Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
‘PEMBERIAN OBAT’
DISUSUN OLEH :
NURI SURYANI
(2020242019)
( ) ( )
TAHUN 2020/2021
1
A. Konsep Dasar Pemberian Obat
1. Pengertian
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang
dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau
mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.
Pemberian obat melalui mulut merupakan cara paling mudah dan paling sering
digunakan. Obat yang digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek yang
lama.
b. Parenteral
Pemberian obat melalui parenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh.
Pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari mulut
merupakan ktrak indikasi.
c. Topical
Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-obat yang diberikn biasanya memiliki
efek local, obat dapat dioleskan pada area yang diobati atau medicted baths. Efek
sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.
d. Inhalasi
Jalan napas memberikan tempat yang luas untuk absobsi obat, obat diinhalasi melalui
mulut ataupun hidung.
2
toleransi
keadaan patofisiologi
bentuk sediaan dan cara pemakaian
waktu pemakaian
interaksi obat
Alergi kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan sebanyak
mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam
pelaporan.
3
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Indikator Pengkajian :
4
Riwayat kehamilan dan menyusui (untuk klien wanita).
Baca kembali dengan teliti catatan pemakaian obat klien, hal ini dilakukan untuk
menghindari pemberian obat yang dapat mempengaruhi efek obat yang telah
diberikan sebelumnya.
Diet makanan dan cairan klien, hal ini berkaitan dengan penatalaksanaan
pengobatan pada klien. Untuk klien yang akan menjalani pembedahan sementara
waktu akan diperintahkan NPO, maka perawat harus mengingatkan klien untuk
menghentikan pemakaian obat secara oral, dan juga menanyakan kepada tim medis
obat pengganti untuk klien.
Hasil pemeriksaan laboratorium, yang berguna untuk mengevaluasi efek
pengobatan (terapi dan non terapi). Contoh: status koagulasi pada pembuluh darah
vena, elektrolit darah (Na, K, Ca, P), level leukosit / trombosit, serum kreatinin
(fungsi ginjal), fungsi hepar (SGOT / SGPT).
Lakukan pemeriksaan fisik, sebelum memberikan obat perawat perlu melakukan
pengkajian dengan cepat meliputi kemampuan klien untuk menerima obat yang
diberikan, misalnya: kemampuan menelan (PO), kondisi pembuluh darah vena (IV),
sistem gastrointestinal (peristaltik, mual, muntah), massa otot (IM), tanda-tanda vital
(TD/N/RR/S),
2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan hasil pengkajian. Dibawah ini beberapa contoh
diagnosa keperawatan untuk terapi obat.
5
c. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
1) Penurunan kekuatan
2) Nyeri dan ketidaknyamanan
3. Intervensi
Saat dan setelah memberikan obat, yang harus perawat lakukan adalah :
Melakukan observasi akan efek non terapi yang timbul secara teratur
Berkolaborasi dengan tim medis dan farmasist untuk bersama-sama membuat strategi
untuk meminimalkan efek non terapi yang mungkin timbul pada klien.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien terkait dengan interaksi obat dengan
obat lain yang diberikan, makanan, dan alkohol. Kebiasaan dan sifat adiktif terhadap
obat, cara melakukan pencatatan sederhana terkait pemakaian obat mandiri, tanda dan
gejala yang mungkin timbul pada reaksi tubuh terhadap efek obat.
Mengukur pelayanan psikologi
Mengukur pelayanan fisik
6
4. Implementasi
Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Penyuluhan dan pengajaran pada fase ini merupakan tanggungjawab perawat.
Dalam beberapa ruang lingkup praktek, pemberian obat dan pengkajian efek obat juga
merupakan tanggung jawab keperawatan yang penting. Selain itu dalam perawat harus
mampu mencegah resiko kesalahan dalam pemberian obat.
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yang
salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh
setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan
pemberian obat.
Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien,
harus ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek
samping yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan dan upaya yang
dilakukan untuk menetralkan obat.
Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut.
Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi
hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan
analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang
dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu
komite interdisiplin mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah
sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
5. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi
atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan
tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :
7
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diperbaiki
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif dengan tujuan
dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum
teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.
P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai
(tujuan tercapai).
A. Pengertian
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi
di dalam tubuh. Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pengobatan diantaranya
absorpsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metabolism obat, dan ekskresi.
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya: oral,
parenteral, rectal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan hidung. Dengan menggunakan prinsip
enam tepat dalam pengobatan yakni tepat pasien, obat, dosis, rute, waktu, dan
dokumentasi.
Teknik pemberian obat adalah cara untuk menghadapi masalah kesehatan yang dialami
oleh masyarakat. Masyarakat dapat dengan mudah memilih jenis maupun tekhnik
pemberian obat padanya. Untuk itu dalam menncapai kesehatan yang sempurna
masyarakat harus tahu bagaimana tekhnik pemberian obat itu sendiri.
8
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami pemberiaan obat secara oral, sublingual, parentral dan
anal
2. Agar mahasiswa mudah melaksanakan praktek dengan teori yang telah di paparkan
3. Agar mahasiswa mampu menerapkannya dalam dunia kesehatan
Oral adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat
iniOral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman.
Oral merupakan suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara
memberikan obat-obatan sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Obat dapat juga
diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Kelemahan
dari pemberian obat secara oral adalah efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika
pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika
rasanya pahit (rasa jadi tidak enak).
2. Tujuan pemberian
Tujuan dari pengobatan ini yaitu agar suatu obat dapat mencapai tujuan kesembuhan,
molekul obat harus dapat diabsorpsi pada saluran pencernaan dan masuk ke dalam sistem
sirkulasi dalam jumlah yang diinginkan. Karenanya pemberian obat yang paling
menyenangkan adalah pemberian secara oral. Hal tersebut dikatakan Guru Besar Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU) Prof. Matheus Timbul Simanjutak.
3. Persiapan alat
- Baki berisi obat
- Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
- Pemotong obat (bila diperlukan)
- Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
- Gelas pengukur (bila diperlukan)
- Gelas dan air minum
- Sedotan
9
- Sendok
- Pipet
- Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
4. Prosedur kerja
1. Siapkan peralatan dan cuci tangan
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah,
adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung
dll)
3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan
cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah
pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang
meminta.
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat
yang diperlukan) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat
yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan
tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
10
3. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan
tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat
tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
4. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
5. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas
tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang
mengering pada tutup botol.
6. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan
spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah
agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah
merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah
efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme
di dinding usus dan hati dapat dihindari.
11
Persiapan
1) Cek perencanaan Keperawatan klien
2) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan Persiapan Alat
3) Obat yang sudah ditentukan
4) Tongspatel (bila perlu)
5) Kasa untuk membungkus tongspatel
Pelaksanaan
1) Perawat cuci tangan
2) Memasang tongspatel (jika klien tidak sadar) kalau sadar anjurkan klien untuk
mengangkat lidahnya
3) Meletakan obat dibawah lidah
4) Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
5) Perawat cuci tangan
6) Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
Obat-obatan topical adalah jenis obat yang dimaksudkan untuk memberikanreaksi atau
pengaruh langsung pada tempat tertentu atau secara lokal.
