Uas - Ips - Rosikin-1909087020-2b Pendas
Uas - Ips - Rosikin-1909087020-2b Pendas
NAMA : ROSIKIN
NIM : 1909087020
MATA UJIAN : DESAIN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA, PKN DAN IPS
HARI/TANGGAL : KAMIS, 23 JULI 2020
WAKTU : 15.30 WIB – 17.30 WIB
SEMESTER/SKS :2/3
DOSEN : Prof. Dr. Hj.PRIMA GUSTI YANTI, M.Hum./
PURNAMA SYAEPURROHMAN, Ph.D.
TAHUN AKADEMIK : GENAP 2019/2020
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN DASAR
SOAL:
1. Bukalah forum diskusi di unit 2 sampai unit 7, kemudian ikuti petunjuk pada
masing-masing unit. Pelaksanaan UAS dengan mengukur jawaban-jawaban
anda berdasarkan indicator jawaban yang mengandung HOTS, orisinil, kritis dan
inovatif!
2. Kurikulum yang berlaku di Indonesia sekarang ini adalah kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013 ini, mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran
penghela. Sebagai mata pelajaran penghela tentu ada alasan dan teknis
pelaksanaannya. Jelaskan tentang hal tersebut ?
3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia mengandung muatan nilai multicultural.
Bagaimana hubungan muatan kurikulum yang diturunkan dalam SK dan KD
yang mengandung nilai multikulturalisme dengan perwujudannya dalam buku
teks. Jelaskan dan beri contoh.
LEMBAR JAWABAN:
B. Siapakah siswa kita? Generasi X? Gen Z? Gen Y? Gen Alfa? Gen Milenial?
a. Generasi X (1965-1980)
Generasi ini adalah generasi yang lahir pada tahun-tahun awal dari
perkembangan teknologi dan informasi seperti penggunaan PC (personal
Computer), video games, TV kabel dan internet. Generasi X ini mampu
beradaptasi dan mampu menerima perubahan dengan cukup baik
sehingga dapat dikatakan sebagai generasi yang tanggung, yang memiliki
karakter.
b. Generasi Y atau Milenial (1981-1994)
Generasi ini dikenal dengan sebutan generasi mellenial atau milenium.
Generasi Y ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instant seperti
email, SMS, instant messanging dan lain2. Hal ini dikarenakan generasi Y
merupakan generasi yang tumbuh pada era internet booming. Tidak
hanya itu saja, generasi Y ini lebih terbuka dalam pandangan politik dan
ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan
lingkungan yang terjadi di sekelilingnya.
c. Generasi Z (1995-2010)
Generasi ini merupakan generasi yang paling muda yang baru memasuki
angkatan kerja. Generasi ini biasanya disebut dengan generasi internet
atai Igeneration. Generasi Z lebih banyak berhubungan sosial lewat dunia
maya. Sejak kecil, generasi ini sudah banyak dikenalkan oleh teknologi
dan sangat akrab dengan smartphone dan dikategorikan sebagai generasi
yang kreatif.
d. Generasi Alpha (2011-Sekarang)
Lahir di zaman dengan teknologi yang berkembang pesat. Sejak dini
mereka sudah familiar dengan gadget seperti smartphone atau laptop.
Anak-anak Alpha akan tumbuh dengan gadget di tangan sampai-sampai
tidak pernah bisa hidup tanpa smartphone. Dilansir Business Insider,
situasi ketergantungan teknologi pada generasi Alpha membuat generasi
ini menjadi paling transformatif dibandingkan generasi-generasi
sebelumnya.
Siswa kita saat ini termasuk dalam generasi Alpa. Generasi yang sangat
berpengaruh pada tingkat perekonomian dunia. Menjadi seorang guru dan
orang tua dari Generasi Alfa atau yang sering disebut-sebut sebagai
generasi paling pintar ini bukan hal yang mudah. Orang tua juga harus
memberikan bekal sejak dini pada generasi ini untuk menghadapi
tantangan di masa depan.
