Anda di halaman 1dari 13

AL-QUR’AN DAN WAHYU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”

DOSEN PEMBIMBING : H. MUAMMAR AL QADRI, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

- ICHA KHAIRANI
- UMI KALSUM

SEMESTER : III – B / MPI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
T. A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat dan
rizkinya kepada kita semua dan tak lupa selawat berangkaikan salam kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad Saw yang telah banyak mengajarkan kita kepada akhlakul
karimah serta ilmu pengetahuan.
Kami sangat bersyukur kehadirat Allah karena atas izinnyalah kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah Filsafat Pendidikan Islam yang berjudul “Al-Qur’an dan
Wahyu”, tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak H. Muammar Al Qadri,
M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang sudah memberikan arahan dan bimbingan demi
terselesaikannya tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami buat, kami mohon maaf sebesar-besarnya bila
terdapat kekurangan dan kesalahan disana sini.

Tanjung Pura, 05 Oktober 2021


Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Pengertian Al-Qur’an .................................................................................... 2
B. Nama, Sifat dan Fungsi Alquran ................................................................... 2
C. Pengertian Wahyu ......................................................................................... 6
D. Penggunaan Istilah Wahyu Dalam Al-Qur’an .............................................. 6
E. Cara Turunnya Wahyu Kepada Para Nabi.................................................... 8
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Qur’an merupakan mukjizat yang kekal berupa kitab yang di turunkan oleh
Allah SWT, yang berisi firman firman terbaik. Dan ajaran yang di bawa Rasul-Nya adalah
ajaran yang paling indah untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus. Selain
merupakan wahyu, Al Qur’an juga merupakan bagian kehidupan umat yang mau
membukakan mata hatinya kepada kebenaran dan ilmu. Yang mengajak manusia untuk
selalu berkembang dan maju dalam berfikir. Untuk menghadapi segala tantangan
kehidupan.
Dengan ini, kepastian wahyu tidak dapat diragukan lagi. Umat manusia perlu
kembali kepada petunjuk wahyu demi menyiram jiwa yang haus akan nilai- nilai luhur dan
kesegaran rohani. Dengan senantiasa menyertakan wahyu yang sesuai dan dapat
memecahkan problema yang dihadapi. Sampai perkembangannya itu mengalami
kematangannya. Maka, dalam makalah ini penulis sedikit memaparkan mengenai Al
Qur’an dan wahyu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an?
2. Apa saja nama, sifat dan fungsi dari Al-Qur’an?
3. Apa yang dimaksud dengan wahyu?
4. Bagaimana penggunaan wahyu dalam Al-Qur’an?
5. Bagaimana cara turunnya wahyu kepada para nabi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Al-Qur’an.
2. Apa saja nama, sifat dan fungsi dari Al-Qur’an.
3. Apa yang dimaksud dengan wahyu.
4. Bagaimana penggunaan wahyu dalam Al-Qur’an.
5. Bagaimana cara turunnya wahyu kepada para nabi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an
Secara bahasa diambil dari kata: ‫قر ا‬- ‫يقرا‬- ‫قراة‬- ‫ وقرانا‬yang berarti sesuatu yang
dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca Alquran.
Alquran juga bentuk mashdar dari ‫ القراة‬yang berarti menghimpun dan mengumpulkan.
Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan
kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Alquran harus
dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami
masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik secara teks, lisan ataupun budaya.
Menurut Quraish Shihab (1996, p.3), Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang
sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu
bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.
Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang
tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar dari kata qara’a,
qira’atan, qur’anan. (Manna Khalil al-Qattan, 2015, p. 15)
Sedangkan Alquran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad
SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.
Menurut Andi Rosa (2015, p. 3) Alquran merupakan qodim pada makna-makna
yang bersifat doktrin dan makna universalnya saja, juga tetap menilai qodim pada
lafalnya. Dengan demikian Alquran dinyatakan bahwasannya bersifat kalam nafsi berada
di Baitul Izzah (al-sama’ al-duniya), dan itu semuanya bermuatan makna muhkamat yang
menjadi rujukan atau tempat kembalinya ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan Alquran
diturunkan ke bumi dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir,
merupakan kalam lafdzi yang bermuatan kalam nafsi, karena tidak mengandung ayat
mutasyabihat, tetapi juga ayat atau makna-maknanya bersifat muhkamat.