Obat ini tidak digunakan untuk oral ataupun injeksi. Obat jenis ini dapat mengakibatkan
reaksi toksik apabila diabsorbsi kedalam sistim peredaran darah. Namun obat inidapat
bermanfaat apabila digunakan pada kulit atau membrane mukosa. Agenstopical di
gunakan untuk mengobati berbagai gangguan dalam area yang terlokalisasi. beberapa
bentuk obat ini dipersiapkan untuk diabsorbsi kulit guna memberikan dampak secara
sistemik. bila tempat pemakian mudah dijangkau seperti kulit, suatu obat mudah
diletakkan diatasnya. Namun bila tempatnya merupakan rongga, seperti hidung, atau
bagian tertutup seprti mata, maka diperlukan alat untuk pemakian mekanis untuk
memasukkan obat.
12
3) Melindungi permukaan kulit
4) Mengurangi iritasi kulit local
5) Menciptakan anastesi local
6) Atau mengatasi infeksi atau iritasi
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di
alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur
dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering
jika mengandung alkohol yang tinggi.
Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila
didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis
air. Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan
bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk
melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan
sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh
pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek
generik.
Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas
tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep digunakan sebagai
pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang
diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep
mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit
kering selain itu juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak
atau lemak.(Jean Smith, Joyce Young dan patricia carr, 2005 : 684)
13
Pemakaiann berdasarkan tempatnya
1. pemakaian di kulit.
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, spray atau salep.
Cara keja:
1) cuci tangan terlebih dahulu
2) kemudian pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan lalu
bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat
3) selanjutnya berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan atau mengompres
4) Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati
5) Cuci tangan kembali
2. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata.
14
3. Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau salep.
Cara kerja Prosedur Kerja (dilakukan bersama dengan keluarga atau tenaga medis):
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang akan
diobati, usahakan agar lubang telinga diatas
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang (pada
orang dewasa), kebawah pada anak-anak
5) Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis
6) Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan salep kemudian
masukan atau oleskan pada liang telinga
7) Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit
8) Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan
9) Cuci tangan
4. Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang dapat
dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring
Bentuk-bentuknya :
1) Tetes hidung (nasal drops) ditujukan untuk bayi, anak-anak dan dewasa. contohnya
Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.
2) Semprot hidung (nasal spray) ditujukan untuk orang dewasa. contohnya Afrin, Iliadin,
Otrivin.
3) Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray) ditujukan untuk
anak-anak usia tidak kurang dari 4 tahun dan dewasa. contohnya Beconase, Flixonase,
Nasacort AQ, Nasonex, Rhinocort Aqua.
Cara kerja:
1) Cuci tangan Atur posisi dengan cara
15
2) Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
3) Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
4) Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
5) Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
6) Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
7) Cuci tangan
Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik.
Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
a. Definisi
Ampul merupakan wadah obat terbuat dari gelas bening dengan bagian leher menyempit.
Tempat ini berisi obat dengan dosis tunggal dalam bentuk cair. Untuk pemakaian obat
perawat perlu mematahkan leher ampul agar obat dapat di ambil.
b. Tujuan
1) Menyiapkan dan menghisap dengan menggunakan teknik aseptic.
2) Agar obat yang diberikan tepat takarannya sesuai dengan instruksi dokter.
3) Obat siap diberikan kepada pasien.
c. Persiapan alat
16
4) Jarum steril ekstra (bila perlu)
5) Kapas alcohol
6) Baki obat
7) Label obat
8) Bak spuit
9) Bengkok
d. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dari ampul
1) Pertahankan sterilitas spuit, jarum dan obat ketika mempersiapkan obat dengan
menggunakan prinsip steril.
2) Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas tissue.
e. Prosedur Kerja
Cuci tangan
Siapkan alat-alat.
Periksa label obat dengan catatan pemberian obat dengan prinsip 5 benar yaitu, benar
nama pasien, benar nama obat, benar dosis obat, benar cara pemberian obat, dan benar
waktu pemberian obat.
Lakukan penghitungan dosis yang dibutuhkan.
Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara melentikkan jari
tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan
tangan searah jarum jam.
Letakkan kassa steril diantara ibu jari tangan dengan ampul, kemudian patahkan leher
ampul kearah menjauhi tenaga kesehatan dan orang sekitar.
Buang leher ampul pada tempat khusus.
Buka penutup jarum spuit, kemudian masukkan jarum ke dalam ampul dan tepat
dibagian tengah ampul.
Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dengan dosis yang diperlukan.
Jika terdapat gelembung udara dalam spuit harus dikeluarkan terlebih dahulu.
Periksa kembali jumlah larutan dalam spuit, bandingkan dengan volume yang
dibutuhkan.
Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
Bila perlu ganti jarum spuit yang baru, jika obat dapat mengiritasi kulit.
Beri label spuit dengan label obat yang sesuai.
17
Tempatkan spuit dalam bak spuit, kapas alcohol dan kartu obat di atas baki.
Buang atau simpan kembali peralatan yang diperlukan.
Cuci tangan.
a. Definisi
Vial adalah obat dengan dosis tunggal maupun multi dengan penutup karet dan metal di
atasnya. Vial berisi obat dalam bentuk cair atau bubuk. Karena vial merupakan system
tertutup sehingga saat akan mengambil obat perlu disuntikkan udara kedalam vial untuk
memudahkan mengambil cairan di dalamnya.
b. Tujuan
1. Obat siap diberikan kepada pasien.
2. Dosis obat tepat sesuai dengan instruksi dokter.
c. Peralatan
Catatan pemberian obat atau kartu obat
Vial obat sesuai resep
Spuit dan jarum yang sesuai
Jarum steril ekstra (bila perlu)
Kapas alcohol
Baki obat
Label obat
Bak spuit
d. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat dari vial
1. Jika obat perlu dicampur, ikuti petunjuk dalam vial.
2. Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiaapkannya.
3. Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini.
e. Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan peralatan
3. Periksa label vial dengan catatan atau kartu obat sesuai prinsip 5 benar.
18
4. Hitung dosis yang diperlukan. Bila perlu rotasikan cairan yang ada dalam vial dengan
menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh menocok larutan vial
karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih.
5. Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
6. Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
7. Buka tutup jarum.
8. Masukkan udara ke dalam spuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan
9. Dengan hati-hati masukkan jarum secara tegak lurus tepat ditengah-tengah karet dari
vial dan ujung jarum dijaga di atas permukaan obat.
10. Aspirasi sejumlah obat yang diperlukan sesuai dosis dengan menggunakan salah satu
metode di bawah ini :
Pegang vial menghadap ke atas, gerakkan ujung jarum ke bawah hingga
berada pada bagian bawah cairan obat. Kemudian tarik plunger hingga spuit
terisi cairan obat sesuai dosis dengan dosis yang dibutuhkan. Hindari untuk
menghisap tetes terakhir dari vial.
Pegang vial menghadap ke bawah (terbalik), pastiakn ujung jarum berada di
bawah cairan obat dan secara bertahap aspirasi cairan obat sesuai dengan dosis
yang diperlukan.
11. Bila terdapat udara pada bagian atas spuit, maka keluarkan udara yang ada dalam
spuit tersebut ke dalam vial.
12. Pada saat volume obat dalam spuit sudah tepat, maka cabut jarum dari vial dan tutup
jarum dengan penutup.
13. Jika masih terdapat gelembung dalam spuit :
Peagng spuit secara vertical, dengan jarum menghadap ke atas.
Tarik plunger ke bawah dan jentikkan spuit dengan jari.
Dorong plunger perlahan ke atas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar
tidak mengeluarkan larutan.
14. Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan dengan volume yang
dibutuhkan.
15. Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
16. Ganti jarum spuit yang baru.
17. Beri label spuit dengan label obat yang sesuai.
18. Tempatkan spuit dalam bak spuit, kapas alcohol dan kartu obat di atas baki.
19. Buang atau simpan kembali peralatan yang diperlukan.
19
Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Intervena (Selang IV), Subcutan (SC)
Intracutan (IC), Intramuscular (IM), dan BOLUS.
b. Tujuan
Injeksi intravena adalah metode pemberian obat secara langsung ke pembuluh vena melalui
suntikan maupun infus. Metode ini umumnya diberikan pada pasien alergi, penyakit jantung,
serta stroke.
c. Alat dan bahan
d. Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7) Setelah selesai tarik spuit.
8) Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9) Cuci tangan
10) Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.
a. Definisi
20
Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas
sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar
umbilikus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan subkutan ini dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan, yaitu jernih dimaksudkan sebagai insulin
tipe reaksi cepat (insulin reguler). Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat.
b. Tujuan
Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan (contoh: Vaksin, uji tuberculin).
d. Prosedur kerja
Cuci tangan.
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bebaskan daerah yang disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila
menggunakan baju, maka dibuka atau dikeataskan
Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan siberikan. Setelah itu,
tempatkan pada bak injeksi
Desinfeksi dengan kapas alcohol
Tegakkan dengan tangan kiri (daerh yang akan dilakukan suntikan subkutan)
Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas, yang sudut 45o dengan
permukaan kulit.
Lakukan aspirasi. Bila tidak ada daerah, semprotkan obat perlahan-lahan hingga
habis.
Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukan spuit yang telah dipakai ke
dalam bengkok.
21
Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.
Cuci tangan.
b. Tujuan
Injeksi intramuskular adalah injeksi yang dilakukan untuk mengantarkan suatu zat ke dalam
otot, dengan tujuan dapat diserap dengan cepat oleh pembuluh darah.
d. Prosedur kerja
Cuci tangan.
Jelaskan ada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang, buka
dan ke ataskan
Pasang perlak / pengalas di bawah bagian yang disuntik
Ambil obat untuk tes alergi, kemudian larutkan / encerkan dengan akuades (cairan
pelarut). Selanjutnya, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai ±1 cc. Lalu siapkan pada
bak injeksi atau steril
Desinfeksi dengan kapas alkoho pada daerah yang akan disuntik
22
Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri
Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas yang sudutnya 15-20 terhadap
permukaan kulit
Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage
Cuci tangan
Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat / tes obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.
b. Tujuan
1) Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang diberikan
obat secara intra muskulus (IM).
2) Tujuan pemberian obat dengan cara ini adalah agar absorpsi obat lebih cepat. Dan
pemberian obat itu harus mendapatkan persetujuan dari dokter.
23
Ambil obat kemudian masuk kedalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah itu, letakan
pada bak injeksi
Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan)
Disenfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
Lakukan penyuntikan:
1) Dorsogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk tengkurap dan lututnya di
putar kea rah dalam atau miring. Fleksikan lutut bagian atas dan pinggul, serta
letakan didepan tungkai bawah.
2) Ventrogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk miring, tengkurap, atau
terlentang. Lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan
dalam keadaan fleksi.
3) Vastuslateralis (paha), menganjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan
lutut sedikit fleksi.
4) Deltoid (lengan atas), dengan menganjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar dan dengan lengan atas fleksi.
Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus
Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, semprotkan obat
secara perlahan-lahan hingga habis
Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya. Tekan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol, kemudian letakan spuit yang telah digunakan pada bengkok
Catat reaksi pemberian, jumblah dosis dan waktu pemberian.
Cuci tangan.
Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena atau melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit. Sedangkan
pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung. Injeksi
intravena bertujuan untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan
injeksi perenteral lain, menghindari terjadinya kerusakan jaringan serta memasukkan obat
dalam jumlah yang lebih besar.
b. Tujuan
1) Mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada injeksi parenteral lain
24
2) Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
3) Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
4) Menghindari terjadinya kerusakan jaringan
5) Memperbaiki keseimbangan asam basa
6) Memasukkan obat dalam jumlah yang besar
7) Memberikan tranfusi darah
8) Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
9) Membantu pemberian nutrisi parenteral
10) Memonitor Tekanan Vena Sentral (CVP).
d. Prosedur kerja
25
10. Menghapushamakan atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas
alkohol, secara sirkular dengan diameter + 5 cm
11. Mengklem cairan infuse.
12. Menusukkan jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan yang dominan
13. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus
14. Memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam vena
15. Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, dengan meletakkan kapas alkohol di
atas jarum kemudian tarik jarum keluar.
16. Periksa kecepatan tetesan cairan infuse.
17. Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar
18. Melepas sarung tangan, merendam dengan larutan chlorine 0,5% selama 10 menit
19. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
20. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pemberian obat injeksi dilakukan dengan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui
kulit. Dan setiap rute injeksi dilakukan berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat.
Karakteristik jaringan memengaruhi absorpsi obat dan awitan kerja obat. Dan obat dapat
diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya : Injeksi
Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM), Injeksi Intradermal (ID), Injeksi Intravena
(IV).
26
DAFTAR PUSTAKA
Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009).Pharmacology for Nurses: A
Pathophysiologic Approach Vol. I. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008). Fundamentals of Nursing. Concepts,
Process and Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
Johnson, Ruth & Taylor, Wendy. 2002. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC.
Kozier, Barbara & Erb, Glenora dkk. 2002. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
27
LAPORAN PENDAHULUAN
‘PEMERIKSAAN FISIK’
DISUSUN OLEH :
NURI SURYANI
(2020242019)
( ) ( )
28
TAHUN 2020/2021
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan dari
satu sistim atau satu organ tubuh dengan cara melihat (inpeksi), meraba (palpasi), dan
mendengan (aukultrasi)
B. JENIS/KLASIFIKASI
Inspeksi : melihat adakah kelainan pada organ tubuh yang hendak di periksa.
Palpasi : menyentuh dengan teknik tertentu untuk memeriksa adakah benjolan, tulang
yang patah, atau kelainan lainnya.
Perkusi : tubuh akan mengeluarkan suara tertentu walaupun dalam kondisi normal,
misalnya pada paru akan terdengar sonor karena berisi udara, dan pada lambung akan
terdengar timpani karena berisi gas. Tujuan pemeriksaan ini adalah mendektesi adakah
cairan atau massa pada tubuh seseorang, contohnya jika paru-paru ketika di ketuk
malah terdengar redup, maka kemungkinan adanya massa pada organ tersebut.
Auskultasi : pada pemeriksaan ini di butuhkan stetoskop untuk mendengarkan adakah
kelainan pada organ, seperti pada pemeriksaan jantung, paru-paru dan lambung.
C. MANFAAT
1. Status pasien
29
2. Alat tulis dan buku catatan perawat
3. Meja dorong atau baki
1. Stetoskop
2. Jam tangan
3. Kasa / kapas
4. Lampu kepala
5. Lampu senter
6. Optalmoskop
7. Otoskop
8. Spekulum vagina
9. Spatula / forsep swap
10. Tonometri
11. Metelin
12. Garpu tala
13. Spekulum hidung
14. Snellen card
15. Spatel lidah
16. Kaca laring
17. Pinset anatomi
18. Pinset chirurgic
19. Sarung tangan
20. Bengkok
21. Timbangan berat badan
22. Reflek hammer
23. Botol 3 buah
24. Sketsel
25. Jelly / vaseline (pelumas)
26. Kertas tissue
30
E. Prosedur Tindakan
Pemeriksaan Fisik kepala dan Leher
N Tindakan
O
1. Jelaskan pada pasien maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan pemeriksaan. Jangan lupa
universal precaution!
3. Pastikan lingkungan sekitar pasien aman dan pasien merasa nyaman
4. Posisi pasien sebaiknya duduk, kepala tegak lurus
5. Catat hasil pemeriksaan dengan jelas dan tepat
1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi
1. Bentuk kepala (bulat / lonjong / benjol, besar / kecil, simetris / tidak)
2. Posisi kepala terhadap tubuh (tegak lurus dan digaris tengah tubuh / tidak)
3. Kulit kepala (ada luka / tidak, bersih / kotor, berbau / tidak, ada ketombe / tidak, ada
kutu / tidak)
4. Rambut pasien
Penyebaran / pertumbuhan (rata / tidak)
Keadaan rambut (rontok, pecah-pecah, kusam)
Warna rambut (hitam, merah, beruban, atau menggunakan cat rambut)
Bau rambut (berbau / tidak). Bila berbau apa penyebabnya.
5. Wajah pasien
Warna kulit wajah (pucat, kemerahan, kebiruan)
Struktur wajah (simetris / tidak, ada luka / tidak, ada ruam dan pembengkakan /
tidak, ada kesan sembab / tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis / tidak)
Palpasi
31
3. Palpasi apakah ubun-ubun sudah menutup / belum
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi dan Palpasi
1. Kelengkapan dan kesimetrisan mata pasien (lengkap / tidak, simetris / tidak)
2. Alis mata dan bulu mata : pertumbuhan (lebat / rontok), posisi (simetris / tidak)
3. Kelopak mata (ada / tidak) : lesi, edema, peradangan, benjolan, ptosis
4. Tarik kelopak mata bagian bawah dan amati konjungtiva (pucat / tidak), sklera
(kuning / tidak), dan adakah peradangan pada konjungtiva (warna kemerahan)
5. Pupil : bagaimana reflek pupil terhadap cahaya (baik / tidak), besar pupil kanan-kiri
(sama / tidak), pupil mengecil / melebar
6. Kornea dan iris : peradangan (ada / tidak), bagaimana gerakan bola mata (normal /
tidak)
7. Lakukan test ketajaman penglihatan. Periksa visus Okuli Dekstra (OD) dan Okuli
Sinistra (OS)
― Dengan grafik alfabet Snellen di jarak 5 – 6 meter. 5/5 atau 6/6 = normal
― 1/ 60 = (Normal) Mampu melihat dengan hitung jari
― 1/300 = (Normal) Mampu melihat dengan lambaian tangan
― 1/ ~ = (Normal) Mampu melihat gelap dan terang
― 0 = Tidak mampu melihat
8. Ukur tekanan bola mata pasien dengan menggunakan tonometer. Nilai normal tekanan
intra okuli 11 – 21 mmHg (rata – rata 16 ± 2,5 mmHg)
3. Pemeriksaan Telinga
Inpeksi dan Palpasi
1. Telinga : bentuk (simetris / tidak), ukuran (lebar / sedang / kecil), nyeri (ada / tidak)
2. Lubang telinga, kalau perlu gunakan otoskop (periksa ada / tidak) : serumen, benda
asing, perdarahan
3. Membran telinga (utuh / tidak)
4. Kalau perlu lakukan test ketajaman pendengaran. Periksa telinga kanan dan kiri ―
Dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 m dalam ruang kedap suara. ― Dengan arloji
dengan jarak 30 cm ― Dengan garpu tala:
32
Pemeriksaan Rinne:
Pemeriksaan Weber:
Pemeriksaan Schwabach
4. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi
Bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkokan / tidak)
Lubang hidung, kalau perlu gunakan spekulum hidung dan sumber cahaya yang kuat
yang diarahkan dengan lampu kepala :
- Ada sekret / tidak
- Ada sumbatan / tidak 6
- Ada inflamasi / tidak
- Selaput lendir : kering / basah / lembab
5. Pemeriksaan Mulut
Inspeksi
Bibir pasien : sianosis / tidak, kering / basah, ada luka / tidak, sumbing / tidak
Gusi dan gigi. Anjurkan pasien untuk membuka mulut :
- Normal / tidak (apa kelainannya)
- Sisa – sisa makanan (ada / tidak)
- Ada caries / tidak (jelaskan lebarnya, keadaanya, sejak kapan)
33
- Ada karang gigi / tidak (jelaskan banyaknya, lokasinya
- Ada perdarahan / tidak
- Ada abses / tidak (jelaskan penyebabnya, lokasinya)
Lidah : normal / tidak, kebersihan (bercak putih / bersih / kotor), warna merata / tidak
Rongga mulut. Kalau perlu tekan dengan menggunakan spatel lidah yang telah dibalut
dengan kasa :
- Bau nafas (berbau / tidak)
- Ada peradangan / tidak, Ada luka / tidak
- Perhatikan Uvula (simetris / tidak), Tonsil (radang / tidak, besar / tidak), Selaput
lendir (kering / basah), Ada benda asing / tidak
6. Pemeriksaan Leher
a. Bentuk leher (simetris / tidak). Periksa (ada / tidak) : lesi, peradangan, massa
b. Periksa kemampuan pergerakan leher secara antefleksi-dorsifleksi, rotasi kanan-kiri,
lateral fleksi kanan-kiri
c. Ada pembesaran kelenjar tiroid / tidak. Letakkan tangan pemeriksa pada leher pasien,
palpasi pada fossa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah, pasien diminta
untuk menelan. Bila teraba kelenjar tiroid, tentukan menurut bentuk, ukuran,
konsistensi, dan permukaannya.
d. Ada pembesaran kelenjar limfe / tidak (terutama pada leher, submandibula, dan sekitar
telinga)
e. Ada pembesaran vena jugularis / tidak. Nilai normal Jugular Venous Pressure (JVP)
adalah 2 – 5 cmHg
f. Kaji kemampuan menelan pasien dengan kepala sedikit mendongak
g. Perhatikan adakah perubahan suara dan cari penyebabnya
34
d. Beri penjelasan kepada pasien tentang apa yang di kerjakan dan di anjurkan agar
pasien tetap rileks
e. Lakukan inspeksi bentuk dada dari 4 sisi
f. Amati lebih teliti keadaan kulit dada dan catat bila ditemukan adanya palsasi pada
interkontalatau dibawah jantung
Perkusi
a. Lakukan perkusi paru anterior dengan posisi pasien terlentang
b. Perkusi mulai dari atas klavikula ke bawah pada setiap ruang intercostal
c. Bandingkan sisi kanan dan kiri
d. Catat hasil perkusi dengan jelas
Aukultasi
Biasanya dilaksanakan menggunakan tetoskop
a. Duduk menghadap pasien
b. Minta pasien bernapas secara normal, mulai aukultuasi dengan meletakkan tetoskop
pada trakea, dan dengan bunyi napas secara teliti
c. Lanjutkan auskultasi suara napas yang normal dengan arah seperti pada perkusi dan
perhatikan bila ada tambahan
d. Ulangi aulkutasi pada dada leteral dan posterior serta bandingkan sisi kanan dan kiri
8. Pemeriksaan Fisik Abdomen
35
Inspeksi
Dilakukan pertama kali untuk mengetahui bentuk dan gerakan gerakan abdomen.
