Dosen Pengampu:
Ns. Linda Oktaviani, S.Kep
Disusun Oleh :
Anggun Dewi Rahmawati 201813058
Ayu Fifin H. La Djaila 201813062
Eka Sulis Setiawati 201813068
Heni Intan Puspitasari 201813074
Irdanila Kusuma 201813111
Mayang Puspitasari 201813082
Muhammad Syah Faril Gifari 201813086
Rini 201813095
Siti Assabilla Saidatussyifa 201813100
Weka Diah Permatasari 201813105
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, Marilah
kita ucapkan puji serta rasa syukur atas kehadirat Allah Swt. Karena berkat rahmat, karunia,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan dan penyusunan
Makalah mengenai tentang Laporan Pendahuluan Keperawatan Komunitas pada Kasus
Diabetes Melitus ini dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga Makalah ini dapat dengan mudah
dipahami serta dapat menambah wawasan bagi pembacanya. Kami juga memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kekurangan Makalah Laporan Pendahuluan Keperawatan Komunitas
pada Kasus Diabetes Melitus yang telah kami susun ini apabila adanya penjelasan yang
kurang jelas dan tidak lengkap. Serta tidak lupa meminta kritik dan saran yang membangun
untuk Makalah Laporan Pendahuluan Keperawatan Komunitas pada Kasus Diabetes Melitus
ini agar kedepannya dapat lebih baik dalam penyusunan dan pemaparan materi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………....1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………...4
1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………………….4
1.4. Manfaat……………………………………………………………………...….5
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................….…6
2.1. Laporan Pendahuluan……………………………………………………...….6
A. Definisi………………………………………………………………...…...6
B. Etiologi………………………………………………………………...…...6
C. Manifestasi klinis……………………………………………………...…..9
D. Patofisiologi………………………………………………………………..9
E. Pathway…………………………………………………………………...12
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus……………….….…13
A. Pengkajian…………………………………………………………….….13
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………….…21
C. Intervesi……………………………………………………………….….22
D. Implementasi………………………………………………………….….26
E. Evaluiasi………………………………………………………………….26
BAB III PENUTUP.......................................................................................................27
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………..…..62
3.2. Saran……………………………………………………………………….….62
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................64
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 penderita diabetes
melitus di Indonesia sebanyak 21, 3 juta jiwa. Kondisi ini membuat Indonesia
menduduki peringkat keempat setelah Amerika Serikat, China, dan India. Terdapat 347
juta jiwa di dunia menderita diabetes melitus, pada tahun 2012 diperkirakan 1,5 juta jiwa
meninggal dunia disebabkan oleh diabetes melitus dan kurang lebih 80% dari kematian
tersebut terjadi pada negara yang berpenghasilan menengah ke bawah atau negara yang
berkembang (WHO, 2014). Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 2 menyebutkan terjadi
peningkatan prevalensi pada penderita diabetes melitus di daerah urban Indonesia untuk
usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di propinsi Papua sebesar
1,7%, dan terbesar di propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai
11,1%, sedangkan prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), berkisar antara 4,0%
di propinsi Jambi sampai 21,8% di propinsi Papua Barat.
Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 (2011), dalam tata laksana diabetes
melitus terdapat 4 pilar yang harus dilakukan dengan tepat yaitu edukasi, terapi gizi
medis (perencanaan makan), latihan jasmani dan intervensi farmakologis (pengobatan).
Perencanaan makan (terapi gizi) 3 merupakan komponen utama keberhasilan
penatalaksanaan diabetes melitus. Pengelolaan nutrisi bertujuan membantu penderita
diabetes melitus memperbaiki kebiasaan makan sehingga dapat mengendalikan kadar
glukosa, lemak dan tekanan darah serta dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi.
Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan tim yang terdiri dari dokter,
dietisien, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri untuk meningkatkan
kemampuannya dalam mencapai kontrol metabolik yang baik. Selain itu, keterlibatan tim
dalam 4 hal yaitu assessment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya
hidup, mendorong pasien berpartisipasi pada penentuan tujuan yang akan dicapai,
memilih intervensi gizi yang memadai dan mengevaluasi efektifnya perencanaan
pelayanan gizi (ADA, 2003; Soegondo dkk, 2009).
Edukasi merupakan salah satu dari ke 4 pilar penatalaksanaan diabetes melitus yang
juga berpengaruh terhadap keberhasilan penderita dalam melakukan kontrol
metaboliknya. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan ketrampilan bagi penderita diabetes melitus yang bertujuan menunjang perubahan
perilaku untuk meningkatkan pemahaman penderita akan penyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan penderita diabetes melitus (Soegondo dkk, 2009). Edukasi atau penyuluhan
diabetes dapat dilakukan kepada penderita diabetes melitus dan keluarganya dengan cara
tatap muka didukung dengan penyediaan bahan- 4 bahan edukasi seperti Satuan Acara
Pembelajaran (SAP), materi dalam bentuk leaflet, booklet, dan lain-lain. Tatap muka
dapat dilaksanakan secara berkelompok atau perseorangan (individual) (Basuki 2009).
Pemberian edukasi secara individual /face to face dengan materi terstruktur dalam
penatalaksanaan diabetes melitus sangat penting sebab diabetes melitus merupakan
2
penyakit yang sangat erat kaitannya dengan gaya hidup. Perkeni (2009) menyatakan
bahwa pemberian edukasi merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penderita diabetes melitus.
Peran perawat salah satunya adalah sebagai educator yang memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasiennya, dimana pendidikan kesehatan merupakan salah satu
tindakan preventif mandiri yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan pasien (Potter & Perry, 2009). Perawat sebagai penyedia layanan kesehatan,
sangat penting mengetahui tentang penyakit diabetes melitus dan pengaturan makan/diet
yang akan diajarkan kepada penderita diabetes melitus dalam bentuk edukasi guna
menentukan tujuan bersama penderita serta keluarga dalam memberikan tindakan khusus
untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau
memulihkan kembali kondisi penderita diabetes melitus secara optimal serta
mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan (Pemila, 2009).
Penderita diabetes melitus yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik
tentang diabetes melitus termasuk diet dapat 5 mengendalikan kondisi penyakitnya dan
dapat hidup lebih lama. Pengetahuan, sikap dan perilaku penderita diabetes melitus
terhadap pengelolaan diabetes melitus sangat berperan dalam mengurangi terjadinya
komplikasi. Pengetahuan penderita mengenai diet diabetes melitus merupakan sarana
yang membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya. Dengan
demikian, semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti mengenai penyakitnya,
diet yang harus dijalani, maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya
dan mengapa hal itu diperlukan (Susan, 2002).
