Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
fitokia dari daun suji tersebut. Oleh sebab itu pembuatan simplisia daun sujiini
dibuat dan dilakukan pengujian fitokimianya untuk mengetahui kadungan
yangterdapat dalam tanaman ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan simplisia yang baik
2. Untuk mengetahu kandungan fitokimiadalam simplisia daun suji
3. Untuk mengidentifikasi amilum
2
sehari-hari memiliki berbagai kegunaan. Secara tradisional, tanaman suji telah
dimanfaatkan baik untuk bidang pangan, kosmetika maupun pengobatan. Di
bidang pangan, ekstrak daun suji dalam medium air telah biasa digunakan sebagai
pewarna berbagai makanan tradisional. Selain memberikan warna hijau pada
makanan, daun suji juga memberikan aroma harum yang khas, meskipun tidak
seharum daun pandan. Sedangkan pucuk-pucuk mudanya dapat dibuat sayur.
Selain sebagai pewarna pangan, daun suji dapat digunakan sebagai pewarna
kertas, minyak jarak dan minyak kelapa, ekstrak daun suji digunakan sebagai
penyubur rambut. Di bidang pengobatan, air rebusan akar tanaman suji digunakan
sebagai campuran obat sakit gonorrhoe, mengobati penyakit beri-beri dengan cara
menggosokkan kuat-kuat daun yang telah dipanaskan pada anggota tubuh
penderita, nyeri lambung dan haid, bahkan sebagai penawar racun (anti disentri).
(Lemmens,R.H.M.J. 2003 dalam prasetyo hal 6-7 : Mahfud 2013: 200-202).
2.1.1. Klasifikasi tanaman Daun Suji
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida ( Monocots )
Anak kelas : Zingiberidae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Agavaceae
Jenis : Dracaena angustifolia
Sinonim : Pleomele angustifolia (Roxb.)
N.E.Br
Nama Daerah : Suji (Sunda), Semar
berbeda antara lain jejuang bukit atau pendusta utan (Ambon); ngase kolotide (Ternate);
jingkang, hanjuwang merak atau suji (Jawa Barat); semar (Jawa Tengah dan Jawa
3
Timur); kopoi (ponos), popopok im bolai, rereindeng im bolai, tawaang im bolai
tegak.Diskripsi atau susunan tubuh tanaman Suji terdiri atas akar, batang, daun, bunga,
putih
b. Batang
Tanaman suji adalah tanaman perdu yang tumbuh tegak atau pohon kecil
dengan tinggi yang mencapai 6 sampai 8 meter. Batang tanaman suji berkayu dan
beralur melintang serta warnanya putih kotor. (Depkes RI,1989 hal 402, Suseno hal
201).
c. Daun
Tanaman suji memiliki daun yang berbentuk seperti pita atau lanset dengan
ujungnya sangat meruncing. Daun suji ini adalah daun tunggal yang letaknya selang
seling dan bagian tepi daun merata.. Pangkal daun memeluk batang dan panjang
daunnya sekitar 16 sampai 20 cm dengan lebar 3 sampai 4 cm. Pertulangan daun suji
sejajar dan warna daun hijau tua. Daun tanaman suji berbentuk lancet-garis, agak
kaku, berwarna hijau gelap, meruncing atau sangat runcing dengan panjang 10
sampai 25 cm dan lebar 0,9 sampai 1,5 cm. ((Backer 1962 hal 161, Heyne 1987 hal
175-177).
d. Bunga
Tanaman suji mempunyai jenis bunga termasuk bunga majemuk, berbentuk
malai dengan banyak bunga yang panjangnya 8 sampai 30 cm. Pada tiap kelopak
terdapat 1-4 bunga, tangkai bunga pendek (2,5-2,7 cm). Mahkota bunga berwarna
putih kekuningan, dan kalau malam hari berbau harum. (Backer 1962 hal 161, Heyne
4
Buah suji berbentuk membulat dengan 3 cuping dan berdiameter 1,5 sampai
2,5 cm. Buah ini berwarna hijau hingga jingga terang dan memiliki biji yang
berbentuk bulat dan berwarna putih bening. (Depkes RI,1989 hal 402, Suseno hal
201).
2.1.3 Penyebaran
Penyebaran tanaman ini meliputi kawasan India, Birma (Myanmar), Indo- Cina,
Cina bagian selatan, Thailand, Jawa, Filipina, Sulawesi, Maluku, New Guinea dan
Australia bagian utara.Suji akan tumbuh subur hingga ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut, dan menyukai daerah pegunungan atau dekat aliran air sungai kecil.
Tanaman ini sudah banyak ditanam di pekarangan rumah penduduk dengan potongan
rimpangnya atau ditanam sebagai pagar hidup, namun belum ditanam dalam skala besar
atau perkebunan (Suseno, 2013 hal 201, widyaningrum, 2011 hal 1069).
2.1.4 Kandungan Yang terdapat dalam daun Suji
Daun suji memiliki kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid, tannin,
polifenol klorofil a dan b. Klorofil a termasuk dalam pigmen yang disebut porfirin,
dengan N dari 2 cincin pirol dengan ikatan kovalen serta oleh dua atom N dari dua cincin
pirol lain melalui ikatan koordinat yaitu N dari pirol yang menyumbangkan pasangan
elektronnya pada Mg. Dalam proses pengolahan pangan, perubahan yang paling umum
terjadi ialah penggantian atom magnesium dengan atom hidrogen yang membentuk
feofitin ditandai dengan perubahan warna dari hijau menjadi coklat olive yang suram.
