Anda di halaman 1dari 25

LECTURE NOTES

TAXN6042
Introduction to
Taxation (Minor)

Week 2
General Provisions and
Tax Procedures Part 2

TAXN6042 – Introduction to Taxation


LEARNING OUTCOMES

LO 1: Explain general provisions and tax procedures in Indonesia

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Definition
2. Function of tax
3. Classification
4. Collection Proscedures
5. Right and obligation of Taxpayer
6. Tax Idetity / NPWP and PKP
7. Tax Payment
8. Tax Report / SPT
9. SKP and STP

TAXN6042 – Introduction to Taxation


ISI MATERI

Tax Identity / Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Selain itu
NPWP juga dapat dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan
dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal ini berhubungan dengan dokumen
perpajakan, wajib pajak diharuskan untuk mencantumkan NPWP yang dimilikinya.

Fungsi NPWP
1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP.
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administratif perpajakan

Penomoran NPWP
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) terdiri atas 15 digit, 9 digit pertama merupakan kode
wajib pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi.

Contoh Format NPWP:


|0|7| . |8|9|0| . |1|2|3| . |3| . |3|3|5| . |0|0|0|
– 07 = kode jenis wajib pajak yang mengindikasikan apakah wajib pajak orang pribadi,
wajib pajak badan atau bendaharawan (pemungut).
– 890.123 = nomor urut wajib pajak
–3 = cek digit
– 335 = kode pemungut pajak
– 000 = Kode cabang 000 berarti kantor pusat, sedangkan kode cabang 001 berarti cabang
kesatu.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Orang Pribadi /Badan yang wajib memperoleh NPWP
Berdasarkan UU PPh 1984 dan perubahannya:
• OP sebagai subjek pajak dalam negeri. Badan.
- BUT.
- OP/badan sebagai subjek pajak luar negeri yang menerima penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha melalui BUT di Indonesia.
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Pendaftaran NPWP
Wajib pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk
mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
Pendaftaran NPWP harus memenuhi persyaratan subjektif. Persyaratan subjektif adalah
persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam undang-undang
pajak penghasilan 1984 dan perubahannya.

Selain persyaratan subjektif dalam pendaftaran NPWP, harus juga memenuhi persyaratan
objektif. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan pemungutan sesuai
dengan ketentuan undang-undang pajak penghasilan 1984 dan perubahannya.

Tempat pendaftaran NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dilakukan pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan, wajib pajak orang
pribadi pengusaha tertentu.

Wanita kawin selain yang disebutkan di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban
perpajakan suaminya.Direktur Jenderal Pajak menerbitkan NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) secara jabatan apabila wajib pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Kewajiban

TAXN6042 – Introduction to Taxation


perpajakan bagi wajib pajak yang diterbitkan NPWP secara jabatan dimulai sejak saat wajib
pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
undang-undang perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya NPWP.

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya, karena hal
ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka
waktu pendaftaran NPWP adalah:
- Wajib pajak (orang pribadi) yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib
pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai
dijalankan.
- Wajib pajak orang pribadi yang sedang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan
yang disetahunkan telah melebihi penghasilan tidak kena pajak, wajib mendaftarkan diri
paling lambat pada akhir bukan berikutnya.
Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan NPWP akan dikenakan sanksi perpajakan.

Penghapusan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)


Penghapusan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dapat dilakukan oleh Direktur Jenderal
Pajak apabila:
1. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh wajib pajak dan/atau ahli warisnya
apabila wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Wajib pajak badan dilikuidasi (telah dilakukan pembubaran) karena penghentian atau
penggabungan usaha.
3. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami dari wanita tersebut
telah terdaftar sebagai wajib pajak.
4. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.

5. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari wajib pajak
yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuaidengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


DIRJEN Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas
permohonan penghapusan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dalam jangka waktu 6 bulan
untuk wajib pajak badan, maka dimulai sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.
Apabila jangka waktu sebagaimana telah ditentukan lewat dan DIRJEN pajak tidak memberi
suatu keputusan, permohonan penghapusan NPWP pajak dianggap dikabulkan.

Pengusaha dan Pengusaha Kena Pajak


• Pengusaha
Orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
• Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan UU Pajak
Pertambahan Nilai Tahun 1984 dan perubahannya.

Fungsi NPPKP (Nomor Pokok PKP)


1. Untuk mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak.
2. Untuk pengawasan administratif perpajakan.
3. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan PPnBM.

