6775 16032 1 SM
6775 16032 1 SM
Nasruddin AS
Abstract: The shift of traditional clothing in society is very common to happen because of an attempt to adapt
with new need. The happening of shift in traditional clothing of marriage in Perlak Asan village, Sakti Sub-dis-
trict, Pidie Regency focus more on the clothes during religious rite and cultural rite of marriage. This research
is using qualitative method which is observation, interview and documentation. The result of research show
that traditional clothing for marriage is changing from traditional into modern. But the shift is about the mod-
ernization of the clothes which show the process of social culture transformation as the urge of society to be
up to date with global world. Traditional clothing that is being used consists of values or messages that want
to be delivered by the brides. Traditional clothing for example is Acehnese clothing, Seloyor. And modification
of modern clothing is Acehnese clothing Duyung, Indian wedding dress, Barbie dress, Kebaya gown and Kebaya
robe.
Abstrak: Pergeseran pakaian adat dalam masyarakat adalah sesuatu yang lumrah terjadi karena ada usaha
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang baru. Terjadinya pergeseran pada pakaian adat perkawinan
Gampong Perlak Asan Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie lebih terfokus pada baju yang digunakan pada saat
pernikahan dan resepsi perkawinan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu sebuah
metode dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pa-
kaian adat pada acara perkawinan sudah mengalami pergeseran dari tradisional menjadi modern. Namun
pergeseran yang terjadi bersifat kepada bentuk modernisasi yang mana proses perubahan sosial budaya
terlihat dari adanya keinginan masyarakat untuk mengenal dan mengikuti perkembangan zaman. Pakaian
adat yang digunakan mengandung suatu nilai atau pesan-pesan yang ingin dicapai oleh si pengantin, baik
yang masih digunakan maupun tidak digunakan lagi. Pakaian tradisional yaitu seperti pakaian Aceh, seloyor,
sedangkan pakaian modern yang sudah dimodifikasikan adalah pakaian Aceh duyung, baju pengantin india,
gaun barbie, kebaya gaun, dan kebaya gamis.
1
Nasruddin AS
1
T.H. Faisal Ali, Identitas Aceh Dalam Perspektif 4
Muhammad Umar (EMTAS), Peradaban Aceh
Syariat & Adat, (Banda Aceh: Badan Arsip dan Per- (Tamaddun) I, (Banda Aceh: CV. Boebon Jaya,
pustakaan Aceh, 2013), hal. 3. 2008), hal. 96.
2
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 2
3
Pergeseran Budaya Masyarakat Perlak Asan: Studi Kasus tentang Pakaian Adat
kaian adat perkawinan yang telah ditradisikan Orang Aceh juga tidak setia pada budayanya
oleh masyarakatnya, tentu saja telah men- sehingga mereka dapat melunturkan nilai ke
gandung nilai-nilai atau pesan yang hendak Acehannya itu sendiri.
diterima terutama oleh si pemakai. Nilai-nilai
Di dalam perkembangan modern pa-
atau makna simbolis yang terkandung di da-
kaian adat perkawinan yang digunakan oleh
lam pakaian adat tersebut telah diyakini dan
kaum pria dan wanita di Aceh sudah tidak lagi
diterima secara umum oleh masyarakat pen-
mencerminkan nilai keAcehannya.8 Tapi sudah
dukungnya.5 Pakaian adat perkawinan di Aceh
mengikuti cara berpakaian orang luar dan me-
sudah sedikitnya mengalami pergeseran kare-
madukan pola adat luar dengan adat di Aceh,
na faktor orang luar yang metetap di sini, kare-
seperti pakaian pengantin adat di India, pa-
na itulah terjadi perubahan-perubahan pada
kaian seloyor sudah ada di Aceh. Ini pertanda
masyarakat.
budaya luar sudah mempengaruhi sendi-sendi
Masalah pakaian adat perkawinan pada kehidupan bermasyarakat dan berbudaya di
suku bangsa Aceh pada masa yang lampau kalangan masyarakat Aceh. Pergeseran dan
dikenal dengan berbagai jenis. Dalam perkem- perubahan budaya seirama dengan perkem-
bangan zaman, bentuk pakaian adat perkaw- bangan zaman dan kemajuan suatu bangsa.9
inan yang dulu sudah tidak dapat dijumpai lagi
sekarang.6 Pada saat sekarang hanya dapat kita
dengar melalui cerita tokoh adat (orang tua di Kondisi Sosial Budaya dan Keagamaan
Gampong) dan melihat dari gambar karena su- Masyarakat
dah jarang yang memakainya.