Cara kerja inspeksi:
a. Atur posisi yang tepat
b. Lakukan pengamatan abdomen secara umum, kontur permukaan abdomen , dan
adanya retraksi, penonjolan, sertaketidak simestrisan
c. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi
d. Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara teliti
Aukultasi
Perawat melakukan aulkultasi untuk mendengarkan dua suara abdomen yaitu biang
usus( pristaltik), cara kerja aulkutasi adalah :
a. Siapkan tetoskop
b. Tanyakan pada pasien tentang kapan terakhir makan. Bising usus dapat
meningkatsetelah makan
c. Tentukan bagian tetoskop yang akan di gunakan, bagian diagfragma yg
didengarkan bising usus, sedangkan bagian bel untuk mendengar suara pembulu
darah
d. Letakkan diagfragma tetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area empat
kaudratan abdomen dan dengarkan gerakan peristaltikaktif dan suara daguk yang
secara normal terdengar setiap 5-20 detik dengan durasi kurang atau lebih dari satu
detik
e. Letakkan bagian bel tetoskop diatas area preumbilikal( sekeliling umbilicus) untuk
mendengar bising vena (jarang terdengar)
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mendengarkan / mendeteksi adanya gas ,cairan atau massa
didalam abdomen
Cara melakukan abdomen:
a. Perkusi dimulai dari kaudratan kanan atas kemudian bergerak searah jarum
jam( dari sudut pandang /prespektif pasien)
b. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri
c. Lakukan persepri diarea timpani dan redup
36
Palpasi
Palpasi hepar dapat dilakukan secara bimanual, terutama untuk mengetahui adanya
pembesaran
Cara palpasi hepar :
a. Berdiri di sampingkanan pasien
b. Letakkan tangan kiri pada dinding toraks posterior kira kira pada tulang rusuk ke
11 atau 12
c. Letakkan tangan kiri anda ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada
d. Letakkan tangan kanan pada batas tulang rusuk sisi kanan dngan bembentuk sudut
kira kira 45 derjat
e. Sementara pasien akhalasi , lakukan penekanan sedalam 4-5 cm kea rah bawah
batas tulang rusuk
f. Bila hepar membesar , lakukan palpasi di atass bawah tulang rusuk kanan catt
pembesaran tersebut dan nyatakan dengan beberapa sentimer pembesaran terjadi di
bawah batas tulang rusuk
37
- Ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan (tanda sesak nafas) : Retraksi
intercosta, Retraksi suprasternal, pernafasan cuping hidung(pada bayi)
- Adanya nyeri dada10
- Adanya batuk atau tidak. Suara batuk produktif atau kering. Sputum
mengandung darah / tidak
- Amati adanya gangguan irama pernafasan
Pernafasan Cheyne-Stokes : siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula
dangkal, makin naik kemudian semakin menurun dan berhenti. Lalu pernafasan
dimulai lagi dengan siklus yang baru
Pernafasan Biot : Pernafasan yang amplitudonya rata dan disertai apnea
Pernafasan Kussmaul : Pernafasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat
dan sering melebihi 20x/menit.
Palpasi
a. Posisi pasien terlentang
b. Untuk memeriksa gerakan diafragma dan sensasi rasa nyeri dada
- Letakan kedua telapak tangan pemeriksa dengan merenggangkan jari-jari pada
dinding dada depan bagian bawah pasien. Kedua ujung ibu jari pemeriksa
bertemu di ujung costa depan bagian bawah
- Pasien diminta bernapas dalam dan kuat
- Gerakan diafragma normal bila costa depan bagian bawah terangkat pada waktu
inspirasi
- Tentukan daerah asal nyeri (jika ada). Dengan menggunakan ujung ibu jari
tangan kanan tekanlah dengan perlahan costa atau ICS dari luar menuju tempat
asal nyeri
- Rasa nyeri akan bertambah akibat tekanan ibu jari. Nyeri dapat disebabkan
fraktur tulang iga, fibrosis otot antar iga, pleuritis local dan iritasi akar syaraf
c. Palpasi posisi costa
- Lakukan palpasi dengan memakai jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan
- Palpasi mulai dari fossa suprasternalis ke bawah sepanjang sternum
- Carilah bagian yang paling menonjol (angulus lodovisi) kira- kira 5 cm dibawah
fossa suprasternalis yaitu sudut pertemuan antara manubrium sterni dan korpus
sterni dimana ujung costa kedua melekat.
38
- Dari angulus lodovisi, tentukan pula letak costa pertama kearah superior dan
untuk costa ketiga dan seterusnya kearah inferior.11
d. Palpasi Vertebra
- Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang sambil
menundukkan kepala dan pemeriksa dibelakang pasien
- Pemeriksa melakukan palpasi dengan jari tangan kedua dan ketiga sepanjang
tulang belakang bagian atas (leher bawah)
- Rasakanlah bagian yang paling menonjol pada leher bagian bawah (prosesus
spinosus servikalis ketujuh)
- Dari prosesus servikalis spinosus ketujuh (C7), kearah superior yaitu prosesus
spinosus servikalis keenam dan seterusnya. Bila kearah inferior yaitu prosesus
spinosus thorakalis pertama, kedua dan seterusnya.
e. Palpasi getaran suara paru (Traktil / Vokal Fremitus)
- Posisi pasien duduk dan pemeriksa dibelakang pasien
- Letakkan kedua telapak tangan pemeriksa pada punggung pasien
- Untuk menilai getaran suara (VOKAL FREMITUS), Minta pasien mengucapkan
kata-kata seperti “1-2-3” atau “tujuh puluh tujuh” berulang- ulang
- Perhatikan intensitas getaran suara sambil telapak tangan digeser ke bawah,
bandingkan getarannya dan bandingkan kanan dan kiri. Jika lebih bergetar :
terjadi pemadatan dinding dada, jika getaran kurang : pneumothorax.
- Normal getaran kedua sisi sama, kecuali apeks kanan karena letaknya dekat
dengan bronkus
Perkusi
a. Perkusi paru-paru
- Posisi pasien terlentang. Lakukan perkusi paru-paru anterior. Perkusi mulai dari
supraklavikula ke bawah pada setiap spasium intercosta sampai batas atas
abdomen. Bandingkan sisi kanan dan kiri
- Posisi pasien duduk. Mintalah pasien untuk mengangkat kedua lengan untuk
melakukan perkusi aksila dari atas kebawah di kanan dan kiri
- Lakukan perkusi paru-paru posterior. Perkusi mulai dari supraskapula ke bawah
sampai batas atas abdomen. Bandingkan sisi kanan dan kiri
- Batas paru Atas : Supraskapularis (seluas 3-4 jari di pundak)
39
Bawah : Setinggi vertebra torakal X di garis scapula
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Mochamad. 2011. Pemeriksaan Klinis di Bidang Penyakit Syaraf. Malang : UMM
Press Bates, Barbara. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Kusyati, Eni dkk. 2014. Ketrampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Edisi 2.
Jakarta : EGC
40
LAPORAN PENDAHULUAN
‘PERAWATAN LUKA’
DISUSUN OLEH :
NURI SURYANI
(2020242019)
( ) ( )
41
TAHUN 2020/2021
PERAWATAN LUKA
1. Defenisi
Perawatan luka adalah tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut menghindari
infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka
2. Tujuan
- Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membrane
mukosa
- Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
- Mempercepat penyembuhan
- Membersihkan luka dari benda asing / debris
- Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
- Mencegah perdarahan
3. Indikasi
a. Luka bersih
- Luka bersih tidak terkontaminasi dan steril
- Balutan kotor dan basah oleh eksternal ada rembesan atau eksudat
- Mengkaji keadaan luka
- Mempercepat debrademen penyebaran jaringan nekrotik
b. Luka kotor
- Pasien yang terkena dekubitus
- Pasien dengan luka gangrene
- Pasien dengan luka venous
4. Kontra Indikasi
a. Luka bersih
- Pada luka ditandai dengan adanya nanah, necrose, dan serum
- Balutan tidak kotor dan tidak ada rembesan atau eksudat
42
DAFTAR PUSTAKA
43
LAPORAN PENDAHULUAN
‘TANDA-TANDA VITAL’
DISUSUN OLEH :
NURI SURYANI
(2020242019)
( ) ( )
44
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2020/2021
Pengertian
Suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan system tubuh.
Suhu
Pengertian
Suhu adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia sebagai keseimbangan
pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat, pernapasan, eksresi,
radiasi, konduksi, dan konveksi.
Tujuan
Mengetahui suhu badan pasien
Prosedur kerja
Alat :
Thermometer
Tissue kering
Bengkok
Botol desinfektan yang berisi bahan : klorin, sabun, air bersih
Jam
Alat tulis
Cara kerja
Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
Memperkenalkan diri pada klien
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
Gunakan sarung tangan
45
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Buka lengan baju pasien
Keringkan aksila psien bila basah oleh keringat dengan menggunakan baju pasien
atau kassa
Cek kembali thermometer dalam posisi angka dibawah 350C
Memasang ujung thermometer ditengah ketiak dan menganjurkan pasien menjepit
dengan lengannya dengan melipatkan lengan pasien ke dada.
Pemeriksaan thermometer dilakukan setelah kira-kira 10-15 menit
Membaca dengan teliti angka pada skala thermometer kemudian catat
Mendisinfersi thermometer dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit
Cuci larutan klorin dengan larutan sabun
Membilas thermometer dengan air bersih
Mengeringkan thermometer dengan kassa
Menurunkan air raksa dan menempatkan thermometer ke tempat semula
Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
Merapikan pasien
Melepas sarung tangan, sebelumnya cuci tangan dalam larutan chlorine 0,5% selama
10 menit.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
Tekanan Darah
1. Pengertian
Merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan
dari jantung dan merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan
dengan pemeriksaan nadi.
Tekanan diastolic : puncak dari tekanan maksimum saat terjadi ejeksi
Tekanan diastolic atau minimum : pada saat ventrikel relaks, darah yang tetap
dalam arteri menimbulkan
2. Tujuan
Menghitung tekanan darah pada pasien
3. Indikasi
Menilai pola hidup serta identitas faktor-faktor resiko radiovaskuler lainnya.
Tekanan darah yang tinggi (hipertensi) : hasil pengukuran darah berada diatas normal
46
4. Kontraindikasi
- Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus, terpasang shun
arterivena fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan
- Pergelangan kaki bagian atas
- Hipotensin akan terjadi bila kondisi tekanan darah klien berada dibawah normal.
Hipotensi dapat mengakibatkan stroke dan bahkan mengakibatkan kematian.
- Tidak boleh melakukan pengukuran tekanan darah lebih dari 3 kali sehari.
5. Prosedur Pelaksanaan
a. Alat dan Bahan
- Sfigmomanometer (tensi meter) yang terdiri dari :
Manometer air raksa ditambah klep penutup dan pembuka
Manset udara
Slang karet
Pompa udara dari karet ditambah sekrup pembuka dan penutup
- Stetoskop
- Buku catatan tanda vital
- Pena
b. Prosedur Kerja
- Jelaskan prosedur pada klien
- Cuci tangan
- Atur posisi pasien
- Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang
- Lengan baju dibuka
- Pasang manset pada lengan kanan atau kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
- Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra atau sinister
- Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteriradialis tidak teraba
- Popa terus sampai manometer setinggi 20 mmhg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba
47
- Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara
manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada
pompa udara berlawanan arah jarum jam
- Catat mmhg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi
- Catat hasil
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Nadi
1. Pengertian
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat di raba di berbagai tempat pada tubuh.
Nadi merupakan indicator status sirkulasi dan merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskuler.
2. Tujuan
- Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
- Menilai kemampuan fungsi fardiovaskuler
4. Prosedur Pelaksanaan
- Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
- Memperkenalkan diri kepada klien
- Jelaskan prosedur pada klien
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
- Atur posisi klien
- Letakkan kedua tangan penderita telentang disisi tubuh
- Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
48
- Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah,
dan jari manis. Tentukan frekuensi permenit, keteraturan irama dan kekuatan
denyutan
- Catat hasil
- Merapikan pasien
- Membereskan alat
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
1. Pengertian
Pernapasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfer
dengan darah serta darah dengan sel.
2. Tujuan
- Mengetahui irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan
- Menilai kemampuan fungsi pernapasan
3. Indikasi
- Klien ARDS
- Emfisema
- Infeksi saluran pernapasan atas
- Infeksi saluran pernapasan bawah
4. Kontraindikasi
- Klien mengalami fraktur
- Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir
- Adanya lesi atau luka di daerah yang akan dipalpasi dan diperkusi
- Tingkat kesadaran klien yang rendah
5. Prosedur Pelaksanaan
49
a. Alat dan Bahan
- Arloji (jam) atau stop-watch
- Buku catatan
- Pena
b. Prosedur Kerja
- Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
- Memperkenalkan diri kepada klien
- Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
- Menghitung pernapasan bersamaan dengan menghitung denyut nadi
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ tidur)
- Menghitung pernapasan dengan memperhatikan gerakan pernapasan pada dada
pasien (menghitung dalam waktu 1 menit penuh)
- Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
- Merapikan pasien
- Membereskan alat
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Dokumentasi
50
LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
NURI SURYANI
(2020242019)
( ) ( )
51
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Cairan dan elekteolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara
fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang
tersebar dalam sel maupun luar sel. Namun demikian, besarnya kandungan air
tergantung usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak.
1. Jenis/Klassifikasi
Natrium yang terkandung di garam dapur, saus, atau jus tomat
Kalium yang terdapat pada buah pisang, kentang dengan kuliatnya,
dan yogurt tawar
Klorida yang ditemukan pada tomat, zaitun, selada, dan garam dapur
Kalsium yang ditemukan di sayur bayam, sayur kale, susu, dan ikan
sarden
Magnesium terkandung di sayur bayam dan biji labu.
2. Manfaat
Untuk menjaga cairan dalam tubuh, menjadi keasaman darah (PH) dan
membantu kerja fungsi otot.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi
Usia
Jenis kelemin
Sel-sel lemak
Stress
Sakit
52
Temperature lingkungan
Diet
kondisi ketika kadar elektrolit di dalam tubuh tidak seimbang, bisa terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Penyebab gangguan elektrolit berbeda-beda, tergantung dari
jenis elektrolit di dalam tubuh yang mengalami ketidakseimbangan. Misalnya,
penyebab kekurangan fosfat akan berbeda dengan penyebab kekurangan
magnesium.
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Impementasi
5. Evaluasi
PEMASANGAN INFUS
53
Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral
Memperbaiki keseimbangan asam basa
Memperbaiki volume komponen-komponen darah
Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
Memonitor tekan Vena Central (CVP)
Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.
Merupakan salah satu skill yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang tenaga kesehatan,
terutama oleh dokter dan perawat dimana keduanya selalu bersinggungan dengan hal
tersebut.
Menghitung cairan dan jumlah tetesan infus juga erat kaitannya dengan yang disebut drop
factor atau faktor tetesan, dimana faktor tetesan tersebut merupakan sebuah kunci untuk
pemenuhan kebutuhan cairan tiap-tiap pasien.
Cairan adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Cairan tubuh
didistribusi dalam dua kompartmen yang berbeda, yakni cairan ekstrasel (CES) dan cairan
intrasel.
Infus adalah proses mengekstraksi unsur-unsur substansi terlarutkan (khususnya obat) atau
terapi dengan cara memasukkan cairan ke dalam tubuh. Infus adalah memasukkan cairan
(cairan obat atau makanan) dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama ke dalam vena
dengan menggunakan perangkat infus (infus set) secara tetesan. Infus adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Penggantian Cairan Infus adalah suatu tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tekhnik
aseptik untuk mengganti cairan infus yang telah habis dengan botol cairan infus yang baru
sesuai dengan jumlah tetesan yang dibutuhkan sesuai instruksi dokter.
54
Tujuan Pemberian & Penggantian Cairan Infus
Prosedur
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori dan
nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat
melalui mulut.
2. Memulihkan keseimbangan asam-basa.
3. Meningkatkan Tekanan Darah
4. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.
Persiapan Alat
1. Cairan infus (Asering, RL, Ringerfundin, Nacl 0.9%, Dextrose 5%, Kabiven,
Clinimic, dll)
2. Jam tangan, plester K/P
3. Kapas Alkohol
4. Jarum
1. Pastikan kebutuhan klien akan penggantian botol cairan infus dan cek cairan infus
sesuai 5 benar : > benar nama pasien, benar cara, benar cairan, benar waktu, benar
dosis
2. Sampaikan salam
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada pasien
4. Dekatkan alat ke samping tempat tidur, jaga kesterilan alat
5. Buka plastic botol cairan, jika ada obat yang perlu di drip dalam cairan sekalian
dimasukkan dengan spuit melalui mulut botol, usap dengan kapas alkohol, lalu tutup
kembali
6. Matikan klem infus set, ambil botol yang terpasang
55
7. Ambil botol yang baru, buka tutupnya, swab dengan kapas alkohol, kemudian
tusukkan alat penusuk pada infus set ke mulut botol infus dari arah atas dengan posisi
botol tegak lurus
8. Gantung kantung/botol cairan
9. Periksa adanya udara di selang, dan pastikan bilik drip terisi cairan
10. Atur kembali tetesan sesuai program atau instruksi dokter
11. Evaluasi respon pasien dan amati area sekitar penusukan infus
12. Bereskan alat
13. Sampaikan salam
14. Cuci tangan
15. Catat pada lembar tindakan.
Pengertian:
Mengganti selang infus adalah penggantian selang infus setelah pemasangan infusminimal 3
x 24 jam.
Tujuan:
Peralatan:
d. Bengkok
e. Plester
f. Handschoon
Langkah-langkah:
56
Tahap pra interaksi:
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat
Tahap orientasi:
Tahap kerja:
2) Buka penutup botol, lakukan desinfeksi botol cairan, dan tusukkan set infuske botol
/ kantong cairan dengan benar.
3) Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung drip infus ⅓-½penuh.
4) Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan cairan sampai keujung
jarum hingga tidak ada udara dalam selang, klem kembali, dan lepasjarum dari selang.
6) Pakai handschoon
57
11) Fiksasi selang dengan plester
Tahap terminasi:
2) Dokumentasikan hasilnya
5) Cuci tangan
prosedur
Siapkan alat:
3. Plester
4. Piala ginjal
5. Alkohol swab
6. Cairan antiseptik
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
58
3. Angkat balutan yang lama dan plester yang melekat, kecuali plester yang
mempertahankan kepatenan IV catecer
5. Angakat balutan/ plester yang mengamankan IV cateter, satu tangan yang lain
memegang sambungan IV cateter
6. Bersihkan sekitar lokal IV cateter dengan alkohol swab dimulai dari lokasi learah
luar dengan diamerter 5cm
8. beri plester, pasang kassa steril diatas tusukan beri hepafik atau plester diatas kassa
selang
MELEPAS INFUS
Persiapan Alat
Prosedur
2. Mendekatkan alat
3. Mencuci tangan
59
6. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alkohol
8. Menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan mencabut infus pelan-pelan
Pengertian:
Tujuan:
Prosedur
Fase Prainteraksi
Menyiapkan alat
60
5. Handscoen disposable
6. Tensimeter dan thermomete
Orientasi
1. Periksa produk darah yang di siapkan, golongan darah dan kesusaaian cross math,
jumlah darah dan nomor kantong , masa berlaku.
2. Menggunakan hanskun
3. Pemasangan system infus set dengan filter yang tapat terhadap produk darah
4. Memasang cairan dengan cairan isotonic ( Nacl 0,9%)
5. Hindari tranfusi darah lebih dari satu unit darah atau produk darah pada satu waktu,
kecuali diwajibkan oleh kondisi pasien.
6. Monitor temapat Iv terhadap tanda dan gejala dari infiltrasi, phlebritis dan infeksi
local.
7. Monitor tanda-tanda vital (pada awal, sepanjang dan setelah tranfusi)
8. Berikan injeksi anti histamine bila perlu.
9. Ganti cairan Nacl 0,9 % dengan produk yang tersedia.
10. Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan infuse Monitor kecepatan
aliran tranfusi
11. Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali isotonic dalam darah atau
produk
12. Ganti larutan Nacl 0,9% ketika tranfusi telah lengakap/selesai
13. Fase Terminasi
14. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
15. Simpulkan hasil kegiatan
16. Kontrak waktu pertemuan selanjutnya.
17. Mengakhiri kegiatan dengan baik
18. Membersihkan peralatan
19. Buka sarung tangan dan cuci tangan
61
LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
NURI SURYANI
(2020242019)
( ) ( )
62
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
A. Pengertian
Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis
Tangan yang kotor dapat menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti infeksi bakteri
salmonella dan E. coli. Penting bagi seseorang untuk selalu menjaga kebersihan tangan.
Mencuci tangan dapat dilakukan pada saat sebelum makan atau menyentuh makanan, setelah
menggunakan kamar mandi, memegang hewan, sebelum dan setelah memegang orangsakit.
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan
perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Dengan
demikian kuku seharusnya terlihat sehat dan bersih. Memotong kuku dapat dilakukan
sekurang-kurangnya 1x dalam seminggu atau saat terlihat panjang. Dalam memotong kuku
dianjurkan untuk menggunakan pemotong kuku. Dalam menjaga kebersihan dan kesehatan
pada kaki dapat dilakukan dengan menggunakan alas kaki yang lembut, aman, dan nyaman.
Jenis alas kaki yang dipakai dapat mempengaruhi masalah kaki dan kuku. Selain itu yang
menjadi keharusan untuk menjaga kebersihan kaki adalah dengan mencuci kaki. Mencuci
kaki dapat dilakukan Setelah beraktivitas atau saat kaki terlihat kotor dan sebelum pergi tidur.
63
2. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur dan
indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Rambut merupakan
bagian dari tubuh yang memiliki fungsi proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status
kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut mudah rontok, sebagai akibat gizi kurang.
Dalam menjaga kebersihan rambut dapat dilakukan dengan keramas. Keramas minimal
dilakukan dua kali dalam seminggu. Keramas harus lebih sering dilakukan jika seseorang
melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak keringat, seperti selesai berolahraga dan
bekerja. Keramas dengan menggunakan sampo atau bahan pembersih rambut lainnya, dapat
menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala. Sampo tidak hanya berfungsi membersihkan
rambut tetapi juga untuk memberikan beberapa vitamin bagi rambut sehingga rambut subur
danberkilau.
Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab
melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan
status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir. Dengan menggosok gigi dapat membersihkan
gigi dari plak, bakteri dan mengurangi ketidak-nyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa
yang tidak nyaman.
Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan.
Menyikat gigi merupakan salah satu cara dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Menggosok gigi secara benar dan teratur, sedikitnya di lakukan 4 kali sehari yaitu setiap
selesai makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi menggunakan sikat gigi sendiri.
4. Kebersihan mata
64
Mata merupakan organ yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena sebagian besar
aktivitas manusia selalu menggunakan mata. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang
diperlukan untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata
dan bulu mata yang mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Dalam menjaga
kesehatan dan kebersihan mata dapat dilakukan dengan cara mengusap kotoran pada mata
dari sudut mata bagian dalam ke sudut mata bagian luar mata mengunakan kain yang lembut
dan bersih serta selalu melindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran.
5. Kebersihan telinga
Telinga berfungsi sebagai pendengaran. Sangat penting bagi seseorang untuk selalu menjaga
kebersihan telinga, karena apabila telinga terdapat serumen ataupun kotoran yang menumpuk
dan tidak dibersihkan, maka akan mengganggu fungsi pendengaran. Dalam menjaga
kebersihan telinga dapat dilakukan secara rutin sekitar 1-2x dalam seminggu.
6. Kebersihan hidung
Hidung berfungsi sebagai indra pembau dan sebagai jalan nafas. Lubang hidung terdapat
bulu-bulu hidung dan lendir yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang masuk bersama
udara yang dihirup. Dalam menjaga kebersihan hidung dapat dilakukan dengan menggunakan
kapas, sapu tangan atau tisu yang bersih dengan cara mengangkat sekresi hidung secara
lembut.
7. Kebersihan kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari
kuman dan trauma, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam
mempertahankan fungsinya. Dalam menjaga perawatan kulit dapat dilakukan dengan
melakukan mandi, karena dengan mandi setiap hari dapat menghilangkan kotoran, bau badan,
keringat dan membuat rasa nyaman.
Mengganti pakaian secara teratur merupakan salah satu cara menjaga kebersihan kulit. Dalam
mengganti pakaian, minimal dilakukan 1x dalam sehari. Seseorang perlu mengganti pakaian
lebih sering apabila dalam beraktivitas banyak berkeringat.
65
8. Manfaat
Manfaat perawatan personal hygiene, menurut Potter dan Perry (2006) a. Perawatan kulit
Memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, dapat mempertahankan rentang gerak, merasa
nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisipasi dan memahami metode perawatan kulit.
66
7. Kondisi fisik. Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri.
Menurut laily is’roin dkk (2012) terdapat beberapa dampak pada masalah personal
hygiene, yaitu:
a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi
adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Gangguan psikososial Maslah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial.
C. Pengkajian
Perawat memiliki peran penting didalam upaya menjaga dan memenuhi kebutuhan
personal hygiene pasien. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan proses
keperawatan yaitu Hidayat, 2006 :
Rambut : Amati kondisi rambut warna, tekstur, kualitas, apakah tampak kusam?
Apakah ditemukan kerontokan?
Kepala : Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan adanya ketombe,
kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
67
Mata : Amati adanya tanda-tanda ikterus., konjungtiva pucat, sekret pada kelopak
mata, kemerahan dan gatal-gatal pada kelopak mata.
Hidung : Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung,
tanda-tanda pilek yang tak kunjung sembuh, tanda- tanda alergi, atau perubahan pada
daya penciuman. Universitas Sumatera Utara
Mulut : Amati kondisi mulut dan amati kelembabannya. Perhatikan adanya lesi,
tanda-tanda radang gusi atau sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.
Gigi : Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-tanda karang gigi,
karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi palsu.
Telinga : Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya serumen atau
kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan pada daya pendengaran.
Kulit : Amati kondisi kulit tekstur, turgor, kelembaban dan kebersihannya. Perhatikan
adanya perubahan warna kulit, kulit keriput, lesi, atau pruritus.
Kuku tangankaki : Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan
atau luka.
Genetalia : Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perineum. Perhatikan
pola rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
Personal hygiene secara umum : Amati kondisi dan kebersihan kulit secara umum.
Perhatikan adanya kelainan kulit atau bentuk tubuh.
D. Diagnosa Keperawatan
E. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dapat penulis lakukan pada Ny.P pasien dengan Post Op
Sectio Caesarea adalah :
68
a. mengkaji keadaan umum klien
b. membantu klien untuk mandi diatas tempat tidur menggunakan washlap
c. membantu klien merawat daerah perineal
d. memberi bantuan sampai klien benar-benar mampu merawat diri secara mandiri.
Tindakan diatas diberikan selam 3x24 jam selama tiga hari mulai dari tanggal 22-24
April dan dilakukan dipagi hari dimulai dari jam 08.00 sampai selesai, dimana
tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan serta
menyesuaikan intervensi yang dapat dilakukan
F. Evaluasi
1. Pengertian
2. Tujuan
69
3. Indikasi
4. Kontra Indikasi
Perhatikan perawatan mulut pada pasien yang menderita penyakit diabetes dapat
beresiko stomatitis ( penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi, radiasi dan
itubasi selang nase gratik )
Luka pada gusi jika terlalu kuat membersihkannya
5. Persiapan Alat
Bersihkan langit-langit mulut dengan cara menariknya dari arah dalam ke luar.
Bersihkan gusi bagian dalam atas sebelah kanan dan kiri.
Berersihkan gigi bagian dalam atas sebelah kanan dan kiri.
Gusi bagian dalam bawah sebelah kanan dan kiri.
Gigi bagian dalam bawah sebelah kanan dan kiri
Gusi bagian luar atas sebelah kanan dan kiri.
Gigi bagian luar atas sebelah kanan dan kiri.
70
Gusi bagian luar bawah sebelah kanan dan kiri.
Gigi bagian luar bawah sebelah kanan dan kiri.
Lidah bagian atas dan bawah.
Oleskan gliserin/gentian violet pada bibir.
Keringkan bibir dengan tisu.
Angkat bengkok dan pengalas.
Atur posisi pasien.
Rapikan alat-alat.
Cuci tangan.
Observasi keadaan pasien.
Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Personal Hygiene konsep, proses dan aplikasi dalam praktik
keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Aritonang, Mika Vera. (2008). “Pengalaman orangtua
merawat anak penderita penyakit kronis”. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Anonim. (2008). Manual Tindak Persetujuan Kedokteran. Indonesia: Indonesian Medical
Council. Anonim. (2017). “Basic Hyiene Practices” (online),
(http://www.preventcancerinfections.org/health-tip-sheet/basic- hygiene-practices, diakses
tanggal 19 juni 2017). Azwar, Saifuddin. (2015). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ball, Jane, W. (2012). Principle Pediatric Nursing Fifth Edision
Caring For Children. Pearson. Gaskell, Karen Hellesvig. (2013). “Types of personal
hyginene” (online), (http://www.livestrong.com/article/165479-types-of-personal- hygiene/,
diakses tanggal 17 Februari 2017). Hatfield, nancy T. (2008). Broadribb’s Introductory
Pedriatric Nursing. Lippicott Williams & Wilkins. Hidayat, A Aziz Alimul. (2011).
71