Orang Pribadi/Badan yang wajib mendaftar PKP


OP/Badan yang wajib mendaftar PKP:
• Orang pribadi/ badan yang menyerahkan BKP dan/atau JKP kecuali pengusaha kecil.
• Pengusaha kecil dapat memilih untuk menjadi PKP.
• Pengusaha yang melakukan ekspor BKP.
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama 1 tahun buku jumlah peredaran
brutonya dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 4.800.000.000.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Tax Payment / Pembayaran Pajak

Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran

Pembayaran dan penyetoran pajak untuk masing-masing jenis pajak jatuh tempo dirinci sebagai
berikut:

SPT Masa :

No Jenis Pajak Batas Waktu Penyetoran/Pembayaran


1 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh
Pemotong PPh
2 PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh
3 PPh pasal 22 yang pemungutannya dilakukan olehtanggal
Wajib 10 (sepuluh) bulan berikutnya
Pajak
badan tertentu sebagai Pemungut Pajak setelah Masa Pajak berakhir

4 PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh


5 PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh
6 PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh
7 PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak
8 PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
9 PPh Pasal 25
10 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannyatanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
dilakukan oleh Pemungut PPN selain Bendahara setelah Masa Pajak berakhir
Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
11 PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri
12 PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena
Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
luar Daerah Pabean
13 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM bersamaan dengan saat pembayaran Bea
atas impor Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda
atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau
PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi
pada saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean impor
14 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan
atas impor yang dipungut oleh Direktorat pemungutan pajak
Jenderal Bea dan Cukai

TAXN6042 – Introduction to Taxation


15 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal
pengeluaran pelaksanaan pembayaran atas penyerahan
barang yang dibiayai dari belanja Negara
atau belanja Daerah, dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan
ditandatangani oleh bendahara
16 PPN atau PPN dan PPnBM yang dipungut paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal
oleh Bendahara Pengeluaran sebagai pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha
Pemungut PPN Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
17 PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang
KUP yang melaporkan beberapa Masa
Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan
Masa
18 Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi sesuai dengan batas waktu untuk masing-
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu masing jenis pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3b) Undang-Undang KUP yang
melaporkan beberapa masa pajak dalam
satu Surat Pemberitahuan Masa
19 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM disetor pada hari yang sama dengan
yang pemungutannya dilakukan oleh pelaksanaan pembayaran kepada PKP
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Rekanan Pemerintah melalui Kantor
Membayar sebagai Pemungut PPN atau Pelayanan Perbendaharaan Negara
PPh Pasal 22
20 PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang Disetor paling lama akhir bulan berikutnya
dalam satu Masa Pajak setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum
Surat Pemberitahuan Masa PPN
disampaikan.
21 PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari disetor sebelum akta, keputusan, perjanjian,
pengalihan hak atas tanah dan/atau kesepakatan atau risalah lelang atas
bangunan yang dipotong/dipungut atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya. (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 Pasal 9)

Hari libur nasional sebagaimana dimaksud di atas yaitu hari Sabtu, hari Minggu, hari libur
nasional, hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama
secara nasional,

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Contoh
PT. ABC bermaksud melakukan pembayaran pajak PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Mei 2018,
jatuh tempo pembayaran adalah hari Minggu, 10 Juni 2018. Berdasarkan ketentuan PMK No.
242/PMK.03/2014, pembayaran pajak tersebut masih diperbolehkan pada hari Senin, 11 Juni
2018. Meskipun lewat dari tanggal jatuh tempo yang sebenarnya, PT. ABC tidak dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan.

Tahunan :

No Jenis Pajak Batas Waktu Penyetoran/Pembayaran


1. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Sebelum Surat Pemberitahuan Pajak
2. SPT Tahunan PPh Badan Penghasilan disampaikan

Tax Report / SPT

Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

SPT meliputi ;

a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh)


• SPT Tahunan PPh untuk satu Tahun Pajak; dan
• SPT Tahunan PPh untuk Bagian Tahun Pajak;

b. SPT Masa yang terdiri dari;


• SPT Masa Pajak Penghasilan (PPh);
• SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN); dan
• SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi Pemungut PPN.