Sosial-budaya merupakan suatu konsep
Setiap masyarakat senantiasa mengalami untuk menelaah asumsi-asumsi dasar dalam
perubahan. Perubahan budaya yang merupa- kehidupan masyarakat. Sistem kebudayaan
kan suatu gejala umum yang terjadi sepanjang sangat luas, karena meliputi hampir seluruh
masa di dalam setiap masyarakat. Perubah- aktivitas manusia di dalam kehidupannya.10
an budaya juga akan timbul akibat timbulnya
Kondisi sosial budaya pada masyarakat
perubahan lingkungan masyarakat dan pen-
Aceh pada umumnya di Gampong Perlak Asan
garuh dari kebudayaan lain. Tampak halnya
Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, mereka
budaya Aceh sekarang ini sudah terjadi erosi
menyempatkan diri dalam menghadiri berb-
(erosi), hal itu disebabkan oleh pengaruh dari
agai macam rapat, ikut berpartisipasi dalam
luar karena sikap budaya Aceh telah bergeser
segala hal dan peduli akan sesama seperti
dari globalisasi yang tidak dapat dielakkan.7
adanya kegiatan samadiyah, gotong royong
5
Zakaria Ahmad, Pakaian Adat Tradision-
dan lain sebagainya yang ada di Gampong.11
al Daerah Propinsi Istimewa Aceh,(Banda Aceh:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Aceh,
1986), hal.10. Ibid., hal. 112.
8
6
Ibid., hal. 11. Ibid., hal. 113.
9
7
M. Jakfar Puteh, Sistem Sosial Budaya dan
10
M.Jakfar Puteh, Sistem Sosial Budaya dan
Adat Masyarakat Aceh, (Banda Aceh: Grafindo Lit- Adat Masyarakat Aceh…, hal. 90.
era Media, 2012), hal. 106. 11
Hasil wawancara dengan Syamsuddin
4
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 3
5
Nasruddin AS
Gotong royong adalah salah satu pola hidup oleh etnik di Indonesia merupakan suatu un-
masyarakat yang mencakup seluruh warga sur kebudayaan nasional dan pakaian adat tr-
gampong mulai dari anak-anak sampai den- adisional ini juga dimiliki oleh seluruh bangsa
gan orang dewasa, ini sangat erat hubungan- yang ada di Indonesia. Pakaian adat tradision-
nya dengan istilah berat sama dipikul ringan al pada suatu suku bangsa di Aceh khususnya
sama dijinjing, seperti pula saat adanya acara di Gampong Perlak Asan, berarti suatu pa-
pesta perkawinan, dalam masyarakat sangat kaian yang telah menjadi tradisi secara turun
antusias membantu terlaksananya pesta per- – temurun dari nenek moyang mereka. Pa-
kawinan itu. 12
kaian yang mereka pakai itu sangat tergantung
kepada tinggi rendahnya ilmu dan harta yang
Menyangkut kondisi keagamaan semua
mereka miliki, seperti yang ada di Gampong
masyarakat di Gampong Perlak Asan berag-
perlak Asan pakaian tradisional yang mereka
ama Islam. Dalam hal keagamaan dan kedun-
gunakan dapat menutupi aurat karna mereka
iawinya di mana masyarakat masih memiliki
semua menganut agama Islam.
