Anda di halaman 1dari 7

A.

    Pengertian Pola Perilaku


Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmojo, 2005).
Psikologi memandang perilaku manusia (Human Behavior) sebagai reaksi yang dapat
bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Berbicara tentang perilaku, manusia itu unik
/khusus. Artinya tidak sama antar dan inter manusianya. Baik dalam hal kepandaian, bakat,
sikap, minat, maupun kepribadian. Manusia berperilaku atau beraktivitas karena adanya tujuan
tertentu. Dengan adanya need atau kebutuhan diri seseorang maka akan muncul
motivasi/penggerak , sehingga manusia itu berperilaku , baru tujuan tercapai dan individu
mengalami kepuasan. Siklus melingkar kembali memenuhi kebutuhan berikutnya atau kebutuhan
lain dan seterusnya dalam suatu proses terjadinya perilaku manusia (Widyatun, 1999).
Sedangkan menurut Bandura, suatu formulasi mengenai perilaku dan sekaligus dapat
memberikan informasi bagaimana peran perilaku itu terhadap lingkungan dan terhadap individu
atau organisme yang bersangkutan. Formulasi Bandura berwujud
B= behavior. E=environment, P=person,atau organisme. Perilaku lingkungan dan individu itu
sendiri saling berinteraksi satu sama lain. Ini berarti bahwa perilaku individu dapat
mempengaruhi individu itu sendiri, disamping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan.
Demikian pula lingkungan, dapat mempengaruhi individu (Walgito,2003). 

Proses Pembentukan Perilaku


Menurut Walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi menjadi 3cara sesuai keadaan
yang diharapkan, yakni:
1.      Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning atau
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, maka
akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning
baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun oleh Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang
tidak seratus persen sama, namun para ahli tersebut, mempuntai dasar pandangan yang tidak jauh
beda satu sama lain.
2.      Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan, pembentukan
perilaku juga dapat ditempuh dengan pengertian. Cara ini didasarkan atas teori belajar kognitif
yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian. Bila dalam eksperimen Thorndike dalam belajar
yang dipentingkan adalah soal latihan, maka dalam eksperimen Kohler dalam belajar yang
dipentingkan dalah pengertian. Kohler adalah salah satu tokoh psikologi Gestalt dan termasuk
dalam aliran kognitif.
3.      Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Disamping cara-cara pembentukan perilaku diatas, pembentukan perilaku masih dapat
ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Pemimpin dijadikan model atau contoh bagi
yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan oleh teori belajar sosial (social learning
theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (1977).

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan


bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan yakni :
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek)
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.

B.     Macam-Macam Pola Perilaku


      Ada beberapa jenis pola perilaku yang ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda, antara
lain:
1.      Perilaku tertutup dan  terbuka.
a)      Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat ditangkap  melalui indera, melainkan
harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes. Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan /kesadaran, dan sikap yang
terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. Contohnya: berpikir; berfantasi,
kreatifitas, dll. 
b)      perilaku terbuka yaitu perilaku yang bisa langsung dapat diobservasi melalui alat indera
manusia, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice). seperti tertawa, berjalan, berbaring, dll.
2.      Perilaku reflektif dan  non reflektif.
a)      Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme. Misal reaksi kedip mata bila kena sinar, menarik jari bila
kena panas, dan sebagainya. Perilaku reflektif ini terjadi dengan sendirinya secara otomatis tanpa
perintah atau kehendak orang yang bersangkutan, sehingga di luar kendali manusia..
b)      Perilaku non reflektif. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadarn atau otak. 
Proses perilaku ini disebut proses psikologis.
3.      Perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a)      Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang dilakukan oleh 
otak, yang terarah kepada obyektif, faktual, dan logis, seperti berpikir dan mengingat.
b)      Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi manusia
yang biasanya bersifat subyektif.
c)      Perilaku  motorik yaitu perilaku yang melibatkan gerak fisik seperti memukul, menulis,
lari, dan lain  sebagainya..
Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1.      Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu.
2.      Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.      Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
4.      Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5.      Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan
atau bersifat langgeng

Bentuk perilaku Individu
            Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya.
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id,
ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-
bentuk perilaku manusia yang kompleks.
1.      Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian
sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah
sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip
kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan
kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan segera atau
ketegangan. Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan
mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri
kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita
sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut
Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan
melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan
sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
2.      Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan
realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat
dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar,
prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk
memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas
beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau
meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses
menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu
yang tepat dan tempat.
3.      Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego adalah
aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita
peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego memberikan
pedoman untuk membuat penilaian.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik
mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk
merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan
kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan
kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu
mengganggu.
Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek mana
dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi, perilaku reflek, perilaku
otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan sebagainya. Secara psikologi, bentuk-
bentuk perilaku individu yaitu berupa:
1)      Perilaku sadar (yaitu perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan syaraf). Perilaku
sadar ini hanya sekitar 40% yang dialami oleh manusia.
2)      Perilaku tidak sadar (perilaku yang sopan atau instingtif). Perilaku ini terjadi di ambang
sadar atau alam tidak sadar. Perilaku tidak sadar ini biasanya untuk menyimpan semua harapan,
keinginan, dan ketakutan manusia.
3)      Perilaku tampak dan tidak tampak.
4)      Perilaku sederhana dan kompleks.
5)      Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
Selain itu terdapat pula bentuk-bentuk perilaku dilihat dari jenis responnya, yaitu:
1)      Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara
langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.Contoh : berpikir, berfantasi,
berangan-angan.
2)      Perilaku aktif (respons eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung,
berupa tindakan nyata. Contoh: mengerjakan ulangan, membaca buku pelajaran.

C.Pendekatan Teori Perilaku

a.      Pengertian pendekatan teori perilaku


Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang percaya bahwa jika menajer berfokus
kepada karyawan bukan pada produksi mekanistik, maka pekerjaan menjadi lebih puas dan
dengan demikia, lebih produktif.
Studi ini merupakan sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi,
dengan memanfaatkan metode-metode dari berbagai ilmu. Antara lain yaitu ekonomi, sosiologi,
ilmu politik, antropologi dan psikologi. Gerakan ilmu perilaku menekankan perlunya untuk studi
ilmiah dari elemen manusia organisasi
Prespektif manajemen perilaku menekankan pada pentingnya manajemen memerhatikan
perilaku dan kebiasaan individu manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi dan pentingnya
pula menejemen melakukan perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang ada dalam
organisasi agar organisasi dapat berjalan dengan baik.
Pendekatan perilaku memiliki dua prespektif yaitu:
1.         The human relations approach (Pendekatan Hubungan Kemanusiaan)
Pada dasarnya teori pendekatan hubungan kemanusiaan berargumentasi bahwa pada
dasarnya manusia selalu melakukan respon terhadap konteks sosial dimanapun dia berada.
Sehingga asumsi dasar yang dapat digunakan dalam teori ini adalah bahwa perhatian manajer
atau pimpinan terhadap bawahanya akan meningkatkan tingkat penerimaan sekaligus tingkat
kepuasan daari bawahanya, sehingga tingkat penerimaan dan kepuasan ini akan mendorong
tercapainya peeningkatan produktifitas.
2.         Behavioral science approach atau pendekatan ilmiah perilaku
Dalam perkembangan peran manusia dalam organisasi direpresentasikan dalam teori
perilaku organisasi yang mencoba melihat organisasi dari prespektif yang lebih luas. Beberapa
topik penting dalam teori ini diantaranya adalah bahwa kinerja organisasi sangat terkait dengan
kepuasan kerja, stres, motivasi, kepemimpinan, dinamika kelompok, budaya kerja dan lain
sebagainya.

B.       Prinsip pendekatan perilaku ini adalah:


1.      Pendekatan motivasi yang menghasilkan komitmen pekerja sangat diutuhkan.
2.      Manajemen tidak dapat dianggap sebagai suatu proses teknik yang kaku.
3.      Manajemen harus sistematis dan sistemis.
4.      Pendekatan yang dilakukan dalam manajemen harus hati-hati.
5.      Organisasi sebagai suatu keseluruhan.
6.      Kepemimpinan diterapkan sesuai dengan situasi bawahanya.
7.      Unsur manusia merupakan kunci utama yang menentukan sukses atau gagalnya  organisasi
mencapai tujuanya.
8.      Manajer masa kini harus dididik dan dilatih untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep
manajemen.
9.      Komitmen dapat ditingkatnya melalui partisipasi dan keterlibatan pekerja.
10.   Pengawasan harus dibangun dalam pengertian positif, bukan mencari kesalahan   tetapi
mencengah kesalahan secara diri.

C.      Keterbatasan Pendekatan Perilaku dan Teori


Beberapa ahli menajemen termasuk ahli perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak
sepenuhnya nyata karena berkenaan dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah
perilaku oleh ahli perilaku (Jargon) yang sangat kompleks dan abstrak untuk praktek para
manejer. Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku sering berbeda
dalam menyimpulkan penelitian dan rekomendasinyapun sulit bagi manejer untuk memilih dan
melaksanakanya. Teori Perilaku seperti yang telah disebutkan tadi adaalah untuk dikembangkan
dalam teori motivasi. Selain itu, untuk menhgetahui perilaku kelompok, hubungan manusiawi
ditempat kerja, dan pentingnya hubungan manusiawi ditempat kerja. Ahli perilaku menyarankan
untuk dikembangakan dalam teori-teori kepemimpinan, konflik, kekuasaan, perubahan
organisasi dan komunikasi.

http://mudirulachmad.blogspot.com/2016/06/makalah-pola-perilaku-pengertian-macam.html
1.1 Hubungan Kepribadian Dengan Kesehatan
Kesehatan tidak sebatas berbicara tentang penyakit. Karena penyakit tidak datang
secara tiba-tiba. Penyakit merupakan akibat dari proses perjalanan suatu agent
penyebab penyakit. Jadi ada faktor-faktor tertentu yang dapat memicu timbulnya
penyakit.
Ada kaitan antara faktor-faktor kepribadian dengan penyakit dan perilaku tak sehat.
Kadang kepribadian merupakan akibat dari suatu penyakit. Misalnya, seorang penderita
darah tinggi menjadi sangat berhati-hati dalam memilih makanan untuk mencegah
kambuh. Penyakit bisa pula muncul akibat kepribadian. Misalnya seorang yang
berkepribadian malas selalu menunda pekerjaan sehingga harus selalu bergadang.
Kepribadian bukan suatu hal yang mutlak. Penyakit tidak selalu dipengaruhi oleh faktor
kepribadian. Penyakit bisa dilakukan dengan perilaku hidup sehat. Diantaranya adalah
makan makanan sehat, latihan fisik dan mengurangi stress. Yang dimaksud makanan
sehat adalah keseimbangan dalam gizi sesuai dengan pedoman gizi seimbang (PGS),
mengurangi makanan yang mengandung MSG atau pengawet, membatasi konsumsi
lemak dan lain-lain. Latihan fisik bisa dilakukan dengan olahraga secara teratur.

https://www.kompasiana.com/millazka/561376cca0afbd41048b456c/kepribadian-dapat-
mempengaruhi-kesehatan-benarkah

Anda mungkin juga menyukai