Klorofil bersifat peka terhadap cahaya, suhu dan oksigen (Winarno 1991 hal 173-174).
2.1.5 Khasiat Dan Kegunaan
Daun suji berkhasiat untuk mengobati beri-beri, disentri, keputihan, galakta
gogum dan kencing nanah. Sedangkan akarnya berkhasiat untuk nyeri lambung, penawar
racun dan kencing nanah (Widyaningrum, 2011 hal 1026, Mahfud, 2013 hal 201-202).
Daun suji banyak digunakan sebagai pewarna makanan dan memberikan aroma harum
pada makanan. Daun suji juga berkhasiat untuk mengobati beri-beri, disentri, keputihan
dan lain sebagainya( Purwaningtyas, Tanpa tahun). Daun suji memiliki aktivitas
5
antibakteri terhadap S. mutans (Zulfa. Tanpa tahun). Daun suji (Dracaena angustifolia
Roxb.) mempunyai aktivitas sebagai penurun kolesterol secara in-vitro dengan nilai
EC50 yaitu 632,50 ppm.( Anggraini, 2018). Tanaman Suji (Dracaena angustifolia Roxb.)
telah digunakan secara empiris oleh masyarakat Sulawesi Utara untuk menyembuhkan
penyakit. Flavonoid dan steroid dalam daun suji diduga memiliki efek antiinflamasi
(Narande, 2013).
Manfaat Umum Daun Suji
1. Pewarna hijau pada makanan, seperti pada kue-kue tradisional dan es cendol.
2. Memberikan aroma yang khas pada makanan.
3. Daunnya berkhasiat untuk mengobati sakit kepala dan mengatasi beri-beri.
4. Getah daunnya dapat digunakan untuk menebalkan rambut, dan daunnya
nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara ilmiah. Dan
bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia. Istilah
simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam
lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 0C (Ditjen POM, 2008).
Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan
herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu,
sumber simplisia, cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan dengan
cara yang baik. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan sediaan
6
herbal yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau
zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya (Ditjen POM,
1995).
b. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan. Contohnya adalah minyak ikan dan madu (Gunawan, 2010).
c. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana. Contohnya serbuk
dari tanaman yang dibudidayakan. Tumbuhan liar umumnya kurang baik untuk dijadikan
bahan simplisia jika dibandingkan dengan hasil budidaya, karena simplisia yang
7
beberapa faktor, antara lain: bagian tumbuhan yang digunakan, umurtumbuhan atau
bagian tumbuhan pada saat panen, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh. Waktu
panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian
tumbuhan yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tumbuhan
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif akan
terbentuk secara maksimal di dalam bagian tumbuhan atau tumbuhan pada umur tertentu.
Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan
sebagai berikut:
a) Biji : Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau
nigrum), setelah benar-benar masak (misalnya adas), atau dengan cara melihat
perubahan warna/ bentuk dari buah yang bersangkutan (misalnya jeruk, asam,
dan pepaya).
c) Bunga : Panen dapat dilakukan saat menjelang penyerbukan, saat bunga masih
kuncup (seperti pada Jasminum sambac, melati), atau saat bunga sudah mulai
atau buah mulai masak. Untuk mengambil pucuk daun, dianjurkan dipungut pada
pengambilan dilakukan pada saat tumbuhan telah cukup umur. Agar pada saat
dan pertumbuhan pada bagian di atas berhenti. Misalnya bawang merah (Allium
cepa).
g) Rimpang : Pengambilan rimpang dilakukan pada saat musim kering dengan
8
tanda-tanda mengeringnya bagian atas tumbuhan. Dalam keadaan ini rimpang
sudah cukup umur. Panen yang dilakukan terhadap akar umumnya akan
dilakukan terhadap:
− Tanah atau kerikil,
− Rumput-rumputan
− Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan, dan
− Bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat atau sebagainya).
3) Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat,
terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar
peptisida. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba
awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah
mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada
dan Escherichia.
4) Pengubahan bentuk
Beberapa jenis bahan baku atau simplisia seringkali harus diubah menjadi bentuk
lain, misalnya irisan, potongan, dan serutan untuk memudahkan kegiatan pengeringan,
ini bertujuan untuk memperbaiki penampilan fisik dan memenuhi standar kualitas
penyimpanan. Pengubahan bentuk harus dilakukan secara tepat dan hati-hati agar tidak
9
Simplisia yang mengalami perubahan bentuk hanya terbatas pada simplisia akar,
rimpang, umbi, batang, kayu, kulit batang, daun dan bunga. Perajangan bisa dilakukan
dengan pisau yang terbuat dari stainless steel ataupun alat perajang khusus untuk
dapat digunakan alat penyerut kayu (elektrik) yang dapat diatur ukuran ketebalannya.
Semakin tipis ukuran hasil rajangan atau serutan, maka akan semakin cepat
proses penguapan air sehingga waktu pengeringannya menjadi lebih cepat. Namun
ukuran hasil rajangan yang terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya
senyawa aktif yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, dan rasa
yang diinginkan. Oleh karena itu, untuk bahan simplisia berupa rimpang seperti jahe,
temulawak, kunyit dan sejenisnya harus dihindari perajangan yang terlalu tipis agar dapat
mencegah berkurangnya minyak atsiri. Selain itu, perajangan yang terlalu tipis juga
Ukuran ketebalan simplisia harus seragam tergantung pada bagian tumbuhan yang diiris.