kesadaran terhadap pentingnya pengetahuan
Agama di desa tersebut sehingga tradisi men- Pakaian adat tradisonal merupakan salah
gaji anak-anak dan remaja masih dilakukan satu unsur budaya dari masyarakat, yang ke-
sampai sekarang di meunasah dan juga di bale budayaan dasarnya itu bersifat dinamis (se-
yang ada di desa tersebut. Bagi masyarakat lalu tumbuh dan berkembang). Perubahan
Aceh khususnya Gampong Perlak Asan hubun- budaya itu terjadi karena pengaruh baik dari
gan dengan kebenaran Tuhan merupakan ba- luar maupun dari dalam yaitu usaha untuk
gian budaya dalam hidupnya dan jalan mencari menyesuaikan dengan kebutuhan yang baru
pembenaran itu, melalui jalan kepercayaan dan menggeserkan unsur-unsur lama.14
ketauhidan kepada Allah SWT sebagai ajaran
Pakaian adat tradisional di Aceh biasanya
pokok akidah Islami. Sumber kepercayaan dan
adalah pakaian Ulee Balang (hulu balang),15
keyakinan masyarakat tersebut adalah agama
pakaian yang biasa digunakan oleh para raja
Islam sebagai “Din-al Allah”.13
dan keluarganya. Pakaian adat tradisional di
Aceh yang dapat digunakan untuk para raja
beserta warisan dan keturunannya dan juga
Macam-macam Pakaian Adat Tradisional
untuk para pemuka agama. Pakaian tersebut
dan Modern dalam Perkawinan di Gam-
merupakan kategori tertinggi dalam kepemi-
pong Perlak Asan Kabupaten Pidie
mpinan Aceh yang dapat menggunakan busa-
Pakaian adat tradisional yang dimiliki na, di Aceh busana tersebut hanya dapat di-
gunakan oleh orang – orang golongan di atas.
Keuchik Gampong Perlak Asan, 12 Juli 2016.
12
Muhammad Liyansyah, Rondang Bintang Zakaria Ahmad, Pakaian Adat Tradisional
14
Wisata Etnografi Tahunan Simalungun, (Banda Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh..., hal. 84.
Aceh: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2011), hal. 12. 15
Kepala sebuah Nanggroe melalui pengan-
13
H. Badruzzaman Ismail, Sistem Budaya Adat ugrahan dan adanya pengakuan dari Sultan dan
Aceh dalam Membangun Kesejahteraan, (Banda mereka diharuskan membayar uperti dari hasil
Aceh : CV. Boebon Jaya, 2013), hal. 4-5). daerah masing-masing kepada Sultan.
6
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 4
7
Pergeseran Budaya Masyarakat Perlak Asan: Studi Kasus tentang Pakaian Adat
Pakaian yang digunakan pada acara perkaw- zaman yang modern. Perbedaan yang nampak
inan adalah adat tradisional pada suatu daer- dari pegeseran itu terlihat dari corak, warna,
ah dan bearti pakaian yang sudah menjadi tr- motif dan sekarang di baju sudah dibordir dan
adisi pada sebuah suku tersebut. Pakaian adat kain yang dipakai sekarang berbahan sutera,
yang digunakan mengandung suatu nilai atau dulu menggunakan bahan beldu .16
pesan-pesan yang ingin dicapai oleh si pen-
Namun pakaian adat yang sudah men-
gantin, baik yang masih digunakan maupun
galamai pergeseran yang dimodifikasi dengan
yang tidak digunakan lagi.
budaya asing yaitu pakaian yang sudah diran-
Pakaian adat tradisional sekarang juga ma- cang dengan desain model baru seperti pa-
sih digunakan, untuk membedakan bagaima- kaian Aceh duyung, baju pengantin india, gaun
na perbandingan satu pakaian adat dengan barbie, kebaya gaun, kebaya gamis dan lain se-
pakaian adat yang lain. Tidak mungkin waktu bagainya. Baju pakaian adat modern itu sama
acara perkawinan pengantin hanya menggu- artinya baju adat yang sudah dimodifikasikan.
nakan satu baju saja, tetapi dari mereka ada Baju adat modern terlihat lebih muslimah dari
yang pakai dua baju atau lebih dan itu menurut pada baju adat yang dipakai oleh masyarakat
permintaan konsumen dan menurut keadaan dulu, karena sekarang semuanya sudah me-
ekonominya. Pakaian pengantin di Aceh khu- makai jilbab.17 Pakaian adat pengantin pria
susnya di Kabupaten Pidie merupakan salah dengan perempuan memang berbeda meski-
satu warisan budaya yang harus dipertahank- pun sama-sama memakai pakaian adat Aceh,
an dan dilestarikan oleh masyarakat di Gam- pengantin wanita harus menutup kepala.
pong tersebut.
