Anda di halaman 1dari 22

LECTURE NOTES

TAXN6042
Introduction to
Taxation (Minor)

Week 3

Overview of Income Tax and


Final Income Tax Par 1

TAXN6042 – Introduction to Taxation


LEARNING OUTCOMES

LO 2 : Analyze tax subject and tax object, deductible and non deductible expenses, and
specific income taxes applied for income tax calculation

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Tax subject
2. Tax object
3. Tax Payers
4. Deductible expense
5. Non-deductible expense

TAXN6042 – Introduction to Taxation


ISI MATERI

Subjek Pajak

Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan
yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.

Subjek Pajak Penghasilan meliputi :


1. Orang pribadi;

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;

3. Badan Adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap; dan

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).


a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan;
c. kantor perwakilan;
d. gedung kantor;
e. pabrik;
f. bengkel;
g. gudang;
h. ruang untuk promosi dan penjualan;
i. pertambangan dan penggalian sumber alam;
j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

TAXN6042 – Introduction to Taxation


m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan
lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia;
dan
p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan
oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Subjek Pajak Dalam Negeri


1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal
di Indonesia.
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang
sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.
3. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: a. pembentukannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan
b. pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD
c. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
e. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Subjek Pajak Luar Negeri


1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan
dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia.

Tidak termasuk Subjek Pajak


1. Kantor perwakilan negara asing;
2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:
a. bukan warga Negara Indonesia; dan
b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut; serta
c. negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
b. tidak menjalankan usaha; atau
c. kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan dengan syarat :
a. bukan warga negara Indonesia; dan
b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.

Tax Obejct / Objek Pajak

Objek Pajak adalah penghasilan, yang dimaksud Penghasilan berdasarkan UU Nomor 36 Tahun
2008 Pasal 4 (1) adalah :

TAXN6042 – Introduction to Taxation


1. setiap tambahan kemampuan ekonomis
2. yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
3. baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
4. yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan
5. dengan nama dan dalam bentuk apapun

Berikut ini adalah jenis-jenis pajak penghasilan:


Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, kecuali ditentukan lain oleh
Undang-Undang PPh :
- Semua pembayaran atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan, seperti ; upah, gaji,
premi asuransi kesehatan yang dibayar oleh pemberi kerja, atau imbalan dalam
bentuk lainnya merupakan objek pajak.
- Pengertian imbalan dalam bentuk lainnya termasuk imbalan dalam bentuk natura
yang diberikan oleh non subjek pajak penghasilan.

2 Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan :


- Meliputi hadiah dari undian, pekerjaan, dan kegiatan seperti : hadiah undian
tabungan, hadiah pertandingan olah raga, dan sebagainya.
- Yang dimaksud penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan
kegiatan tertentu, misalnya imbalan yang diterima sehubungan dengan penemuan
benda-benda purbakala..
3. Laba usaha
4. Keuntungan penjualan atau pengalihan harta (capital gain), termasuk :
a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
Dalam hal terjadi pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal,
keuntungan berupa selisih antara harga pasar dari harta yang diserahkan dan nilai
bukunya merupakan penghasilan.
b. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
Apabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebih tinggi dari nilai sisa

TAXN6042 – Introduction to Taxation


buku atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehan, selisih harga tersebut
merupakan keuntungan. Dalam hal penjualan harta tersebut terjadi antara badan
usaha dan pemegang sahamnya, harga jual yang dipakai sebagai dasar untuk
penghitungan keuntungan dari penjualan tersebut adalah harga pasar.
Misalnya, PT S memiliki sebuah mobil yang digunakan dalam kegiatan usahanya
dengan nilai sisa buku sebesar Rp 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah). Mobil
tersebut dijual dengan harga Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Dengan
demikian, keuntungan PT S yang diperoleh karena penjualan mobil tersebut adalah
Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Apabila mobil tersebut dijual kepada salah
seorang pemegang sahamnya dengan harga Rp 55.000.000,00 (lima puluh lima juta
rupiah), nilai jual mobil tersebut tetap dihitung berdasarkan harga pasar sebesar Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Selisih sebesar Rp 20.000.000,00 (dua
puluh juta rupiah) merupakan keuntungan bagi PT S dan bagi pemegang saham yang
membeli mobil tersebut selisih sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
merupakan penghasilan.
c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
Apabila suatu badan dilikuidasi, keuntungan dari penjualan harta, yaitu selisih antara
harga jual berdasarkan harga pasar dan nilai sisa buku harta tersebut, merupakan
objek pajak. Demikian juga selisih lebih antara harga pasar dan nilai sisa buku dalam
hal terjadi penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan
usaha merupakan penghasilan.
d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
Keuntungan berupa selisih antara harga pasar dan nilai perolehan atau nilai sisa buku
atas pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan merupakan penghasilan
bagi pihak yang mengalihkan kecuali harta tersebut dihibahkan kepada keluarga