Sikap sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan penderita
tentang diet/pengaturan makan. Pengetahuan ini akan membawa penderita untuk
menentukan sikap, berfikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat
mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila pengetahuan penderita baik, semestinya sikap
terhadap diet diabetes melitus juga diharapkan dapat mendukung. Jika sebaliknya,
tingkat pengetahuan gizi yang rendah, dapat mengakibatkan sikap acuh tak acuh terhadap
penggunaan bahan makanan tertentu, walaupun bahan makanan tersebut cukup tersedia
dan mengandung zat gizi. Pengetahuan gizi setiap individu biasanya didapatkan dari
setiap pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya, media massa
atau media cetak, media elektronik, serta buku petunjuk dari kerabat dekat. Pengetahuan
3
ini dapat ditingkatkan dengan cara membentuk keyakinan pada diri sendiri sehingga
seseorang dapat berperilaku sesuai dengan kehidupan sehari-hari (Chabchoub et all,
2000).
Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Keberhasilan dalam pengelolaan 8 mandiri diabetes
memerlukan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan dan
ketrampilan. Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan
perilaku hampir sama dengan proses edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan,
implementasi, dokumentasi dan evaluasi. Keberhasilan edukasi dalam mencapai sasaran
akan lebih dapat menjamin ketaatan penderita diabetes melitus dalam menjalankan
pengelolaan diabetes melitus dengan baik (Perkeni, 2011). Penelitian tentang perilaku
dari Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau
perilaku seseorang. Pengetahuan penderita tentang diet diabetes melitus merupakan
sarana yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes melitus selama
hidupnya sehingga semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya, semakin
mengerti bagaimana harus berperilaku dalam penanganan penyakitnya (Waspadji, 2004).
1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan Mahasiswa / Mahasiswi dapat menambah pengetahuan
tentang Ilmu Keperawatan Komunitas pada Laporan Pendahuluan Keperawatan
Komunitas pada Kasus Diabetes Melitus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
A. Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein (Askandar, 2014).
B. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2013), penyebab dari diabetes melitus adalah :
1. Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pankreas.
6
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat.
DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor- reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.
C. Manifestasi Klinis
1. Diabetes Tipe I
8
a. hiperglikemia berpuasa.
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia.
c. keletihan dan kelemahan.
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur.
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer).
D. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2014), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih
dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
9
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak.
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
10
Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai
permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan
luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk
mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan
closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang
abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitarnya, (Anonim 2014).
11
E. Pathway
12
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada
umumnya keluhan utamanya yakni adanya rasa kesemutan pada kaki /
tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak
sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
f. Riwayat psikososial
13
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
g. Genogram
Genogram dapat menunjukan riwayat kesehatan keluarga, adanya
faktor keturunan atau genetik sebagai faktor predisposisi penyakit
yang di derita klien. Pada kasus diabetes militus, salah satu
penyebabnya menyebutkan bahwa beberapa orang bisa menjadi
pembawa bakat (berupa gen).
14
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari
frekuensi, volume, adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau.
Pada kasus DM adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya
diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing
(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine
(glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu
senggang, kesulitan dan hambatan dalam tidur, pada pasien
dengan kasusu DM Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka
dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu
tidur penderita mengalami perubahan.
5) Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi
pernapasan dan fungsi sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka
gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
6) Pola kognitif perceptual
Menggambarkan pola kemampuan klien untuk proses berpikir,
pola penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan
persepsi sensasi nyeri serta kemampuan berkomunikasi dan
mengerti akan penyakitnya. Pasien dengan gangren cenderung
mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak
peka terhadap adanya trauma.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal
diri seseorang dimana perubahan yang terjadi pasa kasus DM
15
adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga
( self esteem ).
8) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan tentang hubngan klien dengan lingkungan
disekitar serta hubungannya dengan keluarga dan orang lain.
Seseorang dengan kasus DM akan menyebabkan Luka
gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
9) Pola seksual dan reproduksi
Meggambarkan tentang seksual klien. Dampak angiopati dapat
terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses
ejakulasi serta orgasme.
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap masalah
yang dialami dan dapat menimbulkan ansietas. Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap
kepercayaan yang dianut dan bagaimana dia menjalankannya.
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
16
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
17
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada
darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode
dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi.
b. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah >
160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial,
uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode
yang populer: carik celup memakai GOD.
c. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat
cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai
Natroprusid, 3- hidroksibutirat tidak terdeteksi.
d. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel
insula langerhans (islet cellantibody).
18
Menghambat absorpsi karbohidrat.
Menghambat glukoneogenesis di hati.
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.
Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
Biguanida pada tingkat pascareseptor :
mempunyai efek intraseluler
3) Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
DM tipe I.
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat
dirawat dengan OAD.
DM kehamilan.
DM dan gangguan faal hati yang berat.
DM dan infeksi akut (selulitis, gangren).
DM dan TBC paru akut.
DM dan koma lain pada DM.
DM operasi.
b) Insulin diperlukan pada keadaan :
Penurunan berat badan yang cepat.
Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
Ketoasidosis diabetik.
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
b. Keperawatan
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi
kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi
dan menurunkan kadar lemak. Prinsip diet DM, adalah:
a) Jumlah sesuai kebutuhan.
b) Jadwal diet ketat.
c) Jenis: boleh dimakan/tidak.]
19
Diet DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan
dengan kandungan kalorinya.
a) Diet DM I : 1100 kalori
b) Diet DM II : 1300 kalori
c) Diet DM III : 1500 kalori
d) Diet DM IV : 1700 kalori
e) Diet DM V : 1900 kalori
f) Diet DM VI : 2100 kalori
g) Diet DM VII : 2300 kalori
h) Diet DM VIII : 2500 kalori
i) Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang
terlalu gemuk.
j) Diet IV s/d V: diberikan kepada penderita dengan
berat badan normal.
k) Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus.
Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus
disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilaksanakan dengan menghitung Percentage of
relative body weight (BBR= berat badan normal)
dengan rumus :
BB (Kg)
BBR = ....X 100 %
TB (cm) – 100
a) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
b) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
c) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
d) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
Morbid : BBR > 200 %
20
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari
untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :
a) Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari.
b) Normal : BB X 30 kalori sehari.
c) Gemuk : BB X 20 kalori sehari.
d) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
2) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
kadar insulin.
3) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara
mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur
terapinya secara optimal.
5) Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat
mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan
diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi
dari diabetes itu sendiri.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injuri Fisik (Bagian yang mengalami
DM).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan Tubuh Mengabsorbsi Zat-Zat Gizi.
21
3. Kerusakan Integritas Kulit berhubungandengan Perubahan Sirkulasi,
Imobilitas dan Penurunan Sensabilitas (neuropati).
4. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Rasa Nyaman
Nyeri, Intoleransi Aktivitas, Penurunan Kekuatan Otot.
5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.
C. Intervensi
1. Nyeri Akut b/d Agen Injuri Fisik (Bagian yang mengalami DM)
Kriteria hasil :
Melaporkan adanya nyeri, Frekuensi Nyeri, Pernyataan Nyeri, Perubahan
tekanan darah, Ekspresi nyeri pada wajah
Rencana keperawatan :
Pain Management
Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas danontro presipitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
Kurangi ontro presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non
farmakologis).
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasi Analgetik
Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
22
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
23
3. Kerusakan Integritas Kulit b/d Perubahan Sirkulasi, Imobilitas dan
Penurunan Sensabilitas (neuropati).