Pakaian pengantin itu merupakan suatau
Berdasarkan hasil penelitian, penulis khas pakaian yang dipakai waktu duduk di
melihat telah terjadinya pergeseran budaya persandingan yaitu dipelaminan antara pria
pada pakaian adat di Gampong Perlak Asan, dan wanita pakaiannya berbeda.
masyarakat di situ lebih menyukai pakaian
1. Linto Baro memakai celana, baju ber-
yang sudah dimodifikasi. Pakaian yang dipa-
kasab dan kupiah meukutop serta
kai oleh masyarakat Perlak asan pada saat
tangkulok (destar) dan di pinggangn-
acara Perkawinan dulu yaitu seperti pakaian
ya dililit kain sarung dan rencong.
Aceh, seloyor. Sebagian besar pakaian adat
tersebut masih dipakai oleh masyarakat dan 2. Dara Baro memakai celana berkasab,
tidak menghilangkan budaya tersebut begitu baju, jelbab, mahkota, gelang tangan,
saja meskipun budaya pada pakaian tersebut gelang kaki, kalung dan perhiasan
sudah mengalami pergeseran. Pergeresan ini lainnya. Baju dan celana semua ber-
terlihat dari minat pengantin dalam memakai kasab dengan motif yang menarik,
pakaian tradisional sudah mulai berkurang. dipakai benang emas yang biasanya
Dari aksesoris di kepala pengantin tersebut Hasil wawancara dengan Idawati Perias Pen-
16
mulai sedikit berubah dari masa dulu ke masa gantin, 25 Juli 2015.
sekarang karena mengikuti perkembangan
17
Hasil Wawancara dengan Idawati..., 25 Juli
2016.
8
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 5
9
Nasruddin AS
bermotif bunga, buah dan daun serta tetapi masih dengan nilai-nilai yang Islami.20
motif lainnya. 18 Pergeseran budaya merupakan gejala umum
yang terjadi dalam setiap masyarakat Aceh.
Pakaian pengantin wanita banyak me-
Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat
makai perhiasan dan pernak pernik, karena
dan sifat dasar manusia yang menginginkan
dengan memakai perhiasaan tersebut tampil
adanya perubahan. Oleh karena itu, leluhur
lebih cantik dan menarik. Warna baju wanita
kita dahulu telah mengingatkan dalam sebuah
tidaklah sama dengan warna baju yang dipakai
Hadih Maja :
pengantin dulu, sekarang warna baju dan cel-
ana tidak mesti warna hitam lagi bahkan mer- Matee aneuk meupat jeurat,
eka lebih suka memakai warna-warni supaya
Matee adat pat ta mita.21
kelihatan lebih cerah saat dirias, bahkan war-
na baju dengan celana sama serta di bajunya Mati anak ada kuburan,
sudah menggunakan bordir. Semua dari baju
Mati adat dimana kita cari.
adat tradisional tersebut dipadukan dengan
sulaman-sulaman benang emas. Celana yang
dipakai oleh wanita itu sileuweu tham asee
Ungkapan diatas bukan hanya kata-ka-
(celana yang lebar pinggang sampai ke kaki
ta indah semata saja, namun ini merupakan
agak sempit) dan celana yang dipakai oleh pria
suatu makna dengan nilai filosofi yang perlu
namanya abah keumeurah (pha gajah). 19
dikembangkan dalam masyararakat Aceh.
19
Hasil wawancara dengan Yanti, Perias Pen- Adat Masyarakat Aceh…, hal. 3.
gantin 25 Juli 2015. 21
Ibid., hal. 140.
