LN 2-General Provisions and Tax Procedures Part 2
LN 2-General Provisions and Tax Procedures Part 2
TAXN6042
Introduction to
Taxation (Minor)
Week 2
General Provisions and
Tax Procedures Part 2
1. Definition
2. Function of tax
3. Classification
4. Collection Proscedures
5. Right and obligation of Taxpayer
6. Tax Idetity / NPWP and PKP
7. Tax Payment
8. Tax Report / SPT
9. SKP and STP
Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Selain itu
NPWP juga dapat dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan
dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal ini berhubungan dengan dokumen
perpajakan, wajib pajak diharuskan untuk mencantumkan NPWP yang dimilikinya.
Fungsi NPWP
1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP.
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administratif perpajakan
Penomoran NPWP
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) terdiri atas 15 digit, 9 digit pertama merupakan kode
wajib pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi.
Pendaftaran NPWP
Wajib pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk
mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
Pendaftaran NPWP harus memenuhi persyaratan subjektif. Persyaratan subjektif adalah
persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam undang-undang
pajak penghasilan 1984 dan perubahannya.
Selain persyaratan subjektif dalam pendaftaran NPWP, harus juga memenuhi persyaratan
objektif. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan pemungutan sesuai
dengan ketentuan undang-undang pajak penghasilan 1984 dan perubahannya.
Tempat pendaftaran NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dilakukan pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan, wajib pajak orang
pribadi pengusaha tertentu.
Wanita kawin selain yang disebutkan di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban
perpajakan suaminya.Direktur Jenderal Pajak menerbitkan NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) secara jabatan apabila wajib pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Kewajiban
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya, karena hal
ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka
waktu pendaftaran NPWP adalah:
- Wajib pajak (orang pribadi) yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib
pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai
dijalankan.
- Wajib pajak orang pribadi yang sedang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan
yang disetahunkan telah melebihi penghasilan tidak kena pajak, wajib mendaftarkan diri
paling lambat pada akhir bukan berikutnya.
Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan NPWP akan dikenakan sanksi perpajakan.
5. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari wajib pajak
yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuaidengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pembayaran dan penyetoran pajak untuk masing-masing jenis pajak jatuh tempo dirinci sebagai
berikut:
SPT Masa :
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya. (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 Pasal 9)
Hari libur nasional sebagaimana dimaksud di atas yaitu hari Sabtu, hari Minggu, hari libur
nasional, hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama
secara nasional,
Tahunan :
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
SPT meliputi ;
Berikut adalah rincian Batas Waktu penyampaian SPT untuk masing-masing jenis pajak :
SPT Masa :
Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur
nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.(PMK
9/PMK.03/2018 jo. PMK 242/PMK.03/2014 Pasal 9)
Contoh
PT. ABC bermaksud melakukan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember
2017, jatuh tempo pelaporan adalah hari Sabtu, 20 Januari 2018. Berdasarkan ketentuan PMK
No. 242/PMK.03/2014, pelaporan SPT tersebut masih diperbolehkan pada hari Senin, 22 Januari
2018. Meskipun lewat dari tanggal jatuh tempo yang sebenarnya, PT. ABC tidak dikenakan
sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,-.
- SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Tegoran.
Atas jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi kenaikan sbb :
- PPh Sendiri (Badan/Orang Pribadi/BUT), kenaikan sebesar 50%
- PPh Pemotongan/Pemungutan, kenaikan sebesar 100%
- PPN/PPn BM, kenaikan sebesar 100%.
- Berdasarkan hasil pemeriksaan PPN/PPn BM disimpulkan bahwa ; terdapat PPN
yang seharusnya tidak dikompensasikan atau tidak dikenakan tarif 0%. Atas
jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi kenaikan sebesar 100%.
- Kewajiban Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (perihal pembukuan)
dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (berkenaan dengan
pemeriksaan) tidak dipenuhi. Atas jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi
kenaikan sebesar :
a. 100% untuk PPh sendiri (PPh Orang Pribadi/Badan/BUT).
b. 50% untuk PPh Pemotongan/Pemungutan.
SKPKB dapat diterbitkan meskipun jangka waktu 10 tahun telah lewat, dalam hal
wajib pajak dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan oleh
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Atas jumlah pajak yang
terutang dikenakan sanksi bunga 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar.
Seandainya Surat Ketetapan Pajak tersebut diterbitkan bulan Juni 2002 maka perhitungannya
adalah sebagai berikut:
- Kekurangan pajak yang terutang Rp 2.000.000.-
- Bunga 18 bulan = 2% x 18 x Rp 2.000.000.- Rp 720.000.- (+)
Masih harus dibayar Rp 2.720.000.-
Sanksi yang termuat dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
1. Bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan atas pajak yang
kurang dibayar.