Kriteria hasil : Temperature jaringan sesuai yang diharapkan, Sensasi
sesuai yang diharapkan, Hidrasi sesuai yang diharapkan, Pigmentasi
sesuai yang diharapkan
Rencana keperawatan :
Wound care
Catat karakteristik luka : tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan
klasifikasi pengaruh ulcers
Catat karakteristik cairan secret yang keluar
Bersihkan dengan cairan anti bakteri
Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
Lakukan nekrotomi K/P
Lakukan tampon yang sesuai
Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
Lakukan pembalutan
Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan luka
Amati setiap perubahan pada balutan
Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
Berikan posisi terhindar dari tekanan
24
Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan
Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM
pasif.
Exercise promotion
Bantu identifikasi program latihan yang sesuai
Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai latihan yang tepat
Exercise terapi ambulasi
Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi
Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi
Fasilitasi penggunaan alat Bantu
Self care assistance: Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting.
Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan
kebersihan diri, berpakaian, makan dan toileting klien
Berikan bantuan kebutuhan sehari – hari sampai klien dapat
merawat secara mandiri
Monitor kebersihan kuku, kulit, berpakaian, dietnya dan pola
eliminasinya.
Monitor kemampuan perawatan diri klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari- hari
Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai
kemampuan
Promosi aktivitas sesuai usia
25
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin
Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari.
D. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang
berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber
yang dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien
dan sumber yang dimiliki klien. (Friedman, 2010)
E. Evaluasi
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (Tebal) pada jawaban yang menurut Bapak / Ibu sesuai.
B. KEBUTUHAN NUTRISI
1. Cara penyajian makanan :
27
a. Terbuka b. Kadang tertutup c. Tertutup
2. Kebiasaan dalam mengelola air minum :
a. Kadang dimasak c. Dimasak
b. Tidak dimasak d. Lain-lain, sebutkan......
3. Kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan :
a. Tidak dicuci d. Dicuci lalu dipotong
b. Dipotong lalu dicuci e. Lain-lain, sebutkan......
E. EKONOMI
1. Sarana ekonomi apa yang ada di wilayah keluarga ?
a. Pasar c. Bank
b. UUD/KUD d. Perusahaan / industri
2. Berapakah penghasilan rata-rata keluarga setiap bulan ?
a. < Rp. 500.000 c. > Rp. 1.000.000
b. Rp. 500.000–Rp. 1.000.000
3. Apakah keluarga mempunyai tabungan ?
a. Ya, sebesar b. Tidak
4. Jaminan kesehatan di keluarga anda?
a. ASKES d. Tidak ada
b. JPS e. Lain-lain,sebutkan BPJS
c. Surat Keterangan Tidak Mampu/SKTM
28
5. Apakah penghasilan keluarga dapat mencukupi untuk biaya hidup
a. Ya b. Tidak
6. Siapa yang mengelola keuangan, sebutkan: Ibu
F. SOSIAL
1. Bagaimana hubungan antar anggota keluarga lain
a. Dekat b. Kurang dekat c. Lain – lain.............
2. Apakah anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan di masyarakat
a. Ya, sebutkan........ b. Tidak
G. PENDIDIKAN
1. Adakah anggota keluarga yang sedang mengikuti pendidikan di
luar pendidikan formal ?
a. Ya b. Tidak
2. Adakah anggota keluarga yang tidak bisa membaca ?
a. Ya b. Tidak
3. Adakah anggota keluarga yang mempunyai keterampilan
khusus ?
a. Ya, Sebutkan................ b. Tidak
4. Bagaimana pandangan keluarga terhadap pendidikan anggota
keluarga ?
a.Positif c. Lain-lain, sebutkan..........................
b.Negatif
H. PSIKOLOGIS
Pola Komunikasi
1. Pola komunikasi dalam keluarga :
a. Terbuka b. Tertutup
2. Bahasa yang digunakan :
a. Bahasa Daerah c. Lain-lain, sebutkan.........................
b. Bahasa Indonesia
Pola Pertahanan
1. Mekanisme penanggulangan masalah dalam keluarga :
29
a. Mandiri c. Minta bantuan orang lain
b. Bersama-sama d. Lain-lain, sebutkan.........................
2. Bagaimana respon keluarga bila salah satu anggota keluarga
bermasalah?
a. Membantu mencari jalan keluar c. Lain-lain, sebutkan.................
b. Acuh tak acuh
I. SPIRITUAL
1. Apakah anggota keluarga taat menjalankan ibadah ?
a. Ya b. Tidak
2. Jika tidak, mengapa.............
J. FAKTOR LINGKUNGAN
Perumahan
1. Jenis rumah:
a. Petak c. Lain-lain, sebutkan................
b. Tersendiri
2. Jenis bangunan:
a. Permanen c. Semi permanen
b. Non permanen
3. Luas pekarangan:...............m2
4. Luas bangunan :...............m2
5. Status rumah :
a. Sewa bulanan c. Milik sendiri
b. Kontrakan d. Lain - lain : .............
6. Atap rumah:
a. Sirap c. Genteng
b. Seng d. Lain - lain : .............
7. Apakah di rumah terdapat jendela/lubang angin:
a. Ya b. Tidak
8. Apakah jendela di buka setiap hari?
a. Ya b. Tidak
9. Jika ya, berapa luas jendela/lubang angin seluruhnya?
a. < 20 % luas lantai
30
b. ≥ 20 % luas lantai
10. pencahayaan rumah
a. Baik b. Kurang c. cukup
11. Penerangan :
a. Lampu tempel
b. Petromaks
c. Listrik
12. Lantai:
a. Tanah c. Plester
b. Papan d. ubin
13. Vektor yang banyak di sekitar rumah dan membahayakan kesehatan :
a. Lalat c. Kecoa e. Burung
b. Nyamuk d. Anjing f. Kucing
14. Kebersihan didalam rumah :
a. Bersih b. Cukup bersih c. Tidak bersih
15. Bila tidak bersih disebabkan oleh :
a. Banyak sisa makanan
b. Debu
c. Sampah
16. Kebersihan halaman :
a. Bersih
b. Tidak bersih
Sumber Air
1. Apakah keluarga mempunyai sumber air sendiri ?
a. Ya b. Tidak
2. Jika Ya, apa jenisnya ?
a. Sumur gali e. Sumur Pompa
b. Sungai f. Sumur Bor
c. Mata air g.Lain- lain, sebutkan : ...........
d. Ledeng
3. Jika Tidak, dari mana sumber airnya ? ……….
4. Apakah air untuk minum diambil dari sumber air tersebut ?
a. Ya b. Tidak
5. Jika Tidak, bagaimana memperolehnya ? .....................
31
6. Tempat penyimpanan air ?
a. Tertutup
b. Terbuka
7. Pengurasan tempat penampungan air :
a. Tidak pernah dilakukan c. > 3 hari
b. < 3 hari
8. Penggunaan air minum :
a. Dimasak b. Tidak dimasak
9. Kualitas sumber air :
a. Berbau d. Tak berbau, tak berasa, tak berwarna
b. Berasa e. Lain- lain, sebutkan : ..........................
c. Berwarna
10. Dari mana sumber air yang digunakan untuk keperluan kebersihan :
a. Sungai e. Pompa listrik
b. Ledeng f. Membeli
c. Pompa air g. Belik/mata air
d. Sumur gali h. Lain - lain, sebutkan : ..................
