Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH

“Sistem Moneter”

Disusun oleh :

Kelompok : 1

Muhammad Azharin

Rexsi Delantia

KELAS ; IV A EKONOMISYARI”AH

Dosen Pembimbing :

Weni Lovia Angraini,S.Sy,ME

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

TA 2021
A. Sistem Moneter

Sistem moneter merupakan lembaga atau institusi yang dapat menciptakan uang kertal,uang giral
dan kuasi.Yang termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut
menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem moneter adalah
otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta uang giral. Oleh karena itu sistem
perbankan merupakan bagian integral dari suatu sistem moneter.

Otoritas Moneter, Pemerintah dan Bank Sentral/Bank Indonesia bertanggung jawab menciptakan
dan menawarkan uang primer berupa uang kartal (kertas dan logam) bagi masyarakat umum dan bank
reserves bagi perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan perbankan dan lembaga
keuangan lainnya berdasarkan uang primer yang dimiliki menciptakan uang sekunder dalam bentuk
giral, seperti giro (demand deposits), deposito berjangka (time deposits), tabungan (saving deposits),
dan uang sekunder lainnya. Mereka yang terlibat dalam penciptaan dan penawaran uang beredar
merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem moneter.

Uang-uang yang ditawarkan melalui monetary system digunakan oleh masyarakat, baik
pengusaha maupun masyarakat biasa untuk keperluan konsumsi dan produksinya. Penciptaan uang
bukan semata-mata kehendak otoritas moneter (Bank Indonesia), melainkan juga harus ada
permintaan dari masyarakat sehingga jumlah uang beredar harus memenuhi tuntutan mekanisme
pasar yaitu pertemuan antara permintaan dan penawaran.

Fungsi pokok dari sistem moneter yaitu:

1. Melaksanakan atau menyelenggarakan mekanisme lalu lintas pembayaran yang efisien dengan
biaya dan hambatan seminimal mungkin.hal ini bertujuan agar dapat mendorong kelancaran dari
kegiatan transaksi dalam perekonomian.

2. Menjadi perantara atau penghubung atau intermediary antara penyimpan atau penabung sebagai
pemakai dana. Hal ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.

3. Menjaga tingkat harga pada kondisi yang stabil melalui penciptaan uang dalam uang dalam
jumlah yang sesuai dengan keadaan rill perekonomian. Hal ini bertujuan agar dapat menekan
tingkat inflansi maupun tingkat pengangguran pada level yang dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi..

Fungsi-fungsi tersebut merupakan satu kesatuan, artinya fungsi tersebut pada prinsipnya dapat
dibedakan,namun tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya karena yang satu tidak dapat dilaksanakan
tanpa dibantu yang lain. Di samping itu,otoritas moneter melakukan fungsi pengeluaran uang kertas
dan logam,menciptakan uang primer (reserve money), mengawasi sistem moneter dan mengelola
cadangan devisa.

Penciptaan uang giral dan uang kertas oleh bank-bank dapat dilakukan karena sebagian besar
jumlah dana yang di himpun dari masyarakat dalam bentuk giro,deposito, dan tabungan disalurkan
kembali pada masyarakat berupa kredit setelah sebelumnnya dikurangi dengan sejumlah alat-alat
likuid yang terdiri atas uang kas dan saldo giro pada bank sentral dalam rangka memenuhi ketentuan
likuiditas wajib dipinjamkan kembali kepada nasabah debitur. Dari transaksi tersebut akan
menciptakan suatu efek multiply dimana uang disimpan pertama akan berlipat sampai dengan jumlah
tertentu.

Bank indonesia selaku otoritas moneter dan perbankan mempunyai wewenang menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Di
samping itu, bank indonesia dapat membantu bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dalam
rangka melaksanakan fungsinya sebagai leder of the last resort. Sementara itu hanya Bank umum saja
yang diperkenankan menghimpun simpanan dalam bentuk giro. Oleh karna itulah ,Bank umum
dikatakan sebagai bank yang menciptakan uang giral.