SPT dianggap tidak disampaikan apabila :


• Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani;
• Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang harus

TAXN6042 – Introduction to Taxation


dilampirkan;
• Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun
sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak
telah ditegur secara tertulis;
• Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan
atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

Batas waktu penyampaian SPT secara umum adalah :


a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa
Pajak;
b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling
lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4
(empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Berikut adalah rincian Batas Waktu penyampaian SPT untuk masing-masing jenis pajak :

SPT Masa :

No Jenis Pajak Batas Waktu Penyetoran/Pembayaran


1 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh
Pemotong PPh
2 PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong
PPh
3 PPh pasal 22 yang pemungutannya dilakukan
oleh Wajib Pajak badan tertentu sebagai tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
Pemungut Pajak setelah Masa Pajak berakhir
4 PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong
PPh
5 PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong
PPh
6 PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong
PPh
7 PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
8 PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri

TAXN6042 – Introduction to Taxation


9 PPh Pasal 25
10 PPN atau PPN dan PPnBM yang
pemungutannya dilakukan oleh Pemungut
PPN selain Bendahara Pemerintah atau
instansi Pemerintah yang ditunjuk
11 PPN yang terutang atas kegiatan membangun
sendiri
12 PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang
Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
13 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas bersamaan dengan saat pembayaran Bea
impor Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda
atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau
PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi
pada saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean impor
14 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan
impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal pemungutan pajak
Bea dan Cukai
15 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal
pengeluaran pelaksanaan pembayaran atas penyerahan
barang yang dibiayai dari belanja Negara
atau
belanja Daerah, dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan
ditandatangani oleh bendahara.
16 PPN atau PPN dan PPnBM yang dipungut paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal
oleh Bendahara Pengeluaran sebagai pelaksanaan pembayaran kepada
Pemungut PPN Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara
17 PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang
melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu
Surat Pemberitahuan Masa
18 Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi sesuai dengan batas waktu untuk masing-
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu masing jenis pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan
beberapa masa pajak dalam satu Surat
Pemberitahuan Masa
19 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM disetor pada hari yang sama dengan
yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat pelaksanaan pembayaran kepada PKP

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Penandatangan Surat Perintah Membayar Rekanan Pemerintah melalui Kantor
sebagai Pemungut PPN atau PPh Pasal 22 Pelayanan Perbendaharaan Negara
20 PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang Disetor paling lama akhir bulan berikutnya
dalam satu Masa Pajak setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum
Surat Pemberitahuan Masa PPN
disampaikan.
21 PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari disetor sebelum akta, keputusan,
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang
yang dipotong/dipungut atau yang harus atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak bangunan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.

Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur
nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.(PMK
9/PMK.03/2018 jo. PMK 242/PMK.03/2014 Pasal 9)

Contoh
PT. ABC bermaksud melakukan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember
2017, jatuh tempo pelaporan adalah hari Sabtu, 20 Januari 2018. Berdasarkan ketentuan PMK
No. 242/PMK.03/2014, pelaporan SPT tersebut masih diperbolehkan pada hari Senin, 22 Januari
2018. Meskipun lewat dari tanggal jatuh tempo yang sebenarnya, PT. ABC tidak dikenakan
sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,-.

SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)

Surat Ketetapan Pajak (SKP) meliputi:


• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
• Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
• Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi,
dan jumlah yang masih harus dibayar
SKPKB dapat diterbitkan dalam jangka waktu 10 tahun dalam hal :
- Berdasarkan hasil pemeriksaan/keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar. Atas pajak yang tidak/kurang dibayar tersebut ditambah sanksi
administrasi bunga sebesar 2% per bulan maksimum 24 bulan (berlaku baik atas
PPh, PPN, maupun PPn BM).

- SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Tegoran.
Atas jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi kenaikan sbb :
- PPh Sendiri (Badan/Orang Pribadi/BUT), kenaikan sebesar 50%
- PPh Pemotongan/Pemungutan, kenaikan sebesar 100%
- PPN/PPn BM, kenaikan sebesar 100%.
- Berdasarkan hasil pemeriksaan PPN/PPn BM disimpulkan bahwa ; terdapat PPN
yang seharusnya tidak dikompensasikan atau tidak dikenakan tarif 0%. Atas
jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi kenaikan sebesar 100%.
- Kewajiban Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (perihal pembukuan)
dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (berkenaan dengan
pemeriksaan) tidak dipenuhi. Atas jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi
kenaikan sebesar :
a. 100% untuk PPh sendiri (PPh Orang Pribadi/Badan/BUT).
b. 50% untuk PPh Pemotongan/Pemungutan.