11. Jarak sumber air dengan tempat penampungan limbah :
a. < 10 m b. > 10 m
Pembungan Limbah
1. Apakah rumah ini mempunyai saluran pembuangan air limbah ?
a. Ya b. Tidak
Jika Ya, jenisnya :
a. Got d. Dibuang sembarangan
b. Sungai e. Bak penampungan
c. Selokan
Jika Tidak, mengapa ? ....................................................................
2. Bagaimana kondisi saluran pembuangan air limbah ?
a. Tertutup lancar c. Terbuka lancar
b. Tertutup tergenang d. Terbuka tergenang
Pembuangan Sampah
1. Cara pembuangan sampah keluarga ;
a. Dibakar c. Di sungai
b. Ditimbun d. Di sembarang tempat
2. Keadaan tempat penampungan sampah :
32
a. Terpelihara b. Tidak terpelihara
Kepemilikan Kandang Ternak
1. Pemilikan kandang ternak :
a. Ada b. Tidak
2. Bila ada, dimana letak kandang dengan rumah induk ?
a. Diluar rumah c. Didalam rumah
b. Menempel rumah
3. Bila mempunyai hewan ternak, bagaimana cara pemanfaatan kotoran ternak ?
a.Ditampung 3. Dibuang sembarang tempat
b. Ditimbun 4. Lain - lain, sebutkan : .......
Pembuangan Kotoran/Tinja
1. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan tinja?
a. ya b. tidak
2.Tempat pembuangan tinja yang dimiliki :
a. Angsatrine c. Cemplung
b. Kolam d. Septic Tank
3 .Dimana keluarga melakukan buang air besar ?
a. Selokan d. Jamban angsatrine
b. Jamban cemplung e. Septictank
c. Sungai f. Sembarang tempat
4. Bagaimana kondisinya ?
a. Terpelihara b. Tidak terpelihara
5.Berapa jarak tempat pembuangan tinja dengan sumber air?
a. > 10 meter b. < 10 meter
34
a. Ada b. Tidak
8. Bila ada sebutkan jenisnya:
a. Maternal d.Lansia
b. Bayi e. Penyakit Kronis
c. Balita f. Tindak lanjut pengobatan dan drop out
9. Apakah keluarga mendapatkan pembinaan dan tenaga kesehatan ?
a. Ya b. Tidak
10. Jika ya, bagaimana tanggapan keluarga mengenai petugas kesehatan ?
a. Baik b. Tidak baik
11. Apakah keluarga merasa perlu mendapatkan pengarahan, penyuluhan/informasi
kesehatan ?
a. Tidak c. Ya, secaera kelompok
b. Ya, secara individu
12. Adakah anggota ada yang menjadi kader kesehatan
a. Ada b. Tidak
13. Jika ada, jenis kegiatan kader ?
a. Kader Posyandu bayi balita c. Kader KB
b. Kader Posyandu lansia d. Lain – lain, sebutkan...............
14. Apakah kader aktif mengikuti kegiatan ?
a. Ya b. Tidak
15. Jika tidak alasannya:
a. Tidak ada waktu c. Malas
b. Posyandu tidak aktif d.Lain-lain,sebutkan.....................
16. Apakah kader sudah mendapatkan pelatihan ?
a. Sudah b. Belum
17. Jika sudah, jenis pelatihan ?
a. deteksi ibu hamil beresiko
b. Sistem 5 meja dalam posyandu
c. Imunisasi
d. Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita
e. senam hamil
f. Senam lansia
g. Pengisian KMS
35
h. Lain –lain, sebutkan ……………………………………….
18. Adakah anggota keluarga ytang menjadi dukun beranak ?
a. Ada b. Tidak
19. Jika ada apakah sudah mendapatkan pelatihan
a.Sudah b. Belum
20. Jika sudah, jenis pelatihannya
a. Pertolongan persalinan 3 B c. Perawatan bayi
b. Deteksi ibu hamil resti d. Lain-lain, sebutkan..............
21. Jika ada apakah memiliki dukun kit ?
a. Ya b. Tidak
22. Jika ya, bagaimana kondisinya ?
a. Lengkap b. Tidak lengkap
23. Apakah setiap menolong persalinan didampingi oleh bidan ?
a. Ya c. Kadang - kadang
b. Tidak
24. Jika tidak alasannya ?
a. Bidan tidak mengetahui d. Bidan Sibuk
b. Bidan tidak ada e. Lain-lain, Sebutkan.............
c. Bidan tidak mau
25. Jika mendapatkan kesulitan dalam menolong persalinan apa yang dilakukan ?
a. Ditangani sendiri d.Dirujuk ke Rumah sakit
b.Minta bantuan dukun lain e. Lain-lain,sebutkan..............
c.Minta bantuan bidan
26. Adakah anggota keluarga yang meninggal pada satu tahun terakhir ?
a. Ada b. Tidak
27. Jika ada, siapa ?
a. Ayah d. Balita
b. Ibu e. Balita
c. Neonatus f. Anak
28. Apakah penyebab kematian tersebut ?
a. Penyakit kronis d. Perdarahan Post Partum
b. Perdarahan ante partum e. Kelainan Kongenital
c.Perdarahan intra partum f. Lain-lain, sebutkan..............
36
M. MASALAH MATERNAL/KESEHATAN IBU DAN KB
Kesehatan Ibu Hamil
1. Apakah ada anggota keluarga dalam kondisi hamil?
a. Ya b. Tidak
2. Hamil yang keberapa saat ini........................
3. Apakah ibu pernah mengalami keguguran :
4. Jika pernah, berapa kali ibu mengalami keguguran....................
5. Hamil yang sekarang, berapa umurnya?
a. 0 – 3 bulan c. > 6 bulan – 9 bulan
b. > 3 bulan – 6 bulan d. > 9 bulan
6. Apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
a.Ya b. Tidak
7. Jika ya, dimana ?
a. Bidan d. Rumah sakit
b. Dukun e. Dokter
c. Puskesmas
8. Jika tidak, alasannya ?
a. Tidak tahu d. Tidak punya waktu
b. Tidak punya biaya e. Lain-lain, sebutkan...............
c. Menganggap tidak penting
9. Berapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan pada kehamilan 3 bulan
pertama :
a. 1 X c. Tidak pernah
b. 2 X
10. Jika tidak alasannya ?
a. Tidak tahu c. Tidak ada biaya
b. Tidak perlu d. Lain – lain................
11. Berapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan pada kehamilan 4-6 bulan:
a. 1 X c. Tidak pernah
b. 2 X
12. Jika tidak alasannya ?
a. Tidak tahu c. Tidak ada biaya
37
b. Tidak perlu d. Lain – lain..........................
13. Berapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan pada kehamilan 7-9 bulan
a. 1 X c. Tidak pernah
b. 2 X
14. Jika tidak alasannya ?
a. Tidak tahu c. Tidak ada biaya
b. Tidak perlu d. Lain – lain.....................
15. Status Imunasi TT ibu hamil ?
a. Lengkap c. Tidak mendapatkan imunisasi TT
b. Belum lengkap
16. Bila belum/tidak mendapatkan TT, alasannya :
a. Belum cukup usia kehamilan d. Takut efek samping
b. Tidak diberi e. Lain-lain, sebutkan......... c. Tidak tahu manfaatnya
17.Apakah ibu mengkonsumsi tablet zat besi (Sulfat ferosus) ?
a. Ya b. Tidak
18. Bila Ya, berapa jumlahnya ................
19. Jika tidak, alasan tidak mengkonsumsi:
a. Tidak tahu manfaatnya c. Takut efek samping
b. Tidak diberi
20. Apakah ibu mengkonsumsi gizi seimbang ibu hamil ?
a. Ya b. Tidak
21. Jika tidak, alasannya ?
a. Tidak tahu c. Budaya
b. Tidak ada biaya d. Lain – lain
22. Apakah ibu hamil beresiko tinggi?
a. Ya b. Tidak
23. Jika ya, jenisnya …..
a. anemia
b. Memiliki penyakit kronis ( penyakit jantung, asma, hipertensi, DM)
c. Usia < 20 th dan > 35 th
d. Riwayat obstetrik buruk
d. Lain-lain, sebutkan………………………..
24. Apakah ibu memiliki KMS ?
38
a. Ya b. Tidak
25. Jika tidak alasannya .......
a. Tidak pernah periksa c. Tidak diberi
b. Merasa tidak perlu d.Lain-lain, sebutkan................
26. Apakah ibu hamilmil melakukan senam hamil ?
a. Ya b. Tidak
27. Jika tidak alasannya ?
a. Tidak tahu manfaatnya c. Takut akibat senam hamil
b. Tidak sempat
28. Apakah ibu hamil melakukan perawatan payudara antenatal ?
a. Ya b. Tidak
29. Jika “tidak” alasannya ?
a. Tidak tahu manfaatnya c. Tidak sempat
b. Tidak tahu caranya d. Lain-lain sebutkan................
Ibu Nifas
1. Adakah ibu nifas ?
a. Ada b. Tidak
2. Jika ya, persalinannya ditolong oleh ............
39
a. Dukun
b. Tenaga kesehatan lain
3. Nifas hari ...................
a. 2 – 24 jam pertama
b.24 jam - 6 hari
c. 6 hari – 6 minggu
4. Pengeluaran per vagina berwarna ?
a. Merah
b. Kekuningan
c. Putih
5. Kontraksi uterus ?
a. Keras
b. Lembek
6. Apakah TFU sesuai dengan hari nifas ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ASI sudah keluar ?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika Tidak apa yang dilakukan ?
a.Dibiarkan
b.Diurut
c.Dipompa
d.Ketenaga kesehatan
9. Apakah ada keluhan saat menmyusui ?
a. Ya
b. Tidak
10. Jika ya, jenis keluhan
a. ASI tidak lancar
b. Bengkak
c. Nyeri
d. Putting lecet
e. Putting tidak menonjol
30
f. Bayi bingung putting
g. Bayi tidak mau menetek/menyusu
11. Apakah ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan ?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika tidak, alasannya ?
a. Tidak tahu manfaat
b. Tidak sempat
c. Merasa tidak perlu
d. Lain – lain, sebutkan ………
13. Apakah ibu tahu tantang ASI Eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika ya, apakah ibu memberikan ASI Eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
15. Jika tidak alasannya ?
a. Dilarang suami
b. Budaya
c. ASI tidak lancar
d. Kelaina papilla mamae
e. Sibuk bekerja
16. Apakah Ibu mendapatkan vitamin A ?
a. Ya
b. Tidak
17. Alasan ibu tidak mengkonsumsi vitamin A ?
a. Tidak tahu manfaatnya
b. Merasa tidak perlu
c. Tidak diberi petugas kesehatan
d. Lain – lain, sebutkan ……………………
18. Apakah ada ibu nifas resiko tinggi ?
a. Ya
b. Tidak
31
19. Jika ya, sebutkan
a. Febris purpuralis
b. Mastitis
c. Engorgement
d. Trombophlebitis
e. Preeklamsi
f. Eklamsi
g. Perdarahan
h. Infeksi
i. Lain – lain, sebutkan...
Ibu Meneteki (BuTeki)
1. Apakah dalam keluarga ada ibu meneteki ?
a. Ada
b. Tidak
2. Jika ya, apakah ibu meneteki ?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, berapa kali sehari ?
a. Terjadual
b. Tidak terjadual/sewaktu waktu
4. Bila ya, berapa usia anak yang disusui ?
a. 0 – 6 bulan
b. 6 – 12 bulan
c. 1 – 2 tahun
d. Lebih dari 2 tahun
5. Jika tidak alasannya ?
a. Dilarang suami
b. Budaya
c. ASI tidak lancar
d. Kelainan putting
e. Sibuk bekerja
f. Menderita sakit
6. Apakah ibu tahu posisi atau cara menyusui yang benar ?
32
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ibu tahu kebutuhan gizi seimbang untuk BUTEKI ?
a. Ya
b. Tidak
Keluarga Berencana
1. Apakah pada keluarga ada Pasangan Usia Subur/PUS
a. Ya
b. Tidak
Bila ya, berapa jumlahnya, sebutkan :
2. Apakah menjadi akseptor KB ?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, kontrasepsi apa yang dipakai ?
a. Kondom
b. Suntik
c. Norplant
d. Pil
e. IUD
f. Kontap
4. Jika tidak , apakah alasannya ?
a. Hamil
b. Dilarang suami
c. Ingin punya anak
d. Takut efek samping
e. Alasan penyaki
5. Apakah PUS drop out KB ?
a. Ya
b. Tidak
6. Bila Ya, apa alasannya ?
a. Tidak cocok
b. Dilarang agama
c. Dilarang suami
33
d. Ingin punya anak
e. Takut akibatnya
7. Apakah ada keluhan ?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, keluhannya adalah ?
a. Pusing
b. Haid terganggu
c. Mual
d. Obesitas
e. Keputihan
f. Lain – lain, sebutkan...