10
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 6
11
Pergeseran Budaya Masyarakat Perlak Asan: Studi Kasus tentang Pakaian Adat
12
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 7
13
Nasruddin AS
ih maju. Hal ini sudah biasa terjadi dalam juan teknologi yang canggih bagi kehidupan
lingkungan kemasyarakatan. Faktor ini me- masyarakat. Dari teknologilah kita dapat
nentukan pengantin dalam memilih baju apa memudahkan para pengguna pakaian dalam
yang dipakai yang menurut pilihan sendiri segala bidang. Kemajuan zaman sekarang
dari pemilik tata rias.26 disebabkan oleh teknologi yang mendukung
kemodernisasi. Perubahan itu terjadi kare-
3. Faktor Ekonomi
na perkembangan pemikiran manusia dari
Ekonomi merupakan salah satu sistem masyarakat yang agraris (perdesaan) ke mas-
pengendalian sosial dalam masyarakat Aceh.27 yarakat yang mengandalkan manusia ke tena-
Salah satu penyebab dari pergeseran budaya ga mesin. Pergeseran itu tidak akan terjadi jika
adalah pengantin sendiri memilih baju dise- tatanan budayanya berakar secara baik dalam
babkan oleh keadaan ekonomi. Dengan adan- diri kita sebagai masyarakat. Manusia juga ti-
ya uang yang mereka miliki si pengantin dapat dak akan hidup dalam keadaan statis, tetapi
menyewakan berbagai jenis pakaian. Pen- niscaya ada dalam perubahan.
gantin yang memiliki uang banyak pasti akan Dari hasil observasi penulis, dampak yang
menyewakan berbagai macam pakaian, tetapi dilihat dari pergeseran pakaian adat dalam
jika pengantin yang mempunyai uang pas-pas- acara perkawinan yang terjadi di Gampong
san hanya menyewakan beberapa pakaian Perlak Asan. Dampak yang terjadi semakin hi-
bahkan hanya satu baju saja sudah cukup.28 lang budaya asli semakin melekatnya budaya
Faktor internal, eksternal dan ekonomi itu luar tetapi adat aslinya tetap ada. Karena mas-
telah menjelaskan tentang pergeseran budaya yarakat sekarang tidak segan-segan mengiku-
pada pakaian adat yang terjadi di Gampong ti budaya orang, tetapi pada hakikatnya juga
Perlak Asan. Pergeseran pakaian tradisional sama. Banyak masyarakat luar yang tinggal di
ke pakaian modern ini juga memiliki faktor gampong Perlak Asan sehingga msyarakat di
lain. Faktor lainnya terlihat dari kelemahan Gampong itu menyukai pakaian yang mereka
dan kelebihan dari pakaian adat tradisional pakai. Mereka lebih menyukai model-model
tersebut. pakaian adat Aceh yang sudah dimodifikasi di
saat pesta perkawinan karena dari corak, war-
na, motif, desainnya lebih menarik dan tampak
Dampak Pergeseran Budaya pada Pakaian lebih menawan serta tidak menghilangkan
Adat Perkawinan konsep aslinya yaitu sopan, Islami dan berm-
artabat.29 Pergeseran budaya ini memiliki
Perubahan sosial-budaya yang merupa- dampak terhadap kehidupan sehari-hari dari
kan suatu hal yang biasa terjadi dalam kema- perkembangan zaman. Di sini ada dua dampak
26
Hasil wawancara dengan Ismail, tokoh yang terkait dengan pergeseran budaya antara
masyarakat, 23 Juli 2016. lain :
27
A. Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh...,
hal. 69.
28
Hasil wawancara dengan Yulianti, pengantin Hasil wawancara dengan Muhammad Hasan,
29
14
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 8
15
Pergeseran Budaya Masyarakat Perlak Asan: Studi Kasus tentang Pakaian Adat
- Masyarakat kita menjadi tidak ket- Pakaian merupakan salah satu produk ke-
inggalan jaman dalam bidang fashion budayaan yang semakin hari semakin berkem-
yang terjadi di Aceh sekarang. Dampak bang, jadi pakaian adat yang dipakai oleh
ini dirasakan oleh masyarakat yang masyarakat Gampong Perlak Asan merupakan
primitif dan terisolir. suatu budaya yang sudah diwariskan dan ha-
rus dilestarikan. Pakaian di acara perkawinan
- Sudah diikuti oleh semua lapisan mas- itu dipakai seiring dengan perkembangan
yarakat lewat teknologi yang canggih. zaman, namun tetap mempertahan nilai-niai
2. Dampak Negatif dan unsur didalamnya.
4. Nilai Sosial
16
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 9
17
Nasruddin AS
18
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 10
19
Pergeseran Budaya Masyarakat Perlak Asan: Studi Kasus tentang Pakaian Adat
dan seringkali menjadikan prilaku masyarakat Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa De-
yang kosumtif. Tapi dampak negatif ini belum pan, Jakarta : Yasasan Obor Indonesia,
2006.
semua terlihat jelas pada masyarakat Gam-
pong Perlak Asan itu tergantung sama pribadi Judi Achjadi, Pakaian Daerah Wanita Indone-
masing-masing pemakainya. sia, Djambatan : 1974.
Muhammad Husen, Adat Aceh, Banda Aceh : Di-
nas Pendidikan dan Kebudayaan, 1970.
Daftar Pustaka
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu So-
sial, Yogyakarta : Erlangga, 2009.
Ali Hasjmy, Pedoman Umum Adat Aceh, Edisi Muhammad Liyansyah, Rondang Bintang
I, Banda Aceh : Lembaga Adat dan Kebu- Wisata Etnografi Tahunan Simalungun,
dayaan Aceh, 1990. Banda Aceh: Balai Pelestarian Nilai Bu-
daya, 2011.
Alwahidi Ilyas, Budaya Aceh, Banda Aceh :
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Muhammad Umar (EMTAS), Peradaban Aceh
2009. (Tamaddun) I, Banda Aceh: CV. Boebon
Jaya, 2008.
A. Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh, Suatu
Analisis Interaksionis, Integrasi, dan Konf- Mahmut Tammat dkk., Seni Rupa Aceh, Banda
lik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003. Aceh : CV. Sepakat baru, 1996.
Bogok Suyanto, Metode Penelitian Sosial; Berb- M. Jakfar Puteh, Sistem Sosial Budaya dan Adat
agai Alternatif Pendekatan, Jakarta : Ken- Masyarakat Aceh, Banda Aceh: Grafindo
cana, 2008. Litera Media, 2012.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualita- Nasruddin Sulaiman, dkk, Aceh Manusia Mas-
tif, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006. yarakat Adat dan Budaya, Banda Aceh :
Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh,
, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakar- 1992
ta : Kencana, 2006.
, Pakaian dan Perhiasan Pengan-
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kuali- tin Etnis Aceh, Banda Aceh: Departemen
tatif, Jakarta : Grasindo, 2010. Pendidikan nasional, 2000.
Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indo- Radius, dkk, Adat Perkawinan Etnis Singkil
nesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990. (Hasil Observasi), Banda Aceh : Dinas Ke-
D. Akhmad, Pengantar Antropologi, Bandung: budayaan dan Pariwisata, 2008.
Amico, 1981. Syamsuddin Daud, Adat Meukawen (Adat Per-
Eksposa, Majelis Adat Aceh Provinsi Nanggroe kawinan Aceh), Banda Aceh : CV. Boebon
Aceh Darussalam, MAA Provinsi NAD : Se- Jaya, 2013.
jahtera Perdana Ofiset, 2003. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indo- Bandung : Alfabeta, 2012.
nesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, , Metode Penelitian Kuantitat-
1990. if, Kualitatif dan Reseacrh dan De-
H. Badruzzaman Ismail, Sistem Budaya Adat veloment, Bandung: Alfabeta, 2006.
Aceh dalam Membangun Kesejahteraan,
Banda Aceh : CV. Boebon Jaya, 2013. T.H. Faisal Ali, Identitas Aceh Dalam Perspektif
20
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 11
21
Nasruddin AS
22