SKPKB dapat diterbitkan meskipun jangka waktu 10 tahun telah lewat, dalam hal
wajib pajak dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan oleh
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Atas jumlah pajak yang
terutang dikenakan sanksi bunga 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Contoh:
PT X mempunyai tahun buku sama dengan tahun takwin memasukkan SPT Tahunan PPh
Badan untuk tahun pajak 2001 tepat pada waktunya yang disertai dengan setoran akhir.
Pada bu1an April 2003 dikeluarkan SKPKB yang menunjukkan kekurangan pajak yang
terutang sebesar Rp2.000.000,- (dua juta rupiah). Berdasarkan ketentuan di atas maka atas
kekurangan tersebut dikenakan sanksi bunga 2% (dua persen) per bulan.
Walaupun SKPKB tersebut diterbitkan lebih dari 2 (dua) tahun sejak berakhirnya tahun
pajak, sanksi bunga yang dikenakan atas kekurangan tersebut hanya untuk masa dua tahun
dengan perhitungan sebagai berikut :
- Kekurangan pajak yang terutang Rp 2.000.000,-
- Bunga 2 tahun = 2% x 2 x 12 x Rp 2.000.000,- Rp 960.000,-(+)
Masih harus dibayar Rp 2.960.000,-

Seandainya Surat Ketetapan Pajak tersebut diterbitkan bulan Juni 2002 maka perhitungannya
adalah sebagai berikut:
- Kekurangan pajak yang terutang Rp 2.000.000.-
- Bunga 18 bulan = 2% x 18 x Rp 2.000.000.- Rp 720.000.- (+)
Masih harus dibayar Rp 2.720.000.-

Sanksi yang termuat dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

1. Bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan atas pajak yang
kurang dibayar.

2. Kenaikan:

a. Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan telah
ditegur:
- sebesar 50 % dari PPh Badan/ orang pribadi yang kurang/tidak dibayar
- sebesar 100% dari PPh pemotongan/pemungutan yang kurang atau tidak dibayar
- sebesar 100% dari PPN/PPn.BM yang tidak atau kurang dibayar
b. Sebesar 100% dari PPN/PPnBM yang tidak atau kurang dibayar apabila berdasarkan
hasil pemeriksaan mengenai PPN/PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan
selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol persen)

TAXN6042 – Introduction to Taxation


c Apabila kewajiban Pasal 28 dan 29 KUP tidak dipenuhi sehingga tidak diketahui
besarnya pajak yang terutang :
- sebesar 50 % dari PPh Badan/ orang pribadi yang kurang/tidak dibayar
- sebesar 100% dari PPh pemotongan/pemungutan yang kurang atau tidak dibayar
- sebesar 100% dari PPN/PPn.BM yang tidak atau kurang dibayar

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)


SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan (dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan sebelumnya).
SKPKBT dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak dalam jangka 10 tahun sesudah saat pajak
terutang, berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, apabila ditemukan
data baru (novum) dan/atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang.
Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

Kenaikan sebesar 100% tersebut tidak dikenakan apabila SKPKBT tersebut diterbitkan
berdasarkan keterangan tertulis dari wajib pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Dirjen
Pajak belum mulai malakukan tindakan pemeriksaan.

Apabila jangka waktu 10 Tahun tersebut telah lewat, SKPKBT tetap dapat diterbitkan
ditambah sanksi bunga sebesar 48% dari jumlah yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal
Wajib Pajak setelah lewat 10 tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana
dibidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau seharusnya tidak terutang.
Timbulnya pajak lebih bayar ini disebabkan karena kredit pajak yang lebih besar daripada
pajak yang seharusnya dibayar. Untuk SPT masa PPN bisa disebabkan karena dalam
transaksi awal telah dipungut PPN oleh bendaharawan atau pemungut pajak, juga karena

TAXN6042 – Introduction to Taxation


adanya transaksi ekspor yang memiliki tarif pajak 0% sehingga selisih lebih bayar karena
kredit pajak masukan telah dibayar PPN 10%. Sedangkan dalam SPT Tahunan PPh
disebabkan karena kredit pajak yang lebih besar dibandingkan pajak yang seharusnya
terutang sehingga menyebabkan lebih bayar. Untuk mengembalikan kelebihan pajak ini
kepada Wajib Pajak yang bersangkutan dilakukan pemeriksaan untuk membuktikan bahwa
dokumen dan data-data terkait telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.