9. Jika ya, tindakan yang sudah dilakukan
a. Berhenti
b. Ganti alat kontrasepsi
c. Tetap menggunakan alat kontrasepsi yang sama
10. Peran suami terhadap alat kontrasepsi
a. Mendukung
b. Tidak mendukung
34
d. Kelainan konginetal
e. Lain – lain, sebutkan …
4. Adakah ada Neonatus dalam keluarga
a. Ya
b. Tidak
5. Jika ya, berapa umurnya..........................
6. Umur kehamilan
a. < 9 bln
b. 9 bln
c. > 9 bln
7. Berat badan lahir
a. < 2500 gram
b. 2500 – 3800 gram
c. 3800 gram
8. Penolong persalinan
a. Tenaga kesehatan
b. Non tenaga kesehatan
9. Adakah penyulit persalinan
a. Ya
b. T idak
10. Jika ya, penyulit pada
a. Ibu
b. Janin
11. Jika pada ibu sebutkan jenisnya…………….
a. Kehabisan tenaga
b. Panggul sempit
c. Lain – lain, sebutkan …
12. Jika pada janin sebutkan jenisnya ………………..
a. Bayi besar
b. Letak sungsang
c. Lilitan tali pusat
d. Lain – lain sebutkan…
13. Riwayat kelahiran
35
a. Spontan
b. Dengan tindakan
14. Jika dengan tindakan jenis tindakan ……
a. SC
b. VE
c. Forchep
d. Lain –lain sebutkan...
15. Imunisasi yang didapatkan ………………
a. HB I
b. BCG
c. Polio I
16. Apakah dilakukan perawatan tali pusat
a. Ya
b. Tidak
17. Jika ya, bagaimana caranya ……
a. Sesuai anjuran tenaga kesehatan
b. Tidak sesuai anjuran tenaga kesehatan
18. Jika tidak, alasannya ............
a. Takut
b. Tidak tahu caranya
19. Adakah resiko tinggi neonatus
a. Ya
b. Tidak
20. Jika ya, sebutkan .............
a. BGM
b. Neonatus dengan poenyakit
c. Tetanus neonatorum
d. BBLR
e. Lain –lain sebutkan...
36
b. Tidak
2. Jika ya, apakah melakukan kunjungan ke Posyandu
a. Ya
b. Tidak
3. Jika tidak, alasannya
a. Ke Puskesmas
b. Ke Rumah Sakit
c. Ke Dokter
d. Ke perawat
e. Ke dukun
f. Tidak dilakukan
4. Apakah bayi mempunyai KMS ?
a. Ya
b. Tidak
37
10. Jika tidak alasannya
a. Tidak diberi
b. Belum cukup umur
c. Tidak tahu manfaat
11. Jika bayi berusia 1 – 2 bulan , imunisasi apa yang sudah didapat
a. BCG
b. DPT I
c. HB I
d. Polio I
e. Polio II
f. HBII
12. Bila bayi berusia 3 bulan, imunisasi apakah yang sudah didapat :
a. BCG
b. Polio I
c. DPT I
d. HB I
e. Polio II
f. HB II
g. DPT II
h. Polio III
13. Bila bayi berusia 4 – 8 bulan, imunisasi apa yang sudah didapat :
a. BCG
b. Polio I
c. DPT I
d. HB I
e. Polio II
f. HB II
g. DPT II
h. Polio III
i. DPT II
j. Polio IV
k. HB III
14. Bila bayi berusia 9 bulan, imunisasi apa yang sudah didapat :
38
a. BCG
b. Polio I
c. DPT I
d. HB I
e. Polio II
f. DPT III
g. HB II
h. Polio IV
i. DPT II
j. HB III
k. Polio III
l. Campak
15. Pertumbuhan dan perkembangan bayi (dilihat dengan DDST)
a. Normal
b. Tidak normal
16. Apakah bayi sedang menderita penyakit saat ini
a. Ya
b. Tidak
17. Jika ya, sebutkan .........
a. ISPA
b. Diare
c. Morbili
d. Kulit
e. lain-lain, sebutkan ...........
18. Jika ya, penanganan yang dilakukan ?
a. Dibiarkan
b. Diobati sendiri
c. Ke dukun
d. Ke sarana pelayanan kesehatan
19. Adakah bayi resiko tinggi?
a. Ya
b. Tidak
20. Jika ya, sebutkan ...................
39
a. BGM
b. Bayi dengan penyakit
c. Cacat bawaan
d. lain-lain sebutkan ......................
P. BALITA (1 – 5 TAHUN)
1. Apakah dalam keluarga terdapat balita ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, berapa................Umur ................
3. Apakah melakukan kunjungan ke posyandu?
a. Tiap bulan
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
4. Jika tidak, alasannya ....................
a. Ke dukun
b. Tidak tahu manfaat
c. Tidak ada biaya
d. Tidak sempat
e. Merasa tidak perlu
f. Lain-lain, sebutkan .................
5. Apakah balita mempunyai KMS?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika tidak, alasannya ....................
a. Hilang
b. Tidak diberi petugas kesehatan
c. Merasa tidak perlu
d. Lain-lain sebutkan ................
7. Untuk balita usia kurang dari 2 tahun, apakah mendapat makanan pendamping ASI ?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika tidak, alasannya .........................
40
a. Tidak mau
b. Tidak mampu
c. Ibu tidak tahu
d. Budaya /kebiasaan
9. Imunisasi ?
a. Lengkap
b. Tidak lengkap
10. Jika tidak, alasannya ..........................
a. Tidak tahu manfaat
b. Takut akibatnya/efek samping
c. Tidak mampu
11. Apakah balita mendapat vitamin A ?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika tidak, alasannya ..................
a. Tidak tahu manfaat
b. Tidak sempat
c. Tidak mampu
d. Merasa tidak perlu
e. Tidak ada pelayanan dari tenaga kesehatan
13. Apakah ada balita yang sakit saat ini ?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika ya, jenis penyakitnya ?
a. ISPA
b. Diare
c. Campak
d. DHF
e. Lain-lain sebutkan ...
15. Jika ya, tindakan ?
a. Dibiarkan
b. Diobati sendiri
c. Ke dukun
41
d. Sarana pelayanan kesehatan
16. Apakah ada balita resiko tinggi ?
a. Ya
b. Tidak
17. Jika ya, sebutkan ..........................
a. BGM
b. Bayi dengan penyakit
c. Cacat Bawaan
d. Lain-lain, sebutkan ....
Q. USIA SEKOLAH
1. Apakah dalam keluarga ada anak usia sekolah
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, berapa.................... Umur...........................
3. Status gizi dilihat dari kesesuaian berat badan (BB) tinggi badan (TB) dan usia
a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
4. Pola makan
a. Teratur
b. Tidak teratur
5. Apakah ada kebiasaan makan yang salah ?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika ya, sebutkan jenisnya menurut
a. Kuantitas
b. Proporsi
c. Komposisi
7. Apakah sudah mendapat Imunisasi Booster
a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, berapa kali
42
a. Satu kali
b. Dua kali
9. Apakah ada anak sakit saat ini ?
a. Ya
b. Tidak
10. Jika ya, jenisnya
a. ISPA
b. Diare
c. Morbili
d. Kulit
e. Lain – lain, sebutkan…
11. Jika ya penanganannya
a. Dibiarkan
b. Diobati sendiri
c. Ke dukun
d. Ke bidan
e. Ke Puskesmas
f. Ke Rumah Sakit
g. Ke dokter
R. REMAJA
1. Apakah dalam keluarga ada remaja
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya berapa 1 Umur 20 thn
3. Jika perempuan, sudahkah menstruasi ?
a. Ya
b. Tidak
4. Adakah keluhan saat menstruasi ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah aktif dalam organisasi
a. Ya b. Tidak
43
6. Jika tidak alasannya
a. Malu
b. Tidak ada waktu
c. Tidak perlu
d. Tidak ada wadahnya
e. Lain – lain sebutkan …
7. Apakah remaja mengetahui usia reproduksi ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah remaja mengetahui tentang fungsi reproduksi ?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah remaja mengetahui tentang penyakit menular seksual
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah ada penyimpangan perilaku ?
