Anda di halaman 1dari 65

TUBERCOLUSIS (TBC)

Pasien pria
24tahun

Keluhan: batuk kronik, Pemeriksaan:


susah nafas/dyspneu, BB↓ sputum dan foto Diagnosis : TBC
skitar 1 bulan thorax x-ray

Faktor penyebab: Hasil Sputum:


predisposisi dan Hasil Foto Thorax:
terdapat kuman
presipitasi Terdapat cavitas di
mycobakterium
apex paru kanan
tuberculosis
Mind Map

Definisi &
Epidemiologi
Klasifikasi

Etiologi dan
Faktor resiko

Pemeriksaan Pem. Fisik


penungjang
TBC

Pemeriksaan dan Patofisiologi


diagnosis

Anamnesis

Penatalaksanaan
Manifestasi
Klinis
1
Definisi TBC (1)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi


menulura yang diesebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang
aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada
beberapa mikobakteri patogen, dan yang
patogenik terhadap manusia.

Buku ajar Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit by Sylvia A. Price hal 852
Definisi TBC (2)

Tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi


saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan
oleh mikroorganisme Mycobacterium
tuberkulosis, yang biasanya ditularkan dari satu
individu ke individu lainnya, dan membentuk
kolonisasi di bronkiolus atau alveolus.

Buku Saku Patofisiologi by Elizabeth J.Corwin (EGC) hal 545


Definisi TBC (3)

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit


granulomatosa kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini
biasanya mengenai paru, tetapi mungkin
menyerang semua organ atau jaringan tubuh.
Biasanya bagian tengah granuloma tuberkular
mengalami nekrosis perkijuan.

Buku Ajar Patologi by Kumar,Cotran, Robbins hal 544


Epidemiologi TBC (1)
Epidemiologi TBC (2)
Epidemiologi TBC (3)
Epidemiologi TBC (4)
2
American Thoracic Society

Klasifikasi Deskripsi

TB 0 Belum terkena paparan / infeksi

TB 1 Sudah terpapar M. tuberculosis; status infeksi belum diketahui

TB 2 Infeksi laten, ada penyakit (hasil tes tuberculin positif)

TB 3 Tuberkulosis aktif

TB 4 Tuberkulosis inaktif

TB 5 Kemungkinan tuberkulosis, status unknown


3
Etiologi TBC
• Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung
• Mycobacteriumtuberculosis termasuk bakteri gram positif dan
berbentuk batang.
• Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian
kecil organ tubuh lain
Mycobacterium tuberculosis
Etiologi TBC

• Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada
pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis
sehingga disebut sebagai basil tahan asam (BTA)
• Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab
• Kuman ini juga memiliki sifat khusus lain nya yaitu dormant
Etiologi TBC

•Sumber penularan adalah penderita


tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau
bersin. Penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet
•Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam
Etiologi TBC

Droplet terhirup  saluran pernafasan


kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh
 kuman tuberkulosis menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya melalui sistem
peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya
Etiologi TBC

• Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya


kuman yang dikeluarkan dari parunya.
• Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut.
• Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular
Faktor Resiko TBC

Faktor Faktor Umur

Resiko Faktor Jenis Kelamin


TB Faktor Pekerjaan
Kebiasaan Merokok
Pencahayaan
Kondisi Rumah
Kelembapan Udara
Status Gizi
Faktor Resiko TBC
• Faktor umur
Prevalensi tuberkulosis paru tampak meningkat sesuai dengan
peningkatan umur.
Pada wanita prevalensi TB mencapai max umur 40 – 50 tahun
Sedangkan pria prevalensi TB mencapai umur 60 tahun
Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah
kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.
• Faktor Jenis Kelamin
Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua
kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita,
yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita.
Faktor Resiko TBC

• Faktor pekerjaan
Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya
gangguan pada saluran pernafasan
• Faktor Kebiasaan Merokok
merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak
2,2 kali.
• Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan
luas jendela kaca minimum 20% luas lantai.
Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-
bakteri patogen di dalam rumah
Faktor Resiko TBC
• Kondisi rumah
Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang
baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium
tuberculosis.
• Kelembaban udara
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab.
• Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan
status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB
Paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup
atau lebih
4,5
PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
• Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.
• Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam
• Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel
pada paru–paru.
PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
Infeksi Primer
Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman TB Paru. Droplet yang terhirup
ukurannya sangat kecil, hingga dapat melewati
mukosilier bronkus dan terus berjalan sampai
di alveolus dan menetap.
PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
Infeksi Pasca Primer (Post Primary TB PARU)
TB PARU pasca primer biasanya terjadi setelah
beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi
buruk.
PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
Penderita Tb Droplet
aktif bersin terhirup

Bakteri
menyebar

*bakteri menyebar dari paru2 melalui istem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian -bagian tubuh lainnya.
*daya penularan tergantung dari jumlah kuman yg dikeluarkan dari paru
patogenesis

Org yg terinfeksi Droplet dibawa oleh


bersin dan silia ke bronkiolus Makrofag alveolar
Terjadi peradangan
mengeluarkan terminalis dan menangkap basil
droplet alveolus

Kompleks Ghon / lesi Differensiasi Interaksi dengan


Granuloma
primer makrofag limfosit T

Aktifasi makrofag u/ Dapat sembuh total


Sekresi sitokin membunuh basil namun dapat
dalamnya menjadi dorman
6
Manifestasi TBC

Gejala utama TB Paru adalah batuk lebih


dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam
derajat rendah, nyeri dada, dan batuk
darah.
Manifestasi TBC

Secara umum ada 4, yaitu:


1. Tahap asimtomitas
2. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnasi
dan regresi
3. Eksaserbasi yang memburuk.
4. Gejala berulang dan menjadi kronik.
7,8

Anamnesis,
Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan Penunjang,
Diagnosis Penyakit dan DD
9
Prinsip Penatalaksanaan

• Sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit.

Prinsip pengobatan sebagai berikut :


1. Pemberian obat antituberkulosis
3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi
Pencegahan
• Vaksinasi BCG
• Kemoprofilaksis
Pengobatan TBC
TERAPI KONSERVATIF
• Pemberian nutrisi yang bergizi
• Pemberian kemoterapi atau terapi anti tuberkulosa

→Obat anti tuberkulosa yang utama adalah isoniazid (INH), rifampicin


(RMP), pyrazinamide (PZA), streptomycin (SM) dan ethambutol (EMB).

• Istirahat tirah baring (bedresting)


TBC
•Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif(2-3 bulan) dan fase lanjutan
(4-7 bulan).
•WHO
• Katagori :
1. (Utama )Rifampisin, INH,Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol.
2. Tambahan Kanamisin, Kuinolon, Makrolide
dan Amoksisilin + AsamKlavulanat,
Obat Anti Tuberkulosa (OAT)
Nama Obat Dosis Harian Efek Samping
(mg/kgBB/hr)

Izoniazid 300 - 400mg Hepatitis, neuritis perifer, Dosis berdasarkan berat


10-20mg/kggbb/hari hipersensitivitas badan harus
(anak) disesuaikan
pertambahan berat
Rifampisin <55kg:450mg/hari Gastrointestinal, hepatitis, badan.
>55kg:600 mg/hari trombositopenia Semua pasien yang
10-20mg/kgbb/hari menerima dosis harus
(anak) dipantau langsung
terapinya.
PRZ dan SM tidak
Pyrazinamid 10 mg Toksisitas hepar, artralgia,
dipakai pada wanita
Dewasa 20- gastrointestinal
hamil.
35mg/kg/hari
ETB tidak disarankan
Ethambutol 1000 mg Neuritis optik, penurunan untuk pasien anak
visus, hipersensitif, karena sulit diobservasi
gastrointestinal fungsi
visualnya.
Streptomisin 750 mg/hari Ototoksik, nefrotoksik
intramuskular
OAT (Obat Anti Tuberkulosa)
Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru:

Kategori 1
Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+) diberikan dalam 2
tahap:

Tahap 1 :
- Rifampisin 450 mg
- Etambutol 750 mg
-INH 300 mg
-Pirazinamid 1.500 mg.

Diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).


OAT (Obat Anti Tuberkulosa)

Tahap 2:

- Rifampisin 450 mg,


- INH 600 mg,
diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan (54 kali).
Obat Anti Tuberkulosa
Kategori 2
•Tahap 2
Obat tahap kedua diberikan hanya pada kasus
resisten pengobatan.
•Yang termasuk sebagai OAT tahap kedua antara
lain: levofloksasin,moksifloksasin, etionamid,
tiasetazon,kanamisin
OAT (Obat Anti Tuberkulosa)
Adapula rekomendasi terbaru
Untuk penganganan MDR-TB,yaitu dengan kombinasi 5 obat, antara lain:
1) salah satudari OAT lini pertama yang diketahui sensitif melalui hasil
kultur resistensi,
2) OAT injeksi untuk periode minimal selama 6 bulan,
3) kuinolon,
4) sikloserin atau etionamid,
5) antibiotik lainnya seperti klavulanat dan klofazimin
Durasi pemberian OAT setidaknya selama 18–24 bulan
OBAT REAKSI TAK DIKEHENDAKI CARA MENCEGAH

Rifampisin Nausea, anoreksia, nyeri lambung, Obat diberikan setalah makan


diare
Tingginya serum transaminase 2- Berikan rifampisin dengan hati2
8mingu pertama dari pengobatan selama fase hepatitis
hepatitis
Kemerahn pada kulit kepala dan Yakinkan penderita dan teruskan
gatal pengobatan

Purpura trombositopenik, anemia Rifampisin dientikan dan tak boleh


hemolitik dan kegagalan digantikan dengan preparat yang
akut(sangat jarang) lain

Demam menggigil sudah makan Beri dosis intermien 2x seinggu.