Surat Ketatapan Pajak Nihil (SKPN)


Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok
pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.

Surat Tagihan Pajak (STP)


Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda. Timbulnya Surat Tagihan Pajak (STP) adalah karena
keterlambatan kewajiban melaporkan (Denda Pasal 7), keterlambatan pembayaran, atau
karena terdapat kekurangan pembayaran dari yang seharusnya, dan tunggakan pajak yang
terlambat dibayar (STP bunga Penagihan). Pokok pajak dari kekurangan pembayaran ini
dapat menjadi kredit pajak yang sifatnya mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar dalam
perhitungan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan).

• STP dapat diterbitkan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
dalam hal:
– Sebelum WP diberikan atau diterbitkan NPWP dan atau dikukuhkan sebagai
PKP, bila diperoleh data dan/atau informasi yang menunjukkan adanya
kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi WP.
– Sebelum dan/atau setelah penghapusan NPWP atau pencabutan pengukuhan
PKP diperoleh data atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban
perpajakan yang belum dipenuhi WP.
– PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
– Dari hasil penelitian terhadap kekurangan pembayaran pajak sebagai salah
tulis dan/atau salah hitung

TAXN6042 – Introduction to Taxation


– WP dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga
– Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak membuat faktur
pajak, atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu;
– Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tidak mengisi faktur pajak
dengan lengkap
– PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak
– PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak
masukan.
• STP memiliki kekuatan hukum yang sama dengan SKP.

Daluwarsa Penetapan
• Daluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
• Penerbitan SKP dan atau STP dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutang pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, kecuali

TAXN6042 – Introduction to Taxation


terhadap WP dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan atau tindak pidana
lainnya yang dapat mengakibatkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)


Untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, Direktur
Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak. Pelaksanaan pemeriksaan
dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap Wajib Pajak yang bertujuan
untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Pemeriksaan (Pasal 1 ayat 25)


Adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dasar hukum pemeriksaan pajak Pasal 29 (1) UU KUP, yang berbunyi:


“Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
perundang-undangan perpajakan”.
Tujuan Pemeriksaan
Tujuan Pemeriksaan Pajak adalah:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan
kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak.
2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan
perpajakan.

Berikut penjelasannya.
1. Tujuan pemeriksaan, terutama adalah untuk memperoleh/ mengumpulkan bahan-
bahan yang dijadikan dasar untuk:
– Menerbitkan SKPKB dan atau SKPKBT.
– Menerbitkan SKPN.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


– Menerbitkan SKPLB.
– Hal-hal lain yang berhubungan dengan administrasi perpajakan. Pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, dilakukan jika:
– SPT menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yg telah diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.
– SPT Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi.
– SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah
ditetapkan.
– Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau
akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
– Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dilakukan dalam rangka:
– Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.
– Penghapusan NPWP.
– Pengukuhan/pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
– Wajib Pajak mengajukan keberatan.
– Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto.
– Pencocokan data dan atau alat keterangan.
– Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
– Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN/PPh pasal 21.
– Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
tujuan lain selain disebut di atas.

Hak Wajib Pajak dalam Pemeriksaan


1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa.
2. Meminta tindasan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.
3. Menolak untuk diperiksa apabila Pemeriksa tidak dapat menunjukkan Tanda Pengenal
Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


4. Meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan.
5. Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku, catatan-catatan, serta dokumen-
dokumen yang dipinjam oleh Pemeriksa Pajak.
6. Meminta rincian berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan
dengan SPT mengenai koreksi-koreksi yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak terhadap
SPT yang telah disampaikan.
7. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan.
8. Memperoleh lembar asli Berita Acara Penyegelan.

Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan


Kewajiban Wajib Pajak yang diperiksa adalah:
1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu
yang ditentukan khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang dikelolah secara elektronik, yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. Khusus untuk Pemeriksaan Lapangan,
Wajib Pajak wajib memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh
data yang dikelola secara elektronik;
3. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu
dan memberi bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan;
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik khususnya
untuk jenis Pemeriksaan Kantor;
6. Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.

