maka dari ada nya penjual dan pembeli di pasar tersebut, maka terjadilah
transaksi jual beli yang melibatkan istilah pilihan terhadap barang yang akan di
perjual belikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan arti khiyar dan dan dalilnya
2.      Menjelaskan macam- macam khiyar
3.      Menjelaskan tata cara khiyar
C.    Tujuan
1.      Memahami pengertian khiyar dan dasar hukum khiyar
2.      Mengetahui dan menjelaskan macam-macam khiyar
3.      Menegetahui dan menjelaskan tata cara khiyar

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khiyar
Khiyar artinya “boleh memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau
mengurugkan (menarik kembali, tidak jadi dijula beli)”.
Diadakan khiyar oleh syara’ agar kedua orang tadi yang berjual beli dapat
memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan tejadi
penyesalan dikemudaian hari lantaran merasa tertipu.1
Secara etimologi, khiyar artinya: Memilih, menyisihkan, dan menyaring.
sedangkan secara terminologi khiyar yaitu pemilihan di dalam melakukan akad
jual beli apakah mau meneruskan akad jual beli atau mengurungkan/ menarik
kembali kehendak untuk melakukan jual beli.2
B. Dasar Hukum Khiyar

Adapun dasar hukum terkait dengan hak khiyar dalam jual-beli tersebut
adalah sebagai berikut:

Dari Ibnu Umar Ra, dari Rasulullah Saw bersabda, “Apabila dua orang
melakukan jual beli, maka masing-masing dari keduanya mempunyai hak khiyar
(memilih antara membatalkan atau meneruskan jual beli) selama mereka belum
berpisah atau masih bersama; atau jika salah seorang di antara keduanya
menentukan khiyar kepada yang lainnya. Jika salah seorang menentukan khiyar
pada yang lain, lalu mereka berjual beli atas dasar itu, maka jadilah jual beli itu.
Jika mereka berpisah setelah melakukan jual beli dan masing-masing dari
keduanya tidak mengurungkan jual beli, maka jadilah jual beli itu.” (Muttafaq
Alaih, dan lafadz hadis ini menurut riwayat Muslim).

1
Sulaiman Rasjid. 2002. FIQH ISLAM. Bandung: Sinar Baru Algesindo, hal. 286

2
Sudarsono. 2001. Pokok – Pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 406

2
C. Macam-macam Khiyar
Dalam pembahasan tentang khiyar, dibedakan antara khiyar yang bersumber
dari kedua belah pihak yang berakad, seperti khiyar syarat, khiyar ta’yin.
Sedangkan khiyar yang bersumber dari syara’, seperti khiyar al-‘aib, khiyar
ru’yah, dan khiyar majlis. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah khiyar yang disyaratkan oleh salah satu penjual atau
pembeli setelah akad selama masa yang ditentukan, walaupun sangat lama.
Apabila ia berkehendak, ia bisa melanjutkan transaksi atau membatalkannya
selama waktu tersebut, khiyar ini boleh disyaratkan oleh kedua belah pihak yang
bertransaksi secara bersamaan. Juga boleh disyaratkan oleh salah satu dari
keduanya.3 Khiyar syarat artinya itu dijadikan syarat sewaktu aqad oleh keduanya
atau salah seorang, seperti kata si penjual “ Saya jual ini dengan harga sekian
dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau kurang dari tiga hari. 4Dapat kita
simpulkan bahwa Khiyar Syarat adalah hak pilih yang ditetapkan bagi salah satu
pihak yang berakad atau keduanya untuk meneruskan atau membatalkan jual beli,
selama tenggang waktu yang ditentukan.

Dasar hukum khiyar syarat adalah hadits-hadits berikut ini :

Hadits yang diriwatkan dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda,

‫كل ا لبيعين ال بيع بينهما حتي يتفر قا إ ال بيع ا لخيا ر‬

Artinya : “ Masing-masing penjual dan pembeli, belum terjadi jual-beli di antara


keduanya sebelum mereka berpisah, kecuali jual-beli dengan khiyar.”