TAXN6042 – Introduction to Taxation


sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat. Demikian juga, keuntungan berupa
selisih antara harga pasar dan nilai perolehan atau nilai sisa buku atas pengalihan
harta berupa bantuan atau sumbangan dan hibah kepada badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan bukan merupakan penghasilan, sepanjang tidak ada
hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan.

e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak


penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
Dalam hal Wajib Pajak pemilik hak penambangan mengalihkan sebagian atau
seluruh hak tersebut kepada Wajib Pajak lain, keuntungan yang diperoleh merupakan
objek pajak.

Keuntungan atas pengalihan harta bukan merupakan objek PPh dalam hal :
- Pengalihan harta sebagai bantuan atau sumbangan atau hibah yang diterima oleh
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan
atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk Koperasi
yang ditetapkan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan -
Pengalihan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha
wajib pajak yang diperkenankan melakukan penggabungan, peleburan atau
pemekaran usaha dengan nilai buku (perusahaan yang akan menjual sahamnya di
bursa efek).
Artinya, baik bagi pihak yang mengalihkan maupun pihak yang menerima pengalihan
tidak terdapat keuntungan yang merupakan objek PPh. Pihak yang mengalihkan pun tidak
dapat membebankan nilai sisa buku fiskal aktiva tersebut sebagai biaya (non deductible).

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Sebagai contoh, Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah dibayar dan dibebankan sebagai
biaya, yang karena sesuatu sebab dikembalikan, maka jumlah sebesar pengembalian
tersebut merupakan penghasilan.
6. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan karena pengembalian utang :
- Premium terjadi apabila obligasi dijual di atas nilai nominalnya. Sedangkan diskonto
terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya.
- Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi,
sedangkan diskonto merupakan penghasilan bagi pihak yang membeli obligasi.
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, yaitu terdiri dari :
- Pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan
dalam bentuk apapun
- Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor
- Pemberian saham bonus tanpa penyetoran, termasuk saham bonus dari kapitalisasi
agio saham, kecuali : apabila jumlah nilai nominal saham yang dimilikinya setelah
pembagian saham bonus tersebut tidak melebihi jumlah setoran modalnya (PP
Nomor 94 Tahun 2010)
- Pembagian laba dalam bentuk saham (dividen saham)
- Pencatatan tambahan modal tanpa penyetoran, kecuali yang berasal dari kapitalisasi
selisih lebih revaluasi aktiva tetap (PP Nomor 94 Tahun 2010)
- Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang
bersangkutan
- Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetor, jika dalam
tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali
tersebut akibat dari pengecilan modal (statuter) yang dilakukan secara sah
- Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai
penebusan tanda-tanda laba tersebut
- Bagian laba sehubungan dengan kepemilikan obligasi
- Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis
- Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota koperasi
- Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan
sebagai biaya perusahaan.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan
apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas :
1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau
karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek
dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;
2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial,
atau ilmiah;
3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial;
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau
hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/ perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa :
a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat
optik, atau teknologi yang serupa;
b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio
komunikasi;
5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film
atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan
6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau
pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana
tersebut di atas.
- Hak atas harta tak berwujud, misalnya hak pengarang, patent, merek dagang,
formula, atau rahasia perusahaan.
- Hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri, komersial, dan
ilmu pengetahuan, yaitu setiap peralatan yang mempunyai nilai intelektual,
misalnya peralatan-peralatan yang digunakan di beberapa industri khusus

TAXN6042 – Introduction to Taxation


seperti anjungan pengeboran minyak (drilling rig).
- Informasi, yaitu informasi yang belum diungkapkan secara umum, walaupun
mungkin belum dipatenkan, misalnya pengalaman di bidang industri atau
bidang lainnya.