B. Nama, Sifat dan Fungsi Alquran


Alquran mempunyai banyak nama yang kesemuanya menunjukan ketinggian
peran dan kedudukannya. Dengan kata lain, Alquran merupakan kitab samawi yang paling
mulia. Selain itu, alquran juga memiliki beberapa sifat yang mulia seperti, nur, hudan,
rahmah, syifa, mau’izah, aziz, mubarak, basyir, nadzir, dan semacamnya. (Anshori, 2013,
p. 20)
1. Dinamakan Al-Qur’ān seperti dalam ayat :

           

    

2
Artinya: Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang
mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar [Q.S. Al-
Isra’/17: 9+.
Dinamakan Al-Qur’an, karena kitab suci ini merupakan kitab bacaan atau
kitab yang paling banyak dibaca oleh umat manusia. Sekurang-kurangnya 17 kali
dalam sehari semalam setiap muslim membacanya pada setiap raka’at shalat
fardhu.
2. Dinamakan Al-Kitāb seperti pada ayat:

         

Artinya: Itulah Al-Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan lagi


padanya. Ia adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa [Q.S. Al-Baqarah/2:
2].
Dinamakan Al-Kitab karena ia merupakan sesuatu yang ditulis. Kata Al-
Kitab dalam hal ini pengertiannya sama dengan Al-Maktub.
3. Dinamakan Al-Dzikr seperti pada ayat:

       

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Dzikr (Al-Qur’an) dan


Kami pulalah yang memeliharanya [Q.S. Al-Hijr/15: 9].
Penamaan al-Dzikr ini berkaitan dengan fungsi Alquran sebagai pemberi
peringatan. Atau dapat juga dikatakan demikian, karena kitab ini sangat mudah
diingat (dihafalkan).
4. Dinamakan Al-Furqān seperti terdapat pada ayat:

         

Artinya: Maha Suci (Allah) yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an)


kepada hamba-Nya (Muhammad) untuk menjadi peringatan bagi seluruh alam
[Q.S. Al-Furqan/25:1].
Dinamakan Al-Furqan, karena kitab suci ini berfungsi sebagai pembeda
antara yang haq dengan yang bathil.
5. Dinamakan At-Tanzil seperti terdapat pada ayat:

         

Artinya: “dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh


Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril)”. [QS. Asy-Syua’ra/26:192-193].

3
Adapun sifat-sifat Alquran dapat dirujuk dalam firman Allah SWT, antara lain:
1. Sifat al-Burhan (bukti kebenaran) dan nur mubin (cahaya yang terang)
sebagaimana firman Allah SWT:

           

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti


kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)”. *QS. An-
Nisa/4:174]
2. Sifat asy-syifa (obat) dan ar-rahmah (kasih sayang) sebagaimana firman Allah
SWT:

              

Artinya : dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.*QS. Al-Isra/17:82]
3. Sifat huda (petunjuk) sebagaimana firman Allah SWT:

             

           

        

Artinya: “dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam
bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul
adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga
mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334].
mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". [QS.
Fushilat/41:44].
4. Sifat mau’izah (nasihat) sebagaimana firman-Nya:

          

   

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran


dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. *QS. Yunus/10:57+.
Alquran merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki banyak manfaat bagi
umat manusia. Alquran diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia melalui

4
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Rosul yang dipercaya menerima
mukjizat Alquran, Nabi Muhammad SAW menjadi penyampai, pengamal, serta penafsir
pertama dalam Alquran. Fungsi Alquran antara lain:
1. Al-Huda (petunjuk)
Di dalam Alquran ada tiga posisi Alquran yang fungsinya sebagai
petunjuk. Alquran menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa, dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Jadi
Alquran tidak hanya menjadi petunjuk bagi umat Islam saja tapi bagi manusia
secara umum. Kandungan Alquran memang ada yang bersifat universal seperti
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan itu bisa menjadi petunjuk bagi
semua orang tidak hanya orang yang beriman Islam dan bertakwa saja.
2. Asy-Syifa (obat bagi penyakit)
Di dalam Alquran disebutkan bahwa Alquran merupakan obat bagi
penyakit yang ada di dalam dada manusia. Penyakit dalam tubuh manusia
memang tak hanya berupa penyakit fisik saja tapi bisa juga penyakit hati Perasaan
manusia tidak selalu tenang, kadang merasa marah, iri, dengki, cemas, dan lain-
lain. Seseorang yang membaca Alquran dan mengamalkannya dapat terhindar
dari berbagai penyakit hati tersebut. Alquran memang hanya berupa tulisan saja
tapi dapat memberikan pencerahan bagi setiap orang yang beriman. Saat hati
seseorang terbuka dengan Alquran maka ia dapat mengobati dirinya sendiri
sehingga perasaannya menjadi lebih tenang dan bahagia dengan berada di jalan
Allah. Kemudian syifa (obat) yang saya bahas dalam penelitian ini melalu living
quran pada praktik pengobatan Ustadz Sanwani.
3. Al-Furqon (pemisah)
Nama lain Alquran adalah Al-Furqon atau pemisah. Ini berkaitan dengan
fungsi Alquran lainnya yang dapat menjadi pemisah antara yang hak dan yang
batil, atau antara yang benar dan yang salah. Di dalam Alquran dijelaskan
berbagai macam hal yang termasuk kategori salah dan benar atau hak dan yang
batil.
Jadi jika sudah belajar Alquran dengan benar maka seseorang seharusnya
dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Misalnya saja saat
mencari keuntungan dengan berdagang, dijelaskan bahwa tidak benar jika
melakukan penipuan dengan mengurangi berat sebuah barang dagangan. Begitu
juga dengan berbagai permasalahan lainnya yang bisa diambil contohnya dari
ayat-ayat Alquran.
4. Al-Mu’izah (nasihat)
Alquran juga berfungsi sebagai pembawa nasihat bagi orang-orang yang
bertakwa. Di dalam Alquran terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat,
peringatan tentang kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa, yang berjalan di
jalan Allah.
Nasihat yang terdapat di dalam Alquran biasanya berkaitan dengan
sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang di
masa sekarang atau masa setelahnya. Nasihat dan peringatan tersebut penting
karena sebagai manusia kita sering menghadapi berbagai masalah dan cara
penyelesaiannya sebaiknya diambi bdari ajaran agama. Bagaimana cara kita

5
menghadapi tetangga, suami, orang tua, dan bahkan musuh kita telah diajarkan
dalam Alquran.

C. Pengertian Wahyu
Al Wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitif): dan materi kata itu
menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka
dikatakan bahwa wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus
ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian
masdar nya. Tetapi, terkadang juga bahwa yang dimasukkan adalah al muha yaitu
pengertian isim maf’ul,yang diwahyukan.
Sedangkan wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syara’ mereka didefinisikan
sebagai “Kalam Allah yang diturunkan kepada seorang Rasul Nya”. Definisi ini
menggunakan pengertian maf’ul, yaitu al-muha (yang diwahyukan). Ustadz Muhammad
Abduh mendefinisikan wahyu dengan dalam Risalatut Tauhid sebagai “pengetahuan yang
didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang
dari Allah, baik dengan melalui perantara ataupun tidak; yang pertama melalui suara yang
menjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali.

D. Penggunaan Istilah Wahyu Dalam Al-Qur’an


Istilah wahyu di dalam Al-Qur’an tidak hanya digunakan dalam pengertian firman
Allah SWT yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya, tetapi juga digunakan dalam
pengertian lain yang beragam. Berikut ini beberapa ayat Al-Qur’an yang menggunakan
istilah wahyu dalam pengertian lain tersebut:
1. Al-Ilham al-fithri li al-insan, seperti pada ayat :

               

        

Artinya : “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan
janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena
sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul.” *Q.S. Al-Qashash/28:7]
Wahyu dalam ayat di atas berarti ilham yang diberikan Allah SWT kepada
ibu Musa untuk menyusukan bayinya yang dihanyutkan ke sungai Nil dalam
rangka menyelamatkannya dari pembunuhan semua bayi Bani Israil sebagaimana
yang diperintahkan Fir’aun.
2. Al-Ilham al-gharizi li al-hayawan, seperti pada ayat :

             

6
Artinya : “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-
sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia", [Q.S. An-Nahl/16:68]
Wahyu dalam ayat di atas berarti instink yang diberikan oleh Allah SWT
kepada lebah untuk membuat sarang di bukit, pohon-pohon kayu dan tempat-
tempat yang dibikin manusia.
3. Al-Isyarah as-sari’ah, seperti pada ayat :

           

Artinya : Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi


isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.”
[Q.S. Maryam/19:11]
Wahyu dalam ayat di atas berarti isyarat fisik yang diberikan oleh
Zakariya kepada umatnya untuk bertasbih di waktu pagi dan petang. Ayat ini
bercerita tentang Nabi Zakariya yang berpuasa bicara tiga hari tiga malam
sebagai tanda isterinya akan hamil dan kemudian melahirkan Yahya.
4. Waswasatu asy-Syaithan, seperti pada ayat :

              

       

Artinya : “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak


disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuata n yang
semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan
kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu
menuruti mereka , sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang
musyrik.” *Q.S. Al-An’am/6:121+
Wahyu dalam ayat di atas berarti bisikan sesama syaitan untuk
membantah orang-orang yang beriman.
5. Ma yulqihillahu ila malaikatihi min amrin liyaf’aluhu, seperti pada ayat :

             

          

Artinya : (ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para Malaikat:


"Sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang
telah beriman". Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan kedalam hati orang-
orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari
mereka.” *Q.S. Al-Anfal/8:12]
Wahyu dalam ayat di atas berarti perintah Allah SWT kepada para
malaikat untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman (dalam Perang

7
Badar) dan memasukkan rasa takut ke dalam hati musuh-musuh mereka kaum
musyrikin Mekkah.

E. Cara Turunnya Wahyu Kepada Para Nabi


Karena wahyu secara terminologis adalah firman Allah yang diturunkan kepada
nabi-nabi-Nya maka perlu juga dikemukakan dalam kesempatan ini bagaimana cara Allah
menurunkan wahyu kepada para nabi. Di dalam Surat As-Syura ayat 51 dijelaskan
bagaimana Allah menurunkan wahyunya kepada seseorang. Allah SWT berfirman:

                  

     

“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan
dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (Q. S. Asy-Syura 42:51)
Yang dimaksud dengan perantaraan wahyu dalam ayat di atas adalah melalui
mimpi atau ilham. Sedangkan yang dimaksud dengan di belakang tabir ialah seorang
dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi
kepada Nabi Musa a.s. Rasul yang dimaksud dalam ayat di atas adalah Malaikat seperti
Malaikat Jibril AS.
Dari ayat di atas dapat disimpulkan ada tiga cara turunnya wahyu kepada para
Nabi. (1) Melalui mimpi yang benar (ru’ya shâ diqah fi a l-manâ m); (2) Dari balik tabir
(min wa râ ’ hijâb); (3) Melalui perantaraan Malaikat seperti Malaikat Jibril.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alqur’an diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat jibril secara berangsur-angsur kurang lebih 23 tahun. Al Qur’an juga memiliki
nama-nama lain, di antara nama-nama Alquran adalah: al-Furqan, at-Tanzil, adz-Dzikr, al-
Kitab. Selain itu, alquran juga memiliki beberapa sifat yang mulia seperti, nur, hudan,
rahmah, syifa, mau’izah, aziz, mubarak, basyir, nadzir, dan semacamnya.
Secara bahasa kata “wahyu” berarti isyarat yang cepat, surat, tulisan, dan segala
sesuatu yang disampaikan kepada orang lain untuk diketahui.
Fungsi Alquran antara lain:
1. Al-Huda (petunjuk)
2. Asy-Syifa
3. Al-Furqon (pemisah)
4. Al-Mu’izah (nasihat)
Ada tiga cara turunnya wahyu kepada para Nabi. (1) Melalui mimpi yang benar
(ru’ya shâ diqah fi a l-manâ m); (2) Dari balik tabir (min wa râ’ hijâb); (3) Melalui
perantaraan Malaikat seperti Malaikat Jibril.

B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun makalah ini sangat
menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karenanya kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan untuk proses penyusunan makalah
selanjutnya yang lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul Karim dan Terjemahan.


Al-Qattan, Manna Khalil. 2015. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa.
Anshori. 2013. Ulumul Quran. Jakarta: Rajawali Press.
Rosa, Andi. 2015. Tafsir Kontemporer. Banten: Depdikbud Banten Press.
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-qur’an. Bandung: Mizan.

10

Anda mungkin juga menyukai