Maksud hadits tersebut adalah akad belum mengikat penjual dan pembeli
hingga mereka berpisah secara fisik, kecuali apabila salah seorang dari keduanya
atau keduanya secara bersamaan mensyaratkan adanya khiyar dalam waktu
3
Sabiq, Sayyid. 2010. Fiqih Sunnah. Jakarta : Al-I’tishom, hal. 316

4
Rasjid, Sulaiman. 1976. Fiqih Islam. Jakarta : Attahiriyah, hal. 276

3
tertentu. Apabila waktu yang ditentukan telah habis dan tidak ada pihak yang
membatalkan akad, maka jual-beli menjadi suatu keharusan. Khiyar syarat bisa
batal dan jual-beli menjadi keharusan dengan pernyataan, sebagaimana pula bisa
batal dengan tindakan pembeli terhadap barang yang dibelinya, seperti ia
mewakafkannya, menghadiahkannya atau menawarkannya kepada orang lain.
Sebab semua bentuk tindakan tersebut menunjukkan persetujuannya atas transaksi
jual-beli yang telah dilakukannya. Ketika hak khiyar menjadi haknya, maka
tindakannya terhadap barang yang dibeli akan menggugurkan hak khiyar-nya.

2. Khiyar Ta’yin

Yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang berbeda kualitas
dalam jual beli. Tujuan dari khiyar ta’yin agar pembeli tidak tertipu dan agar
produk yang ia cari sesuai dengan keperluannya.5 Terkadang obyek jual beli
memilih kualitas yang berbeda, sedangkan pembeli tidak mampu untuk
mengidentifikasi kualitas tersebut. Khiyar seperti ini menurut Madzhab Hanafi
dibolehkan, karena produk sejenis yang berbeda kualitas sangat banyak dan tidak
diketahui secara pasti oleh pembeli, sehingga ia memerlukan bantuan seorang ahli.
Khiyar ini ditujukan agar pembeli tidak tertipu dan sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan jumhur ulama tidak membolehkan, sebab jual beli seperti di atas
mengandung ketidak jelasan yang masuk dalam jual beli al-ma’dum.

Contoh dalam kasus jual beli mobil. Seseorang ingin membeli sebuah mobil
bekas. Sementara ia tidak tahu kualitas mobil yang akan dibelinya. Untuk
memastikan kualitas mobil yang akan dibeli, ia meminta bantuan orang lain untuk
menganalisanya. Jadi dan tidaknya pembeli tersebut atas barang yang akan ia beli,
ia lakukan atas rekomendasi orang yang diminta bantuan tersebut. Khiyar ini
disebut sebagai khiyar ta’yin.

Syarat-syarat khiyar ta’yin:

5
Abdul rohman ghazaly, dkk. 2010. Fiqh muamalat. Jakarta: Kencana., hal.103

4
1. Biasanya kualitas suatu barang itu dari biasa, menengah dan istimewa. Karena
itu khiyar dibatasi hanya pada tiga klasifikasi di atas. Lebih dari itu tidak
diperlukan lagi khiyar.

2. Adanya kualitas dan jenis barang atau harganya bertingkat-tingkat.

3. Masa khiyar ta’yin harus tertentu dan dijelaskan, misalnya 3 hari.

Jika pembeli sudah menjatuhkan pilihannya pada salah satu jenis barang yang
ditawarkan, maka akad sudah jadi dan kepindahan kepemilikan telah berlaku.

3. Khiyar Aib ( Karena Ada Cacat )

Yang dimaksud dengan khiyar aib, si pembeli boleh mengembalikan barang


yang dibelinya, apabila terdapat pada barang yang dibeli itu suatu cacat yang
mengurangkan harganya.6 Biasanya barang seperti itu baik dan sewaktu aqad
cacatnya sudah ada tetapi si pembeli tidak tahu atau terjadi sesudah aqad, sebelum
diterimanya. Khiyar ‘Aib adalah hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual
beli bagi kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada obyek
yang diperjual belikan, dan cacat tersebut tidak diketahui pemiliknya ketika akad
berlangsung.

Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

‫المسلم أ خو المسلم و ال يحل لمسلم با ع من أ خيه بيعا فيه عيب إ ال بينه له‬

Artinya: “ Sesama muslim adalah bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim
untuk menjual barang yang memiliki aib kepada saudaranya, kecuali apabil ia
menjelaskan aib tersebut kepada sudaranya.” ( HR. Ahmad, Ibnu Majah,
Daruquthni, Hakim dan Thabrani).

Rasulullah Saw. Bersabda ,

‫من غشنا فليس منا‬

6
Sulaiman Rasjid. Op.cit., hal. 276.

5
Artinya : “ Barang siapa menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.”

Khiyar’aib memiliki syarat-syarat tertentu agar dapat berlaku, yaitu:

 Pembeli tidak mengetahui bahwa pada barang itu ada cacat ketika
berlangsung akad.

 Ketika akad berlangsung, penjual tidak mensyaratkan bahwa apabila ada


cacat tidak bisa dikembalikan.

 Cacat tidak hilang sampai dilakukan pembatalan akad. Cacat yang ada
pada benda yang akan dibeli bukan akibat dari tindakan pembeli.

Sedangkan dalam khiyar ‘aib, pengembalian barang bisa terhalang


apabila:

 Pemilik hak khiyar rela dengan cacat yang ada pada barang tersebut. Jika
sejak awal seorang pembeli mengetahui ada cacat, dan atas cacat tersebut ia
merelakannya, maka ia tidak bisa mengembalikannya, maka ia tidak bisa
mengembalikan barang yang sudah dibelinya.

 Hak khiyar digugurkan oleh pemiliknya. Jika sejak awal pemilik barang
sudah memberitahukan kepada pembeli untuk tidak mau menerima resiko cacat
yang ada pada barang dan pembeli menyepakatinya, maka jika pembeli
kemudian menemukan cacat, barang tersebut tidak bisa dikembalikan.

 Benda yang menjadi obyek hilang atau muncul cacat baru akibat
perbuatan pemilik hak khiyar. Benda obyek jual beli sudah tidak lagi seperti
semula. Termasuk dalam hal ini jika pada barang tersebut terdapat penambahan
materi barang dari pemilik hak khiyar.

4. Khiyar Ru’yah

Khiyar Ru’yah merupakan Hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan


berlangsung atau batalnya jual beli yang dilakukannya terhadap suatu obyek yang

6
belum dilihatnya ketika akad berlangsung. Jumhur ulama fiqh yang terdiri dari
ulama madzhab Hanafi, Maliki, Hanbali, dan az-Zahiri menyatakan bahwa khiyar
ru’yah disyari’atkan dalam Islam berdasarkan sabda Rasulullah SAW:”siapa yang
membeli sesuatu yang belum ia lihat, maka ia berhak khiyar apabila telah melihat
barang itu” (HR. Daruquthni dari Abu Hurairah).

Syarat-syarat berlakunya khiyar ru’yah :

 Tidak/ belum terlihatnya barang yang akan dibeli ketika akad atau
sebelum akad.

 Barang yang diakadkan harus berupa barang konkrit seperti tanah,


kendaraan, rumah dan lain-lain.

 Jenis akad ini harus dari akad-akad yang tabiatnya dapat menerima
pembatalan seperti jual beli dan ijarah. Bila tidak bersifat menerima pembatalan
maka khiyar ini tidak berlaku seperti kawin dan khulu’ tidak berlaku khiyar
ru’yah di dalamnya.

Khiyar Ru’yah dapat berakhir apabila:

 Pembeli menunjukkan kerelaanya. Saat obyek jual beli tersebut dihadirkan


oleh penjual, pembeli menyatakan setuju dengan barang tersebut.

 Obyek yang diperjual belikan hilang atau terjadi penambahan cacat baik oleh
pembeli atau kedua belah pihak.