a. Ya
b. Tidak
11. Jika ya, jenis :
a. Minuman keras
b. Narkoba
c. Ketergantungan obat
d. Penyalahgunaan alat kontrasepsi
12. Apakah ada remaja yang sedang sakit ?
a. Ya
b. Tidak
13. Jika ya, tindakan yang dilakukan
a. Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
b. Diobati sendiri
c. Dibiarkan
d. Berobat ke dukun
44
S. PRE MENOPAUSE
1. Apakah ada ibu yang sudah menopause /tidak menstruasi lagi
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, mulai usianya berapa ………………
3. Jika ya, apakah ibu mengalami keluhan
a. Ya
b. Tidak
4. Jika ya, jenis keluhan
a. Nyeri sendi
b. Muka kemerahan
c. Emosi labil/mudah tersinggung
d. Kekakuan otot
e. Kering daerah vagina
f. Nyeri tuba
g. Pandangan kabur
h. Lain –lain sebutkan ...............
5. Bila ada keluhan apa yang dilakukan
a. Dibiarkan
b. Diobati sendiri
c. Ke pelayanan kesehatan
d. Ke dukun
6. Persepsi ibu setelah menopause terhadap dirinya
a. Merasa tidak berguna
b. Curiga terhadap suami
c. Merasa malu/harga diri rendah
d. Tidak dianggap masalah
45
b. Tidak
46
7. Jika ya, apa kegiatannya ?
a. Pengajian
b. Arisan
c. Olah raga
d. Wira usaha
e. lain – lain, sebutkan ……
8. Jika tidak, alasannya:
a. Alasan geografis
b. Tidak tahu manfaatnya
c. Lain – lain, sebutkan …
9. Apakah ada Posyandu Lansia
a. Ya
b. Tidak
10. Jika ya, apakah Lansia meiliki KMS ?
a. Ya
b. Tidak
11. Jika tidak alasannya
a. Tidak tahu
b. Tidak perlu
c. Tidak ada sarana/ tidak diberi oleh petugas kesehatan
d. lain – lain sebutkan ………
12. Apakah ada kader Posyandu Lansia
a. Ya
b. Tidak
13. Jika ya, apakah kader aktif ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah Lansia rutin periksa kesehatannya ?
a. Ya
b. Tidak
15. Bila ya, kemana ?
a. Posyandu
b. Bidan/perawat
47
c. Puskesmas
d. Rumah sakit
e. Dokter
f. Dukun
g. lain – lain sebutkan……
16. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari hari ?
a. Mandiri
b. Dengan bantuan minimal
c. Dengan bantuan penuh
48
ANALISA DATA
49
- Klien mengatakan ada luka
dikaki sebelah kiri
- Klien mengatakan luka
sejak 3 bulan sebelum
masuk
DO
- Terdapat pus didaerah kaki
yang luka
- Leukosit 27.33
- Tampak edema, terdapat (luka
terbuka),ukuran 2x2x3 cm
4. DS Imobilitas Intoleransi Aktivitas
- Klien mengtakan aktivitas
dibantu keluarga
- Klien mengatakan aktivitas
tebatas
DO
- Aktivitas klien tampak
dibantu keluaraga
- Saat makan klien nampak
dibantu keluarga
- Saat duduk klien tampak
dibantu keluarga
- Saat kekamar mandi klien
tampak dibantu keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
50
1. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin
2. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik
3. Resiko Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas
51
RENCANA KEPERAWATAN (INTERVENSI)
52
nutrisi
3.1. Agar pasien
mengetahui
program
pengobatannya
3.2. Untuk
mengetahui
pengobatan
yang di
rekomendasi
2. Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 3 x Manajemen Nyeri 1.1. Untuk
Cedera Fisik 24 jam diharapkan nyeri menurun : 1.1. Identifikasi skala nyeri mengetahui
No Indikator 1 2 3 4 5 1.2. Berikan teknik non tingkat nyeri
1. Tingkat nyeri
farmakologis untuk yang dirasakan
menurun
mengurangi rasa nyeri 1.2. Untuk
2. Penyembuhan
1.3. Jelaskan penyebab dan membantu
luka membaik
periode dan pemicu mengurangi rasa
nyeri nyeri
1.4. Kolaborasi pemberian 1.3. Untuk
analgesic mengetahui
2.1. Identifikasi identifikasi pemicu
lokasi, karakteristik, timbulnya nyeri
53
durasi, frekuensi, 1.4. Untuk
kualitas,intensitas nyeri membantu
meredakan
nyeri
2.1. Untuk
mengetahui
lukanya
membaik atau
tidak
3. Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Pencegahan Infeksi 1.1. Untuk
Peningkatan selama 3x 24 jam maka tingkat infeksi 1.1. Monitor tanda dan gejala memantau tanda
Leukosit. menurun : infeksi lokal dan gejala dari
No Indikator 1 2 3 4 5 sistematik infeksi
1. Integritas kulit
1.2. Berikan perawatan kulit 1.2. Untuk
dan jaringan
pada area edema membantu
membaik
1.3. Mencuci tangan sebelum merawat edema
2. Kontrol resiko
dan sesudah kontak pada area
infeksi
dengan pasien dan infeksi
meningkat
lingkungan pasien 1.3. Untuk
2.1. Jelaskan tanda dan gejala mencegah
infeksi terjadinya
2.2. Ajarkan cara memeriksa kontaminasi
54
kondisi luka 2.1. untuk
2.3. Perawatan luka mengetahui
tanda gejala dari
infeksi
2.2. Untuk
mengurangi
resiko infeksi
2.3. Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Terapi Aktivitas 1.1. Untuk
b.d Imobilitas selama 3x 24 jam intoleransi aktivitas 1.1. Identifikasi defisit mengetahui
membaik: tingkat aktivitas deficit tingkat
No Indikator 1 2 3 4 5 1.2. Identifikasi kemapuan aktivitas
1 Toleransi
berpartisipasi dalam 1.2. Untuk
aktivitas
aktivitas tertentu mengetahui
2 Ambulasi
3 Tingkat 2.1. Fasilitasi pasien dan kemampuan
keletihan keluarga dalam pasien dalan
menyesuiakan aktivitas
lingkungan untuk 2.1. Untuk
mengakomodasi membantu
55
aktivitas yang di pilih keluarga dalam
2.2. Libatkan keluarga dalam fasilitas pasien
aktivitas dalam
3.1. Ajarkan cara melakukan beraktivitas
aktivitas yang dipilih 2.2. Agar keluarga
dapat membantu
pasien dalam
beraktivitas
2.3. Untuk
mengurangi
tingkat
keletihan pasien
56
KEPERAWATAN
1. Kamis Ketidakstabilan 08.00 Melakukan Manajemen Hiperglikemia S:
20/06/2019 Gula Darah b.d 1.1. Mengidentifikasi kemungkinan Pasien mengatakan tidak bisa
Resistensi Insulin penyebab hiperglikemia(dengan cara mengontrol pola makan
menanyakan bagaimana pola makan Pasien mengatakan sering
klien) merasa haus
1.2. Memonitor tanda dan gejala Pasien Sering buang aiar
hiperglikemia(dengan cara kecil sebanyak ± 10 x