C. Bagaimana cara mereka belajar?
Kemajuan teknologi yang pesat ini ke depannya akan memengaruhi mereka,
mulai dari gaya belajar, materi yang dipelajari di sekolah, sampai dengan
pergaulan mereka sehari-hari. Generasi ini sudah sangat paham dengan
kemajuan teknologi seperti anak yang sudah mengenali gadget seperti
smartphone atau laptop. Mereka juga lebih gampang bosan jika belajar
hanya berasal dari buku atau guru yang menerangkan materi. Anak pada
generasi Alfa pembelajaran berbasis teknologi digital dan virtual. Lebih
berbasis pada keterampilan dibandingkan konten pembelajaran yang
menarik. Siswa lebih menyukai sistem belajar yang lebih fleksibel dan tidak
terikat banyak aturan.
D. Bagaimana tahapan perkembangan intelektualnya?
Tahap-tahap perkembangan kognitif yaitu:
a. Tahap sensori motorik (usia 0–2tahun),
Kemampuna berfikir ditunjukkan melalui perbuatan dan gerakan
Anak memiliki kemampuan yang sangat besar dalam hal memegang
atau menyentuh sesuatu
b. Tahap pra-opersional (usia 2–7 tahun),
Kemampuan skema kognitif peserta didik pada tahapan perkembangan
praoperasional sangat terbatas
Kesukaan seorang anak dalam meniru perilaku orang lain
c. Tahap opersional konkrit (usia 7–11 tahun)
Pada dasarnya peserta didik yang berada pada tahap perkembangan
intelektual operasional konkret mulai mendapat mamhami aspek –
aspek kumulatif materi
Peserta didik dengan tahapan intelektual operasional konkret ini sudah
dapat berpikir secara sistematis beragam benda dan peristiwa yang
bersifat konkret.
d. Tahap opersional formal (usia 11–15 tahun).
Seorang anak dengan tahapan perkembangan intelektual operasional
formal mempunyai kemampuan dalam mengkoordinasikan kemampuan
kognitif dalam 2 bidang atau jenis sekaligus.
Adapun contoh dari mengkoordinasikan 2 jenis kognitif misalnya dalam
membuat kapasitas dan membuat rumusan hipotetik dan menggunakan
psinsip – psinsip yang bersifat abstrak.
E. Bagaimana tahapan perkembangan emosionalnya?
Piaget mengangkat persoalan-persoalan moral seperti mencuri, berbohong,
hukuman, dan keadilan. Dari hasil penelitiannya, Piaget membagi tahap-
tahap perkembangan moral
berdasarkan cara penalarannya, yaitu:
a. 4-7 tahun: tahap moralitas heteronom; pada tahap ini cara berpikir anak
tentang keadilan dan peraturan bersifat obyektif dan mutlak (dalam
Monks, Knoer, & Haditono, 2001), artinya tidak dapat diubah dan tidak
dapat ditiadakan oleh kekuasaan
manusia.
b. 7-10 tahun: tahap transisi; anak menunjukkan sebagian sifat dari tahap
moralitas heteronom, dan sebagian sifat lain dari tahap moralitas
autonom.
c. 10 dan seterusnya: tahap moralitas autonom; anak menunjukkan
kesadaran bahwa peraturan dan hukum diciptakan oleh manusia, oleh
karenanya dalam menilai suatu
perbuatan, anak-anak selain mempertimbangkan akibatakibat yang
ditimbulkan oleh suatu perbuatan, juga sekaligus mempertimbangkan
maksud dan ikhtiar dari si pelaku.
F. Bagaimana kehidupan sosial mereka?
Anak-anak generasi alpha hidup di era yang sangat terbuka
dengan informasi berarti mereka memiliki sumber informasi yang tanpa batas.
Cara mereka bersosialisasi juga sudah terpengaruh dengan perkembangan
zaman. Bahkan, mereka sudah memiliki akum media social sendiri untuk
berkomunikasi dengan kehidupan sosial mereka. Pertumbuhan mereka bisa
terjadi dengan pesat. Kemungkinan besar ini membuat wawasan mereka juga
akan jadi lebih luas.
Masalah yang kadang terjadi saat ini ialah tertuntut menjalani
segala sesuatu dengan lebih cepat, tertuntut oleh lingkungan, oleh situasi,
lalu kadang kita menuntut anak untuk lebih cepat dari perkembangan anak
yang seharusnya. Biasanya kalau ini tidak ter-manage dengan baik, anak-
anak juga jadi terbiasa dengan sesuatu yang cepat, serba instan sehingga
kurang menghargai prosesnya
G. Bagaimana pendapat anda tentang pendidikan dan fasilitas, pembelajaran
dan fasilitas, peranan guru dalam pendidikan dasar?
a. Pendidikan dan fasilitas sangatlah berkaitan dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Sebagai guru, pastinya kami ingin memberikan
pengajaran yang maksimal kepada peserta didik. Hal tersebut tentunya
harus didukung oleh penggunaan fasilitas yang memadai. Meliputi sarana
dan prasarana serta kebutuhan lain yang mendukung kegiatan belajar
mengajar tersebut. Perlu dukungan yang optimal dari berbagai pihak,
terutama sumber daya manusia, sekolah, serta peran orang tua di rumah.
b. Pembelajaran dan fasilitas
Sama halnya dengan penjelasan di atas mengenai proses kegiatan
belajar. Jika proses pembelajaran ingin terlaksana secara maksimal,
maka perlu didukung dengan fasilitas yang memadai. Misalnya adalah
tersedianya sarana dan prasarana yang ada di sekolah dengan lengkap.
Hal tersebut sangatlah berpengaruh dengan keberhasilan proses belajar
khususnya pada pendidikan milenial sekarang ini.
c. Peranan guru dalam pendidikan dasar
Seorang anak memulai pendidikannya pada jenjang sekolah dasar.
Artinya, guru sangatlah berperan penting dalam pembentukan karakter
peserta didik dari awal mereka belajar bahkan sampai mereka besar nanti.
Peserta didik akan merekam segala aktivitasnya pada kegiatan belajar
yang mereka lakukan di usia sekolah dasar. Maka dari itu, pengajaran
yang tepat akan membuat mereka mampu memiliki sikap yang baik,
memiliki norma yang baik. Berkarakter dan juga kompeten di bidangnya.
H. Bagaimana permasalahan tersebut menurut sudut pandang anda? Apakah
sistem evaluasi yang sekarang sudah “on the right track?”
Seperti yang kita ketahui, sistem evaluasi yang terjadi saat ini masih
berubah-ubah sejalan dengan perkembangan yang ada. Jika berbicara
apakah sudah berada di jalan yang benar atau belum, jawabannya sudah.
Namun, masih terdapat kekurangan yang perlu dievaluasi dan diperbaiki
guna tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini sangatlah penting untuk
ditindaklanjuti agar system pendidikan kita tidak monoton dan hanya isapan
jempol belaka khusunya dalam menambahkan fasilitas yang memadai pada
setiap sekolah di Indonesia. Pemerintah pun juga perlu menengok kondisi
sekolah yang berada di pedalaman, agar mereka juga memiliki hak yang
sama dalam kegiatan belajar mengajar.
I. IPS dan PKn adalah mata pelajaran yang mengajarkan salah satunya adalah
sikap ilmuan sosial dan sikap kewarganegaraan. Apakah selama ini sudah
tercapai? Bagaimana mengevaluasi kedua hal tersebut?
Melalui mata pelajaran PKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji
Pendidikan Kewarganegaraan dalam forum yang dinamis dan interaktif. Jika
memperhatikan tujuan pendidikan nasional di atas, Pembangunan dalam
dunia pendidikan perlu diusahakan peningkatannya.
Minat belajar siswa pada bidang PKn ini perlu mendapat perhatian khusus
karena minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses
belajar. Di samping itu minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan
faktor penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan atau
usahanya.
Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-
kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain:
Pertama, guru pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan
dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian
dan penelaahan bahan pelajaran.
Kedua, jumlah siswa setiap kelas cukup besar (40-45 siswa). Terkait dengan
jumlah siswa yang cukup besar di setiap kelas ini, proses belajar dihadapkan
pada kenyataan keberadaan sarana dan prasarana pembelajaran yang
kurang memadai, sehingga hal tersebut juga menyebabkan guru kurang
dapat mengenali sikap dan perilaku individual siswa atau murid secara baik.
Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa terhadap materi
pembelajaran.
Ketiga, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan
teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn merasa cukup
mencatat dan menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang diceramahkan
oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak
serius dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas. Keempat,
praktik kehidupan di masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, hukum, agama seringkali berbeda dengan wacana yang
dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Akibatnya siswa seringkali merasa apa yang dipelajari dalam proses belajar
di kelas sebagai hal yang sia-sia. Kelima, letak sekolah yang ada di pinggir
kota dan juga asal siswa dari pinggir kota merupakan kendala dalam
pembelajaran, karena wawasan siswa menjadi sangat terbatas dan kurang,
sehingga dalam proses pembelajaran siswa di kelas menjadi tidak aktif dan
tidak bergairah untuk bersama-sama proaktif.
J. Jelaskan bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi non tes. Seperti apa
yang anda lakukan?
Penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan
tanpa menguji peserta didik, melainkan dapat dilakukan dengan pengamatan
secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview),
menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-
dokumen (documentary analysis). Teknik penilaian non tes mempunyai
peranan yang penting dalam mengevaluasi dari segi ranah sikap (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain).
Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan
dengan melakukan pengamatan secara sistematis,, melakukan wawancara,
menyebarkan angket, dan memeriksa atau meneliti atau dokumen-dokumen.
A. Pengamatan (observation)
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk
menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar.
Ada tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi dengan alat
(tidak langsung), dan observasi partisipasi.
1. Observasi langsung
Pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala
atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung
diamati oleh pengamat.
2. Observasi dengan alat (tidak langsung)
Observasi ini dilaksanakan dengan menggunakan alat seperti miskroskop
untuk mengamati bakteri, surya kanta untuk melihat pori-pori kulit.
3. Observasi partisipasi
Observasi ini berarti bahwa pengamatan harus melibatkan diri atau ikut serta
dalam kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang diamati.
Kelemahan yang sering terjadi dalam observasi ada pada pengamat itu
sendiri, misalnya kurang cermat, kurang konsentrasi, lekas bosan sehingga
hasil pengamatannya sering dipengaruhi oleh pendapatnya, bukan yang
ditunjukkan oleh objek yang diamatinya.
K. Bagaimanakah membuat instrument evaluasi dengan tes yang baik?
Jelaskan!
1. Validitas Tes
Secara sederhana validitas adalah ketepatan isntrumen mengukur apa yang
hendak diukur. Kesesuaian indikator dan aspek tercapainya indikator disusun
berdasarkan konstruk secara teoritik dan juga disesuaikan dengan fakta yang
ada lapangan. Sebagai contoh sebuah hasil belajar kognitif hendaknya
secara lengkap mencakup secara keseluhuran aspek C1 sampai C6 atau
keselurahn aspek faktual, konseptual, actual dan metakognisi namun jika
pada proses pembelajaran tidak memasukkan ranah C5 dan C6 maka tes
disusun sampai C4 saja.
Terdapat 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian
untuk menguji kualitasnya, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan
(konstruksi); (c) validitas bandingan; dan (d) validitas ramalan.
a. Validitas Isi
Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan
dari suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi (konten/materi).