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta


Dalam pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima atau diperoleh dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan penggunaan harta gerak atau harta tak gerak,
misalnya sewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran secara berkala, misalnya alimentasi atau tunjangan
seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu..

11. Keuntungan karena pembebasan utang :


- Pembebasan utang merupakan penghasilan bagi pihak yang semula berutang dan
biaya bagi pihak yang semula berpiutang.
- Pembebasan utang debitur kecil, seperti Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera
(Kukesra), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit untuk
Perumahan Sangat Sederhana, serta kredit kecil lainnya sampai jumlah tertentu
dikecualikan dari objek PPh.
- Utang debitur kecil adalah utang usaha yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 350 Juta
(PP Nomor 130 Tahun 2000)

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing :


- Dapat disebabkan oleh fluktuasi kurs mata uang asing atau adanya kebijakan
Pemerintah di bidang moneter.
- Keuntungan selisih kurs yang disebabkan oleh fluktuasi kurs mata uang asing,
pengenaan pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan yang dianut wajib pajak
dengan syarat dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku di Indonesia
- Apabila wajib pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs
historis), keuntungan selisih kurs-nya diakui pada saat terjadinya realisasi mata uang

TAXN6042 – Introduction to Taxation


asing tersebut.
- Apabila wajib pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank
Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun (per tanggal neraca),
maka keuntungan selisih kurs-nya diakui pada setiap akhir tahun berdasarkan kurs
tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun.
- Keuntungan selisih kurs karena kebijakan Pemerintah di bidang moneter dapat
dibukukan dalam perkiraan sementara di neraca, dan diakui secara bertahap
berdasarkan realisasi mata uang tersebut.

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14. Premi asuransi yang diterima atau diperoleh perusahaan asuransi dari para peserta asuransi
(pemegang polis).

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib
pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak:
- Tambahan kekayaan netto pada hakikatnya merupakan akumulasi penghasilan baik
penghasilan yang telah dikenakan pajak, yang belum dikenakan pajak, maupun
penghasilan yang bukan objek pajak.
- Apabila diketahui adanya tambahan kekayaan neto yang melebihi akumulasi
penghasilan yang telah dikenakan pajak dan yang bukan merupakan oyek pajak,
maka tambahan kekayaan neto tersebut merupakan penghasilan (objek pajak).

17. penghasilan dari usaha berbasis syariah;


Kegiatan usaha berbasis syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan kegiatan
usaha yang bersifat konvensional. Namun, penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
kegiatan usaha berbasis syariah tersebut tetap merupakan objek pajak.

18. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

TAXN6042 – Introduction to Taxation


19. Surplus Bank Indonesia. (86/PMK.010/2015)
Surplus Bank Indonesia yang merupakan objek Pajak Penghasilan adalah surplus Bank
Indonesia menurut laporan keuangan audit setelah dilakukan penyesuaian atau koreksi
fiskal sesuai dengan Undang-Undang PPh dengan memperhatikan karakteristik Bank
Indonesia.
Laporan keuangan audit merupakan hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.
Penyesuaian atau koreksi fiskal sesuai dengan Undang-Undang PPh dengan
memperhatikan karakteristik Bank Indonesia, dilakukan atas:
a. pengakuan keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing;
b. pengakuan biaya penyisihan aktiva; dan
c. pengakuan biaya penurunan nilai aktiva secara langsung; dan
d. penyusutan aktiva tetap

Tax Payer / Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan
objektif.

Subjek Pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh
penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, sedangkan Subjek Pajak
luar negeri sekaligus menjadi Wajib Pajak, sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari
sumber penghasilan di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri terletak
dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:

No Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)

1. Dikenakan pajak atas penghasilan yang Dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


maupun dari luar Indonesia (world wide
income)

2. Penghasilan yang dikenakan pajak adalah Penghasilan yang dikenakan pajak adalah
penghasilan netto dengan tarif umum penghasilan bruto dengan tarif sepadan,
kecuali WPLN tersebut menjalankan usaha
melalui Bentuk Usaha tetap di Indonesia
dimana BUT memiliki kewajiban pajak yang
sama dengan WPDN.

3. Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT karena


kewajiban pajaknya dipenuhi melalui
pemotongan pajak yang bersifat final.

Mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif


Mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif untuk masing-masing subjek pajak dirangkum
sebagai berikut:

No Subjek Pajak Mulainya kewajiban subyektif Berakhirnya kewajiban subyektif

A. Subjek Pajak Dalam Negeri

1. Orang Pribadi Saat dilahirkan, berniat tinggal di Saat meninggal dunia atau
Indonesia atau sejak hari pertama meninggalkan Indonesia untuk
berada di Indonesia. selama-lamanya.

2. Warisan yang Saat timbulnya warisan yang Saat warisan tersebut dibagi kepada
belum terbagi belum terbagi (pewaris ahli warisnya.
meninggal).

3. Badan Saat badan tersebut didirikan atau Saat badan tersebut dibubarkan atau

TAXN6042 – Introduction to Taxation


bertempat kedudukan di tidak lagi berkedudukan di Indonesia.
Indonesia.

B. Subjek Pajak Luar Negeri

1. Orang Pribadi Saat orang pribadi menjalankan Saat tidak lagi menjalankan usaha
usaha atau melakukan kegiatan atau melakukan kegiatan atau
atau menerima/memperoleh menerima/memperoleh penghasilan
penghasilan dari Indonesia dari Indonesia.

2. Badan Saat Badan menjalankan usaha Saat tidak lagi menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan atau atau melakukan kegiatan atau
menerima/memperoleh menerima/memperoleh penghasilan
penghasilan dari Indonesia dari Indonesia.

C. Bentuk Usaha Saat BUT tersebut mulai berada Saat BUT tersebut tidak lagi berada
Tetap (BUT) di Indonesia di Indonesia

Pekerja Indonesia di Luar Negeri


Sesuai PER-2/PJ/2009 dan PER-43/PJ/2011 Pekerja Indonesia di Luar Negeri adalah orang
pribadi Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Status Pekerja Indonesia di Luar
Negeri tersebut merupakan Subjek Pajak Luar Negeri.

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pekerja Indonesia di Luar Negeri sehubungan
dengan pekerjaannya di luar negeri dan telah dikenai pajak di luar negeri, tidak dikenai Pajak
Penghasilan di Indonesia.

Dalam hal Pekerja Indonesia di Luar Negeri menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia maka atas penghasilan tersebut dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan yang
berlaku.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Deducitble Expenses /
Biaya-biaya yang Dapat Dikurangkan

Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri dan BUT, dihitung berdasarkan penghasilan
bruto dikurangi dengan Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai UU Nomor 36 Tahun 2008
Pasal 6 adalah:
1. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang penghasilannya
merupakan objek pajak. Dengan demikian, biaya-biaya yang digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
atau pengenaan pajaknya bersifat final tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Termasuk biaya yang dapat dikurangkan adalah biaya pembelian bahan, biaya berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan
tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya
promosi dan penjualan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan
pajak kecuali pajak penghasilan.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang disusutkan atau diamortisasi tersebut digunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (objek pajak).
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
7. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan dengan memperhatikan kewajaran dan
kepentingan perusahaan, dengan syarat :
a. Berhubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara (3M) penghasilan

TAXN6042 – Introduction to Taxation


b. Dilakukan dalam batas dan jumlah yang wajar serta tidak dipengaruhi hubungan
istimewa
c. Pendidikan dan pelatihan tersebut ditentukan oleh pemberi kerja
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat (PMK Nomor
207/PMK.010/2015)
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba komersial.
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak (dilampirkan dalam SPT-nya).
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan atau Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus (dapat
berupa penerbitan internal asosiasi atau sejenisnya), dan adanya pengakuan dari
debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih berbentuk hard copy dan soft copy.
9. Pengeluaran untuk pajak daerah dan retribusi daerah (SE - 02/PJ.42/2002) dengan syarat :
a. Memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 s.t.d.d. Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000;
b. Berkaitan dengan biaya 3M atas objek pajak yang tidak dikenakan PPh final/tidak
dihitung berdasarkan norma penghitungan penghasilan neto/khusus;
c. Bukan untuk sanksi berupa bunga, denda atau kenaikan.

Berdasarkan SE - 01/PJ.42/2002, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto. Perlakuannya sebagai berikut :
- BPHTB atas hak atas tanah yang dimiliki dan dipergunakan dalam Perusahaan
dibiayakan dengan mekanisme amortisasi sesuai Pasal 11 A
- BPHTB atas hak atas bangunan yang dimiliki dan dipergunakan dalam Perusahaan
dibiayakan melalui penyusutan sesuai dengan Pasal 11
- PBB atas tanah dan bangunan yang dimiliki dan dipergunakan dalam Perusahaan
dapat dikurangkan sekaligus sebagai biaya.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


10. Biaya sumbangan yang terdiri dari (PP Nomor 93 tahun 2010) :
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan,
c. Sumbangan fasilitas pendidikan,
d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, dan
e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial.
11. Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu (maksimum 5 tahun).
Contoh :
PT A dalam tahun 2011 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1.200.000.000,00. Dalam 5
tahun berikutnya, rugi laba fiskal PT A adalah sbb :
2012 : laba fiskal Rp 200.000.000,00
2013 : rugi fiskal Rp (300.000.000,00)
2014 : laba fiskal N I H I L
2015 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
2016 : laba fiskal Rp 800.000.000,00

Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :


Rugi fiskal tahun 2011 Rp (1.200.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2012 Rp 200.000.000,00
Sisa rugi fiskal tahun 2011 Rp (1.000.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2013 Rp (300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal tahun 2011 Rp (1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2014 Rp 0,00
Sisa rugi fiskal tahun 2011 Rp (1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2015 Rp 100.000.000,00
Sisa rugi fiskal tahun 2011 Rp (900.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2016 Rp 800.000.000,00
Sisa rugi fiskal tahun 2011 Rp (100.000.000,00)

Sisa rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp (100.000.000,00) tersebut tidak dapat
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2017, karena sudah lewat 5 tahun.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Rugi fiskal tahun 2013 sebesar Rp (300.000.000,00) hanya boleh dikompensasikan dengan
laba fiskal tahun 2016 dan 2017, karena jangka waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun
2014 berakhir pada akhir tahun 2017.

12. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), khusus bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Undeducitble Expenses /
Biaya-biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan

Biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan sesuai UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9) adalah:

a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.
b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota.
c) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri, (219/PMK.011/2012)
d) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak orang
pribadi yang bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21). Apabila pembayaran premi
asuransi tersebut belum dibebankan sebagai biaya oleh wajib pajak pemberi kerja, maka

TAXN6042 – Introduction to Taxation


wajib pajak dapat melakukan penyesuaian fiskal negatif (SE - 03/PJ.41/2003)
e) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali : (83/PMK.03/2009)
- Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
- Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang
kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut.
- Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya.
f) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak
yang memiliki hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan.
g) harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h) Pajak Penghasilan
i) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang
yang menjadi tanggungannya.
j) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham.
k) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
l) Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP yang tidak dapat dikreditkan karena :
- Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan UU PPN; kecuali dapat dibuktikan
bahwa PPN tersebut nyata-nyata telah dibayar dan berkenaan dengan pengeluaran
yang berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

TAXN6042 – Introduction to Taxation


penghasilan. (PP No. 94/2010)
m) Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan obyek pajak, yang pengenaan pajaknya bersifat final, pengenaan pajaknya
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dan Norma Penghitungan Khusus.
n) Kerugian dari harta atau utang yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan Obyek Pajak.
o) PPh yang ditanggung pemberi kerja, kecuali PPh Pasal 26 sepanjang PPh tersebut
ditambahkan sebagai dasar penghitungan untuk pemotongan PPh Pasal 26 tersebut.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


DAFTAR PUSTAKA

1. Siti Resmi. (2017). Perpajakan: Teori dan Kasus (Buku 1). Edisi 10. Salemba
Empat. Jakarta. ISBN: 978-979-061-715-5.
2. Undang – Undang no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
3. TaxBase 6.0

TAXN6042 – Introduction to Taxation

Anda mungkin juga menyukai