menanyakan apakah sering haus dan Keluarga klien mengatakan
lapar dan sering BAK klien minum obat
1.3. Mengajurkan kepatuhan terhadap O:
diet (Gula darah puasa,284)
1.4. Melakukan kolaborasi pemberian Klien tampak tidak bisa
insulin sebanyak 6 unit mengontrol pola makan
2.1. Memberikan asupan cairan
Klien tampak lelah
oral(menberikan minum pada pasien)
Klien tampa sering buang air
3.1. Edukasi program pengobatan
kecil
3.2. Mengidentifikasi pengobatan yang
Klien tampak sering minum
direkomendasi
A: Masalah belum tertasi
Ketidakstabilan gula darah
P: :intervensi dilanjutkan
57
Melakukan manajemen
hiperglikemia
Melakukan edukasi program
pengobatan
2. Kamis Nyeri Akut b.d Agen 09.00 Melakukan Manajemen Nyeri S:
21/06/2019 Cedera Fisik 1.1. Mengidentifikasi skala nyeri (skala Klien mengatakan nyeri pada
nyeri pada klien) kaki yang luka
1.2. Memberikan teknik non Klien mengatakan nyeri
farmakologis untuk mengurangi rasa hilang timbul
nyeri Klien mengatakan nyeri
1.3. Menjelaskan penyebab dan periode selama 30
dan pemicu nyeri detik
1.4. Melakukan kolaborasi pemberian Keluarga mengatakan pasien
analgetic tidak nyaman dengan lukanya
2.1. Mengidentifikasi identifikasi lokasi,
Klien belum memahami
karakteristik, durasi, kualitas nyeri
tentang teknik nafas dalam
O:
Klien tampak meringis skala
nyeri
7-8
Klien tampak gelisah
58
Kyeri pada kaki kanan
Klien tampak tidak bisa
melakukan teknik nafas
dalam
A : Masalah belum teratasi nyeri akut
P : intervensi dilanjutkan
Melakukan manajemen nyeri
Melakukan edukasi teknik
nafas dalam teknik nafas
dalam
3. Kamis Resiko Infeksi b.d 10.00 Melakukan Pengcegahan Infeksi S:
22/06/2019 Peningkatan 1.1. Memonitor tanda dan gejala infeksi Klien mengatakan luka masih
Leukosit lokal dan sistematik basah bau
1.2. Memberikan perawatan kulit pada Klien mengatakan ada luka
area edema dikaki sebelah kiri
1.3. Mencuci tangan sebelum dan O:
sesudah kontak dengan pasien dan Terdapat pus didaerah kaki
lingkungan pasien yang luka
2.1. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi 27.33[10^3/ul]
2.2. Mengajarkan cara memeriksa Tampak edema, terdapat
kondisi luka (luka
2.3. Memberikan perawatan luka
59
terbuka),ukuran 2x2x3 cm
A : Masalah belum teratasi gangguan
integritas kulit
P : intervensi dilanjutkan
Melakukan perawatan luka
Melakukan edukasi
perawatan kulit
4. Kamis Intoleransi Aktivitas 11.00 Melakukan Terapi Aktivitas S:
23/06/2019 b.d Imobilitas 1.1. Mengidentifikasi defisit tingkat Klien mengatakan sudah
aktivitas mulai bisa beraktivitas sendiri
1.2. Mengidentifikasi kemapuan (seperti duduk)
berpartisipasi dalam aktivitas Klien mengatakan aktivitas
tertentu (dengan cara menanyakan masih ada dibantu keluarga
apa saja aktivitas yang bisa (seperti kekamar mandi dan
dilakukan tampa dibantu keluarga) makan
2.1. Memfasilitasi pasien dan keluarga Klien mengatkan aktivitas
dalam menyesuiakan lingkungan tebatas
untuk mengakomodasi aktivitas O:
yang di pilih Aktivitas klien tampak
2.2. Melibatkan keluarga dalam aktivitas dibantu keluaraga
3.1. Mengajarkan cara melakukan Aktivitas tampak terbatas
aktivitas yang dipilih Saat makan klien nampak
60
dibantu keluarga
A : Masalah teratasi sebagia intoransi
aktivitas
P : intervensi dilanjutkan
Melakukan terapi aktivitas
Melakukan manajemen
program latihan
61
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia. Angka prevalensi dan
insidensi penyakit ini meningkat secara drastis di seluruh penjuru dunia, negara-negara
industri baru dan negara sedang berkembang termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008).
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan
resistensi insulin atau keduanya yang berlangsung lama (kronik) dan dapat menyebabkan
kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya (Suastika et al., 2011).
Edukasi merupakan salah satu dari ke 4 pilar penatalaksanaan diabetes melitus yang
juga berpengaruh terhadap keberhasilan penderita dalam melakukan kontrol
metaboliknya. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan ketrampilan bagi penderita diabetes melitus yang bertujuan menunjang perubahan
perilaku untuk meningkatkan pemahaman penderita akan penyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan penderita diabetes melitus (Soegondo dkk, 2009). Edukasi atau penyuluhan
diabetes dapat dilakukan kepada penderita diabetes melitus dan keluarganya dengan cara
tatap muka didukung dengan penyediaan bahan- 4 bahan edukasi seperti Satuan Acara
Pembelajaran (SAP), materi dalam bentuk leaflet, booklet, dan lain-lain. Tatap muka
dapat dilaksanakan secara berkelompok atau perseorangan (individual) (Basuki 2009).
Pemberian edukasi secara individual /face to face dengan materi terstruktur dalam
penatalaksanaan diabetes melitus sangat penting sebab diabetes melitus merupakan
penyakit
3.2. Saran
Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus, antara
lain:
Bagi profesi keperawatan
62
Meningkatkan riset dalam bidang keperawatan medikal bedah agar pada saat
menentukan perencananaan sera pelaksanaan dalam pemberian asuhan
keperawatan lebih tepat dan lebih spesifik dengan melihat respon pasien dan
keluarga pasien.
Institusi pendidikan
Meningkatkan proses bimbingan belajar, seperti bimbingan kepada mahasiswa
yang akan melakukan penelitian. Dengan adanya bimbingan diharapkan target
untuk mencapai tujuan dalam penyelesaian tugas dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
63
https://123dok.com/document/zgrdp42q-laporan-pendahuluan-fix-dm-docx.html
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7836/5.BAB%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
64