Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN V

ASUHAN KEPERAWATAN STUNTING

Disusun Oleh:
1. Dwi Liliani Enggar P. (1811020006)
2. Kifti Nurul Abrianisa (1811020020)
3. Witna Hastiti (1811020032)
4. Elsa Melansari (1811020048)
5. Kukuh Aji Setiopno (1811020057)
6. Windi Indah Yani (1811020060)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2019
STUNTING

a. Pengertian Stunting
Status gizi pendek (stunting) adalah bentuk dari kegagalan pertumbuhan
(growth faltering). Stunting disebabkan oleh malnutrisi asupan zat gizi kronis yang
berlangsung lama sejak masa kehamilan yang ditandai dengan tinggi badan kurang
jika dibandingkan dengan umur
Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak terpaparnya periode
1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu
tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting dapat pula disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai 1000
hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang anak
pada 1000 hari pertama.Pada masa tersebut nutrisi yang diterima bayi saat didalam
kandungan dan menerima ASI memiliki dampak jangka panjang terhadap
kegidupan saat dewasa. Hal ini dapat terlampau maka akan terhindar dari
terjadinya stunting pada anak-anak dan status gizi yang kurang.
Stunting mempunyai dampak buruk bagi anak. Dampak buruk jangka
pendek yang dapat ditimbulkan oleh stunting adalah terganggunya perkembangan
otak, penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan metabolisme dalam
tubuh. Sementara itu, dalam jangka panjang stunting akan mengakibatkan
penurunan kemampuan kognitif, penurunan prestasi belajar, penurunan kekebalan
tubuh, beresiko mengalami kegemukan (Obesitas), sangat rentan terhadap penyakit
tidak menular dan penyakit degenaratif seperti diabetes melitus, penyakit jantung
dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas, serta penurunan produktivitas
pada usia dewasa.
b. Klasifikasi
1. Kwashiorkor
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan akan
mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan
perbaikan sel, makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan
berkurangnya produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan
kering karena depigmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata
karena kekurangan vitamin A. Kekurangan mineral khususnya besi, kalsium
dan seng
2. Marasmus
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekuranga kalori dan protein.
Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan subkutan
dan badan tampak kurus seperti orang tua.
c. Etiologi
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga menjadi faktor penyebab dari stunting, dapat dikarenakan
nutrisi yang buruk selama prekonsepsi, kehamilan dan laktasi. Selain itu,
perawakan ibu yang pendek, infeksi, kesehatan jiwa, kehamilan muda,
persalinan prematur, hipertensi, lingkungan rumah, ketidak nyamanan pangan,
serta rendahnya edukasi pengasuh juga dapat memengaruhi.
2. Infeksi
Contoh infeksi seperti gastreoenteritis, enteropati, dan penyakit lain yang
disebabkan oleh infeksi dapat mengakibatkan anoreksia atau menurunnya nafsu
makan.
3. Kelainan Endokrin
Stunting dapat diakibatkan oleh kelainan endokrin dan non endokrin,
kelainan endokrin dalam faktor penyebab stunting berhubungan dengan
defisiensi GH, IGF-1, hipotiroidisme, diabetes melitus. Penyebab terbanyak
ialah kelainan non endokrin yaitu penyakit infeksi kronis, gangguan nutrisi,
penyakit jantung bawaan, gastrointestinal, dan faktor sosial ekonomi. Batubara
(2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa penyebab perawakan pendek
diantaranya dapat berupa variasi normal, penyakit endokrin, displasia skeletal,
sindrom tertentu, penyakit kronis dan malnutrisi.
4. Asupan Nutrisi Yang Tidak Adekuat
Kualitas makanan yang tidak bergizi sangat mempengaruhi dan menjadi
penyebab dari stunting, praktik pemberian asupan makanan yang tidak
memadai meliputi pemberian makanan yang jarang, konsistensi makanan yang
terlalu ringan, kuantitas pangan yang tidak mencukupi. Analisis terbaru
menunjukkan bahwa rumah tangga yang menerapkan program diet yang
beragam, termasuk diet yang diperkaya oleh nutrisi yang lengkap akan
meningkatkan asupan nutrisi atau gizi dan dapat mengurangi stunting.
5. Problem Dalam Pemberian ASI
Tidak memberikan ASI eksklusif dan pengentian dini konsumsi ASI menjadi
salah satu penyebab terjadinya stunting, karena ASI merupakan nutrisi utama
pada bayi. Disarankan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal, setelah 6 bulan baru lah bayi
mendapat makanan pendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan
hingga usia 24 bulan. Menyusui yang berkelanjutan selama 2 tahun dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap asupan nutrisi yang penting.
d. Tanda dan Gejala
1. Berat badan tidak naik, cenderung menurun
2. Terlambatnya perkembangan tubuh
3. Mudah terkena penyakit infeksi
4. Kemampuan kognitifnya lemah
5. Mudah lelah
6. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
7. Usia 8-10 tahun menjadi lebih pendiam.
e. Patofisiologi
Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua
tahun  baru terlihat ternyata balita tersebut pendek. Masalah gizi yang kronis pada
balita disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama
akibat orang tua/keluarga tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan
yang sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya. 
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak
faktor. Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh
sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang
faktor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut
menentukan.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mem-pergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan;
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak
dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan
asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan
ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di
dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai
sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.
f. Pathway

g. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan laboratorium; albumin, creatinine dan nitrogen. Elektrolit,
Hb, Ht, transferin
h. Penatalaksanaan
1. Diet tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penanganan diare bila ada; cairan, antidiare, dan antibiotic
i. Pengkajian
1. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai,
sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan
kekurangan gizi.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual,
interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah
riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan
kalori dalam waktu relatif lama).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain.
4. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian
secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT,
leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas
dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
 Penurunan ukuran antropometri
 Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah
dicabut)
 Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
 Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal)
 Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila
terjadi diare.
 Edema tungkai
 Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa
popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
j. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
1.1 Batasan karakteristik
 Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
 Diare
 Enggan makan
 Asupan makanan kurang
 Kurang minat pada makanan
1.2 Faktor yang berhubungan
 Asupan diet kurang
2. Defisien volume cairan
Adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial dan atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium.
1.1 batasan karakteristik
 penurunan turgor kulit
 penurunan pengeluaran urine
 kulit kering
 peningkatan suhu tubuh
 penurunan berat badan tiba-tiba
 kelemahan
1.2 faktor yang berhubungan
 hambatan mengakses cairan
 asupan cairan kurang
 kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
k. Intervensi Keperawatan

No NDX NOC NIC


1 Ketidakseimbangan nutrisi Status nutrisi: Asupan Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan Makanan dan Cairan
 O: Identifikasi (adanya)
Definisi : asupan nutrisi tidak Kriteria hasil: alergi atau intoleransi
cukup untuk memenuhi  Asupan makanan makanan yang dimiliki
kebutuhan metabolik secara oral pasien.
 Asupan cairan  N: berikan pilihan makanan
secara oral sambal menawarkan
 Asupan cairan bimbingan terhadap pilihan
intravena (makanan) yang lebih sehat,
 Asupan nutrisi jika diperlukan.
parenteral  E: Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 C: Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
2 Defisiensi volume cairan  Kesseimbangan cairan Manajemen cairan
 Hidrasi
Definisi : penurunan cairan  O: Monitor makanan/cairan
intravaskuler, intersitial, dan/ Kriteria Hasil yang dikonsumsi dan hitung
atau intraseluler. Ini mengacu  Berat badan stabil asupan kalori harian
pada dehidrasi, kehilangan  Turgor kulit  N: timbang berat badan
cairan saa tanpa perubahan  Berat jenis urine setiap hari dan monitor status
natrium  Keseimbangan pasien
intake dan output  E: Dorong keluarga untuk
dalam 24 jam membatu pasien makan
 Kehausan  C: Kolaborasikan pembarian
 Bola mata cekung cairan IV
dan lembek