Ketebalan irisan simplisia rimpang, umbi, dan akar ± 3 mm, sedangkan untuk bahan baku
berupa daun dipotong melintang dengan lebar daun ± 2 cm, dan kulit batang diiris dengan
ukuran 2 x 2 cm. pada umumnya rimpang diiris melintang, kecuali rimpang jahe, kunyit,
bakteri.
− Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat
aktif .
− Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan,
Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak.
10
7) Pengepakan dan penyimpanan
Pengepakan atau pengemasan simplisia sangat berpengaruh terhadap mutu terkait
dari gangguan luar, seperti suhu, kelembapan, cahaya, pencemaran mikroba, dan adanya
serangga atau hewan lainnya. Bahan pengemas harus kedap air dan udara, serta dapat
melindungi simplisia dari berbagai gangguan. Untuk jenis simplisia tertentu dapat
disimpan dalam kain katun atau karung yang terbuat dari bahan plastik, jerami, atau goni.
Guci porselin dan botol kaca biasanya digunakan untuk menyimpan simplisia berbentuk
cairan. Simplisia daun dan herba umumnya ditekan terlebih dahulu untuk mempermudah
menggunakan karung plastik yang dijahit pada tiap sisinya. Pada setiap kemasan dapat
ditambahkan silika gel yang dibungkus dengan tujuan untuk menyerap air dan menjaga
kondisi kemasan agar tidak lembap. Berikut ini adalah persyaratan bahan pengemas,
antara lain:
1. Bersifat inert (netral), yaitu tidak bereaksi dengan simplisia yang dpat berakibat
terjadinya perubahan bau, warna, rasa, kadar air, dan kandungan senyawa
aktifnya
2. Mampu mencegah terjadinya kerusakan mekanis dan fisiologis
3. Mudah digunakan, tidak terlalu berat, dan harganya relatif murah
Setelah simplisia dikemas dalam wadah atau kemasan, maka dapat dilakukan
pemberian label atau etiket. Label tersebut harus menunjukkan informasi simplisia yang
jelas, meliputi nama ilmiah tanaman obat asal bahan (lokasi budidaya), tanggal panen,
yang telah dipersiapkan dengan berbagai pertimbangan. Tujuan penyimpanan adalah agar
simplisia tetap tersedia setiap saat bila diperlukan dan sebagai stok bila hasil panen
melebihi kebutuhan. Proses ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas fisik
11
dan kestabilan kandungan senyawa aktif, sehingga tetap memenuhi persyaratan mutu
yang ditetapkan.
Selama dalam penyimpanan, simplisia dapat mengalami kerusakan maupun
simplisia secara fisik dan kimiawi, misalnya akibat terjadinya proses isomerasi
dan polimerasi
2. Reaksi kimiawi internal, Terjadinya perubahan kimia simplisia karena proses
lingkunga sekitarnya
6. Kontaminasi, Sumber kontaminan utama berupa debu, pasir, kotoran, dan bahan
dalam bentuk larva, imago, dan sisa-sisa metamorfosis (kulit telur, kerangka yang
simplisia, suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan lain-lain selama penyimpanan. Lama
penyimpanan setiap jenis bahan berbeda-beda sehingga perlu diperhatikan pula agar mutu
simplisia dapat dijamin. Cara penyimpanan simplisia harus memenuhi kaidah first in first
out, yaitu simplisia yang disimpan lebih awal harus digunakan terlebih dahulu. Simplisia
12
dapat disimpan di tempat dengan suhu kamar (15-30 °C), tempat sejuk (5-15 °C), atau
tempat dingn (0-5 °C), tergantung pada sifat dan ketahanan simplisia.
Dengan melakukan pengelolaan pasca panen secara tepat, diharapkan dapat
menjaga mutu simplisia yang dihasilkan. Secara umum, pengelolaan pasca panen
ukuran derajat kehalusan tertentu. Sesuai dengan derajat kehalusannya, dapat berupa
serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus, dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati
tidak boleh mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang bukan merupakan
komponen asli dari simplisia yang bersangkutan antara lain telur nematoda, bagian dari
pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dulu sampai derajat
halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 600C (Anief, 2007).
Untuk simplisia nabati tidak boleh menggunakan bagian pertama yang terayak,
tetapi harus terayak habis dan dicampur homogen, karena zat berkhasiat tidak terbagi rata
pada semua bagian simplisia. Sebagai contoh daun kering yang digerus halus dan diayak
maka muka daun yang terayak dulu, setelah itu baru urat daun dapat terayak (Anief,
2007).
2.3 Pengujian Simplisia Nabati
2.3.1 Uji Organoleptis
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
yaitukesadaran.
13
2.3.2 Uji makroskopik
Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau
dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk
simplisia.
2.3.3 Uji mikroskopik
Pengujian mikroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
yang diuji dapat berupa sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya
tanaman, kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam senyawa organik
yang dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur kimianya, biosintesisnya,
isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis tanaman
(Putranti, 2013).
Skrning fitokimia adalah pemeriksaan senyawa-senyawa kimia secara kualitatif
yang aktif secara biologis yang terdapat dalam simplisia tumbuhan. Beberapa studi
terhadap manusia dan hewan yang menjelaskan kombinasi fitokimia yang di dalam tubuh
manusia dan hewan memiliki fungsi tentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi
sistem kolestrol dihati, meningkatkan metabolisme hormon dan menimbulkan efek anti
upaya potensi sumber daya tumbuhan (Hidajati, dkk., 2016). Menurut Robinson (1991,
dalam Wardana, 2016:25) alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk menentukan ciri
senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat yang ditunjukkan oleh efek
14
Analisis fitokimia adalah bagian dari ilmu farmakognosis yang mempelajari
metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapatdalam tumbuhan atau hewan
secara keseluruhan dan bagian-bagian nya termasuk cara isolasi atau pemisahanya
(Wardana, 2016). Hasil analisis fitokimia dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan
komponen kmia (senyawa) jenis golongan alkoloid, flavonoid, fenolik, steroid, dan
Wardana, 2016:25). Alkaloid sekitar 5500 telah diketahui, merupakan golongan zat
tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid bersifat basa (adanya
gugus amino) yang mengandung atau satu lebih atau nitrogen, biasanya dalam
sebagai cadangan dalam sintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah
sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan, dan pengatur kerja
menggunakan tiga reagen yaitu mayer, wagner, dan dragendorff. Persamaan uji
15
Gambar 1.2 Reaksi Uji Skrining Alkaloid. A. Reaksi Reagen Mayer, B. Reaksi
Wardana, 2016:26).
2. Terpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 36 asiklik, yaitu
skualena. Senyawa ini berstrukur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Triterpenoid berupa senyawa tak berguna,
berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan optik aktif. Uji yang banyak
dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru (harborne,
1987:147). Beberapa triterpen dikenal dengan rasanya terutama rasa pahit (Sirait,
seskuiterpen yang mudah menguap, diterpen sukar menguap, serta triterpen yang
tidak menguap. Senyawa terpen larut dalam lemak dan terdapat pada sitoplasma sel
cincin yang saling bergabung (Lehninger, 1982). Steroid terdapat dalam hampir
16
semua tipe sistem kehidupan. Dalam binatang banyak steroid bertindak sebagai
hormon. Steroid ini, demikian pula steroid sintetikdigunakan meluas sebagai bahan
obat (Fessenden dan Fessenden, 1982). Steroid atau sterol adalah triterpenena yang
Gambar 3.2 Reaksi Uji Skrining Dan Terpenoid (Burke et al, 1974 di dalam
Wardana, 2016:28)
4. Fenol
Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu
atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena
umumnya mereka seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya
17
Menurut Hart (1990:162), “ fenol mempunyai gugus yang seperti alkohol,
larutan besi (III) klorida 1%, uji positif ditandai dengan adanya warna hijau, merah
keunguan, biru atau hitam kuat (Harborne, 1987 di dalam Wardana, 2016:29).
Wardana, 2016).
5. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang tersebar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakn zat warna merah., ungu, biru
flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat padamolekul gula sebagai glikosida,
bahan alam yang memiliki krangka karbon C 6-C3-C6, atau memiliki gugus fungsi
18
dengan gugus benzopyrana (chromono), flafonoid dibedakan menjadi tiga kelas yaitu
Gambar 5.1 Struktur Dasar Golongan Flavonoid (1) Flavonoid, (2) Isoflavonoid,
tetes HCl pekat. Uji positif ditandai terbentuknya warna merah (Harborne,
Gambar 5.2 Reaksi Uji Flavonoid (Andersen et al., 2006 di dalam Wardana,
2016:31).
6. Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat dan bersifat
jika dikocok dalam air dam menghemolisis sel darah merah pada konsetrasi rendah.
Saponin terdiri dari dua jenis yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida
struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis
19
saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Harborne, 1987,
sehari-hari, misal untuk bahan penyuci kain (batik) dan sebagai sampo (Hidajati,
Gambar 7.1 Reaksi Uji Skrining Saponin (Marliana, S., 2005 di dalam Wardana,
2016:33).
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 genus pada tumbuhan glikosida adalah suatu kompleks antara gula
pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). banyak saponin yang mempunyai
satuan gula sampai 5 dan komponen ynag umum ialah asam glukuronat. adanya
saponin dalam tumbuhan ditunjukkan tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya
besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Poedjiadi, A. 2009).
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman.
Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara
20
dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang
permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun,
dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering
ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-
berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari
pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa (Poedjiadi, A.
2009).
Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80%
bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asama mineral
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif (Gunawan, 2004).
Bentuk sederhana amilum adalah glukosa dan rumus struktur glukosa adalah C 6H11O6 dan
dengan bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh
pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat pada makanan
kita oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β – maltosa
(Poedjiadi,A. 2009).
Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari
berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung dan padi ;
dari umbi kentang ; umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka); batang Metroxylon sagu
(pati sagu); dan rhizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang meliputi Canna edulis,
Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi larut) (Fahn, 1995).
21
Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah
jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum), ketela
mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum
Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal, membulat atau sferoidal
dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai
komposisi yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda
(Gunawan, 2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan
pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral
sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan
disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik,
tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi
bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam
pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengibatan tasmbahan untuk
kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar, pembedahan, sepsis, dan trauma
lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam pasaran adalah Volex® (Gunawan, 2004).
Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau
22
bentuk-bentuk yang khas dari masing-masing amilum pada sampel sehingga
Dengan cara melihat dengan mikroskop bentuk yang ditunjukn pati tersebut.
2. Identifikasi Amilum secara kimiawi
Identifikasi secara kimiawi kandungan amilum bertujuan untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam sampel yakni dengan cara uji
iodine. Pada uji ini sampel yang mengandung amilum akan berubah warna menjadi
biru. Sampel terlebih dahulu dipanaskan agar amilum dapat larut sempurna dnegan
pengepakan dan penyimpanan, serta pemeriksaan kualitas. Daun suji didapatkan didaerah
cibinong dan depok.Merupakan tanaman liar jadi tidak diketahui umur jenis dan
baku nabati yang diambil dapat memenuhi standar sesuai yang disyaratkan untuk
23
memperoleh simplisia yang baik adalah :Bagian yang diambil daun, daun telah
2. Sortasi Basah
Pemisahan Daun Suji dari daun lain/ bahan dari pencemar. Contohnya
memisahkan daun dari batangnya maupun tanaman lain yang ikut terbawa. Hal ini
dilakukan untuk membuat simplisia pure dari bahan yang sesuai tanpa ada tambahan atau
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan sisa tanah atau pencemar yang
melekat dan mengurangi jumlah mikroba awal.mencuci daun Suji. Proses ini
diakukan pada air mengalir, daun digosok lembut dengan tangan dalam air mengalir
24
4. Perajangan,
Perajangan dilakukan untuk mempercepat pengeringan dan mempermudah
mudah menguap, reaksi bahan dengan alat dan jumlah mikroba tak bertambah. Pada
daun perajangan boleh tidak dikakukan karena daun merupakan bagian tanaman yang
tipis dan mudah mongering. Dalam pembuatan simplisia daun suji tidak dilakukan
perajangan, tetapi karena cuaca yang kurang bersahabat (Curah hujan tinggi) proses
pengeringan memakan waktu lebih lama yaitu ± 10 hari disarankan tetap dikakukan
hasil panen segera dikeringkan, yaitu untuk mengurangi kadar air agar tidak busuk
dan tidak terjadi reaksi enzimatik. Kandungan air bahan sampai <10%.Temperatur
<600C, untuk zat mudah menguap 30 0C – 400C.Cara pengeringan yang saya lakukan
dengan sinar matahari langsung. Karena daun merupakan bagian tanaman yang
bersifat lunak dan mengandung senyawa aktif yang mudah menguap. Dalam
pebuatan Simplisia daun suji pengeringan membutuhkan waktu yang cukup lama ±
25
Dari Hasil pengeringan didapatkan hasil simplisia kering sebanyak 200 gram
% Rendemen = 200 gram/ 1000 g x 100% = 20 %
6. Sortasi kering,
Sortasi kering dilakuaka untuk memisahan zat asing yang masih
simplisia. Tujuan sortasi ini adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lain yang masih ada dan
7. Pengubahan bentuk/Penghalusan
Bertujuan untuk memperkecil dan menghaluskan daun yang sudah kering.
Simplisia kering dihaluskan dengan blender kemudian di saring dengan mesh 100.
26
Proses penghalusan dan penyaringan
8. Pengepakan
Wadah yang digunakan tidak beracum/tidak bereaksi dengan bahan,
untuk simplisia daun suji dibungkus dengan menggunakan plastic polyethylene yang
tertutup rapat dengan penambahan silica gel untuk menjaga kadar air dalam
9. Penyimpanan
Simplisia ditempatkan pada ruang yang aman dan terlindung dari matahari
langsung, untuk menghindarkan kerusakan simplisia serta pengaruh luar. Faktor yang
27
BAB IV METODA PENGUJIAN SIMPLISIA
pengamatan
4.2 Pengujian Makroskopik
4.1.1 Alat dan Bahan yang digunakan
28
Alat yang digunakan adalah :
1. Indra Penglihatan
Bahan yang digunakan adalah :
1. Simplisia daun suji
2. Daun suji Segar
4.1.2 Cara Kerja
Cara Kerja Pengujian Organoleptik adalah :
1. Diamati dengan indra penglihatan terhadap warna dan bentuk daun suji. Dicatat
Dilihat dalam media air dengan pembesaran lemah (12,5 x 10) dan pembesaran
29
2. Radix, Rhizoma
Serbuk akar secukupnya ditempatkan di atas gelas objek ditambah beberapa tetes
mikroskop dengan pembesaran lemah dan bila perlu dilihat dengan pembesaran
kuat.
3. Lignum, Cortex
Serbuk batang atau kulit batang secukupnya ditempatkan di atas gelas objek
spiritus (jangan smapai mendidih). Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin
dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan bila perlu dilihat
Serbuk daun secukupnya ditempatkan di atas gelas objek ditambah beberapa tetes
mikroskop dengan pembesaran lemah dan bila perlu dilihat dengan pembesaran
kuat
5. Flos, Fructus, Semen
Serbuk bunga, buah atau biji secukupnya ditempatkan di atas gelas objek
spiritus (jangan smapai mendidih). Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin
dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan bila perlu dilihat
30
5. Penangas air 10. Cawan Penguapan
6. Pipet tetes 11. Timbangan analitik
7. Pembakar spirtus 12. Gelas ukur 10 ml
8. Kasa asbes 13. Pipet Ukur 5 ml
9. Kaki tiga
Bahan yang Digunakan adalah :
1. Simplisia Halus daun suji 8. Asam Klorida pekat
2. Kloroform 9. Logam Mg
3. Amoniak 10. Etanol
4. Asam Sulfat 2N 11. Air
5. Pereaksi Mayer 12. larutan Besi (III) Klorida
6. Pereaksi Buchardat 13. Pereaksi Lieberman-Buchardat
7. Metanol 14. Asam Sulfat Pekat
4.4.3 Cara Kerja
a. Uji Alkaloid
Cara Keja untuk uji alkaloid adalah :
1. Sampel simplisia ditimbang 2 gram ditambahkan 10 ml kloroform
2. Ditambahkan 10ml amoniak dan 10 ml kloroform, kemudian disaring
2 lapisan
4. Dididamkan, lapisan asam diambil dan dimasukan kedalam 2 tabung reaksi.
a) Lapisan asam pertama ditambahkan perekasi mayer akan timbul
endapan putih
b) lapisan kedua ditambahkan pereaksi bucchardat akan timbul endapan
merah coklat
b. Uji Flafonoid
Cara kerja Uji flavoniod adalah :
1. Ditimbang 2 gram sampel dimasukan kedalam cawan uap.
2. Ditambahkan 10 ml methanol, dipanaskan
31
3. Larutan Disaring panas-panas, filtrate kemudian dipekatkan di waterbath
4. Ditambahkan 3 tetes HCl pekat dan logam mg secukupnya. Hasilpositif
setinggi 3 cm
b) Fenol : Lapisan air ditambahkan 2-3 tetes asam klorida pekat dan FeCl 3.
titambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat maka akan terbentuk warna hijau
32
9. Pembakar spirtus
Bahan yang digunakan adalah :
1. aquadest
2. larutan iodium
3. pati beras
4. pati jagung
5. pati singkong
6. pati jagung
4.5.2 Cara Kerja
a. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodium
1. Dibuat larutan amilum 2%, dipanaskan 5 menit (mendidih) lalu didinginkan,
untuk semua jenis amilum yang diperiksa dimasukkan dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 3 tetes larutan iodium
3. Dicatat warna yang terjadi saat dipanaskan dan didinginkan untuk masing-masing
33
5.1 Hasil Pengamatan
5.1.1 Uji Organoleptik
Daun berwana hijau, terasa pahit dan sepat, beraroma daun sedikit manis
5.1.2 Uji Makroskop
Makroskopik daun suji diketahui bahwa daun suji berbentuk lancet-garis, berwarna
klorofil sebelum
dipanaskan, berwarna
Berbentuk bongkahan
dinding selnya
setelah pemanasan
34
Rimpang Kencur Tersusun oleh gelembung
berwarna hijau
menyatu
35
Batang Bratawali Berbentuk bongkahan
besar
36
Kulit Jengkol Berwarna hitam sebelum
dipanaskandan berwarna
dipanaskan, berbentuk
butiran kecil
berbentuk butiran-butiran
37
5.1.4 Uji Fitokimia
merah
38
Steroid/Terpenoid Terbentuk warna merah coklat
Singkong
39
Pemeriksaan amilum dengan mikroskop
majemuk sedikit.
5.2 Pembahasan
40
5.2.1 Uji Organoleptik
atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan
untuk simplisia. Hasil pengujian makroskopik simlisia daun suji adalah berbentuk lancet-
dan biji simplisia berbagai jenis. dilakukan untuk mengetahui bentuk simplisia jika dilihat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayaan
melintang, radial, paradermal, maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji
mikroskopis dicari unsure- unsure anatomi jaringan khas. Dari pengujian ini akan
diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-
masing simplisia.
Pada pengujian ini dilakukan terhadap 10 jenis simplisia :
1. Rimpang Bangle
Klasifikasi Tanaman Bangle
Ordo : Zingiberales
41
Famili : Zingiberaceae ( suku jahe-jahean)
Genus : Zingiber
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Principes/Palmales/Arecales
Family : Palmae/Arecaceae
Genus : Areca
42
Hasil pengamatan berbentuk butiran butiran kecil berwarna hitam kecoklatan. Butiran
saling menyatu
4. Herba Pegagan
Klasifikasitanaman pegegan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Genus : Centella
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Tinospora
43
Suku : Agavaceae
Jenis : Dracaena angustifolia
Sinonim : Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E.Br
Nama Daerah : Suji (Sunda), Semar (Jawa), Pendusta utan (Ambon).
Hasil pengamatan berwarna hijau dari klorofil sebelum dipanaskan, berwarna coklat
dinding selnya
7. Daun Cocor Bebek
Klasifikasi Tanaman Cocor Bebek
Ordo : Rosales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
44
Famili : Rutaceae
Genus : Murraya
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Physalis
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Ordo : Fabales
Genus : Pithecellobium
45
5.2.3 Uji Fitokimia
Pada Uji fotokimia simplisia daun suji,kandungan yang diuji adalah Alkaloid,
dalam kloroform ammonik, tujuannya adalah untuk memisahkan alkaloid yang terikat
pada garamnya (Harbone, 1987). Kemudian dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat
2N. Pengujian menggunakan tiga pereaksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff, pereaksi
Meyer dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi
kekuningan dengan pereaksi Meyer dan terbentuknya endapan cokelat dengan pereaksi
Wagner (Harborne dalam Priyanto, 2012). Pada uji ini hanya digunakan uji mayer dan
Buchardat, dimana komposisi pereaksi buchardat dan wagner sama sama dari KI dan I 2.