Prosedur Audit
• Ditinjau dari Ruang Lingkup Pemeriksaan, terdiri dari:
▪ Pemeriksaan Lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak,
untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk tujuan lain
yang dilakukan di tempat Wajib Pajak (dilakukan dengan cara lengkap dan/atau

TAXN6042 – Introduction to Taxation


sederhana). Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang
dihitung sejak tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan.
▪ Pemeriksaan Kantor yang meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau
tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak
(dilakukan dengan cara sederhana). Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang
dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka
Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

• Ditinjau dari Segi Pelaksanaan Tugas, pemeriksaan pajak dibagi dalam 3 (tiga) jenis,
yaitu:
▪ Pemeriksaan Lengkap.
▪ Pemeriksaan Sederhana Lapangan.
▪ Pemeriksaan Sederhana Kantor.

Pemeriksaan Lengkap
• Pemeriksaan Lengkap, adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan
dan mengolah data dan atau keterangan lain dalam rangka pengawasan kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan, yang dilakukan Pemeriksa Pajak terhadap Wajib
Pajak yang dilaksanakan dengan mendatangi tempat usaha, kantor dan domisili Wajib
Pajak.
• Ruang lingkup pemeriksaan meliputi seluruh jenis pajak, baik tahun berjalan atau
tahun-tahun sebelumnya.
• Teknik pemeriksaan dilakukan sesuai teknik pemeriksaan pada umumnya.
• Jangka waktu pemeriksaan: 4 (dua) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 8
(delapan) bulan.

Pemeriksaan Sederhana Lapangan


• Pemeriksaan Sederhana Lapangan, adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lain dalam rangka
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, yg dilakukan Pemeriksa

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Pajak terhadap WP yang dilaksanakan dengan mendatangi tempat usaha, kantor dan
domisili WP.

• Ruang lingkup pemeriksaan meliputi seluruh jenis pajak dan atau untuk tujuan lain
pemeriksaan, baik tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.
• Teknik pemeriksaan dilakukan sesuai teknik pemeriksaan dengan bobot dan
kedalaman yang sederhana.
• Jangka waktu pemeriksaan: 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 2 (dua)
bulan.

Pemeriksaan Kantor Sederhana


• Pemeriksaan Sederhana Kantor, adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lain dalam rangka
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, yang dilakukan Pemeriksa
Pajak terhadap WP yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak.
• Ruang lingkup pemeriksaan meliputi suatu jenis pajak tertentu untuk tahun
berjalan.
• Teknik pemeriksaan dilakukan sesuai teknik pemeriksaan dengan bobot dan
kedalaman yang sederhana.
• Jangka waktu pemeriksaan: 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang paling lama
6 (enam) minggu.
• Jika ada indikasi transfer pricing dilakukan WP, maka lingkup pemeriksaan
ditingkatkan menjadi Pemeriksaan Lapangan, jangka waktu dapat diperpanjang paling
lama 2 (dua) tahun. Kecuali pemeriksaan terhadap WP tersebut berkenaan dgn SPT
lebih bayar (restitusi).

Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka akan
diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi
kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Berdasarkan pemeriksaan, jenis-jenis ketetapan yang
dikeluarkan adalah: Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan

TAXN6042 – Introduction to Taxation


Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Disamping itu dapat diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak
(STP) dalam hal dikenakannya sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan.

Sanksi berhubungan dengan pemeriksaan pajak


Apabila hasil pemeriksaan terdapat pajak yang kurang dibayar, maka dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga atau kenaikan sesuai Pasal 13 ayat 2 dan 3, sebagai berikut:
▪ Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per
bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
▪ Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar:
• 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam 1 Tahun
Pajak;
• 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi
tidak atau kurang disetor; atau
• 100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

TAXN6042 – Introduction to Taxation


SIMPULAN

1. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan obyektif sesuai
dengan peraturan perundang – undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan sarana dalam admininstrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
3. Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU Pajak
Pertambahan Nilai, wajib melaporkan usahanya menjadi Pengusaha Kena Pajak
4. Untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak.
Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan
terhadap Wajib Pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

TAXN6042 – Introduction to Taxation


DAFTAR PUSTAKA

1. Siti Resmi. (2017). Perpajakan: Teori dan Kasus (Buku 1). Edisi 10. Salemba
Empat. Jakarta. ISBN: 978-979-061-715-5.
2. Undang – Undang no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
3. TaxBase 6.0

TAXN6042 – Introduction to Taxation

Anda mungkin juga menyukai