Pengecekan validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi
(konten/materi) tes dengan komponen-komponen yang seharusnya diukur.
b. Validitas Susunan (Konstruksi)
Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi validitas susunan
(konstruksi) yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi syarat-syarat
penyusunan tes yang baik.
c. Validitas Bandingan
Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah
berdasarkan hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya
dari siswa saat pengukuran (assessmen) dilakukan.
d. Validitas Ramalan
Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari
kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu (siswa) pada masa
yang akan datang.
2. Reliabelitas Tes
Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian
sebuah tes (alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes
dapat diperoleh dengan cara memberikan tes yang sama sesudah selang
beberapa waktu lamanya siswa yang sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes
merujuk pada ketetapan (keajegan) nilai yang diperoleh sekelompok siswa
pada kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama, ataupun tes serupa
yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes
merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai
tunggal tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok siswa yang mungkin
berubah karena tes itu sendiri.
3. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau
tingkat diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah
tes untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang
terdapat pada siswa yang satu dengan yang lain.
4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk
pada tes terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya
menumpuk pada suatu aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat
mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang
sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian pembelajaran yang sifatnya
penting mendapat porsi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bagian-
bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.
5. Efisiensi atau Daya Guna Tes
Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah
suatu tes akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan
waktu yang digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut.
Contohnya, sebuah tes yang dilakukan secara lisan (oral test) tidak efisien
bila dilakukan terhadap 100 siswa kalau hanya untuk mencek sejauh mana
siswa telah membaca buku tertentu yang ditugaskan pada mereka.
6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka
subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu
tes (instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan
kemungkinan jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas
terlalu tinggi, maka berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur
(adil) kepada siswanya sendiri.
7. Kekhususan Tes
Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah
kekhususan. Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang
merupakan komponen-komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab
oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan pembelajaran yang diberikan.
Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari bahan pembelajaran tidak
akan dapat menjawabnya.
8. Tingkat Kesulitan Tes
Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang
berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf
kemampuan siswa untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes
yang dibuat tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).
10. Keadilan Tes
Tes yang diberikan harus dirancang sehingga menganut asas keadilan.
Meskipun pengukuran yang baik dilakukan untuk setiap individu, sangat sulit
untuk melakukan pengukuran secara individu karena keterbatasan waktu.
Proses pelaksanaan test harus dilakukan terhindar dari sikap subjektivitas
atau merugikan pihak tertentu.
11. Alokasi Waktu Tes
Alokasi waktu juga bagian terpenting dalam tes. Penetuan waktu tes harus
disesuikan dengan kapasitas manusia mengingat sesuatu secara mendetail.
Waktu pelaksanaan juga harus diatur dalam tenggang yang masih wajar. Jika
proses pemberian tes terlalu lama maka ada kemungkinan daya beda dari
instrumen akan berkurang dan juga ada faktor external seperti kemungkinan
untuk mendapatkan inspirasi jawaban secara tidak wajar lebih besar.
L. Buatlah tulisan essay otentik dari pemikiran anda tentang hal-hal yang
berkaitan dengan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Pendidikan Dasar!
Tulisannya bisa merenungkan landasan filosofis, pedagogis, ataupun
instruksional dari pentingnya mata pelajaran ini; atau bagaimana
hubungannya dengan IPA, mata pelajaran Agama, dan Kewarganegaraan
maupun muatan lokal.
Secara teoritis terdapat beberapa pandangan filosofis kurikulum,
Landasan Filosofis sebagaimana dipaparkan dalam “Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS” Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2007, Depdiknas RI dirincikan sebagai
berikut :
(1) Esensialisme
(2) Perenialsme
(3) Progresivisme
Progresivisme; adalah aliran ini memandang bahwa sekolah memiliki tujuan
yakni kecerdasan yang praktis dan membuat siswa lebih efektif dalam
memecahkan berbagai masalah yang disajikan oleh guru atau pendidik.
Masalah tersebut biasanya ditemukan berdasarkan pengalaman siswa.
Pembelajaran yang harus dikembangkan oleh aliran Progresivisme adalah
memperhatikan kebutuhan individual yang dipengaruhi oleh latar belakang
sosial-budaya dan mendorong untuk berpartisipasi aktif sebagai warga
Negara dewasa, terlibat dalam pengambilan keputusan, dan memiliki
kemampuan dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari.
Implementasi IPS dalam pandangan aliran filsafat Progresivisme adalah
bagaimana mata pelajaran IPS mampu membekali kepada siswa agar dapat
memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-harinya, misalnya kemiskinan, pengangguran, kebodohan,
ketertinggalan, kenakalan remaja atau narkoba dan lainnya.
(4) Rekonstruksionisme
2. Kurikulum yang berlaku di Indonesia sekarang ini adalah kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013 ini, mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran
penghela. Sebagai mata pelajaran penghela tentu ada alasan dan teknis
pelaksanaannya. Jelaskan tentang hal tersebut ?
Bahasa Indonesia berkembang amat pesat sehingga menjadi bahasa yang
mampu mengikat persatuan dan kesatuan bangsa, juga menjadi penghela ilmu
pengetahuan.
Sebagai penghela ilmu pengetahuan, bahasa Indonesia telah mampu mewadahi
keberagaman konsep pengetahuan, baik konsep yang berakar pada kearifan
nusantara maupun konsep peradaban baru. Dalam hal ini bahasa Indonesia
sebagai pengikat persatuan dan kesatuan, bahasa Indonesia dapat
menghilangkan batas-batas etnisitas bangsa Indonesia dalam
berkomunikasi.Bahasa Indonesia juga memainkan peran penting dalam bidang
politik, ekonomi, hukum, dan bisnis. Penetapan regulasi penggunaan bahasa
Indonesia di bidang-bidang itu,kata dia, langsung atau tidak langsung membuat
kemahiran berbahasa Indonesia menjadi kepentingan banyak pihak. Kemahiran
berbahasa Indonesia mulai dijadikan syarat kelulusan dalam pendidikan dan
pengembangan karier pada bidang-bidang tersebut.
Itulah sebabnya, lembaga pembelajaran dan pengujian kemahiran berbahasa
Indonesia bermunculan di berbagai negara. Sejalan dengan itu, peningkatan
mutu pembelajaran bahasa Indonesia juga harus terus dilakukan.
Bahasa Indonesia perlu diletakkan dalam bingkai perencanaan bahasa yang
lebih matang dan terencana. Bahasa Indonesia diletakkan menjadi penarik/
penghela ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Salah satu yang dapat
diwujudkan adalah perencanaan bahasa Indonesia bidang peristilahan
(pembentukan istilah). Hal ini disadari sepenuhnya bahwa perubahan bahasa
yang sungguh sangat mengemuka dan paling peka terhadap perubahan
kehidupan ialah bidang peristilahan. Dan juga sebaliknya, mestilah Iptek mampu
menjadi daya dorong sekaligus penghela terbentuknya istilah-istilah bahasa
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seorang guru haruslah senantiasa membangun komunikasi dengan siswanya
menggunakan media bahasa (peristilahan) dengan bahasa yang
santun,bermartabat, halus, dan bermuatan kasih saying. Orang tua seyogyanya
menjalin komunikasi dengan anak anaknya dengan bahasa yang santun karena
anak akan terekam dalam LAD mendasari terbentuknya kepribadian dasar anak.
Kepribadian dasar ini mewarnai karakter anak hingga usia lanjut.
3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia mengandung muatan nilai multikultural.
Bagaimana hubungan muatan kurikulum yang diturunkan dalam SK dan KD
yang mengandung nilai multikulturalisme dengan perwujudannya dalam buku
teks. Jelaskan dan beri contoh.