Pertama-tama sampel sebanyak 2 gram simplisia dimasukkan kedalam piala gelas
larutan hijau, setelah itu ditambahkan 10 mL amoniak (larutan tidak berwarna) dan
untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionik
dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil fenolik dari
asam tannin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tannin
akan terikat oleh kloroform. Setelah diekstraksi, larutan ini disaring dan Filtrat yang
diperoleh ditampung dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0.5 ml asam sulfat 2N, dan
dikocok kuat-kuat setelah itu didiamkan beberapa menit hingga terpisah. Penambahan
asam sulfat 2N ini berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid
agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid
yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan
menjadi dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aquous yang
polar dan kloroform yang relative kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan
atas, sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki
46
massa jenis yang lebih besar. Sedangkan pengocokan dengan kuat bertujuan untuk
melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna. Lapisan
yang terpisah diambil lapisan atas untuk diuji dengan pereaksi Buchardat, dan Meyer.
Pada uji dengan peraksi Meyer larutan menghasilkan larutan berwarna merah
kecoklatan dan tidak terdapat endapan yang menandakan bahwa sampel negatif
mengandung alkanoid. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen
pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II)
kecoklatan dan terdapat endapan berwarna coklat yang menandakan bahwa sampel positif
megandung alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Buchardat, iodin bereaksi dengan ion I -
dari kalium iodide menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion
logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid
membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Reaksi pada uji alkanoid ini
banyak terdapat pada buah dan sayuran. Flavonoid sering dikenal sebagai bioflavonoid
yang berperan sebagai antioksidan. Golongan flavonoid bersifat polar sehingga lebih larut
47
dalam pelarut polar dan semipolar. Kepolaran senyawa tersebut dikarenakan flavonoid
merupakan senyawa polihidroksi (memiliki lebih dari satu gugus hidroksil) (Harborne,
1987). Polihidroksi dari flavonon akan direduksi oleh logam magnesium dalam asam
klorida dalam larutan etanol sehingga membentuk garam benzopirilium yang berwarna
senyawa flavanoid dimana flavanoid akan bereaksi dengan Mg, setelah penambahan asam
klorida pekat terjadi perubahan berwarna merah dan larutan bawah berwarna kemerahan
sebab flavanoid mengalami perubahan serapan cahaya ke arah panjang gelombang yang
lebih besar akibat adanya reaksi reduksi oleh HCl. Warna merah pada lapisan etanol
menunjukkan adanya flavonoid pada sampel. Pada uji ini terbentuknya warna merah
menujukan bahwa daun suji mengandung flavonoid, hal ini sesuai dengan literatur.
Pada Uji Saponin , hasil pemekatan ekstrak simplisia yang tidak larut
dalam kloroform dilarutkan dalam air dan dikocok kuat yang akan menimbulkan
busa yang mantap, busa ini menunjukan keberadaan saponin pada simplisia.
Menurut literatur, Daun suji mengandung saponin, tetapi pada hasil pengujian
busa yg dihasilkan tidak stabil selama 15 meenit ,hal ini dapat disebabkan oleh
kadar saponin dalam simplisia terlalu sedikit atau karena daun bahan bakunya
48
berasal dari tempat yang berbeda sehingga kandungannya tidak sama.
Pada Uji fenol,hasil pemekatan ekstrak simplisia yang tidak larut dalam
kloroform dilarutkan dalam air ditambahkan asam klorida pekat dan larutan FeCl3,
hasil positif akan menunjukan warna merah. Penambahan FeCl3 dalam suasana
asam pekat membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah. Pada uji ini
menunjukaan hasil positif berupa larutan berwarna merah.
Reaksi uji skrining fenolik dengan reagen FeCl3 sebagai berikut
FeCl3 (aq) + 6 ArOH (s) → 6 H+ + 3 Cl- + [Fe(OAr)6]3- (aq)
Pada uji Steroid/Terpenoid larutan larut dalam kloroform dipekatkan
dingga kering kemudian di tambahkan perekasi Lieberman Burchard dan asam
sulfat pekat yang akan menunjukan warna biru hijau untuk terpenoid dan warna
merah untuk steroid. Pada pengujian terbentuk warna merah, menandakan +
mengandung Steroid. Penambahan asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk
turunan asetil. Penambahan asam sulfat pekat bertujuan untuk menghidrolisis air
yang akan bereaksi dengan turunan asetil membentuk cincin merah coklat atau
ungu
5.2.4 Uji Amilum
Amylum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian.
Amylum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer
dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.
Amilosa: Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4
glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka. Amilopektin:Terdiri atas
molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan
sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan
terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena
terdiri atas lebih 1000 unit glukosa.
Amylum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian
49
yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amylum oleh asam mineral
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif. Amylum
dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam air
ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang
bekerja terhadap amylum yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase,
amylum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β – maltose.
Identifikasi amilum secara mikroskopis dan secara kimiawi. Sampel yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah Amylum manihot, Amylum maydis,
Amylum oryzae, dan Amylum Tritici.
Identifikasi secara kimiawi kandungan amilum bertujuan untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam sampel yakni dengan cara uji
iodine. Pada uji ini sampel yang mengandung amilum akan berubah warna
menjadi biru. Sampel terlebih dahulu dipanaskan agar amilum dapat larut
sempurna dnegan air sehinggga lebih mudah dalam pendeteksian kandungan
amilum. Berdasarkan hasil percobaan sampel yang telah dipanaskan kemudian
ditetesi dengan iodine berubah menjadi biru ini dikarenakan warna biru yang
dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan
iodin. Saat dipanaskan larutan berubah menjadi tak berwarna hal ini dikarenakan
pati terlah terhidrolisis menjadi glukosayang menyebabkan hilangnya warna biru.
pada pati singkong warna biru tidak hilang seluruhnya dikarenakan kandungan
amilosayang terlarut cukup banyak sehingga belum terhidrolisis sempurna
Identifikasi amilum secara mikroskopis bertujuan agar kita lebih
mengetahui bentuk-bentuk yang khas dari masing-masing amilum pada sampel
sehingga kedepannya akan lebih memudahkan praktikan dalam membuat sediaan
farmasi.
Hasil pengamatan pati jagung berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau butir
bulat, kemudian terdapat butir pati dan hilus yang berupa rongga atau celah . Hasil
pengamatan pati gandum Butir bentuk cakram besar seperti ginjal; bentuk bulat telur
50
sepanjang poros utama; butir bersegi banyak/bulatan kecil. hilus dan lamella sulit terlihat.
Hasil pengmatan pati beras butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur,
terdapat butir telur dan hilus yang tidak terlihat jelas, dan tidak terdapat lamella. Hasil
pengamatan pati singkong berupa butir tunggal,butir agak bulat atau bersegi banyak butir
kecil, ada butir pati,dan juga hilus yang berupa garis dan titik, ada juga lamella tapi tidak
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
51
3. Proses pembuatan simplisia terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: Pengumpulan
DAFTAR PUSTAKA
52
Aldi, Yufri,dkk. 2015. Aktivitas Ekstrak Daun Suji (Dracaena angustifolia Roxb.)
sebagai Antianafilaksis Kutan Aktif pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi
& Klinis, 1(2), 150-158
Anggraini,Devina Ingrid, dkk. 2018. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena
angustifolia Roxb.) on in vitro cholesterol lowering. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi 21 (2) (2018): 54 – 58. 18 September 2018. Tersedia
:http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa
Daulay, Anny Sartika. 2018. KARAKTERISASI SIMPLISIA KLOROFIL DAUN SUJI
HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT AIR. Jurnal Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan PkM hal 70-75
Effendi, Freddy . 2018 . Penuntun Praktikum Farmakognosi I . Bogor : STTIF Bogor
Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Terjemahan Suminar
Achmadi. Jakarta: Erlangga.
Karmila, Ira. 2015. FARMAKOGNOSI.
http://irakarmila08.blogspot.com/2015/06/Farmakognosi.html?m=1 . Diakses pada
tanggal 29/09/18 pukul 10:07 pm
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Novariana, ina. 2014. Identifikasi Amilum (Farmakognosi).
http//inanovarina.blogspot.com/2014/12/identifikasi-amilum-farmakognosi.html?
m=1 . Diakses pada 26 september 2018 puku 21.35 WIB
Putranri, Ristyana Ika. 2013. Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Rumput Laut Sargassum Oluplicatum dan Turbinaria Ornata dari
Japara. (Online). Sumber: www.epriats.undip.ac.id. Diakses pada 5
September 2016
Purwaningtyas, Hapsari putrid, dkk. Tanpa tahun. FORMULASI PERMEN JELLY
EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) – DAUN SUJI (Pleomele
angustofolia) Formulation Of Jelly From Candy Betel (Piper betle L.) –Suji
(Pleomele angustofolia) Leaf Extract. Surakarta : Fakultas Teknologi dan
Industri Pangan Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Wardana, Andika Pramudya. 2016. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Isolasi Dari
Eksrtak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Gowok (syzygius polycephalum)
dan Uji Aktivitas Antioksidan. Skripsi Sarjana Pada Jurusan Kimia FMIPA
53
Universitas Negeri Surabaya: tidak diterbitkan
Wulandari, Friska Rosdiana,dkk. Tanpa Tahun . KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI
PELARUT PENGEKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU PERDU (Premna oblongifolia
Merr) DAN DAUN SUJI (Dracaena angustifolia (medik) Roxb) TERHADAP
KADAR KLOROFIL. Bogor: FMIPA Universitas Pakuan
Zulfa, Elya dkk.2018. Aktivitas Antibakteri Daun Suji Pada Bakteri Streptococuc
Mutans. Jurnal Ilmiah Cendikia Eksakta ISSM 2528-5912. 20 September
2018. Tersedia : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=aktivitas
%20bakteri%20daun
%20suji&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiZ3qXTnc3d
AhUKuY8KHWv-C40QFjAAegQICBAC&url=https%3A%2F
%2Fpublikasiilmiah.unwahas.ac.id%2Findex.php%2FCE%2Farticle
%2Fdownload%2F2138%2F2142&usg=AOvVaw3NP9MXgoPoH-
6NXTw4DIz9
54