5. Khiyar Majlis

Majlis secara bahasa adalah bentuk masdar mimi dari julus yang berarti
tempat duduk, dan maksud dari majlis akad menurut kalangan ahli fiqih adalah

7
tempat kedua orang yang berakad berada dari sejak mulai berakad sampai
sempurna, berlaku dan wajibnya akad. Dengan begitu majlis akad merupakan
tempat berkumpul dan terjadinya akad apapun keadaan pihak yang berakad.
Adapun menurut istilah khiyar majelis adalah khiyar yang ditetapkan oleh syara‟
bagi setiap pihak yang melakukan transaksi, selama para pihak masih berada di
tempat transaksi. Khiyar majelis berlaku dalam berbagai macam jual beli, seperti
jual beli makanan dengan makanan, akad pemesanan barang (salam), syirkah. 7
Dasar hukum khiyar ini adalah sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Apabila dua
orang melakukan akad jual beli, maka masing-masing pihak mempunyai hak pilih,
selama keduanya belum berpisah badan/tempat…” (HR. al-Bukhari dan Muslim
dari Abdullah bin Umar).

Maksud dari hadits diatas, setiap pihak baik penjual maupun pembeli
memiliki hak untuk melanjutkan transaksi yang telah dibuat atau membatalkannya,
selama mereka belum berpisah secara fisik. Perpisahan yang dimaksud disesuaikan
dengan kondisi yang ada. Apabila transaksi dilakukan di ruangan yang kecil, maka
cukup dengan keluarnya salah satu mereka dari ruangan tersebut. jika transaksi
terjadi di tempat yang sangat luas, cukup dengan berpindahnya salah satu dari
mereka ke sisi yang lain, dua langkah atau tiga langkah. Apabila keduanya berdiri
dan berjalan bersama-sama, maka hak khiyar tetap berlaku hingga mereka
berpisah.

Terkait dengan khiyar majlis ini, ulama berbeda pendapat tentang


keabsahannya, yaitu:

 Madzhab Syafi’i dan Hambali : Bahwa masing-masing pihak yang


melakukan akad berhak mempunyai khiyar majlis, selama mereka masih berada
dalam majlis akad, sekalipun akad telah syah dengan adanya ijab dan kabul.
Kedua belah pihak (penjual dan pembeli) masih memiliki hak pilih untuk

7
Muhammad Afifi, Abdul Hafiz. 2010. Fiqih Imam Syaf’i. Jakarta: Almahira, hlm. 676.

8
melangsungkan jual belinya atau membatalkannya, selama mereka masih belum
berpisah dalam tempat jual beli.

 Hanafi dan Maliki: suatu akad sudah sempurna dengan adanya ijab dan
kabul. Setelah ijab kabul terjadi, tidak ada lagi peluang untuk membatalkan
meskipun mesih berada dalam satu majlis. Hal ini sejalan dengan firman Allah
SWT dalam surah an-Nisa’ (4) ayat 29 yang artinya: “…kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu….” Menurut
mereka, hadis tentang khiyar majlis tidak bisa diterima, karena bertentangan
dengan firman Allah dalam surat al-Ma’idah (5) ayat 1 yang artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu….”

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan tentang Hak Khiyar

Khiyar adalah hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang
melaksanakan transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang
disepakati sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi.
Tujuan khiyar ialah agar orang-orang yang melakukan transaksi perdata tidak
dirugikan dalam transaksi yang mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang
dituju dalam suatu transaksi tercapai dengan sebaik-baiknya. Pemilik hak khiyar
adalah penjual dan pembeli, jadi apabila ada penjual yang sudah menuliskan

9
“Barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan”. Itu merupakan akad dari
penjual maka pembeli sebelum membeli atau mengesahkan jual belinya harus
lebih teliti.

B. SARAN
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami
selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami
khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Rasjid, Sulaiman. 1976. Fiqih Islam. Jakarta : Attahiriyah.


 Rasjid, Sulaiman. 2002. FIQH ISLAM. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
 Sudarsono. 2001. Pokok – Pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
 Sabiq, Sayyid. 2010. Fiqih Sunnah. Jakarta : Al-I’tishom.
 Muhammad Afifi, Abdul Hafiz. 2010. Fiqih Imam Syaf’i. Jakarta: Almahira.
 Abdul rohman Ghazaly. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana.

10
11

Anda mungkin juga menyukai