obat tjd 3-6bulan setalah Obat dosis tinggi tak dikurangi dan
pengobatan berikan dengan dosis 3xseminggu

Isoniazid Paresthesia, rasa terbakar pada Berikan piridoksin dengan


tangan dan kaki, neuropati perifer isoniazid bila dosis isoniazid
melebihi 14mg/kgbb
Etambutol Kebutaan dan buta warna biru, Usahakan dosis dibawah 15mg
neuritis retrobulbar
10
Komplikasi TBC

• komplikasi paru
• komplikasi ekstra paru
• cor pulmonal
Patogenesis Komplikasi

Ditangkap dan
Kuman TB masuk Makrofag menarik
dicerna oleh Makrofag rusak
alveola monosit
makrofag

Membentuk
Membentuk fokus Kelenjar getah Kelenjar getah
tuberkel kecil (fokus
limfadenopati bening di hilus bening di hilus
Ghon)

Kuman menyebar
Tersangkut di
melalui saluran
berbagai organ
limfe dan pembuluh
tubuh
darah
Komplikasi
paru

Komplikasi
TBC

Komplikasi Komplikasi
COR ekstra
pulmonale paru
Komplikasi paru

• Atelektasis
• Hemoptisis
• Fibrosis
• Bronkiektasis
• Pneumotoraks
• gagal napas
Gejala KELAINAN GEJALA

Atelektasis Dipsneu, takikardi dan sering sianosis,


perbedaan gerak
Hemoptisis Batuk dengan darah ringan sampai
masif
Fibrosis sesak nafas, mudah lelah, batuk,
biasanya tanpa dahak, nyeri dada
(kadang-kadang).
Bronkiektasis Batuk menahun dengan sputum,
ditemukan jari-jari tabuh
Pneumotoraks Batuk, sesak, iktus kordis bergeser

Gagal nafas Hiperkapnia, hipoksemia ,takikardia,


gelisah, berkeringat ,sianosis, batuk dan
berdahak
Komplikasi ekstra paru
TBC ekstra paru berat : TBC ekstra paru ringan:
• Meningtis • TBC kelenjar Limphe
• Millier
• Pleuritis dengan eksudativa
• Perikarditis
• Peritionitis
unilateral
• Pleuritis eksudativa duplex • Efusi pleura
• TBC tulang belakang • Tulang ( kecuali tulang
• TBC Usus belakang ), sendi , dan
• TBC saluran kencing dan alat kelenjar adrenal.
kelamin
PROGNOSIS TBC
• Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali
jikadisebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien
berusialanjut, dengan debilitas, atau mengalami gangguan kekebalan,
yangberisiko tinggi menderita tuberkulosis milier
[Patologi vol. 2, Robbins, dkk]
Pembuktian Hipotesis

“Adanya hubungan antara gejala yang dialami


pasien dengan TB dan BTA”

Hipotesis kami terbukti kebenarannya atas apa yang telah


kami diskusikan dan pelajari bersama. Bahwa gejala batuk
kronik dan kehilangan BB selama 1 bulan merupakan gejala
tepat pasien terkena tbc. Ditambah lagi dengan pemeriksaan
sputum dan foto thoraks dapat terlihat hasil positif terkena
penyakit TBC.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh, yang meliputi


anamnesis (yang juga mencakup tanda dan gejala serta riwayat
penyakit), maka pasien didiagnosis menderita tuberkulosis jika
telah menunjukkan gejala gejalanya. Pasien harus minum obat
secara teratur dan melanjutkan terapi pengobatan hingga
dinyatakan benar sembuh. Pasien harus sabar dan taat. Anggota
keluarga harus memeriksakan dahaknya dan gar harus
memperhatikan serta motifasi pasien tetap konsisten dalam
menjalani pengobatan.
Referensi

 Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN (2007). Robbins Basic Pathology


(ed. 8th). Saunders Elsevier.
 Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit (ed. 6). EGC
 Warrel, D. A., Cox, Timothy M., Firth, John D. 2005. Oxford Textbook of
Medicine. Oxford: Oxford University Press
 Anonim, 1998, Buku Saku Kedokteran Dorland edisi 25, Penerbit ECG, Jakarta
 Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta
 Boushey H.A., 2001, Obat-obat Asma dalam Katzung, B.G., Farmakologi
Dasar & Klinik, Ed.I, diterjemahkan oleh Sjbana, D., dkk, Salemba Medika,
Jakarta
 Mulia, yuiyanti J, 20002, Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma
bronchial. Penerbit EGC, trisakti, Jakarta
 Tanjung, dudut.2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronchial.USU Digital
library.Sumatra Utara
 Adnyana, I Ketut dkk, 2008. ISO Farmakoterapi. PT.ISFI.Jakarta
• Harrison’s principles of internal medicine vol 1
• IPD Jilid 3
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai