Anda di halaman 1dari 77

MAKALAH ASKEP DIABETES MELITUS

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunitas II

Dosen Pengampu:
Ns. Linda Oktaviani, S.Kep

Disusun Oleh :
Anggun Dewi Rahmawati 201813058
Ayu Fifin H. La Djaila 201813062
Eka Sulis Setiawati 201813068
Heni Intan Puspitasari 201813074
Irdanila Kusuma 201813111
Mayang Puspitasari 201813082
Muhammad Syah Faril Gifari 201813086
Rini 201813095
Siti Assabilla Saidatussyifa 201813100
Weka Diah Permatasari 201813105

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TK.3B


STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, Marilah
kita ucapkan puji serta rasa syukur atas kehadirat Allah Swt. Karena berkat rahmat, karunia,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan dan penyusunan
Makalah mengenai tentang Laporan Pendahuluan Keperawatan Komunitas pada Kasus
Diabetes Melitus ini dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Penyusun berharap Makalah mengenai tentang Laporan Pendahuluan Keperawatan


Komunitas pada Kasus Diabetes Melitus ini dapat berguna dan juga bermanfaat untuk
menambah wawasan pembaca mengenai tentang Laporan Pendahuluan Keperawatan
Komunitas pada Kasus Diabetes Melitus yang diambil dari beberapa sumber yang terkait.
Selain itu, penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proses pembuatan dan penyusunan
makalah ini.

Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga Makalah ini dapat dengan mudah
dipahami serta dapat menambah wawasan bagi pembacanya. Kami juga memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kekurangan Makalah Laporan Pendahuluan Keperawatan Komunitas
pada Kasus Diabetes Melitus yang telah kami susun ini apabila adanya penjelasan yang
kurang jelas dan tidak lengkap. Serta tidak lupa meminta kritik dan saran yang membangun
untuk Makalah Laporan Pendahuluan Keperawatan Komunitas pada Kasus Diabetes Melitus
ini agar kedepannya dapat lebih baik dalam penyusunan dan pemaparan materi.

Bogor, 25 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………....1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………...4
1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………………….4
1.4. Manfaat……………………………………………………………………...….5
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................….…6
2.1. Laporan Pendahuluan……………………………………………………...….6
A. Definisi………………………………………………………………...…...6
B. Etiologi………………………………………………………………...…...6
C. Manifestasi klinis……………………………………………………...…..9
D. Patofisiologi………………………………………………………………..9
E. Pathway…………………………………………………………………...12
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus……………….….…13
A. Pengkajian…………………………………………………………….….13
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………….…21
C. Intervesi……………………………………………………………….….22
D. Implementasi………………………………………………………….….26
E. Evaluiasi………………………………………………………………….26
BAB III PENUTUP.......................................................................................................27
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………..…..62
3.2. Saran……………………………………………………………………….….62
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................64

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia. Angka prevalensi dan
insidensi penyakit ini meningkat secara drastis di seluruh penjuru dunia, negara-negara
industri baru dan negara sedang berkembang termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008).
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan
resistensi insulin atau keduanya yang berlangsung lama (kronik) dan dapat menyebabkan
kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya (Suastika et al., 2011).

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 penderita diabetes
melitus di Indonesia sebanyak 21, 3 juta jiwa. Kondisi ini membuat Indonesia
menduduki peringkat keempat setelah Amerika Serikat, China, dan India. Terdapat 347
juta jiwa di dunia menderita diabetes melitus, pada tahun 2012 diperkirakan 1,5 juta jiwa
meninggal dunia disebabkan oleh diabetes melitus dan kurang lebih 80% dari kematian
tersebut terjadi pada negara yang berpenghasilan menengah ke bawah atau negara yang
berkembang (WHO, 2014). Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 2 menyebutkan terjadi
peningkatan prevalensi pada penderita diabetes melitus di daerah urban Indonesia untuk
usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di propinsi Papua sebesar
1,7%, dan terbesar di propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai
11,1%, sedangkan prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), berkisar antara 4,0%
di propinsi Jambi sampai 21,8% di propinsi Papua Barat.

Peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus ini disebabkan oleh pertumbuhan


masyarakat yang semakin tinggi, peningkatan obesitas, faktor stres, diet dan pola makan
yang tidak sehat, dan gaya hidup yang sekunder. Percepatan naiknya prevalensi penderita
diabetes melitus dapat dipicu oleh pola makan yang salah, dimana pada saat sekarang
banyak masyarakat yang kurang menyediakan makanan berserat, banyak konsumsi
makanan yang mengandung kolesterol, lemak jenuh, dan natrium, diperparah lagi dengan
seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan gula (Qurratueni,
1
2009). Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat ini dapat memunculkan berbagai
komplikasi akut maupun kronis pada penderita diabetes melitus jika tidak ditangani
secara baik dan untuk mencegah terjadinya komplikasi, diperlukan adanya pengelolaan /
penatalaksanaan diabetes melitus.

Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 (2011), dalam tata laksana diabetes
melitus terdapat 4 pilar yang harus dilakukan dengan tepat yaitu edukasi, terapi gizi
medis (perencanaan makan), latihan jasmani dan intervensi farmakologis (pengobatan).
Perencanaan makan (terapi gizi) 3 merupakan komponen utama keberhasilan
penatalaksanaan diabetes melitus. Pengelolaan nutrisi bertujuan membantu penderita
diabetes melitus memperbaiki kebiasaan makan sehingga dapat mengendalikan kadar
glukosa, lemak dan tekanan darah serta dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi.
Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan tim yang terdiri dari dokter,
dietisien, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri untuk meningkatkan
kemampuannya dalam mencapai kontrol metabolik yang baik. Selain itu, keterlibatan tim
dalam 4 hal yaitu assessment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya
hidup, mendorong pasien berpartisipasi pada penentuan tujuan yang akan dicapai,
memilih intervensi gizi yang memadai dan mengevaluasi efektifnya perencanaan
pelayanan gizi (ADA, 2003; Soegondo dkk, 2009).

Edukasi merupakan salah satu dari ke 4 pilar penatalaksanaan diabetes melitus yang
juga berpengaruh terhadap keberhasilan penderita dalam melakukan kontrol
metaboliknya. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan ketrampilan bagi penderita diabetes melitus yang bertujuan menunjang perubahan
perilaku untuk meningkatkan pemahaman penderita akan penyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan penderita diabetes melitus (Soegondo dkk, 2009). Edukasi atau penyuluhan
diabetes dapat dilakukan kepada penderita diabetes melitus dan keluarganya dengan cara
tatap muka didukung dengan penyediaan bahan- 4 bahan edukasi seperti Satuan Acara
Pembelajaran (SAP), materi dalam bentuk leaflet, booklet, dan lain-lain. Tatap muka
dapat dilaksanakan secara berkelompok atau perseorangan (individual) (Basuki 2009).
Pemberian edukasi secara individual /face to face dengan materi terstruktur dalam
penatalaksanaan diabetes melitus sangat penting sebab diabetes melitus merupakan

2
penyakit yang sangat erat kaitannya dengan gaya hidup. Perkeni (2009) menyatakan
bahwa pemberian edukasi merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penderita diabetes melitus.

Peran perawat salah satunya adalah sebagai educator yang memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasiennya, dimana pendidikan kesehatan merupakan salah satu
tindakan preventif mandiri yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan pasien (Potter & Perry, 2009). Perawat sebagai penyedia layanan kesehatan,
sangat penting mengetahui tentang penyakit diabetes melitus dan pengaturan makan/diet
yang akan diajarkan kepada penderita diabetes melitus dalam bentuk edukasi guna
menentukan tujuan bersama penderita serta keluarga dalam memberikan tindakan khusus
untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau
memulihkan kembali kondisi penderita diabetes melitus secara optimal serta
mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan (Pemila, 2009).

Penderita diabetes melitus yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik
tentang diabetes melitus termasuk diet dapat 5 mengendalikan kondisi penyakitnya dan
dapat hidup lebih lama. Pengetahuan, sikap dan perilaku penderita diabetes melitus
terhadap pengelolaan diabetes melitus sangat berperan dalam mengurangi terjadinya
komplikasi. Pengetahuan penderita mengenai diet diabetes melitus merupakan sarana
yang membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya. Dengan
demikian, semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti mengenai penyakitnya,
diet yang harus dijalani, maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya
dan mengapa hal itu diperlukan (Susan, 2002).

Sikap sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan penderita
tentang diet/pengaturan makan. Pengetahuan ini akan membawa penderita untuk
menentukan sikap, berfikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat
mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila pengetahuan penderita baik, semestinya sikap
terhadap diet diabetes melitus juga diharapkan dapat mendukung. Jika sebaliknya,
tingkat pengetahuan gizi yang rendah, dapat mengakibatkan sikap acuh tak acuh terhadap
penggunaan bahan makanan tertentu, walaupun bahan makanan tersebut cukup tersedia
dan mengandung zat gizi. Pengetahuan gizi setiap individu biasanya didapatkan dari
setiap pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya, media massa
atau media cetak, media elektronik, serta buku petunjuk dari kerabat dekat. Pengetahuan
3
ini dapat ditingkatkan dengan cara membentuk keyakinan pada diri sendiri sehingga
seseorang dapat berperilaku sesuai dengan kehidupan sehari-hari (Chabchoub et all,
2000).

Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Keberhasilan dalam pengelolaan 8 mandiri diabetes
memerlukan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan dan
ketrampilan. Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan
perilaku hampir sama dengan proses edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan,
implementasi, dokumentasi dan evaluasi. Keberhasilan edukasi dalam mencapai sasaran
akan lebih dapat menjamin ketaatan penderita diabetes melitus dalam menjalankan
pengelolaan diabetes melitus dengan baik (Perkeni, 2011). Penelitian tentang perilaku
dari Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau
perilaku seseorang. Pengetahuan penderita tentang diet diabetes melitus merupakan
sarana yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes melitus selama
hidupnya sehingga semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya, semakin
mengerti bagaimana harus berperilaku dalam penanganan penyakitnya (Waspadji, 2004).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus?
2. Apa sajakah etiologi dari Diabetes Melitus?
3. Apa sajakah manifestasi dari Diabetes Melitus?
4. Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Melitus?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas pada pasien dengan Diabetes Melitus?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan Laporan Pendahuluan pada
Kasus Diabetes Melitus
2. Tujuan khusus
4
Mendapatkan :
a. Melaksanakan Laporan Pendahuluan pada Kasus Diabetes Melitus dengan
menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan Mahasiswa / Mahasiswi dapat menambah pengetahuan
tentang Ilmu Keperawatan Komunitas pada Laporan Pendahuluan Keperawatan
Komunitas pada Kasus Diabetes Melitus.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

5
A. Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein (Askandar, 2014).

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan


absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2013).

B. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2013), penyebab dari diabetes melitus adalah :
1. Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pankreas.

2. Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI)

6
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat.

DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor- reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.

Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin


dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Price,2014).

Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung


insulin (DMTTI) atau Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang
lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun).
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
d. Kelompok etnik.

3. Diabetes dengan Ulkus


a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
7
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan
dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga
mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi
keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler.
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor
resiko lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan
pembuluh darah) pada pembuluh darah besar tungkai
(makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah ke
tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya
gangrene yang luas. Aterosklerosis dapat disebabkan oleh
faktor :
a) Adanya hormone aterogenik.
b) Merokok.
c) Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia :
 Kaki dingin.
 Nyeri nocturnal.
 Tidak terabanya denyut nadi.
 Adanya pemucatan ekstrimitas inferior.
 Kulit mengkilap.
 Hilangnya rambut dari jari kaki.
 Penebalan kuku.
 Gangrene kecil atau luas.
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi

C. Manifestasi Klinis
1. Diabetes Tipe I
8
a. hiperglikemia berpuasa.
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia.
c. keletihan dan kelemahan.
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur.
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer).

D. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2014), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih
dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.

Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan


mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.

9
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak.

Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa


tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri
abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.

Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi


intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi).

Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada


pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati.

10
Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai
permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan
luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk
mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan
closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang
abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitarnya, (Anonim 2014).

11
E. Pathway

1.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus


A. Pengkajian

12
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada
umumnya keluhan utamanya yakni adanya rasa kesemutan pada kaki /
tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak
sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini sedang dialaminya.
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.

f. Riwayat psikososial

13
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

g. Genogram
Genogram dapat menunjukan riwayat kesehatan keluarga, adanya
faktor keturunan atau genetik sebagai faktor predisposisi penyakit
yang di derita klien. Pada kasus diabetes militus, salah satu
penyebabnya menyebutkan bahwa beberapa orang bisa menjadi
pembawa bakat (berupa gen).

h. Pola kegiatan sehari-hari


1) Pola persepsi management kesehatan
Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap
sakit yang dideritanya, tindakan atau usaha apa yang
dilakukan klien sebelum dating kerumah sakit, obat apa yang
telah dikonsumsi pada saat akan dating kerumah sakit. Pada
pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi
management kesehatan karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak gangren kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi
yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,
oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah
dimengerti pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, kondisi rambut, kuku dan kulit, kebiasaan makan,
frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan
yang disukai dan banyaknya minum yang dikaji sebelum dan
sesudah masuk RS. Pada pasien DM akibat produksi insulin
tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula
darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat
badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat

14
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari
frekuensi, volume, adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau.
Pada kasus DM adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya
diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing
(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine
(glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu
senggang, kesulitan dan hambatan dalam tidur, pada pasien
dengan kasusu DM Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka
dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu
tidur penderita mengalami perubahan.
5) Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi
pernapasan dan fungsi sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka
gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
6) Pola kognitif perceptual
Menggambarkan pola kemampuan klien untuk proses berpikir,
pola penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan
persepsi sensasi nyeri serta kemampuan berkomunikasi dan
mengerti akan penyakitnya. Pasien dengan gangren cenderung
mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak
peka terhadap adanya trauma.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal
diri seseorang dimana perubahan yang terjadi pasa kasus DM

15
adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga
( self esteem ).
8) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan tentang hubngan klien dengan lingkungan
disekitar serta hubungannya dengan keluarga dan orang lain.
Seseorang dengan kasus DM akan menyebabkan Luka
gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
9) Pola seksual dan reproduksi
Meggambarkan tentang seksual klien. Dampak angiopati dapat
terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses
ejakulasi serta orgasme.
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap masalah
yang dialami dan dapat menimbulkan ansietas. Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap
kepercayaan yang dianut dan bagaimana dia menjalankannya.
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam

16
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.

2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
17
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada
darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode
dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi.
b. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah >
160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial,
uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode
yang populer: carik celup memakai GOD.
c. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat
cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai
Natroprusid, 3- hidroksibutirat tidak terdeteksi.
d. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel
insula langerhans (islet cellantibody).

4. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Medis
1) Obat
a) Tablet OAD (Oral Antidiabetes).
b) Mekanisme kerja Sulfanilurea
 kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik,
ekstra pancreas.
 kerja OAD tingkat reseptor.
2) Mekanisme kerja Biguanida
a) Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan
efektivitas insulin, yaitu:
b) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik

18
 Menghambat absorpsi karbohidrat.
 Menghambat glukoneogenesis di hati.
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.
 Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
 Biguanida pada tingkat pascareseptor :
mempunyai efek intraseluler
3) Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
 DM tipe I.
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat
dirawat dengan OAD.
 DM kehamilan.
 DM dan gangguan faal hati yang berat.
 DM dan infeksi akut (selulitis, gangren).
 DM dan TBC paru akut.
 DM dan koma lain pada DM.
 DM operasi.
b) Insulin diperlukan pada keadaan :
 Penurunan berat badan yang cepat.
 Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
 Ketoasidosis diabetik.
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

b. Keperawatan
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi
kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi
dan menurunkan kadar lemak. Prinsip diet DM, adalah:
a) Jumlah sesuai kebutuhan.
b) Jadwal diet ketat.
c) Jenis: boleh dimakan/tidak.]
19
Diet DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan
dengan kandungan kalorinya.
a) Diet DM I : 1100 kalori
b) Diet DM II : 1300 kalori
c) Diet DM III : 1500 kalori
d) Diet DM IV : 1700 kalori
e) Diet DM V : 1900 kalori
f) Diet DM VI : 2100 kalori
g) Diet DM VII : 2300 kalori
h) Diet DM VIII : 2500 kalori
i) Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang
terlalu gemuk.
j) Diet IV s/d V: diberikan kepada penderita dengan
berat badan normal.
k) Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus.
Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus
disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilaksanakan dengan menghitung Percentage of
relative body weight (BBR= berat badan normal)
dengan rumus :
BB (Kg)
BBR = ....X 100 %
TB (cm) – 100
a) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
b) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
c) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
d) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
 Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
 Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
 Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
 Morbid : BBR > 200 %

20
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari
untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :
a) Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari.
b) Normal : BB X 30 kalori sehari.
c) Gemuk : BB X 20 kalori sehari.
d) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
kadar insulin.

3) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara
mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur
terapinya secara optimal.

4) Terapi (jika diperlukan)


Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan
dan pada malam hari.

5) Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat
mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan
diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi
dari diabetes itu sendiri.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injuri Fisik (Bagian yang mengalami
DM).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan Tubuh Mengabsorbsi Zat-Zat Gizi.

21
3. Kerusakan Integritas Kulit berhubungandengan Perubahan Sirkulasi,
Imobilitas dan Penurunan Sensabilitas (neuropati).
4. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Rasa Nyaman
Nyeri, Intoleransi Aktivitas, Penurunan Kekuatan Otot.
5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.

C. Intervensi
1. Nyeri Akut b/d Agen Injuri Fisik (Bagian yang mengalami DM)
Kriteria hasil :
Melaporkan adanya nyeri, Frekuensi Nyeri, Pernyataan Nyeri, Perubahan
tekanan darah, Ekspresi nyeri pada wajah
Rencana keperawatan :
Pain Management
 Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas danontro presipitasi.
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
 Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
 Kurangi ontro presipitasi nyeri.
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non
farmakologis).
 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
 Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
 Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasi Analgetik
 Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
 Cek riwayat alergi.
22
 Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
 Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
 Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
 Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.

2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d


Ketidakmampuan Tubuh Mengabsorbsi Zat-Zat Gizi.
Kriteria hasil : Intake zat gizi, Intake makanan dan cairan, Energi, Masa
Tubuh, Berat Badan
Rencana keperawatan :
Manajemen Nutrisi
 Kaji pola makan klien.
 Kaji adanya alergi makanan.
 Kaji makanan yang disukai oleh klien.
 Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi. Terpilih sesuai
dengan kebutuhan klien.
 Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.
 Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi
tubuh klien.
 Monitor Nutrisi
 Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
 Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien
makan.
 Monitor lingkungan selama makan.
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu
klien makan.
 Monitor adanya mual muntah.
 Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb.
 Monitor intake nutrisi dan kalori.

23
3. Kerusakan Integritas Kulit b/d Perubahan Sirkulasi, Imobilitas dan
Penurunan Sensabilitas (neuropati).
Kriteria hasil : Temperature jaringan sesuai yang diharapkan, Sensasi
sesuai yang diharapkan, Hidrasi sesuai yang diharapkan, Pigmentasi
sesuai yang diharapkan
Rencana keperawatan :
Wound care
 Catat karakteristik luka : tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan
klasifikasi pengaruh ulcers
 Catat karakteristik cairan secret yang keluar
 Bersihkan dengan cairan anti bakteri
 Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
 Lakukan nekrotomi K/P
 Lakukan tampon yang sesuai
 Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
 Lakukan pembalutan
 Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan luka
 Amati setiap perubahan pada balutan
 Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
 Berikan posisi terhindar dari tekanan

4. Kerusakan Mobilitas Fisik b/d Gangguan Rasa Nyaman Nyeri, Intoleransi


Aktivitas, Penurunan Kekuatan Otot.
Kriteria hasil : Keseimbangan tubuh, Posisi tubuh, Gerakan otot,
Kemampuan berpindah, Ambulasi
Rencana keperawatan
Terapi Exercise : Pergerakan sendi
 Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami
 Kolaborasi dengan fisioterapi
 Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi
 Pastikan klien untuk mempertahankan pergerakan sendi

24
 Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan
 Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM
pasif.
Exercise promotion
 Bantu identifikasi program latihan yang sesuai
 Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai latihan yang tepat
Exercise terapi ambulasi
 Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi
 Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi
 Fasilitasi penggunaan alat Bantu
Self care assistance: Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting.
 Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan
kebersihan diri, berpakaian, makan dan toileting klien
 Berikan bantuan kebutuhan sehari – hari sampai klien dapat
merawat secara mandiri
 Monitor kebersihan kuku, kulit, berpakaian, dietnya dan pola
eliminasinya.
 Monitor kemampuan perawatan diri klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari- hari
 Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai
kemampuan
 Promosi aktivitas sesuai usia

5. Defisit Perawatan Diri b/d Kelemahan.


Kriteria hasil :Berpakaian, Toileting, Mandi, Kebersihan diri, Ambulasi
Rencana Keperawatan :
Bantuan perawatan diri
 Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri
 Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan
makan
 Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat
diri

25
 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
 Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin
 Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari.

D. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang
berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber
yang dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien
dan sumber yang dimiliki klien. (Friedman, 2010)

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan


sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah
sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga. (Ayu, 2010)

Penyusunan evaluasi dengan menggunakan SOAP yang operasional, dengan


pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan saat
implemantasi. O adaah objektif dengan pengamatan objektif perawat setelah
implementasi. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar mengacu pada
intervensi keperawatan keuarga.P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat
meakukan analisa. (Kucoro Fadli,2013).

FORMAt PENGKAJIAN DATA KOMUNITAS

A. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


1. Kepala keluarga
26
a. Nama Kepala Keluarga : Tn.Z
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Umur : 45 tahun
d. Agama : Islam
e. Suku : Sunda
f. Pendidikan : SMP
g. Pekerjaan : Pedagang
h. Alamat : Sinarsari
2. Susunan anggota keluarga
No Nama Umur Sex Hub. Agama Pendidikan Pekerjaan Imunisasi ket
Balita &
Bumil
1. Tn.Z 45 Suami Islam SMP Pedagang
thn

2. Ny. L 43 Istri Islam SD IRT


thn

3. An. P 20 Anak Islam SMA


thn

3.Tipe keluarga (Diisi oleh petugas) :


Keluarga Tn. Z termasuk kedalam tipe keluarga inti, karena dalam keluarga inti
terdiri dari ayah, ibu dan anak.

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (Tebal) pada jawaban yang menurut Bapak / Ibu sesuai.
B. KEBUTUHAN NUTRISI
1. Cara penyajian makanan :
27
a. Terbuka b. Kadang tertutup c. Tertutup
2. Kebiasaan dalam mengelola air minum :
a. Kadang dimasak c. Dimasak
b. Tidak dimasak d. Lain-lain, sebutkan......
3. Kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan :
a. Tidak dicuci d. Dicuci lalu dipotong
b. Dipotong lalu dicuci e. Lain-lain, sebutkan......

C. KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


Kebiasaan tidur dalam keluarga :
a. Pagi d. Siang dan malam
b. Siang e. lain-lain,sebutkan.......
c. Malam

D. AKTIFITAS DAN OLAHRAGA


1. Apakah keluarga senang berolahraga :
a. Ya b. Tidak
2. Apakah semua anggota keluarga mengikuti :
a. Ya b. Tidak

E. EKONOMI
1. Sarana ekonomi apa yang ada di wilayah keluarga ?
a. Pasar c. Bank
b. UUD/KUD d. Perusahaan / industri
2. Berapakah penghasilan rata-rata keluarga setiap bulan ?
a. < Rp. 500.000 c. > Rp. 1.000.000
b. Rp. 500.000–Rp. 1.000.000
3. Apakah keluarga mempunyai tabungan ?
a. Ya, sebesar b. Tidak
4. Jaminan kesehatan di keluarga anda?
a. ASKES d. Tidak ada
b. JPS e. Lain-lain,sebutkan BPJS
c. Surat Keterangan Tidak Mampu/SKTM

28
5. Apakah penghasilan keluarga dapat mencukupi untuk biaya hidup
a. Ya b. Tidak
6. Siapa yang mengelola keuangan, sebutkan: Ibu

F. SOSIAL
1. Bagaimana hubungan antar anggota keluarga lain
a. Dekat b. Kurang dekat c. Lain – lain.............
2. Apakah anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan di masyarakat
a. Ya, sebutkan........ b. Tidak

G. PENDIDIKAN
1. Adakah anggota keluarga yang sedang mengikuti pendidikan di
luar pendidikan formal ?
a. Ya b. Tidak
2. Adakah anggota keluarga yang tidak bisa membaca ?
a. Ya b. Tidak
3. Adakah anggota keluarga yang mempunyai keterampilan
khusus ?
a. Ya, Sebutkan................ b. Tidak
4. Bagaimana pandangan keluarga terhadap pendidikan anggota
keluarga ?
a.Positif c. Lain-lain, sebutkan..........................
b.Negatif

H. PSIKOLOGIS
 Pola Komunikasi
1. Pola komunikasi dalam keluarga :
a. Terbuka b. Tertutup
2. Bahasa yang digunakan :
a. Bahasa Daerah c. Lain-lain, sebutkan.........................
b. Bahasa Indonesia
 Pola Pertahanan
1. Mekanisme penanggulangan masalah dalam keluarga :

29
a. Mandiri c. Minta bantuan orang lain
b. Bersama-sama d. Lain-lain, sebutkan.........................
2. Bagaimana respon keluarga bila salah satu anggota keluarga
bermasalah?
a. Membantu mencari jalan keluar c. Lain-lain, sebutkan.................
b. Acuh tak acuh

I. SPIRITUAL
1. Apakah anggota keluarga taat menjalankan ibadah ?
a. Ya b. Tidak
2. Jika tidak, mengapa.............

J. FAKTOR LINGKUNGAN
 Perumahan
1. Jenis rumah:
a. Petak c. Lain-lain, sebutkan................
b. Tersendiri
2. Jenis bangunan:
a. Permanen c. Semi permanen
b. Non permanen
3. Luas pekarangan:...............m2
4. Luas bangunan :...............m2
5. Status rumah :
a. Sewa bulanan c. Milik sendiri
b. Kontrakan d. Lain - lain : .............
6. Atap rumah:
a. Sirap c. Genteng
b. Seng d. Lain - lain : .............
7. Apakah di rumah terdapat jendela/lubang angin:
a. Ya b. Tidak
8. Apakah jendela di buka setiap hari?
a. Ya b. Tidak
9. Jika ya, berapa luas jendela/lubang angin seluruhnya?
a. < 20 % luas lantai

30
b. ≥ 20 % luas lantai
10. pencahayaan rumah
a. Baik b. Kurang c. cukup
11. Penerangan :
a. Lampu tempel
b. Petromaks
c. Listrik
12. Lantai:
a. Tanah c. Plester
b. Papan d. ubin
13. Vektor yang banyak di sekitar rumah dan membahayakan kesehatan :
a. Lalat c. Kecoa e. Burung
b. Nyamuk d. Anjing f. Kucing
14. Kebersihan didalam rumah :
a. Bersih b. Cukup bersih c. Tidak bersih
15. Bila tidak bersih disebabkan oleh :
a. Banyak sisa makanan
b. Debu
c. Sampah
16. Kebersihan halaman :
a. Bersih
b. Tidak bersih
 Sumber Air
1. Apakah keluarga mempunyai sumber air sendiri ?
a. Ya b. Tidak
2. Jika Ya, apa jenisnya ?
a. Sumur gali e. Sumur Pompa
b. Sungai f. Sumur Bor
c. Mata air g.Lain- lain, sebutkan : ...........
d. Ledeng
3. Jika Tidak, dari mana sumber airnya ? ……….
4. Apakah air untuk minum diambil dari sumber air tersebut ?
a. Ya b. Tidak
5. Jika Tidak, bagaimana memperolehnya ? .....................
31
6. Tempat penyimpanan air ?
a. Tertutup
b. Terbuka
7. Pengurasan tempat penampungan air :
a. Tidak pernah dilakukan c. > 3 hari
b. < 3 hari
8. Penggunaan air minum :
a. Dimasak b. Tidak dimasak
9. Kualitas sumber air :
a. Berbau d. Tak berbau, tak berasa, tak berwarna
b. Berasa e. Lain- lain, sebutkan : ..........................
c. Berwarna
10. Dari mana sumber air yang digunakan untuk keperluan kebersihan :
a. Sungai e. Pompa listrik
b. Ledeng f. Membeli
c. Pompa air g. Belik/mata air
d. Sumur gali h. Lain - lain, sebutkan : ..................
11. Jarak sumber air dengan tempat penampungan limbah :
a. < 10 m b. > 10 m
 Pembungan Limbah
1. Apakah rumah ini mempunyai saluran pembuangan air limbah ?
a. Ya b. Tidak
Jika Ya, jenisnya :
a. Got d. Dibuang sembarangan
b. Sungai e. Bak penampungan
c. Selokan
Jika Tidak, mengapa ? ....................................................................
2. Bagaimana kondisi saluran pembuangan air limbah ?
a. Tertutup lancar c. Terbuka lancar
b. Tertutup tergenang d. Terbuka tergenang
 Pembuangan Sampah
1. Cara pembuangan sampah keluarga ;
a. Dibakar c. Di sungai
b. Ditimbun d. Di sembarang tempat
2. Keadaan tempat penampungan sampah :

32
a. Terpelihara b. Tidak terpelihara
 Kepemilikan Kandang Ternak
1. Pemilikan kandang ternak :
a. Ada b. Tidak
2. Bila ada, dimana letak kandang dengan rumah induk ?
a. Diluar rumah c. Didalam rumah
b. Menempel rumah
3. Bila mempunyai hewan ternak, bagaimana cara pemanfaatan kotoran ternak ?
a.Ditampung 3. Dibuang sembarang tempat
b. Ditimbun 4. Lain - lain, sebutkan : .......
 Pembuangan Kotoran/Tinja
1. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan tinja?
a. ya b. tidak
2.Tempat pembuangan tinja yang dimiliki :
a. Angsatrine c. Cemplung
b. Kolam d. Septic Tank
3 .Dimana keluarga melakukan buang air besar ?
a. Selokan d. Jamban angsatrine
b. Jamban cemplung e. Septictank
c. Sungai f. Sembarang tempat
4. Bagaimana kondisinya ?
a. Terpelihara b. Tidak terpelihara
5.Berapa jarak tempat pembuangan tinja dengan sumber air?
a. > 10 meter b. < 10 meter

K. KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI


1. Melalui apakah keluarga menerima informasi tentang kesehatan ?
a. TV d. Radio
b. Koran/majalah e. Penyuluhan di Puskesmas/Posyandu
c. Edaran dari Desa f. Papan pengumuman RW./Desa
2. Sarana Transportasi umum yang digunakan oleh keluarga :
a. Bus d. andong
b. Angkutan umum e. Kendaraan sendiri
c. Becak
33
3. Cara keluarga pergi ke sarana pelayanan kesehatan :
a. Jalan kaki d. Naik mobil
b. Naik sepeda e. Naik andong
c. Naik sepeda motor f. Angkutan umum

L. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL


1. Adakah anggota keluarga yang menderita sakit pada satu tahun terakhir?
a. Ada b. Tidak ada
2. Bila ada, jenis penyakitnya ;
a. ISPA e. DBD ( Demam Berdarah Dengue )
b. TBC f. Rheumatik
c. Asma g. Kulit
d. Typhoid h. Hipertensi
e. Diare i. Lain-lain, sebutkan...............
3. Bila ada, bagaimana mengatasinya ?
a. Berobat ke Puskesmas e. Berobat ke perawat/bidan
b. Berobat ke RS f. Berobat ke dukun
c. Berobat ke Dokter Umum g. Diobati sendiri
d. Berobat ke Dokter Spesialis h. Dibiarkan
4. Adakah anggota keluarga yang sakit saat ini ?
a. Ada b. Tidak ada
5. Jika ada bagaimana mengatasinya ?
a. Berobat ke Puskesmas e. Berobat ke perawat/bidan
b. Berobat ke RS f. Berobat ke dukun
c. Berobat ke Dokter Umum g.Diobati sendiri
d. Berobat ke Dokter Spesialis h. Dibiarkan
6. Bila ada, jenis penyakitnya :
a. ISPA e. DBD ( Demam Berdarah Dengue )
b. TBC f. Rheumatik
c. Asma g. Kulit
d. Typhoid h. Hipertensi
e. Diare i. Lain-lain, sebutkan...............
7. Adakah resiko tinggi dalam keluarga:

34
a. Ada b. Tidak
8. Bila ada sebutkan jenisnya:
a. Maternal d.Lansia
b. Bayi e. Penyakit Kronis
c. Balita f. Tindak lanjut pengobatan dan drop out
9. Apakah keluarga mendapatkan pembinaan dan tenaga kesehatan ?
a. Ya b. Tidak
10. Jika ya, bagaimana tanggapan keluarga mengenai petugas kesehatan ?
a. Baik b. Tidak baik
11. Apakah keluarga merasa perlu mendapatkan pengarahan, penyuluhan/informasi
kesehatan ?
a. Tidak c. Ya, secaera kelompok
b. Ya, secara individu
12. Adakah anggota ada yang menjadi kader kesehatan
a. Ada b. Tidak
13. Jika ada, jenis kegiatan kader ?
a. Kader Posyandu bayi balita c. Kader KB
b. Kader Posyandu lansia d. Lain – lain, sebutkan...............
14. Apakah kader aktif mengikuti kegiatan ?
a. Ya b. Tidak
15. Jika tidak alasannya:
a. Tidak ada waktu c. Malas
b. Posyandu tidak aktif d.Lain-lain,sebutkan.....................
16. Apakah kader sudah mendapatkan pelatihan ?
a. Sudah b. Belum
17. Jika sudah, jenis pelatihan ?
a. deteksi ibu hamil beresiko
b. Sistem 5 meja dalam posyandu
c. Imunisasi
d. Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita
e. senam hamil
f. Senam lansia
g. Pengisian KMS

35
h. Lain –lain, sebutkan ……………………………………….
18. Adakah anggota keluarga ytang menjadi dukun beranak ?
a. Ada b. Tidak
19. Jika ada apakah sudah mendapatkan pelatihan
a.Sudah b. Belum
20. Jika sudah, jenis pelatihannya
a. Pertolongan persalinan 3 B c. Perawatan bayi
b. Deteksi ibu hamil resti d. Lain-lain, sebutkan..............
21. Jika ada apakah memiliki dukun kit ?
a. Ya b. Tidak
22. Jika ya, bagaimana kondisinya ?
a. Lengkap b. Tidak lengkap
23. Apakah setiap menolong persalinan didampingi oleh bidan ?
a. Ya c. Kadang - kadang
b. Tidak
24. Jika tidak alasannya ?
a. Bidan tidak mengetahui d. Bidan Sibuk
b. Bidan tidak ada e. Lain-lain, Sebutkan.............
c. Bidan tidak mau
25. Jika mendapatkan kesulitan dalam menolong persalinan apa yang dilakukan ?
a. Ditangani sendiri d.Dirujuk ke Rumah sakit
b.Minta bantuan dukun lain e. Lain-lain,sebutkan..............
c.Minta bantuan bidan
26. Adakah anggota keluarga yang meninggal pada satu tahun terakhir ?
a. Ada b. Tidak
27. Jika ada, siapa ?
a. Ayah d. Balita
b. Ibu e. Balita
c. Neonatus f. Anak
28. Apakah penyebab kematian tersebut ?
a. Penyakit kronis d. Perdarahan Post Partum
b. Perdarahan ante partum e. Kelainan Kongenital
c.Perdarahan intra partum f. Lain-lain, sebutkan..............

36
M. MASALAH MATERNAL/KESEHATAN IBU DAN KB
 Kesehatan Ibu Hamil
1. Apakah ada anggota keluarga dalam kondisi hamil?
a. Ya b. Tidak
2. Hamil yang keberapa saat ini........................
3. Apakah ibu pernah mengalami keguguran :
4. Jika pernah, berapa kali ibu mengalami keguguran....................
5. Hamil yang sekarang, berapa umurnya?
a. 0 – 3 bulan c. > 6 bulan – 9 bulan
b. > 3 bulan – 6 bulan d. > 9 bulan
6. Apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
a.Ya b. Tidak
7. Jika ya, dimana ?
a. Bidan d. Rumah sakit
b. Dukun e. Dokter
c. Puskesmas
8. Jika tidak, alasannya ?
a. Tidak tahu d. Tidak punya waktu
b. Tidak punya biaya e. Lain-lain, sebutkan...............
c. Menganggap tidak penting
9. Berapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan pada kehamilan 3 bulan
pertama :
a. 1 X c. Tidak pernah
b. 2 X
10. Jika tidak alasannya ?
a. Tidak tahu c. Tidak ada biaya
b. Tidak perlu d. Lain – lain................
11. Berapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan pada kehamilan 4-6 bulan:
a. 1 X c. Tidak pernah
b. 2 X
12. Jika tidak alasannya ?
a. Tidak tahu c. Tidak ada biaya

37
b. Tidak perlu d. Lain – lain..........................
13. Berapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan pada kehamilan 7-9 bulan
a. 1 X c. Tidak pernah
b. 2 X
14. Jika tidak alasannya ?
a. Tidak tahu c. Tidak ada biaya
b. Tidak perlu d. Lain – lain.....................
15. Status Imunasi TT ibu hamil ?
a. Lengkap c. Tidak mendapatkan imunisasi TT
b. Belum lengkap
16. Bila belum/tidak mendapatkan TT, alasannya :
a. Belum cukup usia kehamilan d. Takut efek samping
b. Tidak diberi e. Lain-lain, sebutkan......... c. Tidak tahu manfaatnya
17.Apakah ibu mengkonsumsi tablet zat besi (Sulfat ferosus) ?
a. Ya b. Tidak
18. Bila Ya, berapa jumlahnya ................
19. Jika tidak, alasan tidak mengkonsumsi:
a. Tidak tahu manfaatnya c. Takut efek samping
b. Tidak diberi
20. Apakah ibu mengkonsumsi gizi seimbang ibu hamil ?
a. Ya b. Tidak
21. Jika tidak, alasannya ?
a. Tidak tahu c. Budaya
b. Tidak ada biaya d. Lain – lain
22. Apakah ibu hamil beresiko tinggi?
a. Ya b. Tidak
23. Jika ya, jenisnya …..
a. anemia
b. Memiliki penyakit kronis ( penyakit jantung, asma, hipertensi, DM)
c. Usia < 20 th dan > 35 th
d. Riwayat obstetrik buruk
d. Lain-lain, sebutkan………………………..
24. Apakah ibu memiliki KMS ?

38
a. Ya b. Tidak
25. Jika tidak alasannya .......
a. Tidak pernah periksa c. Tidak diberi
b. Merasa tidak perlu d.Lain-lain, sebutkan................
26. Apakah ibu hamilmil melakukan senam hamil ?
a. Ya b. Tidak
27. Jika tidak alasannya ?
a. Tidak tahu manfaatnya c. Takut akibat senam hamil
b. Tidak sempat
28. Apakah ibu hamil melakukan perawatan payudara antenatal ?
a. Ya b. Tidak
29. Jika “tidak” alasannya ?
a. Tidak tahu manfaatnya c. Tidak sempat
b. Tidak tahu caranya d. Lain-lain sebutkan................
 Ibu Nifas
1. Adakah ibu nifas ?
a. Ada b. Tidak
2. Jika ya, persalinannya ditolong oleh ............

39
a. Dukun
b. Tenaga kesehatan lain
3. Nifas hari ...................
a. 2 – 24 jam pertama
b.24 jam - 6 hari
c. 6 hari – 6 minggu
4. Pengeluaran per vagina berwarna ?
a. Merah
b. Kekuningan
c. Putih
5. Kontraksi uterus ?
a. Keras
b. Lembek
6. Apakah TFU sesuai dengan hari nifas ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ASI sudah keluar ?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika Tidak apa yang dilakukan ?
a.Dibiarkan
b.Diurut
c.Dipompa
d.Ketenaga kesehatan
9. Apakah ada keluhan saat menmyusui ?
a. Ya
b. Tidak
10. Jika ya, jenis keluhan
a. ASI tidak lancar
b. Bengkak
c. Nyeri
d. Putting lecet
e. Putting tidak menonjol

30
f. Bayi bingung putting
g. Bayi tidak mau menetek/menyusu
11. Apakah ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan ?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika tidak, alasannya ?
a. Tidak tahu manfaat
b. Tidak sempat
c. Merasa tidak perlu
d. Lain – lain, sebutkan ………
13. Apakah ibu tahu tantang ASI Eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika ya, apakah ibu memberikan ASI Eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
15. Jika tidak alasannya ?
a. Dilarang suami
b. Budaya
c. ASI tidak lancar
d. Kelaina papilla mamae
e. Sibuk bekerja
16. Apakah Ibu mendapatkan vitamin A ?
a. Ya
b. Tidak
17. Alasan ibu tidak mengkonsumsi vitamin A ?
a. Tidak tahu manfaatnya
b. Merasa tidak perlu
c. Tidak diberi petugas kesehatan
d. Lain – lain, sebutkan ……………………
18. Apakah ada ibu nifas resiko tinggi ?
a. Ya
b. Tidak

31
19. Jika ya, sebutkan
a. Febris purpuralis
b. Mastitis
c. Engorgement
d. Trombophlebitis
e. Preeklamsi
f. Eklamsi
g. Perdarahan
h. Infeksi
i. Lain – lain, sebutkan...
 Ibu Meneteki (BuTeki)
1. Apakah dalam keluarga ada ibu meneteki ?
a. Ada
b. Tidak
2. Jika ya, apakah ibu meneteki ?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, berapa kali sehari ?
a. Terjadual
b. Tidak terjadual/sewaktu waktu
4. Bila ya, berapa usia anak yang disusui ?
a. 0 – 6 bulan
b. 6 – 12 bulan
c. 1 – 2 tahun
d. Lebih dari 2 tahun
5. Jika tidak alasannya ?
a. Dilarang suami
b. Budaya
c. ASI tidak lancar
d. Kelainan putting
e. Sibuk bekerja
f. Menderita sakit
6. Apakah ibu tahu posisi atau cara menyusui yang benar ?

32
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ibu tahu kebutuhan gizi seimbang untuk BUTEKI ?
a. Ya
b. Tidak
 Keluarga Berencana
1. Apakah pada keluarga ada Pasangan Usia Subur/PUS
a. Ya
b. Tidak
Bila ya, berapa jumlahnya, sebutkan :
2. Apakah menjadi akseptor KB ?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, kontrasepsi apa yang dipakai ?
a. Kondom
b. Suntik
c. Norplant
d. Pil
e. IUD
f. Kontap
4. Jika tidak , apakah alasannya ?
a. Hamil
b. Dilarang suami
c. Ingin punya anak
d. Takut efek samping
e. Alasan penyaki
5. Apakah PUS drop out KB ?
a. Ya
b. Tidak
6. Bila Ya, apa alasannya ?
a. Tidak cocok
b. Dilarang agama
c. Dilarang suami

33
d. Ingin punya anak
e. Takut akibatnya
7. Apakah ada keluhan ?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, keluhannya adalah ?
a. Pusing
b. Haid terganggu
c. Mual
d. Obesitas
e. Keputihan
f. Lain – lain, sebutkan...
9. Jika ya, tindakan yang sudah dilakukan
a. Berhenti
b. Ganti alat kontrasepsi
c. Tetap menggunakan alat kontrasepsi yang sama
10. Peran suami terhadap alat kontrasepsi
a. Mendukung
b. Tidak mendukung

N. Bayi dan Balita


1. Adakah kematian bayi/balita pada satu tahun terakhir ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ada, meninggal pada usia berapa ?
a. 0 – 7 hari
b. 8 – 28 hari
c. 1 – 12 bulan
d. 1 – 5 tahun
3. Penyebab kematian
a. Penyakit
b. Infeksi
c. Kecelakaan

34
d. Kelainan konginetal
e. Lain – lain, sebutkan …
4. Adakah ada Neonatus dalam keluarga
a. Ya
b. Tidak
5. Jika ya, berapa umurnya..........................
6. Umur kehamilan
a. < 9 bln
b. 9 bln
c. > 9 bln
7. Berat badan lahir
a. < 2500 gram
b. 2500 – 3800 gram
c. 3800 gram
8. Penolong persalinan
a. Tenaga kesehatan
b. Non tenaga kesehatan
9. Adakah penyulit persalinan
a. Ya
b. T idak
10. Jika ya, penyulit pada
a. Ibu
b. Janin
11. Jika pada ibu sebutkan jenisnya…………….
a. Kehabisan tenaga
b. Panggul sempit
c. Lain – lain, sebutkan …
12. Jika pada janin sebutkan jenisnya ………………..
a. Bayi besar
b. Letak sungsang
c. Lilitan tali pusat
d. Lain – lain sebutkan…
13. Riwayat kelahiran

35
a. Spontan
b. Dengan tindakan
14. Jika dengan tindakan jenis tindakan ……
a. SC
b. VE
c. Forchep
d. Lain –lain sebutkan...
15. Imunisasi yang didapatkan ………………
a. HB I
b. BCG
c. Polio I
16. Apakah dilakukan perawatan tali pusat
a. Ya
b. Tidak
17. Jika ya, bagaimana caranya ……
a. Sesuai anjuran tenaga kesehatan
b. Tidak sesuai anjuran tenaga kesehatan
18. Jika tidak, alasannya ............
a. Takut
b. Tidak tahu caranya
19. Adakah resiko tinggi neonatus
a. Ya
b. Tidak
20. Jika ya, sebutkan .............
a. BGM
b. Neonatus dengan poenyakit
c. Tetanus neonatorum
d. BBLR
e. Lain –lain sebutkan...

O. Bayi (1 Bulan – 12 Bulan)


1. Apakah dalam keluarga ada bayi
a. Ya

36
b. Tidak
2. Jika ya, apakah melakukan kunjungan ke Posyandu
a. Ya
b. Tidak
3. Jika tidak, alasannya
a. Ke Puskesmas
b. Ke Rumah Sakit
c. Ke Dokter
d. Ke perawat
e. Ke dukun
f. Tidak dilakukan
4. Apakah bayi mempunyai KMS ?
a. Ya
b. Tidak

5. Jika tidak alasannya ?


a. Hilang
b. Merasa tidak perlu
c. Tidak diberi petugas
d. Lain – lain, sebutkan ……………
6. Apakah ibu dapat membaca KMS
a. Ya
b. Tidak
7. Status gizi
a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
8. Apakah bayi mendapat vitamin A
a. Ya
b. Tidak
9. Jika ya, diberikan pada usia
a. < 6 bulan
b. 6 bulan

37
10. Jika tidak alasannya
a. Tidak diberi
b. Belum cukup umur
c. Tidak tahu manfaat
11. Jika bayi berusia 1 – 2 bulan , imunisasi apa yang sudah didapat
a. BCG
b. DPT I
c. HB I
d. Polio I
e. Polio II
f. HBII
12. Bila bayi berusia 3 bulan, imunisasi apakah yang sudah didapat :
a. BCG
b. Polio I
c. DPT I
d. HB I
e. Polio II
f. HB II
g. DPT II
h. Polio III
13. Bila bayi berusia 4 – 8 bulan, imunisasi apa yang sudah didapat :
a. BCG
b. Polio I
c. DPT I
d. HB I
e. Polio II
f. HB II
g. DPT II
h. Polio III
i. DPT II
j. Polio IV
k. HB III
14. Bila bayi berusia 9 bulan, imunisasi apa yang sudah didapat :

38
a. BCG
b. Polio I
c. DPT I
d. HB I
e. Polio II
f. DPT III
g. HB II
h. Polio IV
i. DPT II
j. HB III
k. Polio III
l. Campak
15. Pertumbuhan dan perkembangan bayi (dilihat dengan DDST)
a. Normal
b. Tidak normal
16. Apakah bayi sedang menderita penyakit saat ini
a. Ya
b. Tidak
17. Jika ya, sebutkan .........
a. ISPA
b. Diare
c. Morbili
d. Kulit
e. lain-lain, sebutkan ...........
18. Jika ya, penanganan yang dilakukan ?
a. Dibiarkan
b. Diobati sendiri
c. Ke dukun
d. Ke sarana pelayanan kesehatan
19. Adakah bayi resiko tinggi?
a. Ya
b. Tidak
20. Jika ya, sebutkan ...................

39
a. BGM
b. Bayi dengan penyakit
c. Cacat bawaan
d. lain-lain sebutkan ......................

P. BALITA (1 – 5 TAHUN)
1. Apakah dalam keluarga terdapat balita ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, berapa................Umur ................
3. Apakah melakukan kunjungan ke posyandu?
a. Tiap bulan
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
4. Jika tidak, alasannya ....................
a. Ke dukun
b. Tidak tahu manfaat
c. Tidak ada biaya
d. Tidak sempat
e. Merasa tidak perlu
f. Lain-lain, sebutkan .................
5. Apakah balita mempunyai KMS?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika tidak, alasannya ....................
a. Hilang
b. Tidak diberi petugas kesehatan
c. Merasa tidak perlu
d. Lain-lain sebutkan ................
7. Untuk balita usia kurang dari 2 tahun, apakah mendapat makanan pendamping ASI ?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika tidak, alasannya .........................

40
a. Tidak mau
b. Tidak mampu
c. Ibu tidak tahu
d. Budaya /kebiasaan
9. Imunisasi ?
a. Lengkap
b. Tidak lengkap
10. Jika tidak, alasannya ..........................
a. Tidak tahu manfaat
b. Takut akibatnya/efek samping
c. Tidak mampu
11. Apakah balita mendapat vitamin A ?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika tidak, alasannya ..................
a. Tidak tahu manfaat
b. Tidak sempat
c. Tidak mampu
d. Merasa tidak perlu
e. Tidak ada pelayanan dari tenaga kesehatan
13. Apakah ada balita yang sakit saat ini ?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika ya, jenis penyakitnya ?
a. ISPA
b. Diare
c. Campak
d. DHF
e. Lain-lain sebutkan ...
15. Jika ya, tindakan ?
a. Dibiarkan
b. Diobati sendiri
c. Ke dukun

41
d. Sarana pelayanan kesehatan
16. Apakah ada balita resiko tinggi ?
a. Ya
b. Tidak
17. Jika ya, sebutkan ..........................
a. BGM
b. Bayi dengan penyakit
c. Cacat Bawaan
d. Lain-lain, sebutkan ....

Q. USIA SEKOLAH
1. Apakah dalam keluarga ada anak usia sekolah
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, berapa.................... Umur...........................
3. Status gizi dilihat dari kesesuaian berat badan (BB) tinggi badan (TB) dan usia
a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
4. Pola makan
a. Teratur
b. Tidak teratur
5. Apakah ada kebiasaan makan yang salah ?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika ya, sebutkan jenisnya menurut
a. Kuantitas
b. Proporsi
c. Komposisi
7. Apakah sudah mendapat Imunisasi Booster
a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, berapa kali

42
a. Satu kali
b. Dua kali
9. Apakah ada anak sakit saat ini ?
a. Ya
b. Tidak
10. Jika ya, jenisnya
a. ISPA
b. Diare
c. Morbili
d. Kulit
e. Lain – lain, sebutkan…
11. Jika ya penanganannya
a. Dibiarkan
b. Diobati sendiri
c. Ke dukun
d. Ke bidan
e. Ke Puskesmas
f. Ke Rumah Sakit
g. Ke dokter

R. REMAJA
1. Apakah dalam keluarga ada remaja
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya berapa 1 Umur 20 thn
3. Jika perempuan, sudahkah menstruasi ?
a. Ya
b. Tidak
4. Adakah keluhan saat menstruasi ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah aktif dalam organisasi
a. Ya b. Tidak

43
6. Jika tidak alasannya
a. Malu
b. Tidak ada waktu
c. Tidak perlu
d. Tidak ada wadahnya
e. Lain – lain sebutkan …
7. Apakah remaja mengetahui usia reproduksi ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah remaja mengetahui tentang fungsi reproduksi ?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah remaja mengetahui tentang penyakit menular seksual
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah ada penyimpangan perilaku ?
a. Ya
b. Tidak
11. Jika ya, jenis :
a. Minuman keras
b. Narkoba
c. Ketergantungan obat
d. Penyalahgunaan alat kontrasepsi
12. Apakah ada remaja yang sedang sakit ?
a. Ya
b. Tidak
13. Jika ya, tindakan yang dilakukan
a. Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
b. Diobati sendiri
c. Dibiarkan
d. Berobat ke dukun

44
S. PRE MENOPAUSE
1. Apakah ada ibu yang sudah menopause /tidak menstruasi lagi
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, mulai usianya berapa ………………
3. Jika ya, apakah ibu mengalami keluhan
a. Ya
b. Tidak
4. Jika ya, jenis keluhan
a. Nyeri sendi
b. Muka kemerahan
c. Emosi labil/mudah tersinggung
d. Kekakuan otot
e. Kering daerah vagina
f. Nyeri tuba
g. Pandangan kabur
h. Lain –lain sebutkan ...............
5. Bila ada keluhan apa yang dilakukan
a. Dibiarkan
b. Diobati sendiri
c. Ke pelayanan kesehatan
d. Ke dukun
6. Persepsi ibu setelah menopause terhadap dirinya
a. Merasa tidak berguna
b. Curiga terhadap suami
c. Merasa malu/harga diri rendah
d. Tidak dianggap masalah

7. Bagaimana pemenuhan kebutuhan seksual menopause


a. Menolak hubungan seksual
b. Melaksanakan hubungan seksual
8. Bila melaksanakan, apakah ada keluhan nyeri selama bersenggama ?
a. Ya

45
b. Tidak

T. ORANG LANJUT USIA / LANSIA


1. Apakah ada lansia di keluarga ini
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, usia berapa
a. 65 – 70 tahun
b. 70 tahun
3. Apakah lansia saat ini menderita penyakit ?
a. Ya
b. Tidal
4. Jika ya, apa jenis penyakitnya
a. DM
b. Rheumatik
c. Hipertensi
d. Osteoporosis
e. Stroke
f. Penyakit jantung
g. PPOM
h. TB Paru
i. Penyakit Liver
j. Asma
k. Penyakit kulit
l. Lain–lain,sebutkan…
5. Dengan adanya penyakit, sebutkan apa yang dilakukan :
a. Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
b. berobat ke dukun
c. diobati sendiri, sebutkan…………
d. tidak diobati
6. Apakah ada kelompok lansia ?
a. Ya
b. Tidak

46
7. Jika ya, apa kegiatannya ?
a. Pengajian
b. Arisan
c. Olah raga
d. Wira usaha
e. lain – lain, sebutkan ……
8. Jika tidak, alasannya:
a. Alasan geografis
b. Tidak tahu manfaatnya
c. Lain – lain, sebutkan …
9. Apakah ada Posyandu Lansia
a. Ya
b. Tidak
10. Jika ya, apakah Lansia meiliki KMS ?
a. Ya
b. Tidak
11. Jika tidak alasannya
a. Tidak tahu
b. Tidak perlu
c. Tidak ada sarana/ tidak diberi oleh petugas kesehatan
d. lain – lain sebutkan ………
12. Apakah ada kader Posyandu Lansia
a. Ya
b. Tidak
13. Jika ya, apakah kader aktif ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah Lansia rutin periksa kesehatannya ?
a. Ya
b. Tidak
15. Bila ya, kemana ?
a. Posyandu
b. Bidan/perawat

47
c. Puskesmas
d. Rumah sakit
e. Dokter
f. Dukun
g. lain – lain sebutkan……
16. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari hari ?
a. Mandiri
b. Dengan bantuan minimal
c. Dengan bantuan penuh

48
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS Resistensi insulin Ketidakstabilan Gula
- Pasien mengatakan badan Darah
lemah dan letih
- Pasien mengatkan sering
merasa haus
- Pasien Sering buang air
kecil sebanyak 10 x
DO
- (Gula darah, 284)
- Klien tampak lelah
- Klien tampak sering buang
air kecil
- Klien tampak sering minum
2. DS Agen Cedera fisik Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri
pada kakinya yang luka
- Keluarga mengatakan
pasien tidak nyaman dengan
lukanya
DO
- Klien meringis kesakitan
- Skala nyeri 7
- Klien tampak gelisah
- Terdapat nyeri tekan di
daerah kaki yang luka
- Klien tampak mengerakan
bagian yang nyeri saat
disentuh kakinya
3. DS Peningkatan leukosit Infeksi
- Klien mengatakan luka
masih basah dan berbau

49
- Klien mengatakan ada luka
dikaki sebelah kiri
- Klien mengatakan luka
sejak 3 bulan sebelum
masuk
DO
- Terdapat pus didaerah kaki
yang luka
- Leukosit 27.33
- Tampak edema, terdapat (luka
terbuka),ukuran 2x2x3 cm
4. DS Imobilitas Intoleransi Aktivitas
- Klien mengtakan aktivitas
dibantu keluarga
- Klien mengatakan aktivitas
tebatas

DO
- Aktivitas klien tampak
dibantu keluaraga
- Saat makan klien nampak
dibantu keluarga
- Saat duduk klien tampak
dibantu keluarga
- Saat kekamar mandi klien
tampak dibantu keluarga

DIAGNOSA KEPERAWATAN

50
1. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin
2. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik
3. Resiko Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas

51
RENCANA KEPERAWATAN (INTERVENSI)

NO TGL DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan Gula Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia 1.1. Untuk
Darah b.d Resistensi selama 3 x 24 jam maka ketidakstabilan : mengetahui
Insulin gula darah membaik : 1.1. Identifikasi kemungkinan
No Indikator 1 2 3 4 5 kemungkinan penyebab penyebab
1. Kestabilan
hiperglikemia peningkatan
kadar glukosa
1.2. Monitor tanda dan gejala kadar glukosa
darah membaik
hiperglikemia 1.2. Untuk
2. Status nutrisi
1.3. Ajurkan kepatuhan mengetahui
membaik
3. Tingkat terhadap diet tanda gejala
pengetahuan 1.4. Kolaborasi pemberian hiperglikemia
meningkat insulin 6 Iu 1.3. Untuk
2.1. Berikan asupan cairan mengontrol
oral kadar glukosa
3.1. Edukasi program 1.4. Untuk
pengobatan membantu
3.2. Identifikasi pengobatan mengobati
yang direkomendasi hiperglikemia
2.1. Agar memenuhi

52
nutrisi
3.1. Agar pasien
mengetahui
program
pengobatannya
3.2. Untuk
mengetahui
pengobatan
yang di
rekomendasi
2. Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 3 x Manajemen Nyeri 1.1. Untuk
Cedera Fisik 24 jam diharapkan nyeri menurun : 1.1. Identifikasi skala nyeri mengetahui
No Indikator 1 2 3 4 5 1.2. Berikan teknik non tingkat nyeri
1. Tingkat nyeri
farmakologis untuk yang dirasakan
menurun
mengurangi rasa nyeri 1.2. Untuk
2. Penyembuhan
1.3. Jelaskan penyebab dan membantu
luka membaik
periode dan pemicu mengurangi rasa
nyeri nyeri
1.4. Kolaborasi pemberian 1.3. Untuk
analgesic mengetahui
2.1. Identifikasi identifikasi pemicu
lokasi, karakteristik, timbulnya nyeri

53
durasi, frekuensi, 1.4. Untuk
kualitas,intensitas nyeri membantu
meredakan
nyeri
2.1. Untuk
mengetahui
lukanya
membaik atau
tidak
3. Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Pencegahan Infeksi 1.1. Untuk
Peningkatan selama 3x 24 jam maka tingkat infeksi 1.1. Monitor tanda dan gejala memantau tanda
Leukosit. menurun : infeksi lokal dan gejala dari
No Indikator 1 2 3 4 5 sistematik infeksi
1. Integritas kulit
1.2. Berikan perawatan kulit 1.2. Untuk
dan jaringan
pada area edema membantu
membaik
1.3. Mencuci tangan sebelum merawat edema
2. Kontrol resiko
dan sesudah kontak pada area
infeksi
dengan pasien dan infeksi
meningkat
lingkungan pasien 1.3. Untuk
2.1. Jelaskan tanda dan gejala mencegah
infeksi terjadinya
2.2. Ajarkan cara memeriksa kontaminasi

54
kondisi luka 2.1. untuk
2.3. Perawatan luka mengetahui
tanda gejala dari
infeksi
2.2. Untuk
mengurangi
resiko infeksi
2.3. Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Terapi Aktivitas 1.1. Untuk
b.d Imobilitas selama 3x 24 jam intoleransi aktivitas 1.1. Identifikasi defisit mengetahui
membaik: tingkat aktivitas deficit tingkat
No Indikator 1 2 3 4 5 1.2. Identifikasi kemapuan aktivitas
1 Toleransi
berpartisipasi dalam 1.2. Untuk
aktivitas
aktivitas tertentu mengetahui
2 Ambulasi
3 Tingkat 2.1. Fasilitasi pasien dan kemampuan
keletihan keluarga dalam pasien dalan
menyesuiakan aktivitas
lingkungan untuk 2.1. Untuk
mengakomodasi membantu

55
aktivitas yang di pilih keluarga dalam
2.2. Libatkan keluarga dalam fasilitas pasien
aktivitas dalam
3.1. Ajarkan cara melakukan beraktivitas
aktivitas yang dipilih 2.2. Agar keluarga
dapat membantu
pasien dalam
beraktivitas
2.3. Untuk
mengurangi
tingkat
keletihan pasien

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO HARI/TGL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

56
KEPERAWATAN
1. Kamis Ketidakstabilan 08.00 Melakukan Manajemen Hiperglikemia S:
20/06/2019 Gula Darah b.d 1.1. Mengidentifikasi kemungkinan  Pasien mengatakan tidak bisa
Resistensi Insulin penyebab hiperglikemia(dengan cara mengontrol pola makan
menanyakan bagaimana pola makan  Pasien mengatakan sering
klien) merasa haus
1.2. Memonitor tanda dan gejala  Pasien Sering buang aiar
hiperglikemia(dengan cara kecil sebanyak ± 10 x
menanyakan apakah sering haus dan  Keluarga klien mengatakan
lapar dan sering BAK klien minum obat
1.3. Mengajurkan kepatuhan terhadap O:
diet  (Gula darah puasa,284)
1.4. Melakukan kolaborasi pemberian  Klien tampak tidak bisa
insulin sebanyak 6 unit mengontrol pola makan
2.1. Memberikan asupan cairan
 Klien tampak lelah
oral(menberikan minum pada pasien)
 Klien tampa sering buang air
3.1. Edukasi program pengobatan
kecil
3.2. Mengidentifikasi pengobatan yang
 Klien tampak sering minum
direkomendasi
A: Masalah belum tertasi
Ketidakstabilan gula darah
P: :intervensi dilanjutkan

57
 Melakukan manajemen
hiperglikemia
 Melakukan edukasi program
pengobatan
2. Kamis Nyeri Akut b.d Agen 09.00 Melakukan Manajemen Nyeri S:
21/06/2019 Cedera Fisik 1.1. Mengidentifikasi skala nyeri (skala  Klien mengatakan nyeri pada
nyeri pada klien) kaki yang luka
1.2. Memberikan teknik non  Klien mengatakan nyeri
farmakologis untuk mengurangi rasa hilang timbul
nyeri  Klien mengatakan nyeri
1.3. Menjelaskan penyebab dan periode selama 30
dan pemicu nyeri  detik
1.4. Melakukan kolaborasi pemberian  Keluarga mengatakan pasien
analgetic tidak nyaman dengan lukanya
2.1. Mengidentifikasi identifikasi lokasi,
 Klien belum memahami
karakteristik, durasi, kualitas nyeri
tentang teknik nafas dalam
O:
 Klien tampak meringis skala
nyeri
 7-8
 Klien tampak gelisah

58
 Kyeri pada kaki kanan
 Klien tampak tidak bisa
melakukan teknik nafas
dalam
A : Masalah belum teratasi nyeri akut
P : intervensi dilanjutkan
 Melakukan manajemen nyeri
 Melakukan edukasi teknik
nafas dalam teknik nafas
dalam
3. Kamis Resiko Infeksi b.d 10.00 Melakukan Pengcegahan Infeksi S:
22/06/2019 Peningkatan 1.1. Memonitor tanda dan gejala infeksi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit lokal dan sistematik basah bau
1.2. Memberikan perawatan kulit pada  Klien mengatakan ada luka
area edema dikaki sebelah kiri
1.3. Mencuci tangan sebelum dan O:
sesudah kontak dengan pasien dan  Terdapat pus didaerah kaki
lingkungan pasien yang luka
2.1. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi  27.33[10^3/ul]
2.2. Mengajarkan cara memeriksa  Tampak edema, terdapat
kondisi luka (luka
2.3. Memberikan perawatan luka

59
terbuka),ukuran 2x2x3 cm
A : Masalah belum teratasi gangguan
integritas kulit
P : intervensi dilanjutkan
 Melakukan perawatan luka
 Melakukan edukasi
perawatan kulit
4. Kamis Intoleransi Aktivitas 11.00 Melakukan Terapi Aktivitas S:
23/06/2019 b.d Imobilitas 1.1. Mengidentifikasi defisit tingkat  Klien mengatakan sudah
aktivitas mulai bisa beraktivitas sendiri
1.2. Mengidentifikasi kemapuan (seperti duduk)
berpartisipasi dalam aktivitas  Klien mengatakan aktivitas
tertentu (dengan cara menanyakan masih ada dibantu keluarga
apa saja aktivitas yang bisa (seperti kekamar mandi dan
dilakukan tampa dibantu keluarga) makan
2.1. Memfasilitasi pasien dan keluarga  Klien mengatkan aktivitas
dalam menyesuiakan lingkungan tebatas
untuk mengakomodasi aktivitas O:
yang di pilih  Aktivitas klien tampak
2.2. Melibatkan keluarga dalam aktivitas dibantu keluaraga
3.1. Mengajarkan cara melakukan  Aktivitas tampak terbatas
aktivitas yang dipilih  Saat makan klien nampak

60
dibantu keluarga
A : Masalah teratasi sebagia intoransi
aktivitas
P : intervensi dilanjutkan
 Melakukan terapi aktivitas
 Melakukan manajemen
program latihan

61
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia. Angka prevalensi dan
insidensi penyakit ini meningkat secara drastis di seluruh penjuru dunia, negara-negara
industri baru dan negara sedang berkembang termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008).
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan
resistensi insulin atau keduanya yang berlangsung lama (kronik) dan dapat menyebabkan
kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya (Suastika et al., 2011).

Edukasi merupakan salah satu dari ke 4 pilar penatalaksanaan diabetes melitus yang
juga berpengaruh terhadap keberhasilan penderita dalam melakukan kontrol
metaboliknya. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan ketrampilan bagi penderita diabetes melitus yang bertujuan menunjang perubahan
perilaku untuk meningkatkan pemahaman penderita akan penyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan penderita diabetes melitus (Soegondo dkk, 2009). Edukasi atau penyuluhan
diabetes dapat dilakukan kepada penderita diabetes melitus dan keluarganya dengan cara
tatap muka didukung dengan penyediaan bahan- 4 bahan edukasi seperti Satuan Acara
Pembelajaran (SAP), materi dalam bentuk leaflet, booklet, dan lain-lain. Tatap muka
dapat dilaksanakan secara berkelompok atau perseorangan (individual) (Basuki 2009).
Pemberian edukasi secara individual /face to face dengan materi terstruktur dalam
penatalaksanaan diabetes melitus sangat penting sebab diabetes melitus merupakan
penyakit

3.2. Saran
Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus, antara
lain:
 Bagi profesi keperawatan

62
Meningkatkan riset dalam bidang keperawatan medikal bedah agar pada saat
menentukan perencananaan sera pelaksanaan dalam pemberian asuhan
keperawatan lebih tepat dan lebih spesifik dengan melihat respon pasien dan
keluarga pasien.

 Institusi pendidikan
Meningkatkan proses bimbingan belajar, seperti bimbingan kepada mahasiswa
yang akan melakukan penelitian. Dengan adanya bimbingan diharapkan target
untuk mencapai tujuan dalam penyelesaian tugas dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
63
https://123dok.com/document/zgrdp42q-laporan-pendahuluan-fix-dm-docx.html
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7836/5.BAB%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y

64

Anda mungkin juga menyukai