B. Pengendalian Moneter

Jumlah uang beredar, baik dalam standar barang (commodity standard) maupun standar
kepercayaan (fiat standard) tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang. Kontrol jumlah uang beredar
perlu dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi,
serta kontrol terhadap kegiatan kredit. Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabilitas harga sangat
penting artinya untuk mengurangi/menekan tingkat inflasi. Pertumbuhan jumlah uang yang beredar
sebaiknya mengikuti pertumbuhan ekonomi, sehingga secara tidak langsung dapat menekan tingkat
pengangguran.

Bank Sentral selaku pelaksana kebijakan moneter, menjalankan kebijakannya yang bersifat
kuantitatif (quantitative control policy) dan kualitatif (qualitative control policy). Instrumen-
instrumen yang biasa digunakan dalam menjalankan kebijakan kuantitatif adalah Pengaturan Tingkat
Bunga dan Tingkat Diskonto (rediscount rate policy), Pengatuan Operasi Pasar Terbuka (open market
operation), dan Pengaturan Tingkat Cadangan Minimal dan Tingkat Kelebihan Cadangan (reserves
requirement policy). Dalam melaksanakan kebijakan kualitatif pemerintah mengadakan pendekatan
langsung (direct approach) kepada bank-bank umum, dengan turut mengawasi kebijakan bank-bank
umum dalam memberikan pinjaman kepada para nasabahnya secara selektif.

C. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi agar dapat
berjalan sesui dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan, sehingga tidak terajadi krisis ekonomi. Adapun krisis ekonomi
yang melanda Indonesia, juga belahan dunia lain, sesungguhnya dipicu oleh dua sebab utama, yang
semuanya terkait dengan masalah uang.

Pertama, persoalan mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara saat ini pasti terikat dengan
mata uang negara lain (misalnya rupiah terhadap dolar AS), tidak pada dirinya sendiri sedemikian
sehingga nilainya tidak pernah stabil karena bila nilai mata uang tertentu bergejolak, pasti akan
mempengaruhi kestabilan mata uang tersebut.

Kedua, kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan sebagai alat tukar saja, tapi juga sebagai
komoditi yang diperdagangkan (dalam bursa valuta asing) dan ditarik keuntungan (interest) alias
bunga atau riba dari setiap transaksi peminjaman atau penyimpanan uang.
Kebijakan moneter didefinisikan dengan rencana dan tindakan otoritas moneter yang
terkoordinasi untuk menjaga keseimbangan moneter, dan kestabilan nilai uang, mendorong
kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf
hidup rakyat. Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa kebijakan moneter adalah semua
upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar, suku
bunga, kredit dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Sebagai bagian dari kebijakan
ekonomi makro, maka tujuan kebijakan moneter adalah untuk membantu mencapai sasaran-sasaran
makron ekonomi antara lain:

1. Pertumbuhan ekonomi,

2. Penyediaan lapangan kerja,

3. Stabilitas harga dan

D. Perbandingan Sistem Moneter Syariah dan Konvensional

Dalam ekonomi Islam ekonomi moneter merupakan salah satu bidang yang dibahas didalamnya.
Bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat serta pengaruh uang terhadap kegiatan
ekomi adalah ilmu moneter. Sektor moneter merupakan jaringan yang penting dan memengaruhi
sektor ekonomi riil. Kebijakan moneter merupakan instrument penting kebijakan publik dalam sistem
ekonomi, baik modern maupun islam. Syarat tercapainya sistem moneter secara baik adalah otoritas
moneter harus melakukan pengawasan kepada keseluruhan sistem.

Pada aktivitas ekonomi uang memiliki nilai. Dalam islam, permintaan akan uang terutama dalam
transaksi dan kebutuhan ditentukan oleh tingkat pendapatan dan distrubusinya. Permintaan spekulatif
akan uang pada dasarnya dipicu oleh flutuasi tingkat suku bunga dalam perekonomian kapitalis.
Penurunan tingakt suku bunga yang disertai dengan harapan akan meningkat, merangsang orang atau
perusahaan untuk tetap menyimpan uangnya karena dalam sistem ekonomi kapitalis, bunga sering
kali berfluktuasi. Dengan penghapusan bunga ini dan kewajiban akan zakat 2,5% setahun, dapat
meminimalkan permintaan spekulatif akan uang.

Ada dua jenis sistem moneter, yaitu sistem moneter konevensional dan sistem moneter syariah.
Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga stabilitas dari mata uang sehingga pertumbuhan
ekonomi yang diharapakn dapat tercapai. Walapun pencapaian tujuan ahkirnya tidak berbeda, dalam
pelaksanaannya secara prinsip berbeda dengan yang konvensional, terutama dalam pemilihan target
dan instrumennya. Perbedaan yang mendasar antara kedua jenis instrument tersebut adalah prinsip
syariah tidak membolehkan adanya jaminan terhadap nilai nominal maupun suku bunga.

Dalam ekonomi, sistem moneter konvensional mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam pertukaran. Secara hukum, uang adalah sesuatu yang
dirumuskan oleh undang-undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang jika
ada aturan atau hukum yang menunjukan bahwa sesuatu itu dapat digunakan sebagai alat tukar.

Pelaksanaan kebijakan moneter yang dilakukan otoritas moneter sebagai pemegang kendali
money supply untuk mencapai tujuan kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan target yang
akan dicapai dan dengan instrument apa target tersebut akan dicapai. Instrument-instrumen pokok
kebijakan moneter dalam teori konvensional antara lain adalah Pertama, kebijakan pasar terbuka.
Kebijakan ini merupakan kebijakan membeli atau menjual surat berharga atau obligasi dipasar
terbuka. Kedua, Penentuan cadangan wajib minimum. Pada umumnya bank sentral akan menentukan
angka rasio minimum antara uang tunai denga kewajiban giral bank. Apabila bank sentral
menurunkan angka tersebut, dengan uang tunai yang sama, bank dapat menciptakan uang dengan
jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan sebelumnya.

Dalam konsep ekonomi islam, uang merupakan milik masyarakat. Barang siapa yang menimbun
uang atau dibiarkan tidak produktif, berarti ia mengurangi jumlah beredar yang dapat mengakibatkan
tidak jalannnya perekonomian. Disamping itu, jumlah uang disimpan yang tidak dimanfaatkan
disektor produktif akan semakin berkurang karena adanya kewajiban zakat bagi umat islam. Islam
sangat menganjurkan bisnis/perdagangan, investasi disektor riil.

Instrument moneter bank syariah adalah hukum syariah. Hampir semua instrument moneter
pelaksanaan kebijakan moneter konvensional maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya
mengandung unsur bunga. Oleh karena itu, instrument-instrumen konvensional yang mengandung
unsur bunga tidak dapat digunakan pada pelaksanaan kebijakan moneter berbasis islam. Akan tetapi,
sejumlah instrumen kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi islam masih
dapat digunakan untuk mengotrol uang dan kredit. Operasi pasar terbuka dapat juga dikendalikan
melalui bentuk sekuritas berdasarkan ekuitas.

Kebijakan moneter dalam ekonomi islam hanya bersifat pelengkap untuk memenuhi pembiayaan
sektor riil. Perbedaan utama kebijakan moneter konvensional dan islam adalah islam tidak mengakui
adanya instrument suku bunga karena jelas dalam Al Qur’an riba itu sangat dilarang atau haram.

E. Peran bank dalam sistem moneter.

Dalam bidang kebijakan moneter, tugas BI adalah menjaga nilai mata uang rupiah. Fokus
kebijakan moneter pada inflasi!! dengan instrumen suku bunga. Namun dengan semakin terbukanya
sistem keuangan dunia, perhatian BI sebagai bank sentral pada inflasi semata tidak memadai lagi.

Karena nilai aset terutama di pasar modal dan obligasi memiliki pengaruh yang sangat besar pada
harga, terutama nilai rupiah. Fenomena yang seringkali dialami bahwa secara fundamental ekonomi
cukup baik, terutama dilihat pada neraca pembayaran, namun nilai uang melemah karena penarikan
dana dari pasar modal dan obligasi.

Memang tidak mudah bagi BI dalam perannya sebagai bank sentral menjaga stabilitas moneter
apalagi dalam situasi ekonomi terbuka seperti halnya sistem ekonomi Indonesia yang sudah
terkoneksi secara global.

Namun biasanya BI menfokuskan kebijakan moneternya pada inflation targetting dengan


memainkan instrumen suku bunga untuk mengendalikan laju inflasi. Dengan menetapkan BI rate,
bank sentral mengharapkan suku bunga jangka pendek mengikutinya.

Anda mungkin juga menyukai