2. Kenaikan:
a. Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan telah
ditegur:
- sebesar 50 % dari PPh Badan/ orang pribadi yang kurang/tidak dibayar
- sebesar 100% dari PPh pemotongan/pemungutan yang kurang atau tidak dibayar
- sebesar 100% dari PPN/PPn.BM yang tidak atau kurang dibayar
b. Sebesar 100% dari PPN/PPnBM yang tidak atau kurang dibayar apabila berdasarkan
hasil pemeriksaan mengenai PPN/PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan
selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol persen)
Kenaikan sebesar 100% tersebut tidak dikenakan apabila SKPKBT tersebut diterbitkan
berdasarkan keterangan tertulis dari wajib pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Dirjen
Pajak belum mulai malakukan tindakan pemeriksaan.
Apabila jangka waktu 10 Tahun tersebut telah lewat, SKPKBT tetap dapat diterbitkan
ditambah sanksi bunga sebesar 48% dari jumlah yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal
Wajib Pajak setelah lewat 10 tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana
dibidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
• STP dapat diterbitkan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
dalam hal:
– Sebelum WP diberikan atau diterbitkan NPWP dan atau dikukuhkan sebagai
PKP, bila diperoleh data dan/atau informasi yang menunjukkan adanya
kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi WP.
– Sebelum dan/atau setelah penghapusan NPWP atau pencabutan pengukuhan
PKP diperoleh data atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban
perpajakan yang belum dipenuhi WP.
– PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
– Dari hasil penelitian terhadap kekurangan pembayaran pajak sebagai salah
tulis dan/atau salah hitung
Daluwarsa Penetapan
• Daluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
• Penerbitan SKP dan atau STP dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutang pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, kecuali
Berikut penjelasannya.
1. Tujuan pemeriksaan, terutama adalah untuk memperoleh/ mengumpulkan bahan-
bahan yang dijadikan dasar untuk:
– Menerbitkan SKPKB dan atau SKPKBT.
– Menerbitkan SKPN.
2. Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dilakukan dalam rangka:
– Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.
– Penghapusan NPWP.
– Pengukuhan/pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
– Wajib Pajak mengajukan keberatan.
– Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto.
– Pencocokan data dan atau alat keterangan.
– Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
– Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN/PPh pasal 21.
– Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
tujuan lain selain disebut di atas.
Prosedur Audit
• Ditinjau dari Ruang Lingkup Pemeriksaan, terdiri dari:
▪ Pemeriksaan Lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak,
untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk tujuan lain
yang dilakukan di tempat Wajib Pajak (dilakukan dengan cara lengkap dan/atau
• Ditinjau dari Segi Pelaksanaan Tugas, pemeriksaan pajak dibagi dalam 3 (tiga) jenis,
yaitu:
▪ Pemeriksaan Lengkap.
▪ Pemeriksaan Sederhana Lapangan.
▪ Pemeriksaan Sederhana Kantor.
Pemeriksaan Lengkap
• Pemeriksaan Lengkap, adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan
dan mengolah data dan atau keterangan lain dalam rangka pengawasan kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan, yang dilakukan Pemeriksa Pajak terhadap Wajib
Pajak yang dilaksanakan dengan mendatangi tempat usaha, kantor dan domisili Wajib
Pajak.
• Ruang lingkup pemeriksaan meliputi seluruh jenis pajak, baik tahun berjalan atau
tahun-tahun sebelumnya.
• Teknik pemeriksaan dilakukan sesuai teknik pemeriksaan pada umumnya.
• Jangka waktu pemeriksaan: 4 (dua) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 8
(delapan) bulan.
• Ruang lingkup pemeriksaan meliputi seluruh jenis pajak dan atau untuk tujuan lain
pemeriksaan, baik tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.
• Teknik pemeriksaan dilakukan sesuai teknik pemeriksaan dengan bobot dan
kedalaman yang sederhana.
• Jangka waktu pemeriksaan: 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 2 (dua)
bulan.
Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka akan
diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi
kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Berdasarkan pemeriksaan, jenis-jenis ketetapan yang
dikeluarkan adalah: Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan
1. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan obyektif sesuai
dengan peraturan perundang – undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan sarana dalam admininstrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
3. Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU Pajak
Pertambahan Nilai, wajib melaporkan usahanya menjadi Pengusaha Kena Pajak
4. Untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak.
Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan
terhadap Wajib Pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
1. Siti Resmi. (2017). Perpajakan: Teori dan Kasus (Buku 1). Edisi 10. Salemba
Empat. Jakarta. ISBN: 978-979-061-715-5.
2. Undang – Undang no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
3. TaxBase 6.0