l. Diet dan Nutrisi


1. Protein
Tubuh membutuhkan protein untuk beragam fungsi. Di antaranya membangun
dan memperbaiki jaringan tubuh, membentuk sistem kekebalan, menjadi bahan
baku dari enzim dan hormon, serta menunjang pertumbuhan tulang, otot, dan
organ-organ vital.
Protein adalah nutrisi yang amat penting untuk anak stunting. Pasalnya, anak
stunting yang kekurangan protein tidak hanya terancam gagal tumbuh, tapi juga
lebih mudah kehilangan massa otot, mengalami patah tulang, serta terkena
penyakit infeksi.
2. Zat besi
Zat besi adalah mineral yang penting bagi pertumbuhan anak. Mineral ini
berikatan dengan sel darah merah untuk membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh. Dengan begitu, setiap organ dan jaringan tubuh bisa berkembang
sesuai fungsinya.
Kekurangan zat besi dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan
anemia. Jika tidak ditangani, anemia berkepanjangan bisa menghambat
perkembangan mental. Hal ini akan tentu akan berpengaruh pada proses
belajarnya di sekolah.
3. Zinc
Nutrisi lain yang tak kalah penting untuk anak stunting adalah zinc. Zinc
diperlukan untuk kelangsungan pertumbuhan, pembentukan sel, perkembangan
sel menjadi jaringan dan organ tertentu, serta melindungi anak dari penyakit
infeksi.
Kurangnya asupan zinc dapat memperparah kondisi anak yang stunting. Tak
hanya pertumbuhannya yang terhambat, kekurangan zinc juga dapat membuat
mereka mengalami gangguan kognitif, seperti kesulitan dalam belajar, gangguan
memori, serta sulit untuk memusatkan perhatian.
4. Kalsium dan vitamin D
Fungsi utama kalsium dan vitamin D adalah menjaga kesehatan tulang.
Kalsium adalah komponen utama tulang, sementara vitamin D membantu proses
metabolisme kalsium. Selain itu, kalsium pun dibutuhkan untuk kesehatan sistem
saraf, otot, dan jantung.
Kedua nutrisi ini amat penting untuk anak stunting karena manfaatnya begitu
luas. Tanpa asupan kalsium yang memadai, anak stunting sangat berisiko
mengalami masalah perkembangan tulang, kulit, kuku, serta gigi.
5. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Dengan adanya
energi yang cukup, anak-anak stunting dapat beraktivitas secara leluasa sehingga
otaknya terus terpancing untuk belajar dan berinteraksi dengan orang lain.
Tubuh mereka juga memerlukan energi untuk menjalani berbagai fungsi,
termasuk menguraikan dan menyerap beragam nutrisi penting untuk
pertumbuhan. Sebaliknya, kekurangan karbohidrat bisa mengganggu
metabolisme dan membuat anak cepat lesu.
Setiap nutrisi memiliki peran tersendiri untuk menunjang pertumbuhan dan
kesehatan anak stunting. Anak-anak stunting membutuhkan semua jenis nutrisi,
tapi protein, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan zinc adalah lima nutrisi yang tak
boleh dilewatkan.
Meski tidak lagi bisa menambah tinggi anak-anak stunting, beragam nutrisi ini
dapat membantu perkembangan dari segi lainnya. Mencukupi kebutuhan kelima
nutrisi tersebut juga akan membuat anak-anak stunting lebih sehat dan mampu
melawan penyakit
Daftar Pustaka

Istriana, Murah. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Gizi


Kurang Keluarga Tn.S Terutama Pada An.R Di Desa Trangsan
Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Naskah publikasi:
Surakarta.

Sutarto dkk. 2018. Stunting, Faktor ResikodanPencegahannya. Volume 5.


Nomor 1. Lampung.

Tim Redaksi. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) Di Indonesia

https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/nutrisi-untuk-anak-stunting/ .
Diakses pada tanggal 14 desember 2019, pada pukul 07.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai